• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilar 2. Manajemen Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Analisis Tiap Pilar

IV.3. Pilar 2. Manajemen Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan

Lingkup analisis Pilar 2 dalam evaluasi ini meliputi seluruh upaya yang dilakukan untuk menyusun sistem manajemen penanggulangan bencana di satuan pendidikan, yang meliputi:

kajian risiko; pembentukan tim siaga bencana, pengembangan kebijakan SPAB di tingkat sekolah, perencanaan kesiapsiagaan dan tindakan penanganan pendidikan di masa darurat, dan penyusunan rencana aksi.

Pada pilar 2, terdapat berbagai upaya dari pemerintah dan lembaga non-pemerintah untuk mendukung penguatan sarana prasarana aman bencana di satuan pendidikan, antara lain:

1. Adanya kebijakan yang dikeluarkan setingkat menteri, yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana, dimana dalam Permendikbud ini banyak pasal terkait manajemen penanggulangan bencana diatur.

2. Kebijakan di tingkat daerah di wilayah provinsi Aceh, Bali, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Sulawesi Tengah serta di 8 Kabupaten/ Kota lainnya (Gambar 13).

3. Modul Pilar 2 terkait Manajemen Penanggulangan Bencana di Satuan Pendidikan telah disusun oleh Seknas SPAB.

4. Terdapat website SPAB yang dikelola oleh Seknas SPAB sebagai repositori dokumen-dokumen terkait SPAB, termasuk kebijakan, peraturan, dan panduan di tingkat nasional

Halaman 36 dari 100 hingga lokal, serta materi-materi yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga non-pemerintah.

5. Penyusunan peta jalan sekolah aman 2015 – 2019, penyusunan juknis, penguatan kemitraan bersama lembaga non-pemerintah, pengembangan instrumen kesiapsiagaan sekolah, dan bimbingan teknis.

6. Pembentukan Sekretariat Nasional SPAB dimana keanggotaannya juga melibatkan berbagai lembaga non-pemerintah yang banyak berkecimpung di pilar 2 dan pilar 3.

7. Mendorong partisipasi satuan pendidikan dalam bentuk simulasi bersama di Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional yang dilakukan tiap tahunnya di bulan April.

8. Penyusunan pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Masa Darurat sebagai upaya untuk memastikan pemulihan sektor pendidikan di masa bencana secara cepat, efektif, dan tepat sasaran.

9. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pelopor terkait SPAB di tingkat global dan juga di tingkat ASEAN.

Indonesia telah melaksanakan program satuan Pendidikan aman bencana (SPAB) sejak tahun 2008. Hal ini ditandai dengan bergabungnya Indonesia dalam peluncuran “Satu Juta Sekolah Aman dan Rumah Sakit Aman”, sebagai target yang dicanangkan secara global (UNISDR, 2010). Masih menggunakan sebutan dengan sekolah aman. Walaupun sebelum 2010, Indonesia telah melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana dengan berbagai istilah, diantaranya;

pengurangan risiko bencana berbasis sekolah (PRBBS), sekolah siaga bencana (SSB), sekolah tangguh bencana, sekolah madrasah aman bencana (SMAB).

Secara konsep, pelaksanaan SPAB di Indonesia juga selaras dengan dokumen global “Sekolah Aman Yang Komprehensif” yang dikeluarkan oleh The United Nation Office for Disaster Risk Reduction (UNISDRR), dengan Global Alliance for Disaster Risk Reduction & Resilience in Education Sector (GADRRRES). Dimana disebutkan bahwa tujuan SPAB adalah untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh semua bahaya terhadap sektor pendidikan (GADRRES, 2017).

Halaman 37 dari 100

Gambar 13. Kebijakan SPAB di Indonesia29

Sejak tahun 2017, Indonesia termasuk menjadi salah satu dari 58 negara di dunia yang telah menjadi Safe School Country Champion dalam Worldwide Initiative for Safe School (WISS).

