• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok Temuan

Dalam dokumen Basuki Wibowo S861008007 (Halaman 93-140)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

B. Pokok Temuan

a. Implementasi Pembelajaran Sejarah Lisan Di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

Ditinjau dari aspek perencanaan yang berupa silabus dan SAP yang dibuat dosen sudah lengkap, mulai dari SK, KD, dan sumber.Dosen mengacu pada pembelajaran yang sudah ada. Kontrak kuliah secara tertulis tidak ada, karena hanya sebatas pada kesepakatan antara mahasiswa dengan dosen saja. Di aspek pelaksanaan pembelajaran, ada beberapa kelemahan terutama dalam aspek pemanfaatan sumber-sumber belajardan media. Dalam aspek penilaian belum disusun rublik yang tertulis secara rinci.

b. Kendala-Kendala yang Ditemui Dalam Pembelajaran Sejarah Lisan Di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES

Kendala implementasi pembelajaran sejarah lisanterletak pada beberapa aspek, waktu, mahasiswa dan dosen. Aspek waktu dalam pembelajaran sangat

commit to user

kurang, terutama waktu untuk melakukan simulasi. Kurangnya waktu dikarenakan terlalu banyak materi yang harus disampaikan dosen. Kendala pada mahasiswa terletak pada ketakutanmelakukanpenelitian atau pada saat penelitian lapangan.untuk melakukan wawancara dengan narasumber. Kendala yang dihadapi oleh dosen adalah mahasiswa belum mau untuk total belajar sejarah lisan sehingga banyak yang tidak antusias dalam menempuh mata kuliah sejarah lisan. Materi yang banyak dan tidak adanya pelatihan tentang pembelajaran sejarah lisan untuk dosen menyebabkan dosen tidak maju.

c. Apresiasi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Sejarah Lisan Di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES

Pembelajaran sejarah lisan memberikan mahasiswa pengalaman-pengalaman dan wawasan yang baru, sekaligus berpotensi melatih kemampuan berpikir analitis. Dari hasil penelitian, mahasiswa memiliki ketertarikan terhadap materi-materi sejarahlisan yang bersifat praktik lapangan dan teori-teori yang ada manfaatnya secara praktis, seperti materi tentang penelitian dan teknik wawancara. Sejarah lisan secara psikologis telah mendorong rasa ingin tahu (curiousity) di kalangan mahasiswa yang berfungsi sebagai stimulus agar mereka lebih dalam untuk mencari tahu dan memecahkan masalah tentang kurangnya sumber sejarah yang ada di Indonesia. Namun demikian, alasan pragmatisme ternyata telah menjadi permasalahan yang menyebabkan apresiasi mahasiswa yang tinggi tetapi hanya sebatas di dalam kelas. Pragmatisme itu tampak dari kecenderungan pandangan mahasiswa yang menganggap sejarah lisan tidak sesuai

commit to user

dengan bidang ilmukeguruan, sehingga pembelajaran sejarah lisan tidak dianggap penting.

C. Pembahasan

Untuk menganalisis lebih lanjut pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan, penelitian ini akan memilah deskripsi tentang pembelajaran sejarah menjadi dua, yakni (1) pada saat perencanaan pembelajaran, (2) dan pada saat pelaksanaan.

Perencanaan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20 meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dalam hal ini, dosen telah menyusun perencanaan pembelajaran dalam bentuk penyusunansilabus, rencana pelaksanaan pembelajaran / Satuan Acara Perkuliahan yang di dalamnya meliputi tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP): adalah panduan pelaksanaan pembelajaran, yang menjelaskan apa judul materi pelajaran yang akan diberikan, apa nama pendidikannya, berapa jumlah sesinya, gambaran singkat tujuan pembelajaran, serta sub pokok bahasan dan alat atau metode yang digunakan.

commit to user

GBPP berisi rumusan tujuan dan pokok-pokok isi mata kuliah/pelajaran. GBPP memberikan petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus diajarkan. Secara umum tujuan pembuatan Garis-garis Besar Program Pembelajaran adalah: sebagai pedoman dosen pengajar dalam melakukan proses belajar-mengajar untuk mata kuliah yang akan diajarkan. Dan untuk mengetahui referensi yang dipakai dalam proses belajar-mengajar

Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata kuliah. Silabus ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu (LPP UNS Berdasarkan Panduan Penyusunan Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran 2007).

Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan semakin memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/ Satuan Acara Perkuliahaan (SAP). Adapun komponen silabus suatu mata kulian, meliputi; (1) Identitas Mata Kuliah, meliputi: nama mata kuliah atau blok mata kuliah, kode mata kuliah, bobot mata kuliah, semester , dan mata kuliah prasyarat jika ada. (2.) Standar Kompetensi (SK), Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok

commit to user

tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik selama satu semester. (3) Kompetensi Dasar (KD), Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar. (4) Indikator, Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi. (5) Pengalaman belajar, Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat mahasiswa diharapkan dapat mencapai dan mempunyai kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektif yang sekaligus telah mengintegrasikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya yang membedakan antara perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada perbedaan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa. (6) Materi pokok Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan. (7) Waktu Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik mampu menguasi KD yang telah ditetapkan. (8) Sumber pustaka, Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi

commit to user

yang dirujuk atau yang dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta didik. (9) Penilaian Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.

Silabus yang dibuat oleh dosen pengampu mata kuliah sejarah lisan sudah memenuhi komponen silabus suatu mata kuliah, seperti Identitas Mata Kuliah, Standar kompetensi,Kompetensi dasar, Indikator, pengalaman belajar, materi pokok, waktu, sumber pustaka, penilaian. Silabus di buat oleh dosen tanpa melibatkan mahasiswa.

Silabus perlu dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk sekenario rinci yang dikenal dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)/SAP. SAP berisi pembagian materi suatu matakuliah tiap kali kuliah (setiap pertemuan). SAP berisi rincian materi kuliah setiap pertemuan kuliah dan berikut tujuan belajarnya serta buku-buku acuan untuk belajar. Yang dimaksud tujuan belajar ialah apa yang minimal dikuasai mahasiswa setelah mendapat materi perkuliahan.

Secara umum tujuan pembuatan Satuan Acara Perkuliahan adalah sebagai pedoman dosen pengajar dalam memprogram acara perkuliahannya pada setiap tatap muka dengan mahasiswa. SAP juga bertujuan untuk menyiapkan bahan ajar sesuai dengan referensi dana perkuliahannya setiap kali melakukan tatap muka dengan mahasiswa.

Setiap mata kuliah memiliki SAP yang merupakan penjabaran secara rinci rencana perkuliahan. SAP tersebut harus memuat unsur-unsur sebagai berikut; (1) Kode, nomor, dan nama mata kuliah, (2) Kedudukan mata kuliah (Mata Kuliah

commit to user

Umum (MKU), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) dan Mata Kuliah Keahlian (MKK)), (3) Semester dan tahun mata kuliah tersebut diajarkan, (4) Bobot kredit, (5) Tujuan mata kuliah, (6)Mata Kuliah prasyarat (bilamana perlu), (7) Nama pengajar, (8) Waktu dan tempat kuliah, (9) Rincian acara perkuliahan dan bahan bacaan wajib dan anjuran, (10) Cara mengevaluasi proses belajar-mengajar (Panduan akademik UNNES 2009: 10).

SAP dibuat oleh dosen dan akan disosialisasikan kepada mahasiawa pada awal perkuliahan. Hal ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui apa-apa yang akan dipelajari selama menempuh mata kuliah sejarah lisan. Dengan adanya hal ini mahasiswa juga akan mengetahui buku apa saja yang dapat dijadikan referensi untuk menunjang mata kuliah tersebut.

