• Tidak ada hasil yang ditemukan

30

Plastik merupakan salah satu alternatif kemasan yang banyak digunakan dalam berbagai sektor kehidupan. Sampai saat ini pun, Pemerintah tak bisa mengatasi mengolah semua sampah plastik tersebut dimana hal ini dapat memicu timbulnya global warming. Oleh karena itu, untuk melakukan pencegahan maka saat ini banyak yang menggunakan biodegradable plastik dimana plastik ini menggunakan bahan alam yang mudah terurai dan diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu keuntungan Biodegradable plastik ini adalah jika telah terdegradasi ditanah maka akan dijadikan sebagai pupuk kompos.

Plastik biodegradable menjadi salah satu poin penting karena plastik akan hancur dan terurai oleh aktivitas mikroorganisme serta setelah habis terpakai dan terbuang akan menjadi air and gas CO2. Selain menghasilkan karbon dioksida dan air, plastik ini akan menghasilkan senyawa organic lain seperti asam organik dan aldehid yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Salah satu bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan plastik biodegradable adalah pati yang berasal dari tuumbuh-tumbuhan(bagian daging, buah, umbi atau kulit buah). Pati atau amilum ini dapat didegradai bakteri Pseudomonas dan bacillus dengan memutus rantai polimer menjadi monomer. Pembentukan film plastik menjadi pati pada prinsipnya adalah gelatinasi molekul pati. Gelatinasi ini terjadi dengan adanya penambahan air lalu dipanaskan pada suhu tinggi. Biodegradasi merupakan perubahan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemasan dengan tingkat biodegradasi setelah kontak dengan mikroorganisme yaitu sifat hidrofobik, bahan aditif, proses produksi, struktur polimer, morfologi dan berat molekul bahan kemasan (Ummah, 2013:35).

31

Gambar 10. Mekanisme Degradasi Plastik (Sumber : Pudjiastuti,2012)

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebbakan degradasi polimer yaitu sinar matahari, panas, umur dan faktor alam. Pada gambar diatas menunjukkan mekanisme degradasi plastik di alam dan menghasilkan gas CO2, H2O, dan CH4 (Pudjiastuti, 2012).

Intensitas penggunaan plastik sebagai kemasan pangan makin meningkat karena plastik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kemasan lainnya seperti plastik jauh lebih ringan dibandingkan logam ataupun gelas dan plastik itu tidak mudah pecah.

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menjadi masalah lingkungan yaitu tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanha, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu, diperlukan solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan pengembahan bahan plastik biodegradable yang menggunakan bahan alami terbaharui (renewable resources) (Herawan 2015:7).

32 6. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

 Kadar air merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan perubahan kualitas pada produk mie instan.

 Semakin lama umur penyimpanan mie instan, maka semakin besar kadar air yang dihasilkan.

 Analisa organoleptik merupakan uji yang menggunakan panca indera untuk melakukan uji sensori.

 Metode Penyimpanan Mie Instan dibagi menjadi tiga yaitu Penyimpanan di shelflife, Penyimpanan dengan simulasi pasar, Penyimpanan dengan simulasi matahari.

 Kadar air terendah hingga tertinggi berdasarkan perbedaan metode penyimpanan yaitu penyimpanan di shelf life, penyimpanan dengan perlakuan simulasi pasar, dan penyimpanan dengan terpapar sinar matahari.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar air pada suatu produk yaitu suhu, kondisi lingkungan, dan sinar matahari.

 Plastik biodegradable akan menjadi hancur jika terurai oleh aktivitas mikroorganisme dan akan menghasilkan CO2 dan air

 Pati atau amilum ini dapat didegradai bakteri Pseudomonas dan bacillus

 Faktor yang dapat menyebbakan degradasi polimer yaitu sinar matahari, panas, umur dan faktor alam

6.2. Saran

PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Noodle Division Semarang mempertahankan penjaminan mutu secara kimiawi terhadap produk mie instan dan mempertahankan kemasan mie instan yang ramah lingkungan serta mempertahankan Good Manufacturing Practices untuk pekerja.

33 7. DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. (2008). Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 1. Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta

https://bsd.pendidikan.id/data/SMK_10/Pengawasan_Mutu_

Bahan_Produk_Pangan_Jilid_1_Kelas_10_Eddy_afrianto_2008.pdf

Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. https://books.google.hn/books?id=6y2eu0xw7s4C

Badan Standardisasi Nasional. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992 https://dokumen.tips/documents/sni-01-2891-1992-cara-uji-makanan-dan-minu man.html

Badan Standardisasi Nasional. Mie Instan. SNI 01-3551-2012

https://kupdf.net/download/updated-sni-3551-2012-mi-instan_58be3059e12e89d42fadd374_pdf

Badan Standardisasi Nasional. Minyak Goreng Sawit. SNI 7709-2012 https://dokumen.tips/documents/sni-migor-sawit-sni-no-7709-2012.html

Badan Standardisasi Nasional. Minyak Kelapa Sawit (crude palm oil). SNI-2901-2006 http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/7123

Badan Standardisasi Nasional. Persyaratan Mutu Air Minum. SNI 01-3553-2006 http://eprints.polsri.ac.id/949/8/LAMPIRAN%20I.pdf

Badan Standardisasi Nasional. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. SNI 3751-2009 http://sispk.bsn.go.id/SNI/DetailSNI/8117 dengan Penambahan Lilin Lebah (Beeswax)”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang:2015. https://lib.unnes.ac.id/22506/

Herawati, H. 2008. Penentuan Umur Simpan Pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 27(4)2008. http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/11/p3274082_penentuan_umur_simpan-libre.pdf

International Organization for Standardization. Standar Sistem Manajemen Mutu. ISO 9001 https://www.osscertification.id/certification/iso9001

34

International Organization for Standardization. Standar Sistem Manajemen

Keselamatan Pangan. ISO 22000

https://www.osscertification.id/certification/iso22000

Nathania, E. 2017. Pengawasan Mutu Fisik dan Organoleptik Pada Bumbu Mie Instant Non Reguler Di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang. http://repository.unika.ac.id/15571/

Pudjiastuti, dkk. “Polimer Nanokomposit Sebagai Master Batch Polimer Biodegradable untuk Kemasan Makanan” Junal Riset Industri VI, no. I (2012):h. 51-60 http://ejournal.kemenperin.go.id/jri/article/view/3294

Puspitasari, D. 2004. Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu Pada Industri Pengolahan Tahu. Institut Pertanian Bogor. Bogor https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/4867

Roberts, T. & Graham, P. 2013. Food Storage Guidelines For Consumer. Department of Human Nutrition, Foods and Exercise, Virginia Tech. https://www.ksre.k-state.edu/humannutrition/foodstorage-documents/Virginia348-960_pdf.pdf Tokiwa, Y., B.P. Calabia, C.U. Ugwu, and S. Aiba. 2009. Biodegradability of plastics.

Ing. J. Mol. Sci. 10: 3722-3742 https://www.mdpi.com/1422-0067/10/9/3722 Ummah, Nathiqoh Al. “Uji Ketahanan Biodegradable Plastic Berbasis Tepung Biji

Durian (Durio Zibethinus Murr) Terhadap Air Dan Pengukuran Densitasnya”.

Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013 https://lib.unnes.ac.id/17184/

35 8. LAMPIRAN

8.1. Hasil Plagscan

36

Dokumen terkait