• Tidak ada hasil yang ditemukan

Basuki Wibowo S861008007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Basuki Wibowo S861008007"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh Basuki Wibowo

S861008007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PESETUJUAN

PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang)

Disusun oleh: Basuki Wibowo

S 861008007

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing:

Pembimbing I Dr. Suyatno Kartodirdjo ………. .…………

Pembimbing II Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum .……… …………. NIP 195907081986012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah,

(3)

commit to user

iii

PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang)

Disusun oleh: Basuki Wibowo

S 861008007

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd ___________ ___________ NIP : 19560303198603 1001

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ___________ ___________ NIP : 196611081990032001

Anggota Penguji :

1. Dr. Suyatno Kartodirdjo ___________ ___________

2. Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum ___________ ___________ NIP : 195907081986012001

Surakarta, …….…/Juli/ 2012 Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Direktur PPs UNS, Sejarah,

(4)

commit to user

iv PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Basuki Wibowo

NIM : S 861008007

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN (Studi Kasus Di Program Studi Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Semarang) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan sayat tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, ... Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v MOTTO

Mundur Selangkah Untuk Maju Dua Langkah

Belajar, Berjuang, Bertakwa

(6)

commit to user

vi PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tua Gatot Sudarso, Erni Kusmiyati,

Untuk istriku Nc Atma P, terimakasih atas kepercayaan dan kesabaranya

Untuk orang yang telah berjasa dalam hidupku Ichwanto, Sulyati, wandi,alm Mugi Sujud, mas Yoko

dan adik-adiku tercinta Diana Kartikasari, Prana Prabawantio, Putri Sekarwati.

Untuk seluruh keluargaku yang selalu memberi support.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta perngorbanan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

dan Dra. Sariyatun, M.Hum, M.Pd selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.

(8)

commit to user

viii

5. Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini. 6. Prof. Dr. Samion AR. M.Pd selaku ketua STKIP PGRI Pontianak yang telah

membantu dalam berbagai hal.

7. Segenap civitas akademika Jurusan Sejarah di lingkungan Universitas Negeri Semarang, yang memberikan dukungan penuh pada pelaksanaan penelitian ini 8. Kedua orang tua Gatot Soedarso, Erni Kusmiyati, yang penuh perhatian serta

doa-doanya selalu menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar. 9. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama

bersama-sama menempuh studi.

10. Sahabat-sahabat di Komunitas Studi mahasiswa UNNES (Eko Wahyu, Bejo, Lutfi, Pendi, Syukur, dan Muhrodi), Taman Baca Ngudi Kawruh (Syaiful Amin dkk), Himpro Sejarah UNNES (Khaharisma dkk), Team Lab Historica Didactica STKIP PGRI PTK, kang Sadiman klaten, dan teman-teman Kost Merah terimakasih atas bantuan dan diskusinya. Terimakasih juga pada sahabat Tsabit azinar Ahmad atas masukan dan referensi-referensinya.

Pada penyusunanya, tesis ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI, PENLITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Kajian Teori ... 8

(10)

commit to user

x

2. Sejarah Lisan ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi penelitian ... 30

B. Waktu Penelitan ... 30

C. Bentuk Dan Strategi Penelitian ... 31

D. Sumber Data ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Cuplikan ... 35

G. Validitas Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Latar ... 41

2. Sajian Data ... 48

B. Pokok Temuan ... 79

1. Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ... 79

2. Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ... 79

(11)

commit to user

xi

C. Pembahasan ... 80

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 126

A. Simpulan ... 126

B. Implikasi ... 127

C. Saran ... 128

(12)

commit to user

xii DAFTAR TABEL

[image:12.595.166.435.239.495.2]
(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

[image:13.595.166.435.240.495.2]
(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara, observasi, dan analisis dokumen ... 134

Lampiran 2. Daftar Informan ... 137

Lampiran 3.Contoh Silabus, SAP dan kurikulum ... 133

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 140

Lampiran 5. Dokumentasi penelitian ... 164

Lampiran 6. Contoh Tugas Mahasiswa ... 168

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

Basuki Wibowo, S 861008007. 2012. Pembelajaran Sejarah Lisan (Studi Kasus Di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang). Tesis Program PascasarjanaUniversitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes; (2) Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes; (3) Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial program studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan bentuk studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri atas narasumber dosen dan mahasiswa, dokumen berupa kurikulum pendidikan sejarah Unnes, Silabus, SAP, Tugas mahasuswa serta tempat dan aktivitas pembelajaran sejarah lisan. Data digali melalui wawancara mendalam, observasi partisipasi pasif. Untuk validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data, analisis dokumen dan trianggulasi sumber. Analisa data menggunakan model analisis interaktif interaksi antara pengumpulan data dengan tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan) secara siklus untuk mendapatkan simpulan berdasarkan reduksi dan sajian data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran sejarah di program studi pendidikan sejarah: (1) Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes sudah berjalan sesuai SAP, tetapi belum ada kontrak kuliah secara tertulis, dan penilaian belum ada rublik yang tertulis secara rinci; (2) Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes, antara lain kendala materi, ketakutan mahasiswa, sumber belajar terbatas, dan media penunjang belum lengkap; (3) Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ada yang menanggapi positif namun ada juga yang menanggapi negatif. Positif ada tambahan pengetahuan, negatif karena tambahan biaya.

(16)

commit to user

xvi ABSTRACT

Basuki Wibowo, S 861008007. 2012. Learning History (Case Studies in Educational Studies Program History, State University of Semarang). Thesis Eleven University Graduate Program in Sebelas Maret University of Surakarta.

This study aims to determine (1) Implementation of an oral history teaching in History Education FIS Unnes Prodi, (2) Knowing the obstacles encountered in the teaching of history in the oral history of FIS Unnes Prodi Education, (3) Knowing the appreciation of students towards learning oral history in Educational of History Program Study of FIS Unnes.

The research was conducted in the Faculty of Social Science History Education Course University. The research method is qualitative in the form of case studies of single spikes. Data sources consisted of faculty and student speakers, a document Unnes history curriculum, syllabus, SAP, student tasks and activities as well as places of learning verbally. Data explored through in-depth interviews, observation of passive participation. For the validity of the data was done by using triangulation data, document analysis and triangulation of sources. Analysis of data using an interactive analysis model of interaction between the three components of data collection analysis (data reduction, presentation of data, and drawing conclusions) in the cycle to get a conclusion based on the reduction and presentation of data.