Inisiatif ini diinisiasi dan dikoordinasikan oleh GADRRRES. Indonesia dalam berbagai kegiatan internasional, senantiasa aktif dan berkontribusi. Termasuk di wilayah Asia Tenggara.

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh ASEAN Safe School Initiative (ASSI), disebutkan bahwa Indonesia adalah satu dari delapan negara yang sangat aktif mempromosikan dan mengimplementasikan program SPAB, baik di level negara, maupun di Kawasan Asia (ASSI, 2020).

Di level nasional, konsep tersebut telah juga diturunkan ke dalam peta jalan SMAB 2015-2019 yang berfungsi untuk: 1). Memberikan dasar hukum pelaksanaan sekolah aman. 2).

Memberikan landasan bagi pembagian tugas dan tanggung para pemangku kepentingan.

3).Memberikan petunjuk, acuan dan pedoman dalam pelaksanaan, pemetaan kebutuhan, ketersediaan anggaran dan ketersediaan sumber daya lainnya. Peta jalan ini kemudian

29 Ibid.

Halaman 38 dari 100 dimutakhirkan kembali di tahun 2020 dengan diluncurkannya Peta Jalan Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana 2020-2024, dimana dalam lima tahun ke depan, telah diatur 10 target utama yaitu:

1. Kebijakan dan regulasi nasional dan daerah tentang SPAB di setiap provinsi/kabupaten/kota.

2. Terbentuknya 200 Sekretariat Bersama SPAB tingkat provinsi dan kabupaten/kota berfungsi dalam mengkoordinasikan penyelenggaraan program SPAB.

3. Terlaksananya Program SPAB mandiri di 40% satuan pendidikan di Indonesia.

4. Adanya sistem pemantauan dan evaluasi yang sistematis dan terukur melalui integrasi InaRISK (BNPB), DAPODIK (Kemendikbud), dan EMIS (Kemenag).

5. Pelaksanaan Permendikbud nomor 33 tahun 2019, mengakomodir Pendidikan Tinggi dan Pendidikan Non-Formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Sanggar Kegiatan Belajar).

6. Tersedianya 5 produk inovasi yang mendukung penyelenggaraan program SPAB.

7. Para pemangku kepentingan pendidikan memahami Permendikbud no. 33/ 2019.

8. Penganugerahan penghargaan SPAB award.

9. Potensi daerah (TAGANA, PMI, SAR, Pramuka, dll) terlibat mendukung penyelenggaraan SPAB.

10. Lembaga non-pemerintah dan swasta terlibat aktif di SPAB dengan kontribusi melalui program, pendanaan, tenaga ahli, dan bantuan sarana prasarana.

IV.3.1. Relevansi

Data kerusakan jumlah sarana prasarana satuan pendidikan yang terekam di Kemendikbud menunjukkan bahwa dengan adanya ragam dan tingkat ancaman bencana yang tinggi serta fasilitas sarana prasarana satuan pendidikan yang belum terjamin keamanannya, hal ini perlu diimbangi dengan adanya manajemen penanggulangan bencana di tingkat satuan pendidikan.

Manajemen penanggulangan bencana ini antara lain terdiri dari prosedur keselamatan dan keamanan di satuan pendidikan dengan adanya pembagian peran antara siapa melakukan apa, dimana, dan kapan, pembentukan tim siaga bencana di satuan pendidikan, serta merumuskan tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana.

Tindakan ini juga perlu dilengkapi dengan pemasangan rambu evakuasi, penetapan jalur evakuasi, serta penyusunan peta jalur evakuasi.

Halaman 39 dari 100

Gambar 14. Papan informasi Sekolahku Siaga Bencana (BNPB, 2020)

Saat ini baru 5% satuan pendidikan (sekitar 13,000 dari 272,000 sekolah) yang sudah mendapatkan intervensi program SPAB, yang umumnya merupakan intervensi dari pilar 2 dan pilar 3 (hasil data FGD). Sehingga, peningkatan upaya dalam pilar 2 masih sangat relevan dilakukan terutama untuk satuan pendidikan yang berada di wilayah rawan bencana.

