• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENYELESAIAN PERKARA KEPAILITAN MENURUT

B. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian

Kreditor adalah subjek hukum baik perseorangan maupun badan hukum yang mempunyai hak untuk menagih sejumlah uang dari debitor setelah lewat waktu yang diperjanjikan atau karena kewajiban telah timbul karena Undang-Undang.

Kreditor dapat menyita dan melaksanakan penjualan benda milik debitor guna pelunasan piutangnya. Benda-benda mana yang dapat disita dan urutan-urutannya serta cara penjualannya haruslah memperhatikan hak debitor serta menurut ketentuan hukum yang berlaku.

Pada asasnya debitor tidak mempersoalkan siapa kreditornya selama semua kewajiban prestasi dan syarat-syaratnya sama. Kalau kreditornya tertentu yakni berupa tagihan atas nama maka “cara pengoperannya dilakukan dengan formalitas tertentu dengan membuat akte cassie”33 atau dengan cara membuat pengakuan utang (schuld-bekentenis) baik atas tunjuk maupun atas bawa.

Para kreditor dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sesuai tingkat kedudukannya yang dapat dibedakan dari cara pelunasannya oleh debitor. Mariam Darus Badrulzaman dalam bukunya Aneka Hukum Bisnis menyatakan:

Hasil penjualan asset debitor yang dibayarkan kepada kelompok kreditor sebagai berikut:

1) Biaya eksekusi untuk benda bergerak/tdak bergerak yang tertentu (Pasal 1139 ayat (1) KUHPerdata)

2) Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang (Pasal 1139 ayat (4) KUHPerdata)

33 J.Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya, (Bandung: Alumni, 1993), hlm 26.

3) Kreditor pada butir 1 dan 2 di atas adalah berdasarkan hak istimewa khusus (special voorrechten) terhadap hasil penjualan benda tertentu (Pasal 1134, 1138, 1139 ayat (1) dan (4) KUHPerdata)

4) Biaya perkara karena pelelangan (Pasal 1149 ayat (1)) atas benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya

5) Upah karyawan (Pasal 1149 ayat 94) atas benda bergerak dan tidak bergerak berupa: (Pasal 1138, 1149 KUHPedata)

6) Kreditor (Negara) untuk pelunasan pajak (Pasal 1133 alinea 2 jo. UU tentang ketentuan Pajak No. 6 Tahun 1983)

7) Kreditor pemegang gadai dan hipotek (Pasal 113 KUHPerdata) 8) Kreditor berdasarkan hak istimewa (privilege), selebihnya baik

khusus dan umum (pasal 1134, 1139 KUHPerdata)

9) Kreditor yang mempunyai kedudukan sama (pari pasu, konkuren) yang dibayar seimbang (pond-pond gewijs) menurut besar kecilnya hutang (Pasal 1132 KUHPerdata).34

Dari pengelompokan tersebut di atas dapat dilakukan pembagian kreditor ke dalam tiga bagian besar, yaitu:

1) Kreditor Separatis (Secured Creditor) 2) Kreditor Preferen

3) Kreditor Konkuren (Unsecured Creditor)

Kreditor separatis (pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggugan, hipotek, atau agunan atas kebendaan lainnya) berada di luar kepailitan karena dapat

34 Mariam Darus Badrulzaman et.al. Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001), hlm 131-132.

mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjaddi kepailitan.35 Namun ditentukan kemudian bahwa hak eksekusi kreditor separatis ini ditangguhkan untuk paling lama 90 hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.36 Penangguhan ini tidak berlaku terhadap tagihan kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditor untuk memperjumpakan utang.37 Jangka waktu penangguhan (stay) tersebut demi hukum berakhir pada saat kepailitan diakhiri lebih cepat atau pada saat dimulainya keadaan insovensi.38 Sedangkan hak eksekusi kreditor separatis ini harus dilaksanakan dalam jangka waktu paling lambat dua bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi.39

Kreditor preferen, mempunyai kedudukan istimewa yang harus didahulukan oleh kreditor lainnya. Biaya perkara, biaya eksekusi maupun privilege khusus dan umum serta utang pajak adalah tagihan-tagihan harus didahulukan pelunasannya.