RPP/SAP yang disusun oleh dosen menggunakan model penyusunan rencana pelakasnaan tiap satu kompetensi dasar. Artinya adalah perencanaan disusun untuk satu kompetensi dasar dan di dalamnya diuraikan beberapa pertemuan, sesuai dengan indikator yang disusun. Akan tetapi dalam penyusunan RPP/SAP masih terdapat kelemahan, yakni kalimat yang digunakan masih belum bersifat operasional dan menggunakan kalimat yang bersifat umum. Idealnya pembuatan RPP/SAP adalah dengan menggunakan kalimat yang operasional, di mana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Adanya hal ini menyebabkan kecederungan bahwa pelaksanaan pembelajaran hanya memiliki satu garis besar perencanaan untuk tiap pertemuan, bukan perencanaan untuk tiap-tiap tahapan pada satu pertemuan. Namun demikian,

commit to user

walaupun dosen masih memiliki kelemahan dalam bidang perencanaan, pelaksanaan pembelajaran telah sesuai dengan apa yang direncanakan.

Ditinjau dari aspek pelaksanaan pembelajaran terkait dengan tujuan, pada dasarnya tujuan yang disusun oleh dosen belum sepenuhnya sesuai dengansejarah lisanyang memberi pemahaman mahasiswa terhadap sejarah mikro. Tujuan ideal dari pembelajaran yang bermuara pada bagaimana meningkatkan pemahaman peserta didik secara komprehensif terhadap bagaimana mencari sumber data secara lisan masih belum trakomodasi dan diapresiasi secara optimal. Kemudian, karena ada beberapa materi yang tidak disampaiakan secara maksimal, sehingga tujuan-tujuan yang disusun belum terlaksana secara optimal.

Aspek berikutnya dalam pembelajaran adalah aspek subjek belajar. Dalam hal ini aspek dosen dan mahasiswa. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (tri darma perguruan tinggi). Subjek belajar sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan. Pemahama dosententunya menjadi satu hal yang sangat berperan dalam menentukan suksesnya pelaksanaan pembelajarah sejarahlisan di prodi sejarah. Pemahaman dosen yang baik terhadap mata kuliah berdampak pada bagaimana dosen berkomunikasi dikelas.

Kesuksesan pelaksanaan pembelajaran dikelas tidak hanya tergantung pemahaman dan cara dosen mengajar. Dosen harus mampu memotifasi mahasiswa untuk belajar. Apalagi melihat adanya kecenderungan kurang

commit to user

antusiasnya mahasiswa pendidikan sejarah terhadap mata kuliah sejarah lisan. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi adalah kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ektrinsiknya adalah adanya penghargaan lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Dosen tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran, dan pengevaluasi hasil belajar. Maka tidak heran bila perilaku dosen juga menjadi cerminan bagi mahsiswanya. Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tepat, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah: (1) Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya. (2) Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian ddan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat. (3) Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semangat belajar. (4) Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada pesrta didik. (5) Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode. (6) Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dam metode dan teknik.

Keprofasionalan dosen, karakter jenis kelamin juga mempengaruhi tanggapan, keinginan dan motivasi mahasiswa. Hal ini juga sangat berperan dalam

commit to user

menentukan suksesnya pelaksanaan pembelajarah sejarah lisan di prodi sejarah. Keprofesionalan dosen bisa dilihat dari kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi Dalam UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kompetensi tersebut meliputi; (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kompetensi profesional; (3) Kompetensi sosial; (4) Kompetensi kepribadian;

Kompetensi pendagogik pada dasarnya adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam mengajarkan materi tertentu kepada siswanya, meliputi : (1) Memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek, sosial, moral, kultural, emosional, dan intelektual; (2) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik; (3) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik; (4) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik; (5) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran; (6) Merancang pembelajaran yang mendidik; (7) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik; (8) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya; (9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Diharapkan guru menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi,

commit to user

menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi dan penelitian.