IV.3.2. Efektivitas dan Efisiensi

Indonesia menjadi salah satu negara dari 58 negara yang memiliki kebijakan yang cukup baik, karena telah menggabungkan kebijakan pendidikan dalam situasi bencana dan juga di masa non-bencana serta dalam pelaksanaannya berkolaborasi dan mendapat dukungan yang cukup baik dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai lembaga non-pemerintah . Berbagai kebijakan untuk mendukung pelaksanaan SPAB telah dikeluarkan, baik di tingkat nasional, termasuk BNPB, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan juga panduan atau pedoman dari Sekretariat Nasional Sekolah Aman, LSM, donor, universitas dan perusahaan swasta. Di tingkat lokal, provinsi dan kota, termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas pendidikan, dinas pekerjaan umum serta didorong pula dengan keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta universitas setempat. Para pemangku kepentingan tersebut dalam 12 tahun (2008-2020) terakhir telah mengembangkan peraturan, kebijakan, dan inisiatif terkait dengan pendidikan bencana dan tata kelola keselamatan sekolah di Indonesia. Saat ini kebijakan utama SPAB di Indonesia adalah Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud), No.33 tahun 2019, tentang Penyelenggaraan Program Satuan pendidikan Aman Bencana.

Permendikbud ini mengatur, bagaimana penyelenggaraan program satuan pendidikan aman bencana dalam dilakukan pada saat sebelum, saat, dan setelah bencana, ragam layanan yang perlu diberikan, proses pembentukan Seknas dan Sekber SPAB, mekanisme pendanaan, serta metode pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala.

Halaman 40 dari 100

Gambar 15. kerangka regulasi SPAB antar stakeholder terkait di tingkat Nasional30

Beberapa faktor yang mempercepat akselerasi pelaksanaan SPAB di Indonesia adalah;

pengembangan pedoman teknis dan modul untuk 3 pilar sekolah aman komprehensif yang telah diterbitkan oleh Kemendikbud dan BNPB serta dukungan aktif dari berbagai Lembaga non-pemerintah pada tahun 2016.

Di sisi lain, proses integrasi berjalan paralel dilakukan oleh BNPB dan Kemendikbud dengan meningkatnya kerja sama dengan lembaga eksternal untuk mendukung program SPAB, seperti misalnya dengan Pramuka, Tagana Masuk Sekolah (Kemensos), Hizbul Wathan (Muhammadiyah), Palang Merah Remaja (PMI). Melalui kemitraan eksternal, kegiatan-kegiatan SPAB bisa diinisiasi menjadi salah satu kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa di sekolah dan juga bisa bersifat wajib untuk kelas tertentu. Inisiatif ini juga dilengkapi dengan penyusunan modul untuk para fasilitator/ pembina / pelatih seperti misalnya modul panduan untuk Pramuka. Hal ini bisa menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan cakupan program SPAB.

Di tingkat daerah, pembentukan dan pengembangan SPAB juga terus dilakukan. Motor penggerak di daerah terkait penerapan program SPAB adalah Sekretariat Bersama SPAB (Sekber SPAB) yang merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan koordinasi dan kolaborasi multi pihak, terutama di sektor pendidikan dan penanggulangan bencana. Sekber SPAB adalah bentuk serupa Seknas SPAB di tingkat daerah.

Provinsi Aceh telah melakukan inisiasi pembentukan Sekber SPAB pada tahun 2019 oleh Dinas Pendidikan dan Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), dengan dukungan berbagai lembaga non-pemerintah. Selain itu, di Aceh juga sedang dalam proses penyusunan peraturan daerah atau di Aceh disebut dengan Qanun terkait pendidikan kebencanaan yang saat ini sudah sampai pada tahap pembahasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Dari sisi penganggaran, Aceh juga telah memiliki Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk keperluan penanggulangan bencana, dimana dana ini perlu juga dialokasikan untuk mendukung

30 Ibid.

Halaman 41 dari 100 implementasi SPAB. Berdasarkan studi terbaru (Nurdin, 2019), menjelaskan bahwa kesiapsiagaan satuan Pendidikan di Aceh relatif cukup baik, terutama di gempa dan tsunami.

