• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Perbaikan

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 17 Universitas Kristen Petra (Halaman 25-33)

Berikut usulan perbaikan yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk memaksimalkan pemenuhan regulasi keselamatan dan kesehatan kerja.

4.10.1 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Usulan perbaikan yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk

memenuhi regulasi ini dengan baik adalah:

Perusahaan sebaiknya meng-update pemetaan alat pelindung diri yang dibutuhkan di seluruh area perusahaan yang dinilai wajib menggunakan alat pelindung diri.

Perusahaan juga harus menganalisa kebutuhan perusahaan akan alat pelindung diri. Jika ada alat pelindung diri yang belum ada, perusahaan harus menyediakannya dengan cuma-cuma bagi pekerjanya.

Hal ini tentunya juga harus disosialisasikan kepada para pekerja agar sadar akan penggunaan alat pelindung diri.

Meminta kerja sama dengan para pekerja untuk memberikan saran dan tanggapan jika ada syarat kesehatan dan keselamatan yang belum terpenuhi.

Regulasi ini merupakan prioritas utama yang harus dilaksanakan dan dipatuhi secara penuh karena mencakup keselamatan kerja dari awal penerimaan karyawan baru, teknis operasional saat bekerja hingga undang-undang yang mengatur. Maka dari itu agar usulan ini dapat dijalankan dengan baik maka dapat dilakukan hal-hal berikut:

Top management bersama dengan bagian SHE mengadakan pertemuan

dengan perwakilan dari operator untuk diajak diskusi dan diberi penyuluhan akan kesadaran keselamatan.

Materi yang diberikan mulai dari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, tindakan-tindakan yang melanggar syarat K3, dampak dari K3, kebijakan perusahaan dan sanksi-sanksi pelanggarannya.

Top management memberikan kuasa kepada bagian SHE bersama dengan

setiap pengawas operator dan karyawan untuk memberikan sanksi bila melanggar K3.

Kembali mengaktifkan form tilang SHE untuk siapapun yang melanggar syarat-syarat dan kebijakan K3 perusahaan. Bagian SHE membantu para pengawas dengan melakukan patroli setiap hari di lapangan.

Setiap surat tilang yang didapat akan mendapatkan hukuman denda sebesar Rp 5.000,- rupiah. Jika melanggar 3x berturut-turut maka akan dikenai skors selama satu hari. Uang tersebut akan menjadi kas masukan bagi SHE untuk kebutuhan SHE bagi karyawan.

4.10.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980 tentang Pemeliharaan dan Pemasangan APAR.

Penulis memberikan usulan agar perusahaan menaati peraturan perundangan ini karena APAR merupakan kebutuhan yang sangat penting pada awal saat terjadinya kebakaran.

APAR yang ada di perusahaan yang belum berwarna merah dapat diganti dengan tabung yang berwarna merah, bagian SHE dapat meminta bantuan operator bagian umum untuk mengecat tabung APAR dengan warna merah. Tanda rambu untuk APAR harus diganti dengan standar yang sesuai dengan lampiran I regulasi ini untuk memudahkan pekerja dalam menemukan

APAR yang terdekat dalam lokasi tersebut, khususnya untuk APAR yang ditempel di dinding. APAR yang dikaitkan di tiang atau pilar jika tidak mencukupi boleh memakai rambu yang dipakai perusahaan saat ini. Berikut dimensi dari rambu segitiga APAR yang harus dipenuhi oleh perusahaan:

Gambar 4.2 Rambu Segitiga APAR Sesuai Dengan Lampiran I PER 04/MEN/1980

Pasal 7 ayat 1 pun juga harus dipenuhi agar semua konstruksi APAR yang ada di luar gedung tidak dikunci sehingga jika terjadi kebakaran APAR dapat segera diambil dan juga memudahkan pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian SHE setiap bulannya sehingga jika terjadi kecacatan pada APAR tersebut dapat segera diperbaiki.