Kreditor konkuren adalah kreditor-kreditor yang tidak mempunyai hak istimewa dan bukan pula pemegang hak tanggungan, dan kedudukannya masaing-masinga adlah sama. Pembayaran utang pada kreditor konkuren adalah menurut keseimbangan yang biasa disebut pembayaran secara “pari passu pro rata parte”.

Pembayaran secara berimbang ini juga berlaku apabila ternyata dalam verifikasi jumlah harta lebih kecil dari jumlah utang.

Berpegang pada asas concursus creditorium, bila putusan pernyataan pailit telah di tetapkan, maka diterima suatu anggapan hukum bahwa seluruh kreditor menjadi pihak dalam putusan tersebut dan terikat atas isi putusan itu. Berdasarkan pada asas dan anggapan hukum tersebut, maka setiap kreditor berhak mengajukan

35 UU No. 37 Tahun 2004, Pasal 55 ayat (1).

36 Ibid., Pasal 56 ayat (1).

37 Ibid., Pasal 56 ayat (2).

38 Ibid., Pasal 57 ayat (1).

39 Ibid.,Pasal 59 ayat (1).

upaya hukum kasasi maupun peninjauan kembali atas putusan pernyataan pailit itu.40

2. Debitor

Debitor adalah si berhutang yang dapat dituntut atau diminta untuk membayar utang atau kewajibannya oleh si kreditor. Sering terjadi si debitor tidak memenuhi kewajibannya baik disebabkan karena kesengajaan maupun karena kelalaiannya.

Akibatnya si kreditor akan meminta pertanggung jawabannya si debitor. Debitor yang lalai yakni melakukan wanprestasi dapat digugugat di depan hakim. Seorang debitor dikatakan lalai apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah di perjanjikan.41 Mereka yang dapat dinyatakan sebagai debitor pailit adalah:42

a. Orang perorangan baik laki-laki maupun perempuan yang telah menikah maupun belum menikah.

b. Perserikatan-perserikatan dan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berbadan hukum seperti firma.

c. Perseroan-perseroan, perkumpulan-perkumpulan, koperasi maupun yayasan yang berbadan hukum.

d. Harta peninggalan.

Bagi jenis-jenis debitor tersebut di atas jelas perbedaan pengaturannya dalam undang-undang kepailitan, artinya aturan kepailitan bagi perusahaan besar maupun perusahaan kecil, berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum sama saja aturan kepailitan yang diterapkan. Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan apakah tidak sebaiknya dibuat aturan main yang berbeda untuk:

40 Manahan MP Sitompul, op.cit. hlm 57.

41 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan XVII, (Jakarta: Inter Nusa, 1983) hlm 147.

42 Ibid

1) Perusahaan besar dan perusahaan yang tergolong perusahaan kecil dan menengah;

2) Perusahaan koperasi dan non koperasi;

3) Perusahaan debitor yang sahamnya telah terdaftar di bursa efek dan belum terdaftar;

4) Perusahaan-perusahaan yang merupakan bank dan lembaga pembiayaan di satu pihak dan perusahaan lainnya;

5) Perorangan dan badan hukum;

6) Perorangan yang pengusaha dan bukan pengusaha, ibu rumah tangga, pensiunan, dokter, pengacara, dan perorangan lainnya yang hidup dari pendapatan tetap maupun tidak tetap;

7) Perorangan yang memiliki utang yang keseluruhannya di bawah jumlah tertentu dan perorangan yang memiliki utang yang keseluruhannya di atas jumlah tertentu.43

3. Hakim Pengawas

Debitor pailit tidak dapat lagi menguasai dan mengurus kekayaannya, maka harus diangkat dan ditunjuk Kurator untuk mengurus dan menguasai kekayaan Debitor yang dinyataakan pailit tersebut. Kurator juga perlu diawasi dalam melaksanakan tugasnya agar tidak menyalahgunakan kewenangannya atau untuk tidak melakukan hal-hal lain yang tidak diinginkan, untuk itu harus diangkat seorang Hakim Pengawas oleh Pengadilan Niaga. Dalam Putusan Pernyataan pailit harus

43Sutan Remy Sjaehdeini II, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi para pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institute Bankir Indonesia, 1993), hlm.

119.

diangkat Kurator dan seorang Hakim Pengawas yang ditunjuk dari hakim Pengadilan Niaga.44

Pengadilan Niaga memeriksa dan memutus perkara pada tingkat pertama dengan Hakim Majelis.45 Sesorang yang ahli dapat diangkat sebagai hakim ad hoc baik pada pengadilan niaga tingkat pertama, kasasi maupun pada tingkat peninjauan kembali berdasarkan Keputisan Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung.