The results showed that oral learning in History Education courses: (1) Implementation of an oral history teaching in Educational of History Program Study of FIS Unnes has been running according to SAP, but there is no contract in writing lectures, assessment has been no detailed written rubric, (2 ) Knowing the obstacles encountered in the learning of oral history in Educational of History Program Study of FIS Unnes, among others, material constraints, fear of students, the largest source of materials, media support is not complete, (3) Knowing the appreciation of students towards learning oral history in Educational of History Program Study FIS of Unnes there was a positive response to the knowledge, but there is also a response to negative due to additional costs.

(17)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paradigma pendidikan sejarah mengalami perkembangan yang pesat setelah reformasi. Salah satu perkembangan tersebut adalah reposisi peran guru sejarah dalam pembelajaran. Guru harus memiliki serangkaian kompetensi sebagai bekal dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional yang harus dimiliki guru sejarah salah satunya adalah “menguasai materi, struktur, konsep, danpola pikir keilmuanyang mendukungmata pelajaran yangdiampu.” Lebih spesifik lagi, kompetensi tersebut dijabarkan dalam beberapa aspek, yakni “(1) Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek Sejarah; (2) Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah; (3) Menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam; dan (4) Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sejarah.”

(18)

commit to user

mengembangkannya melalui proses penelitian dan penelusuran sejarah pada tingkat yang lebih mikro di lingkungan sekitar.

Penguasaan terhadap pengembangan materi melalui penelitian sejarah dan penelusuran sumber-sumber lokal untuk memperkuat pemahaman sejarah mikro merupakan tuntutan baru bagi guru sejarah. Hal ini didukung oleh pendapat dari Husband (2011:84) bahwa agar mampu menjadi guru sejarah yang sukses harus mampu memahami informasi kesejarahan, termasuk di dalamnya sejarah-sejarah mikro di lingkungan sekitar siswa. Bhuvan Garg (2007:156-160) menjelaskan bahwa guru harus mampu memandu siswa melakukan penelitian berbasis sejarah lisan. Dengan demikian, guru sejarah juga dituntut untuk mampu memandu siswa dalam melaksanakan penelitian sejarah, termasuk sejarah lisan. Oleh karena itu, kemampuan penelusuran sumber dan pemahaman sejarah mikro melalui sejarah lisan menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sejarah.

(19)

commit to user

merupakan bekal yang harus dimiliki oleh guru agar mampu melakukan pengaitan antara materi sejarah dalam buku teks dengan konteks sekitar siswa.

Realitas saat ini, pemahaman guru sejarah terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan belajar siswa masih terkendala pada kemampuan teknis yang dimiliki oleh guru. Guru lebih memilih melaksanakan pembelajaran dengan transfer of knowledge melalui kegiatan yang tidak inovatif. Geoffrey Partington yang dikutip Widja (1989: 103) menyatakan bahwa bahwa praktik-praktik pengajaran yang berlaku selama ini sering dicap sebagai pelajaran hapalan yang didominasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of involvement of childern in their own learning”, yakni terlalu banyak omongan dan catatan tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan terjadi tatkala pembelajaran belum mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan penemuan dan pemecahan masalah kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya. Oleh karena itu pembekalan terhadap kemampuan guru untuk mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar sejarah siswa harus dilakukan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

(20)

commit to user

mendapatkan informasi kesejarahan secara melimpah. Melalui mata kuliah ini diharapkan lulusan mampu mengaplikasikannya dalam praksis pembelajaran dan melakukan pembimbingan bagi siswa untuk mendapatkan informasi kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya.

Kemampuan guru dalam mengeksplorasi ragam sejarah melalui sejarah lisan dibutuhkan untuk memperkuat pembelajaran sejarah. Saat ini pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat Kompetensi Dasar “Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah”. Pada KD ini siswa diharapkan mampu untuk melaksanakan penelitian sejarah secara sederhana. Salah satu hal yang dapat dikembangkan adalah memberikan bekal pada siswa untuk mampu melakukan wawancara dengan narasumber sebagai dasar penulisan sejarah. Siswa diharapkan mampu menerapkan metode-metode dalam sejarah lisan untuk mendalami peristiwa sejarah di sekitar lingkungan belajarnya. Dengan demikian, guru sebagai pembimbing terlebih dahulu harus mahir dalam melaksanakan penelitian dengan pendekatan sejarah lisan.

(21)

commit to user

mikro yang memiliki catatan dan dokumen tertulis yang terbatas, penggunaan sejarah lisan dipilih sebagai alternatif untuk menggali cerita-cerita sejarah yang belum terungkap.

Mata kuliah sejarah lisan telah menjadi bagian dari kurikulum Program Studi Ilmu sejarah pada perguruan tinggi di Indonesia,namum, mata kuliah tersebut masih belum dikembangkan secara luas untuk memberikan bekal bagi calon guru sejarah dalam melakukan kajian terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan kerjanya. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah UNNES, mata kuliah Sejarah Lisan baru diberikan pada kurikulum tahun 2008. Hal ini berarti Sejarah Lisan merupakan satu hal yang relatif baru dan masih mencari format yang ideal. Dengan demikian, kemungkinan munculnya permasalahan juga masih terjadi. Oleh karena itu, menarik bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES untuk mewujudkan pemahaman terhadap sejarah mikro, kendala-kendala dalam pelaksanaannya, dan apresiasi mahasiswa dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan

Sejarah FIS UNNES?

(22)

commit to user

3. Bagaimana apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

3. Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini memberikan satu kajian ilmiah tentang pembelajaran sejarah lisan di Program StudiPendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kajian tentang pembelajaran sejarah lisan di kalangan mahasiswa calon pendidikmasih jarang, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan acuan dalam penelitian selanjutnya tentang pembelajaran sejarah lisan bagi calon pendidik.

2. Manfaat Praktis

(23)

commit to user

(24)

commit to user

8 BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan (Haryanto, 2003: 2-3). Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padan dari kata instruction yang berasal dari bahasa Inggris. Kata instruction memiliki pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid atau dosen-mahasiswa di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik disebut pembelajaran. Pembelajaran juga dapat berarti proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

(25)

commit to user

melalui proses learning to know, learning to belief, learning to do dan to be serta learning to life together.

Menurut Darsono (2000: 26), pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku peserta didik.

Atas dasar pemikiran di atas, pemerintah RI telah merumuskan pengertian dari pembelajaran yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan kegiatan interaksi yang aktif dari peserta didik dan guru atau pendidik.