Di Provinsi Sulawesi Tengah. Penyusunan kebijakan melalui kepala daerah juga telah dilakukan, termasuk di Kabupaten Sigi, Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan level provinsi yang dimana wilayah ini terdampak karena gempa, tsunami, dan likuefaksi di tahun 2018.

Telah mulai menyusun peraturan gubernur, pembentukan sekber SPAB, dan pembuatan peta rawan bencana.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), selain kebijakan juga telah tersedia alat untuk monitoring dan evaluasi (monev) yang akan dipakai untuk penilaian dan keperluan audit yang kembangkan oleh Sekretariat Aman Bencana NTT. Instrumen akreditasi implementasi SPAB juga telah dibuat berdasarkan instrumen yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah (BAN S/M) pada tahun 2017. Beberapa sekolah juga telah melakukan integrasi SPAB ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Berbagai capaian ini dilakukan atas Kerja sama berbagai pihak, baik dinas Pendidikan, kantor wilayah Kementerian Agama (Kemenag), BPBD, dengan berbagai lembaga non-pemerintah.

“Untuk kegiatan integrasi modul kebencanaan ini sudah kami implementasikan ke dalam muatan pelajaran atau muatan

lokal/ekstrakurikuler. Kami sudah mendapat pendampingan mengenai SOP integrasi materi ini ke dalam mata pelajaran. Untuk kelas tinggi, kelas 4-6 berbentuk panduan yang sudah dilaksanakan selama ini, sedangkan untuk kelas 1-3 SD melalui bacaan-bacaan bergambar mengenai kebencanaan

dan poster yang kami pasang ditiap kelas”. kata salah satu guru di NTT

Sedangkan di Provinsi DKI Jakarta, telah diterbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 187 Tahun 2016 tentang Penerapan Sekolah Madrasah Aman Bencana. Pergub ini memiliki 10 Indikator capaian SMAB, yang jika dilihat indikator ini mayoritas untuk pelaksanaan pilar 2 dan 3. Adapun detail indikator adalah sebagai berikut (Pemda DKI, 2016):

1. Ditetapkannya peta ancaman bencana sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah;

2. Ditetapkannya prosedur tetap penanggulangan ancaman Bencana Sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah;

3. Ditetapkannya rencana aksi sekolah aman bencana oleh Kepala Sekolah/Madrasah;

4. Ditetapkannya tim siaga bencana di sekolah oleh Kepala Sekolah/Madrasah;

5. Tersedia dan diajarkannya modul penanggulangan bencana banjir, kebakaran, gempa bumi, angin topan, bagi siswa sekolah/madrasah;

6. Tersedianya tenaga pengajar yang berkemampuan membimbing dan membina pelaksanaan penanggulangan bencana banjir, kebakaran, gempa bumi, angin topan, di lingkungan sekolah/madrasah;

7. Tersedianya sarana dan prasarana keselamatan; alat pemadam api ringan; pelampung; tali tambang; rambu kebencanaan; alat pertolongan pertama; dan megaphone / sirine.

8. Terlaksananya simulasi penanggulangan bencana di sekolah/madrasah minimal 1 (satu) kali dalam setahun;

9. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi kegiatan sekolah/madrasah aman bencana; dan 10. Disosialisasikannya sekolah/madrasah aman dari bencana di lingkungan satuan pendidikan

oleh manajemen sekolah.

Halaman 42 dari 100 Data yang di miliki oleh BPBD DKI Jakarta, saat ini implementasi SPAB telah dilakukan di lebih dari 380 satuan Pendidikan. Sedangkan dari sisi dinas Pendidikan DKI Jakarta telah memberikan pelatihan SPAB kepada guru melalui Pusat Pengembangan Kompetensi Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Kejuruan (P2KPTK2).