Syarat-syarat menjadi hakim ad hoc sama dengan menjadi seorang hakim pengadilan niaga, kecuali syarat telah berpengalaman sebagain hakim dalam pengadilan niaga dapat diangkat sebagai Hakim Pengawas yang ditunjuk berdasarkan putusan pernyataan pailit, yang tugasnya adalah mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dikuasai oleh Kurator.

Tugas-tugas Hakim Pengawas dalam Kepailitan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.

b. Memberikan pendapat kepada pengadilan (Hakim Majelis) sebelum mengambil suatu putusan mengenai pengurusan atau pemberesan harta pailit.

c. Mendengar keterangan saksi atau memerintahkan penyelidikan oleh para ahli untuk memperoleh kejelasan tentang segala hal mengenai kepailitan.

d. Melimpahkan pemeriksaan saksi kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal saksi dalam hal saksi bertempat tinggal diluar wilayah hukum pengadilan yang memutus pailit.46

Tugas-tugas Hakim Pengawas dalam rangka PKPU dapat diuraikan sebagai berikut:

44 UU Nomor 37 tahun 2004, Pasal 15.

45 Ibid., Pasal 301

46 Ibid., Pasal 65,66,67.

a. Atas permintaan Pengurus, mendengar saksi atau memerintahkan pemeriksaan oleh ahli untuk menjelaskan keadaan yang menyangkut PKPU.

b. Mengusulkan kepada pengadilan niaga tentang penggantian Pengurus atau penambahan pengurus.

c. Mengangkat seorang ahli atau beberapa ahli untuk melakukan pemeriksaan tentang keadaan harta debitor dan menerima laporan dalam jangka waktu tertentu.

d. Memberi persetujuan kepada pinjaman debitor terhadap pihak ketiga serta mengganggunkan harta kekayaan debitor.

e. Memohonkan agar PKPU diakhiri dengan alasan debitor melakukan tindakan beritikad buruk dalam pengurusan hartanya, telah merugikan atau mencoba merugikan kreditornya, lalai melaksanankan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh pengadilan niaga atau Pengurus demi kepentingan harta debitor, atau bila keadaan harta debitor tidak memungkinkan dilanjutkan PKPU atau debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap kreditor pada waktunya.

Dalam hal Pengadilan Niaga menetapkan PKPU Sementara, wajib menunjuk seorang hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga serta mengangkat satu atau lebih Pengurus yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor.

4. Kurator

Dalam putusan pernyataan pailit juga diangkat dn ditunjuk seorang Kurator yang tugsnya adalah untuk melakukan pengurusan dan atau pemberesan terhadap harta

pailit, karena dengan adanya pernyataan pailit si dbitor tidak dapat lagi menguasai dan mengurus harta kekayaannya. Penunjukan Kurator ini adalah atas usul dari debitor maupun kreditor, sedang kewenangan pengangkatannya berada pada Pengadilan Niaga (Majelis Hakim). Kreditor maupun Debitor masing-masing dapat mengusulkan lebih dri satu calon Kurator, namun Pengadilan Niaga akan memutuskan siapa dan berapa orang yang akan diangkat menjadi Kurator dalam suatu Kepailitan. Sebelum berlakunya UU Nomor 44 Tahun 1998 yang menjaadi Kurator hanya Balai Harta Peninggalan (BHP) saja, tetapi setelah berlaku UU Nomor 44 tahun 1998 selain BHP dapat juga pihak lain bertindak sebagai Kurator yakni:47

a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit, dan

b. Terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.

Kurator dapat digantikan sewaktu-waktu atas kehendak dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan penetapan pengadilan yakni:48

a. Atas permohonan Kurator sendiri.

b. Atas permohonan Kurator lainnya, jika ada.

c. Usul Hakim Pengawas, atau d. Permintaan Debitur Pailit.