(26)

commit to user

Berkaitan dengan sejarah, I Gde Widja (1989: 23) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Selanjutnya Isjoni (2007:13) menyatakan bahwa,

Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan guna atau tujuan dari belajar sejarah, melalui pembelajaran sejarah dapat juga dilakukan penilaian moral saat ini sebagai ukuran menilai masa lampau.

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang merupakan suatu kesatuan. Pembelajaran sebagai sistem merupakan interaksi fungsional antarsubsistem (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 20). Pada hakikatnya pembelajaran sebagai sistem merupakan suatu kesatuan berbagai unsur/elemen yang memiliki hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan/fungsi sistem tersebut.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran Sejarah

(27)

commit to user

disesuaikan dengan kurikulum. Strategi pembelajaran merupakan pola umum dalam mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Komponen penunjang dalam pembelajaran antara lain fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk melancarkan dan mempermudah proses pembelajaran.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru perlu mengembangkan perencanaan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, pembuatan perencanaan atau desain pembelajaran berfungsi untuk memudahkan serta memberikan efektivitas dalam pembelajaran agar tujuan yang hendak dicapai bisa dengan mudah terlaksana.

(28)

commit to user

Di dalam prosesnya, desain pembelajaran ini melakukan pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Tujuan penyusunan atau pendesainan desain pembelajaran ini adalah pada dasarnya untuk mempermudah dalam pelaksanaan proses pembelajaran karena terjadi pembelajaran yang terencana dan efektif, sehingga tujuan dari pembelajaran yaitu peserta didik yang cerdas (ranah kognitif), kreatif (ranah psikomotorik) dan memahami norma (afektif) bisa terwujud.

Penyusunan desain pembelajaran harus memperhatikan komponen-komponen dalam pembelajaran meliputi (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) evaluasi, serta (7) sarana penunjang seperti fasilitas belajar, buku sumber, pemanfaatan ligkungan dan sebagainya (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30).

(29)

commit to user c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Beberapa pakar seperti Soedjatmoko (1976:42), Hasan (2007:27), sampai dengan Wineburg (2006:8) telah menekankan tujuan dari pembelajaran sejarah bagi generasi muda. Sebelum mengulas tujuan dari pembelajaran sejarah itu, untuk lebih memahami tujuan dilaksanakannya pendidikan sejarah, patut diketahui pula fungsi atau manfaat dari sejarah itu sendiri. Dengan mengetahui fungsi dan manfaat dari ilmu sejarah itu maka akan dapat dirumuskan pula fungsi dari pembelajaran sejarah dan tujuan yang hendak dicapai.

Sejarah memiliki berberapa manfaat bagi kehidupan manusia pada masa sekarang. Subagyo (2010:52), Wasino (2007:14) menyebutkan bahwa paling tidak ada beberapa guna sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni (1) edukatif (untuk pendidikan), (2) instruktif (memberikan pengajaran), (3) inspiratif (memberi ilham), serta (4) rekreatif (memberikan kesenangan).

(30)

commit to user

bahwa ada beberapa fungsi sejarah kaitannya dengan sarana pendidikan, yaitu sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan.

Fungsi kedua dari sejarah adalah fungsi instruktif. Sejarah sebagai aktivitas manusia pada masa lampau memiliki fungsi untuk memberikan pelajaran mengenai suatu keterampilan atau pengetahuan, misalnya pengetahuan tentang taktik militer, navigasi, teknologi senjata, jurnalistik (Subagyo, 2010:70).

Fungsi berikutnya dari sejarah adalah fungsi inspirasi. Fungsi inspirasi maksudnya adalah bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau mampu memberikan inspirasi atau ilham bagi manusia yang hidup pada masa ini. Tindakan-tindakan kepahlawanan dalam sejarah dapat mengilhami masyarakat pada perjuangan yang sekarang. Contoh dari fungsi sejarah sebagai insrpirasi adalah seperti patriotisme yang terpatri dalam jiwa rakyat Indonesia ketika menghadapi kolonialisme asing, memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia pada masa kini untuk terus menerus bekerja keras, rela berkorban, dan menjaga persatuan agar cita-cita dan tujuan Indonesia bisa tercapai.

(31)

commit to user

Dari keempat fungsi atau guna sejarah seperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa fungsi atau guna lain dari sejarah yang merupakan turunan dari keempat fungsi atau guna sejarah tersebut. Fungsi tersebut antara lain adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan partiotisme, sampai pada fungsi untuk memprediksi masa depan melalui refleksi terhadap peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau.

Oleh karena sejarah memiliki guna yang strategis, sebagaimana dinyatakan Collingwood (1980:254) “bahwa mengenal diri sendiri berarti mengenal apa yang kita mampu lakukan; dan karena tidak seorangpun mengetahui apa yang bisa dia perbuat sampai dia mencobanya, maka satu-satunya kunci untuk mengetahui apa yang bisa diperbuat seseorang adalah apa yang telah dia perbuat (maksdunya adalah dari sejarah masa lampaunya.” Dengan demikian berarti menurut Collingwood kegunaan sejarah bagi manusia adalah untuk mengenal dirinya sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Wineburg (2006:8) bahwa “sejarah memiliki potensi untuk menjadikan kita manusia yang berperikemanusiaan, hal yang tidak dapat dilakukan oleh mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah.”

(32)

commit to user

Suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat paham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self understanding of nation, kepada sangkan paran suatu bangsa, kepada persoalan what we are, why we are what we are. (Soedjatmoko, 1973:12-13)

Manfaat mempelajari sejarah menurut Tamburaka (1999: 25) ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).

(33)

commit to user

pendidikan sejarah ditujukan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut.

Makna kedua pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues-analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Historical issues-analysis and decision making menurut NCHS dalam Curriculum Standards for Social Studies: Expectations of Excellence seperti dikutip oleh Hasan (2007:28) adalah kemampuan menganalisis dan menentukan apakah tindakan sejarah yang dilakukan oleh para pelaku sejarah tersebut merupakan keputusan yang baik dan mengapa dianggap sebagai keputusan yang baik.

Posisi lain dalam pendidikan sejarah seperti diungkapkan Hasan (2007:32) adalah bahwa pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan dasar haruslah mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu posisi disiplin ilmu sejarah sebagai sumber materi untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang diperlukan peserta didik.

(34)

commit to user

Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 2005:35).

Berbagai tujuan yang yang telah dipaparkan oleh para ahli kaitannya dengan tujuan mempelajari sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sejarah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dalam diri peserta didik terwujud satu kesadaran sejarah.