Bagian SHE tetap melakukan pengecekan rutin setiap bulannya untuk memastikan APAR siap digunakan, khususnya pada area umum. APAR yang ada di dalam plant dapat meminta PIC dari masing-masing plant untuk melakukan pengecekan dan melaporkannya kepada bagian SHE. Bagian SHE juga harus memastikan bahwa rambu segitiga telah diganti sesuai dengan ketentuan di atas dan warna tabung juga harus sudah berwarna merah semua.

4.10.3 SNI 03-1745-1989 tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hydrant Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.

Pada hasil analisa tidak ditemukan adanya pelanggaran dalam regulasi ini, sehingga penulis mengusulkan agar perusahaan tetap melakukan perawatan secara rutin yang telah dilaksanakan yaitu:

Melakukan pengecekan fisik dari hydrant box, hydrant pilar dan pompa

hydrant setiap bulannya. Pengecekan dicatat sebagai record data bagian

SHE dan pelaporan kepada manajemen.

Jika ada bagian yang rusak atau kurang berfungsi harus segera diperbaiki. Bagian yang rusak dapat meminta bagian teknik untuk memperbaiki atau segera memanggil jasa perbaikan dari luar perusahaan dan bisa juga melakukan penggantian parts dengan memesan pada supplier.

Melakukan pemanasan pompa dan pengujian air hydrant setiap harinya agar selalu dalam kondisi siap.

4.10.4 PER 08 MEN VII 2010 tentang Alat Pelindung Diri.

Penulis memberikan usulan perbaikan agar perusahaan lebih memperhatikan akan pentingnya menggunakan APD agar seluruh karyawan bebas dari penyakit akibat kerja. Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan adalah:

Bagian SHE melakukan pemetaan APD di semua area perusahaaan sehingga dapat diketahui area mana saja yang memerlukan APD beserta jenisnya dan jumlah operator yang bekerja pada area tersebut.

Bagian SHE melakukan pengecekan terhadap APD yang dimiliki oleh perusahaan, jika ada APD yang belum dimiliki atau belum mencukupi maka bagian SHE dapat melakukan pembelian APD dengan persetujuan top

management.

Bagian SHE segera membagikan APD di area-area (plant, office, dan umum) sesuai dengan pemetaan yang dilakukan. Bagian SHE juga harus membuat record APD yang dibagikan sehingga dapat terkendali.

Membuat peraturan yang tegas akan pentingnya pemakaian APD. Hal ini juga didukung dengan setiap harinya bagian SHE dapat melakukan patroli di area-area yang wajib memakai APD.

Adanya sanksi yang jelas dan tegas bagi karyawan atau operator yang melanggar peraturan. Operator akan mendapat surat tilang jika tidak memakai APD dan dikenai denda sebesar Rp 5.000,-. Surat tilang akan menjadi tanggung jawab bagian SHE bersama dengan pengawas di area wajib APD.

Perusahaan dapat menyediakan APD untuk masing-masing plant dan area-area yang kritis seperti gas engine dan pengawas plant akan bertanggung jawab akan peminjaman dan pengembalian APD. Setiap harinya APD akan dipinjamkan kepada operator dan operator mengembalikannya lagi kepada pengawas plant.

Penyuluhan dan training tentang APD kepada karyawan dan operator baik pada saat awal sebelum kerja (induction training) maupun pada saat setelah diterima bekerja. Penyuluhan dapat dilakukan dengan menjelaskan dampak dan sanksi yang akan diterima jika APD tidak digunakan. Penyuluhan untuk karyawan dan operator dapat dilakukan sebulan sekali. Perusahaan dianjurkan meminta bantuan Hiperkes dalam pengadaan penyuluhan ini. Pengendalian dan pengawasan terhadap APD yang telah diberikan, seperti pembuatan laporan tentang keadaan dari fungsi dan fisik APD dari masing-masing bagian atau departemen. Laporan tersebut dibuat oleh PIC dari masing-masing plant dan di luar plant kemudian diserahkan kepada bagian SHE. Bagian SHE akan memeriksa laporan tersebut, jika ditemukan adanya APD yang cacat atau rusak atau hilang, maka bagian SHE akan mengganti APD tersebut dan memusnahkan APD yang rusak.