Selain atas permohonan dan pihak-pihak tersebut, Pengadilan Niaga harus memberhentikan atau mengangkat Kurator atas permohonan atau atas usul kreditor konkuren berdasarkan putusan rapat kreditor dengan putusan yang

47 Pasal 70 ayat (2) UU Nomor 37 Tahun 2004 jo Pasal 67 a UU No. 4 Tahun 1998.

48 UU Nomor 27 Tahun 2004, Pasal 71 ayat (1).

diambil berdasarkan suara setuju lebih dari separuh jumlah piutang kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.49

Dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Kepailitan dapat dikemukakan beberapa tugas-tugas dan wewenang Kurator sebagai berikut:

a. Melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit.

b. Mengumumkan putusan Hakim tentang pernyataan pailit dalam Berita Negara dan surat kabar yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas.

c. Melaksanankan semua upaya untuk mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya.

d. Meminta penyegelan harta pailit kepada Pengadilan Niaga dngan alasan untuk mengamankan harta pailit dengan melalui Hakim Pengawas.

e. Membuat pencatatan harta pailit termasuk surat, dokumen, uang dan perhiasan, efek dan surat berharga lainnya. Pencatatan (inventarisasi) ini dapat dilakukan di bawah tangan dengan persetujuan Hakim Pengawas.

f. Menyusun daftar utang dan piutang harta pailit, jumlah piutang masing-masing kreditor.

g. Melanjutkan usaha debitor pailit atas persetujuan panitia Kreditor sementara, bila panitia kreditor tidak ada diangkat maka untuk melanjutkan usaha debitor tersebut Kurator harus memerlukan izin dari Hakim Pengawas.

49 Ibid., Pasal 71 ayat (2).

h. Membuka surat dan telegram yang dialamatkan kepada debitor pailit, sedang surat dan telegram yang tidak berkaitan dengan harta pailit harus diserahkan kepada debitor pailit.

i. Menerima pengakuan dan keberatan yang berkaitan dengan harta pailit.

j. Member sejumlah uang yang ditetpkan oleh Hakim Pengawas untuk biaya hidup debior pailit dan keluarganya.

k. Mengalihkan harta pailit sejauh diperlukan untuk menutup biaya kepailitan atas persetujuan Hakim Pengawas.

l. Menyimpan uang, perhiasan, efek, dan surat berharga lainnya, kecuali bila Hakim Pengawas ditentukan lain.

m. Mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara, yakni setelah meminta saran dari panitia kreditor sementara dan dengan izin dari Hakim Pengawas.

n. Memanggil debitor untuk memberikan keterangan yang diperlukan oleh Hakim Pengawas, panitia kreditor dan Kurator.

o. Memberikan pendapat tertulis tentang rencana perdamaian dalam rapat pencocokan piutang.

p. Melakukan pinjaman dari pihak ketiga hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta pailit.

q. Menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap tiga (3) bulan, laporan tersebut bersifat tebuka untuk umum.

Kurator mempunyai dua kewajiban hukum dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Kewajiban tersebut adalah a). statutory duties, yaitu

kewajiban-kewajiban yang ditentukan oleh Undang-undang; dan b). fiduciary duties atau ficuciary obligations yang diemban oleh Kurator karena Kurator memiliki fiduciary relationship terhadap.50

a. Pengadilan, yang dalam UU Kepailitan Indonesia diwakili oleh Hakim Pengawas

b. Debitor.

c. Para Kreditor.

d. Para Pemegang Saham.

Dengan adanya fiduciary relationship ini maka Kurator akan mengemban kepercayaan dari pengadilan, debitor, para kreditor dan para pemegang saham untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya demi kepentingan pihak tersebut karena dengan demikian kurator bertanggung jawab kepada pihak-pihak tersebut. “Kurator adalah perwakilan pengadilan dan dipercayai dengan mempertaruhkan reputasi pengadilan untuk melaksanakan kewajibannya dengan tidak memihak”.51

5. Pengurus

Dalam hal permohonan PKPU yang diajukan oleh debitor maupun kreditor, Pengadilan Niaga harus mengabulkan PKPU Sementara dan harus pula menunjuk seorang hakim pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga serta mengangkat satu atau lebih Pengurus yang bersama dengan debitor mengurus harta debitor. Dengan diangkatya seorang, atau lebih Pengurus, maka dengan sendirinya kekayaan debitor berada di bawah pengawasan Pengurus. Debitor hanya dapat melakukan tidakan pengurusan dan pengalihan atas kekayaannya apabila mendapat

50 Sultan Remi Sjahdeini II, op.cit. hlm. 224-225.

51 Ibid

persetujuan dari pengurus. Tindakan debitor yang dilakukannya tanpa persetujuan Pengurus tidak akan mengikat harta kekayaan tersebut.52

Pengurus yang diangkat haruslah independen dan tidak memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan debitor atau kreditor. Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah:

a. Orang perseorangan yang berdomisili di wilayah Negara Republik Indonesia, yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus harta debitor, dan

b. Terdaftar pada kementerian yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peratran perundang-undangan.