“Sekolah yang aman dari bencana yaitu memiliki bangunan yang kokoh, memiliki tulisan evakuasi, mempunyai alat peringatan dini, memiliki alat pemadam kebakaran. Di sekolah sudah pernah dilakukan latihan” kata

salah satu guru di Jakarta

Pelaksanaan kegiatan lain adalah berupa pelatihan untuk siswa, serta simulasi rutin, yang melibatkan polisi, puskesmas, dan pihak kelurahan. Untuk memonitor pelaksanaan, Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta telah menginisiasi penyusunan instrumen monitoring SPAB bersama BPBD, Disdik, Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP), Seknas SPAB, Wahana Visi Indonesia (WVI), dan Yayasan Kausa Resiliensi Indonesia (YKRI) di tahun 2018. Pada tahun 2019 instrumen tersebut diadopsi ke dalam penilaian sekolah sehat DKI Jakarta.

“Terkait Pilar 2, kami dari dinas Pendidikan bersama dengan DAMKAR, BPBD, dan beberapa LSM sering membantu kami terkait dengan manajemen sekolah sehingga aman dari bencana.“ kata salah satu

perwakilan dinas pendidikan saat FGD

Peta dan jalur evakuasi belum banyak dimiliki satuan pendidikan. Program SPAB khususnya pilar 1 mendukung terpenuhinya sarana dan prasarana aman bencana, salah satunya adalah pemenuhan peta dan jalur evakuasi bencana di satuan pendidikan. Apabila setiap sekolah telah mengetahui risiko ancaman bencana di wilayah mereka, tentunya mereka akan melakukan rencana aksi termasuk rencana tanggap darurat apabila bencana terjadi, salah satunya dengan melengkapi bangunan satuan pendidikan dengan peta jalur evakuasi dan rambu jalur evakuasi bencana.

Pelaksanaan SPAB di Indonesia telah beradaptasi dan terus berkembang. Pada awal pelaksanaan lebih dominan dengan cara-cara konvensional atau tatap muka. Namun, saat ini pemerintah, melalui Kemendikbud, BNPB dan dengan dukungan berbagai lembaga non-pemerintah juga telah mengembangkan pola daring (online) untuk guru dan pendidik di kelas melalui e-learning untuk mempercepat proses pembelajaran. Program bimbingan teknis yang berlangsung melalui daring juga mendorong setiap guru dan kepala sekolah yang menjadi peserta bimtek untuk melakukan rencana tindak lanjut yang salah satunya adalah untuk menyusun manajemen penanggulangan bencana di sekolahnya.

IV.3.3. Dampak

Saat ini terdapat lebih dari 250.000 sekolah dibangun di daerah rawan bencana di seluruh Indonesia, mencakup hingga 75% sekolah di seluruh Indonesia. Secara umum, jangkauan dan cakupan, termasuk lebih dari 62 juta anak-anak dan 8 juta mahasiswa kemungkinan akan terpengaruh. Kemajuan untuk sekolah aman komprehensif di Indonesia telah diprioritaskan oleh pemerintah dan juga pemangku kebijakan terkait pendidikan lainnya untuk memastikan pendidikan yang aman untuk anak-anak. Dalam 12 tahun terakhir, sejak modul SPAB pertama diperkenalkan di Indonesia, ada lebih dari 27.000 sekolah menerapkan program sekolah aman

Halaman 43 dari 100 termasuk ketersediaan dana dari anggaran pemerintah, negara-negara bersatu, dan organisasi non-pemerintah senilai 842 miliar Rupiah ($ 57,3 juta USD) .

Gambar 16. Lini masa Implementasi SPAB

Selama periode pelaksanaan peta jalan SPAB 2015-2019 beberapa dampak signifikan yang terlihat adalah perhatian lebih serius dari Kemendikbud, Kemenag, dan BNPB. Hal ini bisa dilihat dari adanya alokasi anggaran implementasi SPAB setiap tahunnya, serta adanya kebijakan melalui peraturan Menteri Pendidikan No. 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program SPAB, serta peraturan kepala BNPB pada 2014.