2. Sejarah Lisan

a. Pengertian Sejarah Lisan

(35)

commit to user

events”, yakni sebuah upaya untuk mewawancarai saksi dari peristiwa di masa lalu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Roper (2005: 992) yang menyatakan bahwa “sejarah lisan adalah rekaman dan interpretasi dari ucapan pengakuan dari seseorang tentang kehidupan di masa lampau”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah lisan tidak hanya sebagai metode, tetapi sebagai sumber sejarah itu sendiri. Pendapat Roper sejalan dengan Miller (2006: 698) yang menyatakan bahwa “oral history refers to verbatim recordings of narratives”, sejarah lisan berarti rekaman cerita secara harfiah.

Lebih spesifik Sommer dan Quinlan (2009: 1) menyatakan bahwa

Oral history is primary-source material created in an interview setting with a witness to or a participant in an event or a way of life for the purpose of preserving the information and making it available to others. (Sejarah lisan adalah sumber primer yang didapakan dari wawancara dengan saksi ataupun pelaku dari peristiwa atau dari pandangan hidup seseorang,yangbertujuan untuk menyimpan informasi dan menghadirkannya ke khalayak)

Sejarah lisan berbeda dengan tradisi lisan. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan yang dimaksud dengan tradisi sejarah adalah dalam bentuk mempertahankan adat istiadat, petuah leluhur dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Cara mereka mengembangkan tradisi sejarah adalah dengan mewariskannya secara lisan melelui ingatan kolektif anggota masyarakatnya. Jejak Sejarah Dalam Foklore (Mitos, Legenda, Dongeng, Lagu Rakyat dan Upacara Adat).

(36)

commit to user

serangkaian cara mendapatkan informasi dari pernyataan yang terucap untuk menggambarkan kondisi dari kehidupan seseorang dan menyediakan bahan untuk melakukan rekonstruksi sejarah, serta menganalisis perubahan sosial (Roper, 2005: 993). Sebagai hasil, sejarah lisan merupakan rekaman cerita masa lalu dari saksi atau pelaku sejarah.

b. Tujuan dan Manfaat Sejarah Lisan

Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan.Metode ini kembali dilihat oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad ke-20. Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan peristiwa akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh para saksi peristiwa tersebut merupakan sumber informasi yang berharga.Sejarah lisan dalam pelaksanaannya sebagai suatu metode yang modern dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli pada saat itu menggunakan penelitian dengan metode lisan untuk melihat kenangan bekas para budak hitam.Penelitian yang dilakukan para ahli ini kemudian mengalami perkembangan.Sumber lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang buta huruf.Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis.

(37)

commit to user

(2005: 993) menyatakan bahwa sejarah lisan bertujuan untuk memberikan deskripsi yang mendetail tentang kehidupan individu serta menyediakan sarana untuk melakukan rekonstruksi sejarah dan menganalisis perubahan-perubahan sosial.

Perks dan Thomson (2003:ix) menjelaskan bahwa “oral history is predicated on an active human relationship between historians and their sources,

which can transform the practice of history in several ways”. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa sejarah lisan bertujuan sebagai satu alat untuk transformasi sosial masyarakat.lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa

In certain projects a primary aim has been the empowerment of individuals or social groups through the process of remembering and reinterpreting the past, with an emphasis on the value of process as much as historical product. (Park dan Thomson, 2003: ix)

(tujuan utama dari kegiatan sejarah lisan adalah memberikan pemberdayaan kepada individu atau kelompok sosial tertentu melalui proses mengingatkan dan menafsirkan kembali masa lalu, dengan cara menemukan nilai-nilai dari sebuah proses sebagai produk sejarah)

Tujuan sejarah lisan sebagai media pemberdayaan sejalan dengan pendapat dari Munslow (2006: 197).Ia menyatakan bahwa sejarah lisan makin meneguhkan posisi sejarawan sebagai penengah dalam satu situasi. Hal ini dilakukan dengan melakukan penulisan dari perspektif yang berimbang.Sejarah tidak hanya milik orang besar dan para penemang, tetapi juga miliki individu-individu yang terlupakan.Dengan demikian, sejarah lisan bertujuan dalam memberikan alternatif yang beragam dari sebuah cerita sejarah.

(38)

commit to user

dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan .

Manfaat penggunaan sejarah lisan selain sebagai metode adalah untuk sumber sejarah.Kegiatan sejarah lisan sebagai usaha menyediakan sumber bagi peneliti sejarah dilakukan dengan menyediakan rekaman wawancara dari para saksi atau pelaku sejarah.Selain itu dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo (2003: 29-30) bahwa sejarah lisan memberikan kemungkinan yang hampir tak terbatas untuk menggali sejarah dari pelakunya.Sejarah lisan juga dapat mencapai pelaku-pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen.Kemudian, sejarah lisan memungkinkan perluasan masalah sejarah, karena sejarah tidak lagi dibatasi oleh keberadaan dokumen tertulis.

Sommer dan Quinlan (2009:3) menjelaskan bahwa sejarah lisan menyediakan lebih banyak informasi daripada dokumen.Sejarah lisan menyediakan banyak meungkinan untuk melihat masa lalu, sehingga makin menghidupkan sejarah.Ia menggambarkan bahwa pelaku sejarah adalah seseorang yang nyata dengan berbagai perspektifnya yang beragam. Dengan demikian, sejarah lisan membantu memerikan pemahaman bagaimana cerita sejarah terjadidan mengeksplorasi banyak sisi dari sebuah cerita.Oleh karena itu, sejarah lisan makin meperkaya makna dalam sebuah cerita sejarah dan membantu generasi sekarang menafsirkan masa lalu secara lebih konkret.

(39)

commit to user

masyarakat tertentu; (2) sejarah lisan membantu mengakomodasi gagasan orang yang tersisihkan, (3) sejarah lisan menyediakan berbagai suara dan wacana; (3) sejarah lisan dapat digunakan dalam pembelajaran dalam kelas bagi siswa untuk melakukan penelitian sejarah; (4) sejarah lisan dapat menumbuhkan kembali kenangan dan kebersamaan dalam masyarakat (Sommer dan Quinlan, 2009: 3-5).

c. Sumber Sejarah Lisan

Sejarah lisan memiliki beberapa sumber sebagai sarana penyusunan cerita sejarah.Vansina (1985: 12) menyatakan bahwa sumber-sumber yang digunakan oleh sejarawan lisan adalah pengalaman-pengalaman yang masih diingat (reminiscences), rumor (hearsay), atau kesaksian individu atas peristiwa dan situasi di masa lalu semasa hidupnya.Dengan demikain secara umum sumber yang digunakan adalah pengalaman seseorang, termasuk di dalamnya surat-surat, buku harian, pengakuan-pengakuan, dan ingatan (Miller, 2006: 698).