Pengurus bertanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitor. Pertanggung jawaban Pengurus atas kesalahan dan kelalaiannya yang menyebabkan kerugian terhadap harta debitor akan didasarkaan pada prinsip fiduciare duty. Kreditor ataupun pihak-pihak yang dirugikan dapat menggugat Pengurus bila dalam melaksanakan tugasnya telah menyebabkan harta kekayaan debitor berkurang nilainya. Tanggung jawab Pengurus ini bukan hanya terhadap kerugian harta debitor akibat perbuatan yang disengaja saja tapi juga terhadap kerugian yang timbul karena kelalaian Pengurus. Namun, tugas utama Pengurus adalah bersama-sama dengan debitor mengurus kepentingan si debitor mengenai harta bendanya, artinya bahwa debitor tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau memindahkan hak atas sesuatu bagian dari hartanya tanpa persetujuan dari Pengurus.53

52 Manahan MP Sitompul, op.cit, 153-154.

53 Ibid

Imbalan jasa Pengurus ditetapkan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan yakni setelah PKPU berakhir dan harus dibayar lebih dahulu dari harta debitor. Untuk itu telah dikeluarkan Kep. Men. Keh. RI Nomor MH 09 HT. 05 10 THN. 1998 tentang Pedoman Besarnya Imbalan Jasa bagi Kurator dan Pengurus.

Pengurus wajib melaporkan keadaan harta debitor untuk setiap 3 bulan, dan laporan tersebut harus disediakan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga agar dapat dilihat setiap orang, bila ada masyarakat yang menginginkan untuk memperolehnya boleh dengan cuma-cuma. Jangka waktu pelaporan tersebut dapat diperpanjang oleh Hakim Pengawas.54

6. Peranan Ahli

Apabila PKPU telah dikabulkan, Hakim Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan pemeiksaan dan menyusun laporan tentang keadaan harta debitor dalam jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas. Ahli yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah dalam rangka menerapkan asas due diligence, karena dengan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan tuntas dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari harta debitor. Selanjutnya dapat diperoleh penilaian yang akurat apakah harta debitor memungkinkan untuk melakukan penawaran-penawaran dalam rencana perdamaian yang diajukan debitor. Ahli sangat berperan dalam mewujudkan prinsip due diligence ini karena keadaan debitor dpat diketahui secara rinci tentang utang piutang perusahaan sekaligus mengaudit keuangan perusahaan si

54 Ibid

debitor melalui tenaga akuntan. Konsultan hukum sangat diperlukan tenaganya untuk meneliti kedudukan perusahaan Debitor dari segi hukum baik yang berkaitan dengan hubungan perusahaan debitor dengan perusahaan induk, atau untuk kemungkinan melakukan merger, akuisisi atau konsolidasi.55

Seberapa banyak ahli dan jenis keahlian yang diperlukan tergantung daripada permasalahan yang mungkin ditemukan dalam suatu perusahaan debitor yang sedang tidak sehat tersebut. Seorang ahli yang spesifik pengetahuannya dapat diangkat untuk mengetahui secara teknis permasalahan demi untuk terwujudnya keterbukaan dalam mendapatkan keadaan sebenarnya dari perusahaan debitor.

Semua laporan tentang keberadaan harta debitor dan perhitungan keuangan dan hal-hal lain yang perlu, dilakukan dan disusun oleh ahli dengan bekerja sama dengan debitor dan Pengurus.

PKPU diajukan oleh debitor ataupun kreditor adalah pada saat posisi debitor sedang dalam keadaan genting karena ancaman kepailitan sudah mendesak.

