• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PEMBERSIHAN AREA KERJA:

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 17 Universitas Kristen Petra (Halaman 33-40)

1. Barang ditata pada tempatnya sehingga tersedia ruang untuk dibersihkan. 2. Gunakan kain basah untuk membersihkan debu pada meja, kursi dan

sela-selanya beserta dinding.

3. Kemudian gunakan kain kering dan bersih untuk mengeringkan permukaan yang masih basah.

4. Gunakan kain pel yang bersih dan basah untuk membersihkan lantai. 5. Gunakan pembasmi nyamuk dan semprotkan seperlunya ke sudut-sudut

Bekerja sama dengan rumah sakit Anwar Medika untuk memfasilitasi tenaga para medis supaya dapat mengikuti pelatihan Hiperkes.

Menunjuk beberapa tenaga para medis untuk bekerja di perusahaan dan memfasilitasi dengan pelatihan Hiperkes.

Perusahaan yang menanggung semua biaya pelatihan sehingga tenaga para medis di perusahaan telah bersertifikat Hiperkes.

4.10.12 PER 02 MEN 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.

Penulis memberikan usulan kepada perusahaan agar:

Perusahaan harus memberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan sebelum kerja kepada semua karyawan yang hendak diterima pekerja agar dapat mengantisipasi menerima pekerja yang mempunyai penyakit khusus. Perusahaan dapat bekerja sama dengan RS Anwar Medika untuk menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan, jika laporan kesehatan menyatakan karyawan tersebut sehat maka karyawan tersebut dapat diterima bekerja di dalam perusahaan. Jika tidak maka perusahaan juga harus menolak untuk menerima pelamar tersebut dengan bukti pemeriksaan kesehatan tersebut.

Jika perusahaan tidak melakukan pemeriksaan tersebut, perusahaan harus meminta setiap karyawan yang akan diterima bekerja untuk menyerahkan surat rekomendasi kesehatan dari dokter rumah sakit yang sah.

Segera menerbitkan pedoman pemeriksaan kesehatan yang telah dibuat dan disahkan oleh top management beserta koordinator SHE dan dokter perusahaan.

Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan yang sedang dirawat di rumah sakit atau bahkan yang menderita penyakit khusus.

Memberikan laporan setelah melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan kepada Direktur Jenderal Binalindung Tenaga Kerja melalui Kantor Wilayah Ditjen Binalindung Tenaga Kerja setempat.

4.10.13 PER 01 MEN 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.

Berdasarkan hasil analisa, penulis dapat memberikan saran perbaikan seperti:

Setiap ditemukannya kelainan atau penyakit akibat kerja dari pemeriksaan kesehatan yang diadakan oleh perusahaan, bagian SHE harus melapor kepada Kantor Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja setempat paling lambat 2 hari kerja.

Bekerja sama dengan Pusat Bina Hiperkes untuk mengadakan penyuluhan di dalam perusahaan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan memberikan penyuluhan agar mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.

Bekerja sama dengan Pusat Bina Hiperkes untuk mengadakan bimbingan diagnosa terhadap penyakit akibat kerja dan pelatihan APD dan disertai dengan gambar-gambar penyakit akibat kerja sehingga pekerja lebih sadar akan bahaya yang timbul dari pekerjaan mereka.

4.10.14 PER 03 MEN 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Pelayanan kesehatan tenaga kerja yang ada di perusahaan masih belum berjalan dengan maksimal, maka dari itu penulis mengusulkan:

Penambahan job desc kepada pelaksana pelayanan kesehatan tenaga kerja untuk melakukan:

o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.

o Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.

o Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja. o Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair.

o Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.

o Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja.

o Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

o Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya.

Perusahaan bekerja sama dengan rumah sakit atau laboratorium di luar perusahaan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemajuan IPTEK.

Perusahaan memberikan kebebasan profesional kepada dokter di perusahaan untuk melaksanakan pekerjaannya serta tambahan job desc di atas.

4.10.15 PER 02 MEN 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.

Perusahaan sebaiknya menambahkan sistem alarm kebakaran untuk mendukung sistem penanggulangan kebakaran yang telah ada di perusahaan. Pemasangan alarm yang terdiri dari beberapa detektor diharapkan agar pada saat terjadi kebakaran, operator yang berada di sekitar area kebakaran berada dalam kondisi tanggap dan kebakaran dapat diatasi dengan efektif dan efisien. Area-area dalam perusahaan yang harus ditempatkan detektor adalah

Seluruh area di dalam plant khususnya area baking karena mengandung panas yang berpotensi kebakaran.

Kamar mesin lift di setiap plant

Area office utama dan office di setiap plant, dll.

Bagian SHE dapat berkonsultasi dengan departemen tenaga kerja setempat atau dengan perusahaan penjual sistem alarm kebakaran automatik untuk menentukan jenis dan banyak dari detektor yang diperlukan oleh perusahaan. Ketentuan mengenai pemasangan detektor dapat dilihat lebih detail pada lampiran XII PER. 02/MEN/1983.

4.10.16 PER 05 MEN 1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

Berdasarkan temuan akan standar-standar yang belum dipenuhi perusahaan, maka penulis mengusulkan agar:

Pengangkatan barang-barang dengan palet yang menggunakan forklift harus diberi jalur khusus palet sehingga tidak mengganggu jalur untuk pejalan kaki. Jalur palet dapat dialokasikan di antar jalur pejalan kaki, khususnya di jalan samping plant I dan plant II.