Pengakuan lisan dari seseorang sebagai pengalaman individualnya merupakan salah satu sumber yang tertua dan paling sering digunakan sebagai bukti sejarah.Dalam pengertian ini, penelitian sejarah pada masyarakat yang belum mengetahui tulisan dapat menggunakan sejarah lisan untuk menggali informasi-informasi kesejarahan.

(40)

commit to user

Unsur yang penting dalam sejarah lisan adalah pewawamcara (yang melakukan wawancara) dan pengkisah (yang diwawancarai). Baik pengkisah maupun pewawancara adalah manusia yang memiliki sifat-sifat yang khas, sehinggan hasil wawancara ditentukan oleh sifat-sifat dari pewawancara maupun oleh pengkisah. Karena itulah dalam mencari data diperlukan pendekatan yang khusus (Lapian, 1985:2).

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara sejarah lisan adalah pengalaman pengkisah itu sendiri. Hal ini akan berbeda dengan tradisi lisan, dimana pengkisah itu mendapat informasi dari neneknya ataupun dari generasi yang lebih tua. Jadi dalam penulisan sejarah lisan yang diwawancarai adalah pengalaman sendiri (Lapian, 1985:7).

Struktur wawancara dapat dibedakan dalam dua bagian. Pertama, wawancara yang memfokuskan topik.Kedua, pendekatan pengalaman hidup (life History) yang menempatkan sejarah kehidupan seseorang dalam konteks sosial dan sejarah (Kwa Chong Guan, 2000: 86).

(41)

commit to user

Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisansejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yangingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulaidikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh BadanArsip Nasional.Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesiadilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yangsezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yangamat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karenaitu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode obserfasi.

B. Penelitian yang Relevan

(42)

commit to user

Bagaimana kesesuaian pembelajaran tentang cerita rakyat dengan di KTSP; (2) Bagaimana relevansi cerita rakyat untuk pembelajaran sejarah; dan (3) Mengapa metode pemberian tugas pendokumentasian cerita rakyat dipilih guru dalam pembelajaran sejarah. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pembelajaran tentang cerita rakyat yang sesuai dengan KTSP; (2) Mengetahui bagaimana guru memanfaatkan cerita rakyat yang relevan sebagai sumber pembelajaran sejarah; dan (3) Mengetahui mengapa metode pemberian tugas dipilih untuk mengenalkan jejak sejarah dalam tradisi sejarah lisan (folklore, mitologi, dongeng dan legenda).

(43)

commit to user

Hasil penelitian menjelaskan bahwa cerita rakyat menjadi bagian dari pembelajaran dalam kurikulum KTSP khususnya pada mata pelajaran sejarah. Ada 4 materi pembelajaran tentang cerita rakyat yang dijabarkan dalam 6 kali pertemuan di kelas (6 x 45 menit). Relevansi pembelajaran cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah terlihat pada pendokumentasian jejak-jejak sejarah yang masih menjadi tradisi lisan di Giriwoyo. Langkah-langkah metode pemberian tugas menjadi pilihan guru berhasil mendokumentasikan cerita rakyat yang tersebar luas sebagai tradisi sejarah lisan dalam bentuk laporan tertulis. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa ada kesesuaian pembelajaran cerita rakyat dengan KTSP. Terdapat relevansi materi cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah. Guru menerapkan metode pemberian tugas untuk mendokumentasikan pembelajaran sejarah tentang cerita rakyat tersebut.

(44)

commit to user

Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif bersifat naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research). Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari (1) ketua jurusan pendidikan sejarah, dosen, mahasiswa, sejarahwan gorontalo dan masyarakat; (2) Proses pembelajaran dan aktivitas perkuliahan; dan (3) Dokumen dan arsip seperti VCD, buku sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan content analysis. Validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi sumber (data) dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

(45)

commit to user

Penelitian ini menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait. Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sikap pelestarian untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya. Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi mahasiswa.

Penelitian ini relevan karena sama-sama menggunakan Mahasiswa sebagai obyek yang diteliti. Perbedaanya terletak pada penelitian ini mengarah pemanfaatan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah, sedangkan penelitian yang akan diteliti pada pembelajaran sejarah.

[image:45.595.116.508.249.706.2]

C. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Tuntutan Atas Kemampuan Meneliti

Bagi mahasiswa

Pembelajaran Sejarah Lisan

Kendala-Kendala Pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil Belajar Mahasiswa

Apresiasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Eksplorasi Peristiwa Sejarah di Lingkungan

(46)

commit to user

(47)

commit to user

31 BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Prodi Pendidikan Sejarah Unnes sebagai lokasi penelitian dipilih karena kurikulumnya memberikan kesempatan bagi calon guru untuk mempelajari sejarah lisan sebagai salah satu mata kuliah. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa calon guru sebagai bekal untuk melakukan penelusuran tradisi dan sumber sejarah di lingkungan sekitar.Perkuliahan ini memberikan seperangkat pengetahuan yang baru bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian nirdokumen tulis, sehingga merupakan satu paradigma baru bagi mahasiswa. Oleh karena itu, kajian tentang bagaimana penerapan sejarah lisan di Prodi Pendikan Sejarah FIS UNNESmenjadi hal yang menarik untuk diulas.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua belas bulan sejak Agustus 2011 sampai Juli 2012. Penelitian dilakukan mulai penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Pada tahap pengumpulan data termasuk observasi awal dan pengurusan perizinan.

B.Bentuk dan Strategi Penelitian

(48)

commit to user

sejarah lisan untuk mewujudkan pemahaman mahasiswa terhadap sejarah mikro di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menganalisis kendala-kedala dan apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.

Jenis penelitian ini mampu mengangkat berbagai informasi kualitatif secara lengkap dan mendalam untuk menjelaskan mengenai proses mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi (Sutopo, 2006: 139). Penelitian ini merupakan penelitian dasar karena bertujuan untuk memahami mengenai suatu masalah yang mengarah pada manfaat teoretik, tidak pada manfaat praktis (Sutopo, 2006: 135-136).

Penelitian ini menggunakan studi kasus terpancang (embedded research), yakni meneliti tentang implementasi pembelajaran sejarah lokal di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, karena meneliti satu program studi saja di Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang.