Sehinga bila debitor hendak mengajukan rencana perdamaian dan tahap-tahap pelaksanaannya perdamaian itu hingga diperoleh PKPU Tetap, ada hal yang perlu dilakukan debitor yakni melaksanakan “prinsip-prinsip keterbukaan” dari pihak debitor tentang keadaan perusahhaannya. Keterbukaan informasi ini akan menentukan apakah kreditor akan menyetujui atau menolak proses perdamaian yang ditawarkan. Hal-hal yang ditawarkan dalam rencana perdamaian dengan adanya keterbukaan informasi, lebih memungkinkan tercapainya suatu kesepakatan yang mengarah kepada reorganisasi yang lebih luas cakupannya.56

55 Ibid

56 Ibid

Dalam prinsip keterbukaan ini ada tiga hal penting yang menjadi tujuan yakni:57 a. Keterbukaan itu berguna untuk memungkinkan kreditor untuk melakukan

atau tidak melakukan pembayaran yang telah dilakukan kepada kreditor lainnya, kepada insider atau kepada teman-teman debitor.

b. Informasi itu memungkinkan kreditor mengambil sikap terhadap rencana atau usulan reorganisasi atau likuidasi.

c. Yang paling penting adalah keterbukaan tersebut memungkinkan kreditor melakukan tawar-menawar terhadap rencana dan keputusan akhir, apakah menyetujui atau menolak rencana tersebut.

Kreditor sangat membutuhkan keterbukaan informasi yang relevan dan tepat untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga para kreditor memperoleh jawabannya dapat memberikan penilaian terhadap rencana perdamaian yang ditawarkan itu.

Debitor maupun para kreditor sangat membutuhkan ahli dalam melaksanakan dan mewujudkan asas due diligence maupun prinsip keterbukaan ini, karena peran ahli di bidang tertentu dan spesifik dapat mengubah keadaan yang tidak kondusif kearah perdamaian menjadi diterimanya rencana itu dengan adanya persetujuan antara debitor dengan para kreditor setelah memperoleh masuka dari para ahli.

Dalam melaksakan Studi Kelayakan dan menyusun laporannya, pembagian tugas diantara Tim Konsultan Ahli dapat ditentukan sebagai berikut:58

a. Kantor akuntan public menangani aspek keuangan dari perusahaan debitor dan para penjamin utang debitor.

57 David G. Epstein et.al dalam Bismar Nasution (Diktat), Hukum Kepailitan, Program Magister Kenotariatan, PPS USU 2003, hlm. 139.

58 Sultan Remy Sjahdeini II, op.cit, hlm. 372-373.

b. Kantor konsultan hukum mengenai aspek hukum dari perusahaan debitor dan para penjamin utang debitor.

c. Kantor konsultan manajemen keuangan dan bisnis menangani aspek manajemen dan aspek bisnis dari perusahaan debitor.

d. Perusahaan penilai (appraisal company) melakukan penilaian terhadap asset perusahaan debitor dan asset dan para penjamin utang debitor.

7. Peranan Penasehat Hukum (advocat)

Advokat sangat besar peranannya dalam proses kepailitan maupun PKPU.

Permohonan pernyataan pailit atau PKPU tidak dapat diajukan oleh Kreditor ataupun debitor sendiri, permohonan tersebut harus diajukan oleh seorang Advokat. Tindakan-tindakan kreditor maupun debitor yang harus dilakukan oleh advokatnya adalah dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam Kepailitan

1) Mengajukan permohonan persyaratan pailit kepada Ketua Pengadilan, baik sebagai Kuasa Kreditor atau Kuasa debitor.59

2) Selama putussan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, sebagai kuasa kreditor dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk:

a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh harta debitor atau

b. Menunjuk kurator sementara untuk mengawasi pengelolaan usaha debitor dan tugas-tgas lain yang merupakan wewenang kurator.60

59 UU Nomor 37 Tahun 2004, Pasal 6.

60 Ibid., Pasal 10.

3) Mengajukan upaya huku Kasasi ke Mahkamah Agung terhadap putusan pernyataan pailit dengan mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataan pailit61. 4) Menyerahkan atau menyampaikan memori kasasi (Pemohon) kontra

memori kasasi (Termohon) kepada Panitera Pengadilan.62

5) Meminta pembatalan hibah yang dilakukan debitor kepada Pengadilan yang merupakan hak kreditor, apabila dapat membuktikan bahw pada saat hibah dilakukan debitor mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakan itu akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor.63

6) Mengajukan permohonan eksekusi dari kreditor dan hak pihak ketiga

6) Mengajukan permohonan eksekusi dari kreditor dan hak pihak ketiga

Dokumen terkait