• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

5. Pilihan Ganda

Pilihan ganda mencakup mengenai definisi pilihan ganda, kaidah penulisan soal pilihan ganda, syarat penulisan soal pilihan ganda, kelebihan soal pilihan ganda, dan kekurangan soal pilihan ganda.

a. Definisi Pilihan Ganda

Menururt Sukardi (2008: 125) item tes pilihan ganda adalah tes yang digunakan untuk mengevaluasi aplikasi pengetahuan hasil belajar yang telah diberikan kepada siswa selama satu semester. Item tes pilihan ganda juga dapat digunakan untuk mengukur batasan atau definisi pengetahuan yang sudah jelas, sedangkan untuk pengetahuan yang masih kurang jelas para guru dianjurkan untuk menggunakan item menjodohkan.

Menurut BALITBANG DEPDIKNAS (2007: 13) soal pilihan ganda adalah bentuk soal yang jawabannya dapat dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Kontruksinya terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilihnya jika tidak menguasai materinya.

Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas yang tinggi, mengukur berbagai tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini sangat tepat digunakan untuk

ujian berskala besar yang hasilnya harus segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah, dan ujian seleksi pegawai negeri. Hanya saja, untuk menyusun soal pilihan ganda yang bermutu perlu waktu lama dan biaya cukup besar, disamping itu, penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi, terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci jawaban. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).

Dalam penyusunan soal tes tertulis, penulis soal harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa. Selain itu soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.

b. Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda

Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008: 15-16) sebagai berikut.

1) Materi

Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban). Selain itu menurut Wijaya (2010: 24) kaidah penulisan butir soal berkaitan dengan materi meliputi:

a) Soal harus sesuai dengan indikator yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar yang terdapat dalam kurikulum.

b) Pilihan jawaban harus berfungsi, homogen, dan logis. c) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban benar.

2) Konstruksi

a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan

b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk

keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

e) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

f) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di

atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.

g) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

h) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

i) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

k) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

3) Bahasa/budaya

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan; (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti peserta didik. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal. Menurut Wijaya (2010: 24) sebagai tambahan dalam kaidah penulisan soal pilihan ganda berkaitan dengan bahasa adalah

jika soal akan digunakan untuk daerah atau secara nasional maka jangan menggunakan bahasa yang hanya berlaku setempat.

Contoh soal yang berkaitan dengan kaidah-kaidah penulisan butir soal dengan aturan yang berhubungan dengan materi, konstruksi, dan bahasa adalah:

Tentukan hasil dari: 30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = ? a. 73 b. 18 c. 2 d. -73 Kunci jawaban : c Penyelesaian: 30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 30 – 20 + (-8) = 30 – 28 = 2 Alternatif pengecoh:

Pengecoh pertama kemungkinan salah konsep prosedur operasi 30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 26 x 5 + 16 : (-2) = 130 + 16 : (-2) = -73 Pengecoh kedua kemungkinan salah prosedur dan sifat pembagian 30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 26 x 5 + 16 : (-2) = 130 + 16 : (-2) = 73 Pengecoh ketiga kemungkinan salah konsep pengurangan

30 – 4 x 5 + 16 : (-2) = 30 – 20 + 16 : (-2) = 30 – 20 + 16 : (-2) = 30 – 20 – 8 = 30 –

c. Syarat Tes Tertulis Pilihan Ganda

Menurut Kunandar (2014: 201 ) tes tertulis memiliki beberapa syarat yaitu: 1) Memiliki validitas yang tinggi, artinya mampu mengungkapkan aspek hasil

belajar tertentu secara tepat. Aspek hasil belajar berhubungan dengan tujuan pembelajaran tersebut. Jika validitas tinggi berarti tes tersebut berhasil mengukur apa yang ingin diukur.