C.Sumber Data 1. Informan

(49)

commit to user

tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan. Dosen dipilih untuk mengetahui data tentang aktivitas pembelajaran, serta kendala-kendala yang dihadapi. Informan dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Nina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A. Informan dari mahasiswa dipilih untuk mengetahui aktivitas pembelajaran sejarah lisan serta apresiasinya terhadap pembelajaran sejarah lisan. Dari data yang didapatkan dari dosen dan mahasiswa dibandingkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan (validitas) data yang diperoleh.

2. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran merupakan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran sejarah lisan dilihat dari aspek strategi pembelajaran, media yang digunakan, sistem evaluasi, interaksi dosen dan mahasiswa, dan apresiasi mahasiswa pada saat pembelajaran. Pada struktur kurikulum 2008, mata kuliah Sejarah Lisan diajarkan pada semester gasal. Secara khusus aktivitas pembelajaran yang diteliti adalah aktivitas pembelajaran dalam kelas, sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu yang ditetapkan.

3. Dokumen

(50)

commit to user

Perkuliahan (SAP), tugas yang disusun oleh mahasiawa, serta proses penilaiandosen. Dokumen digunakan untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan pada aspek perencanaan, penyusunan tujuan, pelaksanaan pembelajaran, serta sistem penilaian.

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

Wawancara bukan hanya sekadar percakapan seseorang dengan orang lain, melainkan juga upaya untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam sebuah observasi atau penelitian.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam (in depth interview). Patton (dalam Sutopo, 2006: 228) menjelaskan bahwa wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, tidak berada pada suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui pendapat dosen tentang pembelajaran sejarah lisan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap mahasiswa yang telah mengikuti pembelajaran sejarah lisan untuk mengetahui apresiasi mereka terhadap pembelajaran sejarah lisan.

2. Observasi Langsung

(51)

commit to user

dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dan termasuk dalam observasi berperan pasif. Peneliti mengamati secara langsung aktivitas pembelajaran di dalam kelas untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan. Hal-hal yang menjadi objek pengamatan antara lain; tindakan yang dilakukan dosen, kata-kata yang diucapkan, materi pembelajaran, metode yang digunakan, serta aktivitas mahasiswa pada saat pembelajaran, meliputi tingkah laku mahasiswa, cara mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat, keaktifan dalam diskusi, dan sebagainya.

3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan menyelidiki data tertulis dalam pembelajaran, seperti perangkat perencanaan pembelajaran, catatan-catatan insidental pada saat pembelajaran, jurnal mengajar dosen, serta data tentang penilaian pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti melakukan content analysis terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan dosen dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Teknik ini digunakan untuk mengetahui implementasi sejarah lisan dalam silabus dan SAP yang telah dibuat oleh dosen berkaitan dengan pembelajaran sejarah lisan. Teknik ini digunakan pula sebagai data pembanding untuk data yang telah diperoleh dari observasi dan wawancara terhadap dosen dan mahasiswa tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan.

E.Teknik Cuplikan

(52)

commit to user

tertentu. H.B Sutopo (2006) menjelaskan bahwa dalam purposive sampling, peneliti memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi berdasarkan permasalahan secara mendalam. Perguruan tinggi dan dosen yang dijadikan sasaran penelitian terlebih dahulu dipilih berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam perolehan data.

Dari semua dosen yang mengajar di program studi pendidikan sejarah, yang diambil 2 orang saja yang mengajar sejarah lisan. Mahasiswa yang diambiladalah mahasiswa yang dipilih karena mahasiswa tersebut pintar dan mewakili kelasnya. Dari tugas mahasiswa diambil dengan kriteria identitas narasumber lengkap, kurang lengkap dan tidak mau disebut nama. Penelitian ini digunakan pula cuplikan waktu (time sampling) untuk melihat aktivitas pembelajaran sejarah lisan. Hal ini karena perkuliahan sejarah lisan tidak diajarkan sepanjang tahun, tetapi hanya pada saat semester gasal.

F. Validitas Data

Validitas data sangat penting dalam proses pemaparan hasil penelitian, pembahasan, dan penarikan simpulan. Dengan adanya validitas data, maka analisis dan penarikan simpulan telah dilandasi oleh kebenaran, karena berasal dari data yang telah teruji kebenarannya.

(53)

commit to user

itu. Dengan demikian, trianggulasi merupakan sebuah pandangan yang bersifat multiperspektif. Patton (dalam Sutopo, 2006:92) menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yakni (1) trianggulasi data, (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metodologis, dan (4) trianggulasi teoretis.

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Melalui trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengetahui kebenaran suatu permasalahan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda (Sutopo, 2006:93). Data diambil dari beberapa sumber, seperti dosen, mahasiswa, dan perangkat perencanaan (silabus dan SAP). Peneliti menggunakan sumber dari dosen, mahasiswa, aktivitas pembelajaran, dan perangkat pengajaran untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

(54)

commit to user

trianggulasi metode dari satu sumber, peneliti mencoba untuk mengambil data dengan berbagai macam metode.

Di dalam proses trianggulasi, informasi-informasi yang diperoleh dari data dan metode yang berbeda dibandingkan satu sama lain sebagai upaya konfirmasi. Data yang diperoleh dinyatakan valid atau terpercaya ketika hasil konfirmasi dari data yang berbeda dan melalui metode yang beragam menunjukkan keterangan yang sama.

G.Teknik Analisis

Pada penelitian kualitatif, analisis data bersifat induktif, artinya penarikan simpulan yang bersifat umum dibangun dari data yang diperoleh di lapangan. H.B. Sutopo (2006) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, analisis penelitian kualitatif dilakukan dalam tiga macam kegiatan, yakni (1) Analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, (2) Analisis dilakukan dalam bentuk interaktif, sehingga perlu adanya perbandingan dari berbagai sumber data untuk memahami persamaan dan perbedaannya, dan (3) Analisis bersifat siklus, artinya proses penelitian dapat dilakukan secara berulang sampai dibangun suatu simpulan yang dianggap mantap. Dengan demikian, analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus (Miles dan Huberman, 1992:20).

(55)

commit to user

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992: 16) menjelaskan bahwa reduksi data diartikan sebagai “proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan”. Setelah data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen, dilakukanlah reduksi data. Reduksi data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa langkah, yaitu (1) Menajamkan analisis, (2) Menggolongkan atau pengkategorisasian, (3) Mengarahkan, (4) Membuang yang tidak perlu dan (5) Mengorganisasikan data sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16-17). Data yang dikumpulkan dipilih dan dipilah berdasarkan rumusan masalahnya, kemudian dilakukan seleksi untuk dapat mendeskripsikan rumusan masalah.