Pada handlift dan forklift yang ada di perusahaan dipasang alat pembatas beban maksimum otomatis. Sensor pembatas beban dapat dipasang di bagian bawah besi pengangkut pada forklift.

Pembersihan dan pensterilan lantai produksi sehingga bebas debu dan licin dapat dilakukan setiap satu jam oleh operator kebersihan di masing-masing area.

Pemasangan pengaman pada tempat-tempat berbahaya yang ada di konveyor khususnya pada setiap motor yang ada pada konveyor yang dibiarkan terbuka. Bagian SHE dapat meminta bagian teknik untuk membuatkan tutup dari bahan plastik untuk melindungi operator dari motor tersebut.

Jalur bongkar muat, khususnya pada area Formulasi harus menggunakan satu jalur baik untuk datang dan kepergian dari kendaraan ekspedisi. Jalan yang dapat dilalui hanya jalan di samping GBK I, samping plant I, samping

plant II, belakang PDP dan depan Formulasi. Jalur yang tidak boleh dilalui

adalah jalan di samping office hingga depan tangki solar karena banyak pejalan kaki yang lalu lintasnya padat dan sering.

Gerobak dorong untuk sampah atau limbah produksi dipasang alat pengunci roda sehingga mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja atau tumpahan limbah. Jika tidak terdapat pengunci roda maka dapat dipasang rem pada roda gerobak. Langkah antisipasi pada tumpahan dapat diberikan dengan memberikan tutup pada gerobak yang terbuat dari besi dengan tebal 3 mm dan dibuat sistem seperti pintu sehingga tutup tidak lari atau lepas.

4.10.17 PER 04 MEN 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja.

Berdasarkan hasil analisa, agar perusahaan dapat memenuhi regulasi ini secara maksimal maka penulis mengusulkan:

Perusahaan dapat menunjuk dan memfasilitasi salah satu karyawan bagian SHE untuk mengikuti pelatihan ahli keselamatan kerja perusahaan sehingga dapat memenuhi jabatan sebagai sekretaris P2K3.

Penambahan job desc pada panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan kerja untuk:

o Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan makanan di perusahaan.

o Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja. o Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

o Mengembangkan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan. Perusahaan dapat bekerja sama dengan pihak rumah sakit atau laboratorium di luar perusahaan seperti RS Anwar Medika dan Laboratorium Prospect untuk merancang program di atas. Pembuatan dan penyampaian laporan tentang kegiatan panitia kepada Menteri melalui Kantor Tenaga Kerja setempat. Pelaporan juga harus disampaikan kepada top management sebagai progress hasil kinerja dari panitia pembina K3.

4.10.18 PER 03 MEN 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

Penulis dapat memberikan usulan kepada perusahaan agar setiap kecelakaan kerja yang terjadi harus diperiksa dan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan serta kepada Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan. Pelaporan ini dapat menggunakan formulir laporan kecelakaan sesuai contoh bentuk 3 KK2 A lampiran I.

4.10.19 PER 03 MEN 1999 tentang Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

Berdasarkan temuan akan standar-standar yang belum dipenuhi perusahaan, maka penulis mengusulkan agar lift yang ada diperusahaan:

Dilengkapi dengan informasi jumlah maksimum orang atau barang yang diangkut dan harus sesuai dengan standar SNI. Informasi ini dapat dibuat dengan menggunakan pelat yang terbuat dari krom seperti papan rambu dan dapat ditempel pada dinding lift.

Setiap kamar mesin yang belum dilengkapi dengan APAR dapat ditambahkan APAR CF-21 sebesar 5 Kg untuk mencegah terjadinya kebakaran.

Pemasangan rem pengaman kerja pada lift yang ada di perusahaan. Bagian SHE dapat meminta bagian teknik untuk membuat sistem rem pengaman jika lift tidak berjalan sebagaimana mestinya dan untuk mencegah kecelakaan kerja.

Pemasangan alat pembatas beban lebih (overload limit switch) untuk memberi tanda peringatan serta lift tidak dapat berjalan bila beban melebihi kapasitas yang diijinkan.

Pengadaan bimbingan kepada teknisi yang ada di perusahaan serta pengajuan surat ijin operasi kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk yang mana surat tersebut diperuntukan teknisi perusahaan yang mengerjakan pemasangan, perbaikan dan atau perawatan lift.

4.10.20 KEP 186 MEN 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

Penulis mengusulkan agar perusahaan membentuk panitia atau unit khusus penanggulangan kebakaran yang anggota-anggotanya berada di dalam unit tanggap darurat perusahaan. Pembentukan unit ini dapat melibatkan operator dan karyawan yang dipilih dari masing-masing departemen dan perusahaan juga memfasilitasi dengan pelatihan tanggap kebakaran kepada unit yang dibentuk.

Perusahaan telah menentukan beberapa regulasi yang harus diimplementasikan terlebih dahulu karena mengingat beberapa regulasi tersebut

terkait dengan aktifitas perusahaan setiap harinya. Berikut regulasi-regulasi yang diprioritaskan terlebih dahulu di perusahaan:

Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. PER 08 MEN VII Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan Dalam Tempat Kerja.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang Lingkungan Kerja Ruangan.

PER/03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja. PER/02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik. PER/05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut.

PER/03/MEN/1999 tentang Syarat-Syarat K3 Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang.

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 17 Universitas Kristen Petra (Halaman 33-40)

Dokumen terkait