2) Memiliki reliabilitas yang tinggi, artinya mampu memberikan gambaran yang relatif tepat dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Tes yang memiliki reliabilitas yang tinggi berarti tes itu memiliki keajegan atau konsistensi, yang artinya bila tes tersebut diujikan pada siswa di lain kesempatan maka hasil yang didapatkan adalah kurang lebih sama atau mirip. 3) Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang memadai, artinya setiap butir soal

dalam tes itu dapat membedakan siswa yang belajar atau menguasai materi dan peserta didik yang belum belajar atau belum menguasai materi. Dalam daya pembeda, siswa yang siswa yang belajar atau menguasai materi dan peserta didik yang belum belajar atau belum menguasai materi dapat dilihat perbedaannya melalui nilai akhir yang didapatkan siswa. Discrimination indeks

atau daya pembeda ( D ) menurut Arikunto ( 2012 ; 226 ) adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh ( berkemampuan rendah ). Indeks diskriminasi mengenal tanda negatif yang digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukkan

kualitas testee, yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto ( 2012: 232 ) adalah :

Tabel 2.1 Klasifikasi Daya Pembeda D 0.00 – 0.20 Jelek ( poor )

D 0.21 – 0.40 Cukup ( satistifactory ) D 0.41 – 070 Baik ( good )

D 0.71 – 1.00 Baik sekali ( excellent ) Keterangan tabel:

Tabel 2.1 menunjukkan klasifikasi dari daya pembeda soal. Jika hasil dari perhitungan daya pembeda semakin mendekati 1 berarti daya pembeda soal semakin baik, sebaliknya jika semakin mendekati 0 daya pembeda soal tersebut semakin jelek.

4) Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan dites, kira-kira 30% soal mudah, 50% soal sedang, dan 20% soal sulit. Menurut Arikunto (2012 : 207) tingkat kesukaran tes adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0.00 sampai dengan 1.0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0.0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1.0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Klasifikasi indeks kesukaran menurut Arikunto (2012 : 225) adalah soal dengan P 0.00 sampai 0.30 adalah soal sukar, soal dengan P 0.31 sampai 0.70 adalah soal sedang, soal dengan P 0.71 sampai 1.00 adalah soal mudah. Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (Tingkat Kesukaran ≤ 0.25) distribusinya berbentuk positif skewed yang

ditunjukkan dengan kurva yang menceng ke kanan, sedangkan tes yang mudah (Tingkat Kesukaran≥ 0.80) distribusinya berbentuk negatif skewed yang ditunjukkan dengan kurva yang menceng ke kiri (Suprananto, 2012:175). Berikut adalah gambar kurva skeness.

Gambar 2.2 Kurva Skewness

Hasan (2009:125) menyatakan skewness (kemencengan atau kecondongan) adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Bentuk kurva skewness terdapat puncak keruncingan atau sering disebut dengan kurtosis. Hasan (2009:137) menjelaskan bahwa keruncingan atau kurtosis adalah tingkat kepuncakan dari sebuah distribusi yang biasanya diambil secara relatif terhadap suatu distribusi normal. Berdasarkan keruncingannya, kurva distribusi dibedakan menjadi 3 yaitu:

a) Leptokurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak relatif tinggi, yang memiliki nilai lebih besar dari 3.

b) Platikurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak hampir mendatar, yang memiliki nilai lebih kecil dari 3.

c) Mesokurtik yaitu distribusi yang memiliki puncak tidak tinggi dan tidak mendatar, yang memiliki nilai sama dengan 3.

Gambar 2.3 Kurva Kurtosis

5) Mudah diadministrasikan, artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanaannya, cara pengerjaannya dan cara mengkoreksinya.

d. Kelebihan soal pilihan ganda

Kelebihan soal pilihan ganda menurut Hamzah (2014: 36) adalah 1) Pemeriksaan dan pemberian skor jauh lebih mudah dan cepat, 2) Hasil penilaian bersifat obyektif karena tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, 3) Ruang lingkup materi yang diujikan luas dan menyeluruh, 4) Jawaban yang benar sudah tertentu dan pasti, 5) Pemeriksaan bisa diserahkan ke orang lain, 6) Analisis butir tes dapat dilakukan dengan lebih mudah.

e. Kelemahan soal pilihan ganda

Menurut Hamzah (2014: 37) kelemahan dari soal pilihan ganda antara lain: 1) Proses pembuatan soal sukar dan lama, 2) Proses berpikir siswa untuk menemukan jawaban tidak dapat diukur, 3) Ada faktor menebak dari siswa, 4) Lebih mementingkan hasil akhir daripada proses pengerjaan soal, 5) Kurang bisa menggambarkan daya pikir dan analisis siswa, 6) Biaya perbanyakan relatif lebih mahal, 7) Siswa mudah melakukan kerja sama dengan temannya.

Dokumen terkait