Kerja sama dalam mendorong terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi program antar lembaga yang juga terlibat dalam SPAB yaitu dengan dibentuknya Seknas SPAB dengan keanggotaan lintas kementerian; Kemendikbud, Kemenag, BNPB, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Berbagai sekretariat bersama juga telah terbentuk di berbagai daerah di Indonesia, baik di level kabupaten/kota, maupun provinsi. Lini masa penyelenggaraan SPAB pada rentang tahun 2015-2020 diperlihatkan pada Gambar 16.

IV.3.4. Keberlanjutan

Walaupun secara umum, bahwa keberlanjutan program SPAB masih sangat menantang di Indonesia, namun berbagai inisiatif telah terus dilakukan oleh beberapa pihak. Misalnya BNPB dengan Kemendikbud mulai dari 2015 sampai 2020 ini terus melakukan implementasi SPAB dengan berbagai strategi. Mulai dari menyiapkan fasilitator nasional (yang biasa disebut fasnas) yang berasal dari berbagai lembaga dari berbagai daerah, atau melakukan Kerja sama langsung dengan Lembaga non-pemerintah lokal, yang bertugas mendampingi pelaksanaan implementasi dan meningkatkan kapasitas fasilitator daerah.

Hal lain, BNPB bekerja sama dengan Pramuka, khususnya gugus tugas yang sehari-hari berada di daerah dan di satuan Pendidikan, karena sebagian besar anggotanya adalah guru dan tenaga pendidik. Strategi ini dianggap cukup efektif, baik secara implementasi maupun capaian angka penerima manfaat. Dalam implementasi 2019, BNPB dengan Pramuka melakukan

Halaman 44 dari 100 pendampingan di 7 lokasi yang berada di 16 kabupaten/kota, dilaksanakan oleh 35 pembina, dengan capaian 338 fasilitator di 338 satuan Pendidikan untuk 33 ribu siswa/siswi (Paparan BNPB, pada Percepatan Implementasi SPAB di Indonesia, 2020). Setelah program berakhir maka ada 338 fasilitator yang akan terus melakukan pendampingan di masing-masing wilayahnya.

Di level satuan pendidikan pengintegrasian kegiatan dan materi SPAB juga dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam bentuk kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, sehingga tidak akan membebani tugas dan waktu kegiatan belajar mengajar (KBM) reguler. Sebagai contoh di SDK Waiara di Sikka, NTT, siswa senior yang merupakan tim siaga bencana di sekolah tersebut memberikan sosialialisasi kepada kelas rendah, sebagai bagian dari transfer pengetahuan. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki peran yang besar dalam memastikan adanya keberlanjutan dalam program SPAB.

IV.3.5. Inovasi

Berbagai inovasi telah dikembangkan dalam upaya memperluas cakupan implementasi SPAB di Indonesia. Inovasi SPAB tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun juga oleh berbagai Lembaga non-pemerintah.

Di sisi inovasi. Kemendikbud, melalui Seknas SPAB setidaknya memiliki empat inovasi utama, yaitu;

1. Telah tersedianya portal pelatihan SPAB melalui daring (e-Learning), yang dapat diakses melalui website https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/user/spab. Portal ini mengikuti pola juknis SPAB dan terdiri dari 12 sesi, disajikan dengan kreatif dan menyenangkan, melalui gambar, video, grafis, tulisan dan dilengkapi dengan kuis.

Target utama pelatihan ini adalah guru dan tenaga pendidik, namun pada prakteknya, siapa saja yang tertarik dalam mempelajari SPAB dapat mendaftarkan diri.

2. Tersedia-nya website khusus tentang SPAB yang dikelola oleh Seknas SPAB https://spab.kemdikbud.go.id/. Di dalam website ini, terdapat berbagai materi, modul, kebijakan, serta materi KIE. Sehingga siapa saja yang memerlukan data dan informasi dapat mengakses website tersebut.