4.10.5 Peraturan Pemerintah 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah B3.

Penulis tidak menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan perusahaan terhadap undang-undang ini. Perusahaan diharapkan tetap melakukan prosedur untuk mengumpulkan limbah dan diserahkan kepada perusahaan yang

berwenang dan selalu tanggap jika terjadi tumpahan limbah B3. Sistem untuk pengolahan limbah B3 perusahaan sudah baik dan penulis berharap agar perusahaan tetap menjaga konsistensi dari penerapan regulasi ini.

4.10.6 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.

Perusahaan belum pernah mengadakan tes uji tingkat kebauan, maka dari itu, penulis mengusulkan agar perusahaan bekerja sama dengan Hiperkes untuk melakukan uji tingkat kebauan di beberapa area perusahaan seperti di setiap plant, area limbah, jalan samping area umum dan selokan dekat tempat parkir. Hal ini dianjurkan agar perusahaan dapat mengetahui area-area yang rawan terhadap bau sehingga dapat mencemari lingkungan perusahaan, produk maupun kesehatan pekerja.

Uji tersebut dapat diadakan setiap bulan dan dilaporkan kepada departemen tenaga kerja setempat. Jika ditemukan area yang melebihi batas NAB tingkat kebauan maka perusahaan dapat melakukan tindakan perbaikan dengan mencari sumber bau, media penyalur dan obyek yang terkena. Langkah pertama adalah mengatasi sumber dari bau tersebut, hal ini sangat disarankan agar bau tidak menyebar ke tempat lain. Langkah kedua apabila sumber bau tidak dapat diatasi maka bagian SHE dapat memberikan treatment kepada media penyalur yaitu udara dengan diberi kipas (fan) untuk mencegah datangnya bau. Langkah ketiga apabila sumber bau dan media penyalur tidak dapat diatasi maka obyek yang terkena, khususnya operator atau karyawan harus diberi APD. APD dapat berupa respirator atau masker. Hal ini untuk mencegah operator dan karyawan terkena penyakit saluran pernapasan.

4.10.7 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.

Penulis memberikan usulan kepada perusahaan agar area-area yang masih melanggar nilai ambang batas (NAB) faktor fisika khususnya suara dapat diperhatikan dengan pemberian APD ear muff atau ear plug kepada para operator. Area-area yang wajib diperhatikan antara lain area mixer, area moulder, dan area

baking di plant Gery A, serta area gas engine karena tingkat kebisingan di

area-area tersebut lebih dari 85 dBA. Penerapan sistem APD dapat dilihat pada usulan perbaikan untuk regulasi PER 08 MEN VII 2010 di atas.

Laporan pengecekan yang dilakukan oleh bagian SHE setiap bulannya harus disampaikan kepada pimpinan perusahaan dan juga kepada departemen tenaga kerja setempat. Perusahaan juga dapat bekerja sama dengan departemen tenaga kerja setempat untuk melakukan pengujian terhadap nilai ambang batas faktor fisika ini serta berdiskusi apabila menemukan kesulitan dalam melakukan tindakan perbaikan.

4.10.8 Peraturan Pemerintah 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan dan Penerangan Dalam Tempat Kerja.

Berdasarkan hasil analisa di atas, penulis memberikan beberapa saran perbaikan seperti:

Pembersihan kakus yang teratur seperti 2-3 kali sehari pada lantai, dinding, dan seluruh bagian kakus.

Membuka jendela setidaknya 2 kali dalam 1 shift kerja untuk sirkulasi udara yang sehat.

Penambahan jumlah lampu atau pengefektifan nyala lampu agar memenuhi standar penerangan kerja.

Pengapuran dinding atau pengecatan ulang setiap 2 tahun sekali untuk kebersihan dan keindahan gedung.