Kemampuan guru dalam komunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat. Diharapkan guru dapat berkomunikasi secara simpatik dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, dan masyarakat, serta memiliki kontribusi terhadap perkembangan siswa, sekolah dan masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

Memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta berakhlak mulia; sehingga menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat; serta mampu mengevaluasi kinerja sendiri (tindakan reflektif) dan mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Keprofesionalan dosen dapat dilihat dalam berbagai aspek. Sagala (2005:210) mengemukakan guru/dosen yang professional harus memiliki sepuluh kompetensi dasar, yaitu menguasai landasan-landasan pendidikan, menguasai bahan pelajaran, kemampuan mengelola program belajar mengajar, kemampuan mengelola kelas, kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, menilai hasil belajar siswa, kemampuan mengenal dan menerjemahkan kurikulum, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, memahami prinsip-prinsip dan hasil pengajaran, dan mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.

commit to user

Dalam pengajarannya ketiga dosen memiliki peran dan karakter yang berbeda-beda. Hal ini juga berdampak pada cara mengajar yang berbeda dan tanggapan mahasiswa terhadap dosen. Faktor gender juga berpengaruh, ketika menangani kelas dalam pembelajaran, secara alamiah dosen wanita berbeda dengan dosen pria dalam melakukan pembelajaran dikelas. Karakter-karakter lembut yang menjadi ciri dasar wanita mempunyai pengaruh yang berbeda baik terhadap proses pembelajaran mahasiswa maupun terhadap pencapaian akademik. Kestabilan karakter yang dimiliki wanita juga berpengaruh terhadap kenyamanan mahasiswa.

Selain lemah lembut karakter dasar wanita yang menunjang sisi positif dalam pembelajaran adalah sifat keibuannya. Hal ini berbeda dengan sikap dosen pria yang cenderung akan berpikir realistis dalam menghadapi mahasiswa. Robetson (1999) dalam pengamatannya terhadap guru-guru sekolah mengemukakan bahwa memang terdapat perbedaan secara alamiah antara guru pria dengan wanita karena secara alamiah wanita mempunyai insting menyayangi dan keibuan, sedangkan dosen pria secara alami lebih mempunyai insting melindungi, yang lebih tahan terhadap keributan, kekerasan, dan gangguan.

Karakter dosen yang mendukung penampilan yang efektif dalam kelas dipengaruhi oleh karakter bawaan. Ruseffendi (1988:39) mengemukaan beberapa karakter atau sifat seorang guru atau dosen yang efektif, yaitu terampil, disiplin, pendorong, memiliki daya tarik, kurang emosional, acuh, patuh, penolong, minatnya besar, dan bersifat kepemimpinan, sedangkan karakter guru atau dosen yang kurang efektif, antara lain sering memarahi dan mencela, mengeritik, kurang

commit to user

memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berinisiatif dan berkomentar, kurang perhatian kepada mahasiswa yang bekerja sendiri.

Dalam setiap proses pembelajaran selalu terjadi komunikasi dua arah antara dosen dengan mahasiswa. Keadaan ini merupakan keadaan ideal yang mendukung pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa, ada beberapa aktivitas dalam pembelajarannya, yaitu: ceramah, ekspositori, tanya jawab, demonstrasi, diskusi, kegiatan lapangan, laboratorium, permainan, karya wisata, penemuan, inkuiri, pemecahan masalah, pemberian tugas dan metode proyek. Metode dan pendekatan pengajaran yang mendorong mahasiswa aktif dalam pembelajarannya akan menimbulkan aktivitas belajar, sepertibertanya, memberikan respon, baik positif maupun negatif, berkomentar atau menanggapi, bekerja dalam kelompok maupun individual, dan membuat tugas atau proyek.

Namun, peran dosen, termasuk dosen wanita, yang sekait dengan hal kejiwaan mahasiswa tidak dapat tergantikan oleh hal lain. Wasliman (2006:63) mengemukakan “Memang harus diakui maraknya arus informasi dewasa ini, guru bukan lagi satu-satunya sumber informasi, tetapi merupakan salah satu sumber informasi. Meskipun demikian, perannya dalam proses pendidikan masih tetap diperlukan, khususnya yang berkenaan dengan sentuhan-sentuhan psikologi dan edukatif terhadap anak didik.”

Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan Musen, et.al. (1980:, 333-347) dapat disimpulkan bahwa karakter dosen wanita memiliki sebelas karakter, yaitu sabar, perhatian, teliti, baik hati, toleran, cerewet, rapi, ramah, pemarah, pendendam, dan mudah tersinggung. Terdapat tujuh karakter

commit to user

yang positif, yaitu perhatian, baik hati, sabar, toleran, teliti, ramah, dan rapi. Selain itu, terdapat pula empat karakter dosen wanita yang negatif yaitu , cerewet, pendendam, dan mudah tersinggung.