3. Integrasi data Dapodik Kemendikbud dengan portal InaRISK https://inarisk.bnpb.go.id/, Kerjasama BNPB dengan Seknas SPAB, sehingga saat ini telah tersedia informasi risiko dan ancaman bencana untuk seluruh sekolah di Indonesia secara makro.

4. Pengembangan aplikasi monitoring dan evaluasi SPAB yaitu “MONEV SPAB” yang berbasis mobile dan website, kerjasama BNPB, Kemendikbud, Kemenag dibawah koordinasi Seknas SPAB, dengan dukungan Plan International Indonesia. Aplikasi ini bertujuan untuk memudahkan monitoring secara terukur dan terstruktur.

Inovasi terkait SPAB lainnya yang dilakukan baik oleh Kementerian/Lembaga, daerah, satuan pendidikan maupun oleh non-pemerintah yaitu diantaranya:

• Pendekatan melalui gugus depan Pramuka diinisiasi oleh BNPB dengan memberikan pelatihan melalui Pembina pramuka untuk SPAB, pola keberlanjutan implementasi dapat di tularkan melalui diseminasi secara informal oleh Kakak Pembina Pramuka kepada junior pramuka baru.

Halaman 45 dari 100

• Pembentukan Sekber SPAB, mengembangkan inovasi perangkat monitoring dan evaluasi yang berfungsi untuk audit dan penilaian akreditasi satuan pendidikan.

• Di level satuan pendidikan, misal di di SDI St. Yoseph, Kupang, NTT, sebagai bagian pengingat dan peringatan bahwa wilayah satuan pendidikan berada di wilayah dengan risiko bencana tinggi (gempa bumi), maka setiap jam 9 pagi dibunyikan sirine, agar seluruh satuan pendidikan waspada sebagai bagian dari kesiapsiagaan bencana.

• Pengembangan game SPAB oleh Plan Indonesia sejak 2014 (https://www.preventionweb.net/educational/view/45103). Game ini dapat di unduh melalui play store, dan sangat ramah untuk anak-anak. Selain itu, Plan Indonesia juga telah menyelenggarakan kompetisi pengembangan aplikasi SPAB berbasis mobile untuk anak muda pada tahun 2019 yang lalu.

IV.3.6. Pembelajaran

Terdapat berbagai tantangan atau hal yang belum berjalan dengan baik dalam pelaksanaan SPAB secara nasional sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan sebagaimana yang disampaikan oleh berbagai narasumber pemerintah dan non-pemerintah. Tantangan dan hambatan ini berlaku, baik di level nasional dan daerah yaitu diantaranya:

1. Rendahnya kepedulian/pemahaman berbagai pihak akan pentingnya pengetahuan dan memberikan prioritas kepada implementasikan program SPAB di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.

2. Belum adanya kebijakan turunan untuk implementasi di seluruh tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota sehingga belum mendorong satuan pendidikan untuk melakukan implementasi di tingkat sekolah.

3. Kurangnya peningkatan kapasitas, baik dalam format pelatihan maupun sosialisasi. Hal ini berimplikasi rendahnya pengetahuan guru dan tenaga Pendidikan lainnya melakukan implementasi di satuan pendidikan. Seperti, melakukan analisa ancaman, risiko dan kapasitas, Penyusunan Standar Operasi Dan Prosedur (SOP), pembuatan peta risiko bencana, dan simulasi rutin.

4. Kurangnya fasilitator/guru dan tenaga pendidikan yang mendampingi implementasi SPAB di berbagai daerah, seperti yang ditemuan di Provinsi Aceh, Jakarta, NTT, maupun

4. Kurangnya fasilitator/guru dan tenaga pendidikan yang mendampingi implementasi SPAB di berbagai daerah, seperti yang ditemuan di Provinsi Aceh, Jakarta, NTT, maupun

Dokumen terkait