Penggantian kursi yang tidak ada sandaran punggunya dengan kursi yang ada sandaran punggungnya dan sesuai dengan tempat kerja.

Regulasi ini juga menjadi prioritas yang harus didahulukan oleh perusahaan karena setiap hari karyawan berhadapan langsung dengan dampak-dampak yang ditimbulkan. Perusahaan dapat melakukan:

Pembuatan jadwal dan check sheet yang ditempel di pintu kakus mengenai pembersihan kamar mandi atau kakus. Checksheet digunakan sebagai tolok ukur kebersihan dan pembersihan dilakukan setiap awal shift yaitu pada jam 7 pagi, 3 sore dan 11 malam. Berikut checksheet yang dapat digunakan oleh perusahaan:

Tabel 4.4 Checksheet Pembersihan Kakus

Waktu

No Kriteria 07.00 15.00 23.00

1 Lantai bersih dan kering 2 Dinding bersih dan kering 3 Bak air terisi penuh dan bersih 4 Gayung air berada pada tempatnya 5 Kakus bersih

6 Tidak ada sampah yang tertinggal 7 Air bersih dan bening

8 Lampu kamar mandi menyala dengan baik 9 Pintu berfungsi dengan baik

10 Tidak ada bau yang menyengat

Pencatatan jadwal pengecatan gedung dan lainnya seperti pipa hydrant, pipa gas, dll oleh bagian GA. Bagian GA bertanggung jawab akan jadwal pengecatan, pendanaan cat dan pencatatan record. Pencatatan tersebut harus dilaporkan kepada top management sebagai bukti pelaksanaan perawatan gedung dan fasilitas perusahaan.

Pada bagian office semua lampu harus dinyalakan khususnya jika ada karyawan yang bekerja di tempat tersebut. Jika tidak ada maka boleh tidak dinyalakan. Bagian SHE akan melakukan pengujian pencahayaan dengan lux meter setiap bulannya. Tempat-tempat yang memiliki tingkat pencahayaan yang kurang seperti area PD, harus diberi alternatif pencahayaan lain seperti penambahan lampu, pemberian lampu meja atau pembuatan lampu gantung. Apabila tidak dapat diberi alternatif pencahayaan maka bagian PD harus direlokasi.

4.10.9 Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 tentang Lingkungan Kerja Ruangan.

Saran perbaikan yang dapat dilakukan oleh perusahaan terkait hasil pengamatan yang telah dilakukan:

Perbaikan sistem ventilasi yang sesuai dengan standar yang berlaku di regulasi. Ventilasi harus dibuka setiap awal pergantian shift dan pada saat jam istirahat shift. Contoh pada shift 1, ventilasi di bagian office lantai 2 dibuka setiap jam 7 pagi dan jam 12 siang selama 15 menit agar sirkulasi udara berjalan dengan baik.

Penambahan job desc untuk operator office agar membersihkan tempat kerja pada saat 15 menit sebelum shift dimulai dan 15 setelah shift berakhir. Pelaksanaan poin ini dapat menambahkan WI (work instruction) untuk bagian kebersihan umum seperti:

Tabel 4.5 WI Pembersihan Area Kerja

Pengefektifan lampu atau penambahan jumlah lampu agar memenuhi standar penerangan di tempat kerja. Sistem penerangan dapat dilakukan seperti metode pada regulasi PP No. 7 Tahun 1964.

4.10.10 PER 01 MEN 1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.

Usulan yang dapat diberikan oleh penulis adalah:

Bekerja sama dengan rumah sakit Anwar Medika untuk memfasilitasi dokter supaya dapat mengikuti latihan Hiperkes.

Perusahaan menunjuk seorang dokter untuk menjadi dokter perusahaan dan difasilitasi untuk mengikuti latihan Hiperkes.

Segala biaya untuk pelatihan ditanggung oleh perusahaan.

4.10.11 PER 01 MEN 1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.

Usulan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan adalah:

Dalam dokumen 4. PEMBAHASAN. 17 Universitas Kristen Petra (Halaman 25-33)

Dokumen terkait