Karakter dosen wanita yang perhatian mendorong mahasiswa menjadi aktif dan suasana kelas menjadi kondusif sehingga tercipta pembelajaran yang efektif. Dari hasil penelitian ini, bagi para dosen, baik wanita maupun pria disarankan karakter yang positif dan negatif terhadap pembelajaran dapat dijadikan acuan ketika merancang aktivitas pembelajaran di kelas.

Ditinjau dari aspek mahasiswa,rata-rata kemampuan mahasiswa dalam menerima pelajaran adalah baik. Hal ini disebabkan pada dasarnya mahasiswa memang telah memiliki bekal yang cukup untuk diajak dosen dalam berdiskusi dan berinterkasi dalam pembelajaran sejarahlisan. Kemampuan mahasiswa yang baik akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, peran dosen menjadi tidak sebagai satu-satunya informasi dan hanya membangun komunikasi satu arah, tetapi dosen menjadi berperan sebagai sarana yang mengantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi secara mandiri. Adanya kemampuan mahasiswa yang baik, maka komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa dimungkinkan untuk terjadi secara efektif. Dengan demikian, pada pembelajaran sejarahlisan, faktor mahasiswa menjadi hal yang mendorong dan mempermudah terwujdunya tujuan pembelajaran. Akan tetapi dalam beberapa kasus ditemukan adanya pandangan dari kalangan mahasiswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran, bahkan cenderung mengacuhkan pelajaran sejarahlisan.

commit to user

Mahasiswa dalam pembelajaran merupakan subjek dan sekaligus obyek. Karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar mahasiswa sehingga menumbuhkan dan mendorongnya melakukan proses pembelajaran (Syaiful bahri Djamarah dan Aswan Zain 2006: 39).

Ditinjau dari aspek materi,pembelajaran sejarah lisan di program studi pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang sudah baik. Ini bisa dilihat dari materi yang diajarkan dalam satu semester yang meliputi; (1) Konsep sejarah lisan, (2) Ruang lingkup sejarah lisan (3) Konsep tradisi lisan (4) Ruang lingkup tradisi lisan (5) Manfaat sejarah lisan dalam penulisan sejarah (6) Kritik sumber (7) Uji silang (8) Perujukan (9) Karya-karya sejarah yang menggunakan sumber sejarah lisan seperti; Sejarah politik, Sejarah sosial, Sejarah intelektual/pemikiran, Sejarah ekonomi, Sejarah lokal, dan biografi (10) Langkah-langkah penelitian sejarah lisan dan tradisi lisan meliputi; Perumusan masalah, Pedoman wawancara, Penentuan informan, Strategi wawancara, dan perekaman (11) Melakukan praktek sejarah lisan (12) Mengadakan deseminasi hasil praktik sejarah lisan.

Pemilihan materi yang diajarkandalam pembelajaran sejarah tidak lepas dari prinsip-prinsip yang telah ada. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi peembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan. Yang dimaksud dengan Prinsip relevansi adalah materi pembelajaran hendaknya ada hubungan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsitensi artinya adanya keajegan, dalam hal ini jika KD yang harus dikuasai

commit to user

oleh mahasiswa dalam pembelajaran sebanyak 2 macam, maka dalam bahan ajar juga harus mencantumkan 2 macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu mahasiswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan materi bervariasi. Adanya kecenderungan dosen untuk menerapkan perpaduan metode, hal ini dikarenakan beberapa hal. Ada kesamaan tahapan yang dilakukan dalam pengajaran, yakni pada pertemuan awal dosen bercerita tentang latar belakang. Setelah itu terdapat ulasan tentang aspek kronologis. Kemudian mahasiswa juga disarankan untuk belajar secara mandiri untuk memperdalam kajian.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

Dalam dokumen Basuki Wibowo S861008007 (Halaman 93-140)

Dokumen terkait