(56)

commit to user

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik simpulan dan verifikasi. Langkah awal dalam penarikan simpulan dan verifikasi dimulai dari penarikan simpulan sementara. Penarikan simpulan hasil penelitian diartikan sebagai penguraian hasil penelitian melalui teori yang dikembangkan. Dari hasil temuan ini kemudian dilakukan penarikan simpulan teoretik (Miles dan Huberman, 1992:131). Kemudian simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohan, dan kecocokannya. Namun demikian, jika simpulan masih belum mantap, maka peneliti dapat melakukan proses pengambilan data dan verifikasi, sebagai landasan penarikan simpulan akhir. Ketiga alur dalam analisis data kualitatif apabila digambarkan adalah sebagai berikut.

[image:56.595.115.510.252.610.2]
(57)

commit to user

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi latar

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah perguruan tinggi negeri di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Perguruan tinggi ini terletak di Sekaran, Gunungpati, daerah dataran tinggi di bagian selatan Kota Semarang. UNNES adalah perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olah raga, seni, dan budaya.

Universitas Negeri Semarang berada di Kota Semarang yang merupakan pusat politik dan aktivitas masyarakat di Jawa Tengah memiliki sarana-sarana yang menunjang pelaksanaan pendidikan mulai pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Selain Universitas Negeri Semarang di Kota Semarang terdapat dua perguruan tinggi yang mengelola jurusan sejarah, yakni Universitas Diponegoro, dan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran Semarang.Universitas Negeri Semarang dan IKIP Veteran Semarang merupakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memiliki program pendidikan bagi calon tenaga kependidikan sejarah.

(58)

commit to user

museum yang didirikan oleh pihak swasta seperti Museum Rekor Indonesia dan Museum Jamu Nyonya Meneer.

Selain terdapat museum-museum sebagai penunjang pembelajaran sejarah, di kota Semarang juga terdapat lokasi yang erat kaitannya dengan pendidikan sejarah. Banyak lokasi bersejarah yang terdapat di Kota Semarang, misalnya kampung-kampung lama seperti Pecinan, Kauman, dan Pekojan. Kawasan Kota Lama yang terletak di bagian utara Kota Semarang dan perumahan di daerah Candi di “Semarang Atas” merupakan peninggalan sebagai bukti kehidupan masyarakat masa kolonial dan wujud fisik dari kebudayaan Indis. Di pusat Kota Semarang terdapat Tugu Muda, monumen yang dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 15-19 Oktober 1945. Bangunan kuno keagamaan juga terdapat di Kota Semarang, seperti Kelenteng Sam Po Kong dan kelenteng-kelenteng yang ada di kawasan Pecinan. Kelenteng kuno yang terdapat di Semarang menjadi pertanda pluralisme yang ada di masyarakat Semarang. Dengan demikian, diasumsikan perkembangan wacana kesejarahan dan pengembangan pendidikan sejarah di Kota Semarang cukup dinamis karena banyaknya peninggalan sejarah yang dapat dmanfaatkan sebagai sumber belajar, terutama sejarah lokal.

(59)

commit to user

dari program Diploma (D3) dan Sarjana (S1) untuk Program Kependidikan (Keguruan) dan Non Kependidikan serta Program Pascasarjana (Agus, 2010:38).

Sebagai perguruan tinggi negeri yang pada awanya bernama Insitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), UNNES memberikan perhatian besar pada bidang kependidikan. Hal ini dapat dilihat dari 59 program studi, 34 program studi di antaranya merupakan program studi kependidikan dengan gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) bagi lulusannya.UNNES juga membuka sejumlah program studi pada jenjang magister (S2) dan program doktor (S3), di samping program diploma (D3). Di universitas ini dibuka pula pendidikan profesi dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Pada tahun 1999 berdasarkan Keputusan Presiden No. 124 Tahun 1999 tentang perubahan IKIP Semarang, Bandung dan Medan menjadi Universitas, maka nama IKIP Semarang diubah menjadi Universitas Negeri Semarang (UNNES). Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 278/O/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja UNNES dan No. 225/O/2000 tentang statuta Universitas Negeri Semarang nama Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Perkembangan berikutnya dengan adanya Wider mandat maka FIS tidak hanya mendidik calon-calon guru saja, tetapi juga membuka program studi ilmu sejarah dan geografi.

(60)

commit to user

BAN-PT Nomor: 004/BAN-PT/Ak-XI/S1/V/2008 tertanggal 9 Mei 2008 tentang Status, Peringkat, dan Hasil Akreditasi Program Sarjana di Perguruan Tinggi, Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) telah dinyatakan terakreditasi B.

Prodi Pendidikan Sejarah memiliki visi sebagai “lembaga akademik pencetak guru sejarah bertaraf internasional berbasis konservasi yang sehat, unggul dan sejahtera”. Misi Prodi Pendidikan Sejarah adalah (1) Menyiapkan dan menghasilkan lulusan pendidikan sejarah yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif; (2) Mendidik mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik, vokasi dan profesi yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal dan nasional; (3) Menerapkan, mengembangkan, dan menyebarluaskan pendidikan sejarah untuk pengembangan ilmu dan peningkatan taraf hidup masyarakat.

Saat ini Prodi Pendidikan Sejarah dipimpin oleh Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd. sebagai ketua Prodi sekaligus Ketua Jurusan Sejarah. Ketua jurusan dibantu oleh Sekretaris Jurusan, Dra. Santi Muji Utami, M.Hum., dan Kepala Laboratorium Drs. Karyono, M.Hum.

(61)
[image:61.595.114.512.140.552.2]

commit to user

Tabel 2. Data Dosen Prodi PendidikanSejarah FIS UNNES

No. Nama Dosen Tetap Jabatan

Akademik Keahlian

1 Prof. Dr. A T Sugito, S.H., M.M. Guru Besar Pancasila

2 Prof. Dr. Wasino, M.Hum. Guru Besar Sejarah Sosial

3 Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd. Lektor Kepala Sejarah Eropa

4 Dr. Cahyo Budi Utomo, M.Pd. Lektor Kepala Manajemen Pembelajaran

Sejarah

5 Dr. Hamdan Tri Atmaja, M.Pd. Lektor Kepala Sejarah Indonesia

Kontemporer

6 Drs. Subagyo, M.Pd. Lektor Kepala Pengantar Ilmu Sejarah

7 Drs. YYFR Sunarjan, M.S. Lektor Kepala Sejarah Perekonomian

8 Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Indonesia

9 Drs. Karyono, M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Eropa

10 Drs. Jayusman, M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Asia

11 Dra. Ufi Saraswati, M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Indonesia abad

IV-XIV

12 Dra. Rr. Sri Wahyu S., M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Kebudayaan

Indonesia

13 Arif Purnomo, S.Pd., S.S., M.Pd. Lektor Kepala Evaluasi Pembelajaran

Sejarah

14 Dra. Putri Agus Wijayati, M.Hum. Lektor Kepala Sejarah Indonesia abad

XVII-XVIII

15 Drs. Jimmy De Rosal, M.Pd. Lektor Pendidikan IPS

16 Drs. Bain, M.Hum. Lektor Sejarah Afrika

17 Drs. Suharso, M.Pd. Lektor Sejarah Lokal

18 Drs. Abdul Muntholib, M.Hum. Lektor Antropologi

19 Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum. Lektor Sejarah Sosial

20 Insan Fahmi Siregar, S.Ag., M.Hum. Lektor Sejarah Indonesia

Kontemporer

21 Romadi, S.Pd., M.Hum. Lektor Sejarah Pergerakan Nasional

22 Nina Witasari, S.S., M.Hum. Lektor Sejarah Amerika

23 Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A. Asisten Ahli Sejarah Lisan

24 Andy Suryadi, S.Pd., M.Pd. Asisten Ahli Perencanaan Pembelajaran

Sejarah Sumber: Profil Fakultas Ilmu Sosial 2011

(62)

commit to user

Untuk menunjang kelancaran aktifitas perkuliahan, jurusan sejarah memiliki laboratorium sejarah, ruang multi media, dan taman baca. Laboratorium sejarah merupakan tempat praktek mahasiswa sejarah, sedangkan taman baca adalah perpustakaan mini yang dimiliki oleh jurusan sejarah. Jurusan sejarah juga memanfaatkan berbagai macam media seperti(1) media pandang yang tidak diproyeksikan, seperti; gambar diam, gambar kronologi dan peta dan (2) media pandang yang diproyeksikan, seperti media slide dengan aplikasi mocrosoft power point. Di tiap kelas sudah disediakan multimedia projektor, hal ini dikarenakan media ini mampu menampilkan unsur media seperti gambar, teks, video, dan animasi. Multi media projektor dapat di koneksikan dengan perangkat media yang lain seperti computer (PC), Laptop, VCD/DVD Player, kamera dan lainnya.

b. Sejarah Lisan di Program Studi Pendidikan Sejarah

(63)

commit to user

Mata kuliah sejarah lisan telah menjadi bagian dari kurikulum Program Studi Ilmu sejarah pada perguruan tinggi di Indonesia,namum mata kuliah ini masih belum dikembangkan secara luas untuk memberikan bekal bagi calon guru sejarah dalam melakukan kajian terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan kerjanya. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah Unnes, mata kuliah Sejarah Lisan baru diberikan pada kurikulum tahun 2008.

Diadakannya mata kuliah sejarah lisan diprogram studi pendidikaan sejarah merupakan salah satu upaya untuk membekali calon pendidik sejarah dengan kemampuan untuk mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar siswa adalah melalui mata kuliah Sejarah Lisan. Perkuliahan ini dianggap penting karena saat ini banyak kawasan yang belum memiliki dokumen-dokumen tertulis, sehingga menyulitkan proses penelitian sejarah secara dokumentatif. Oleh karena itu, penggalian sumber-sumber alternatif di masyarakat melalui wawancara menjadi pilihan untuk mendapatkan informasi kesejarahan secara melimpah. Melalui mata kuliah ini diharapkan lulusan mampu mengaplikasikannya dalam praksis pembelajaran dan melakukan pembimbingan bagi siswa untuk mendapatkan informasi kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya.

(64)

commit to user

tentang konsep dan ruang lingkup sejarah lisan dan tradisi lisan, manfaat sejarah lisan bagi penelitian sejajarah, metode penelitian sejarah lisan, dan aplikasi metode sejarah lisan di lapangan. Mata kuliah ini diambil oleh mahasiswa semester 5. Mata kuliah ini menyaratkan mahasiswa lulus pada mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah dan Metode Penelitian Sejarah.

Saat ini, mata kuliah Sejarah Lisan diampu oleh Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Nina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A.

2. Sajian Data

a. Implementasi Pembelajaran Sejarah Lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES

Implementasi pembelajaran sejarah lisan dapat dilihat dari beberapa aspek, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan faktor-faktor pendukung pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dimulai dari penyusunan Silabus dan Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Di Program Studi Pendidikan Sejarah dosen menyusun perangkat pembelajaran secara mandiri, tetapi tidak lepas dari contoh yang telah dikembangkan sebelumnya. Hal tersebut tampak dari adanya indikator yang mirip dengan contoh silabus tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, adanya kecenderungan dosen hanya melakukan copy paste dalam hal indikator pembelajaran yang dikembangkan, sedangkan untuk SAP telah disusun sendiri.

(65)

commit to user

sejarah lisan sudah mencantumkan identitas perguruan tinggi, identitas mata kuliah, Standar kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Standar Kompet

Gambar

Tabel 3. Analisis Kendala dalam Perencanaan Pembelajaran Sejarah LIsan ... .
Gambar 3. Fungsi Media Pembelajaran Sejarah Lisan ...................................
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian commit to user
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan  Huberman, 1992:20)
+4

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI KOMPETENSI INTI KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (STUDI KASUS DI SMA MTA SURAKARTA). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Model Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Arsip Koran untuk Meningkatkan Berpikir Historis (Historical Thinking) (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk : (1) Mendeskripsikan proses pembelajaran Sejarah Nasional Indonesia di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Kuliah Problematika Dalam Pembelajaran Sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI). Tesis pada Program Studi Pengembangan

Penelitian ini menunjukan gaya hidup yang melekat dalam diri mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta,

Hasil penelitian menunjukkan: (1) proses pembelajaran sejarah lokal yang diterapkan di program studi pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala selama ini bersifat teacher center,

ABSTRAK Analisis Perubahan Tutupan Lahan Di Nagari Koto Sani Tahun 2002 2022 Contoh Analisis Kasus Dalam Pembelajaran Geografi Program Studi Pendidikan Geografi FIS Universitas

Zulkarnain, M.Pd, M.Si Implementasi Pendidikan Inklusi sebagai Alternatif Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar bagi Anak Berkebutuhan Khusus NIM Prodi Pembimbing 3 PROGRAM