• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS DATA

1. Pola Asuh Demokratis

LANDASAN TEORI

1. Pola Asuh Demokratis

Pola Asuh adalah gambaran yang dipakai oleh orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga atau mendidik) anak (Gunarsa, 1991: 108-109).Menurut Lutfi dan Hidayah yang dikutip oleh Shochib bahwa sikap demokratis mendorong adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua. Adanya kehangatan diantara mereka membuat anak merasa diterima oleh orang tuanya, sehingga ada pertautan perasaan. Karena itu, anak yang diterima orang tuannya dimungkinkan dapat memahami, menerima dan menginternalisasi pesan nilai moral yang diupayakan (Shochib, 1997 : 35).

Sebelum melakukan pengkajian lebih mendalam, perlu diketahui pengertian sikap demokratis terlebih dahulu, macam-macam pola asuh, dan faktor yang mempengaruhinya,Aspek Pendukung dari Pola Asuh Demokratis 1. Pengertian Pola Asuh

Menurut Thoha (1996:109) bahwa pola asuh orang tua merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama,tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik maka akan mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan

mandiri potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Sedangkan demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakukan yang sama bagi semua warga Negara (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995 : 220) .

Dalam terminologi al- Qur’an, pentingnya sikap demokrasi juga mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini tercermin dalam firman Allah surat asy-Syura ayat 38 sebagai berikut:

ﺎﱠِﳑَو ْﻢُﻬَـﻨْـﻴَـﺑ ىَرﻮُﺷ ْﻢُﻫُﺮْﻣَأَو َة َﻼﱠﺼﻟا اﻮُﻣﺎَﻗَأَو ْﻢِﱢَﺮِﻟ اﻮُﺑﺎَﺠَﺘْﺳا َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو

َنﻮُﻘِﻔْﻨُـﻳ ْﻢُﻫﺎَﻨْـﻗَزَر

)

ىرﻮﺸﻟا

:

38

(

Artinya: Dan (bagi orang-orang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka(asy-Syura: 38).

Dari ayat di atas orang tua mempunyai peranan penting dalam mendidik anak hingga pada persoalan yang sekecil-kecilnya. Orang tua memiliki pengaruh langsung dalam masa depan anak. jika orang tua termaksuk memiliki pola asuh demokratis dalam mendidik anaknya maka akan tercipta anak yang terdidik pola pikirnya, serta cerdas secara emosi yang mengikuti langkah orang tuanya.

2. Macam-Macam Pola Asuh

Menurut Thoha (1996 : 111-112) bahwa pola asuh orang tua terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, pola asuh demokratis, otoriter dan permisif.

Pertama, Pola Asuh Otoriter. Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak.

Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan, anak juga diatur segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun sudah menginjak usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja. Menurut Purwaningsih (1989 : 46), mengemukakan bahwa orang tua otoriter mengemukakan keinginan dan kemauannya dengan didasarkan pad apendapat atau pandangannya sendiri, tanpa suatu alasan. Anak tidak dilatih untuk mengembangkan inisiatif dan rasa tanggung jawab.

Kedua, Pola Asuh Demokratis. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak

diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Pola asuh demokratis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dalammendidik anak, pola asuh demokratis yang ditanamkan orang tua adalah sebagai berikut.: (Nashih, 1999 : 593)

1. Mengembangkan minat dan bakat anak 2. Memberi kesempatan anak untuk bermain.

3. Memberikan kesempatan anak untuk meningkatkan kreativitas. 4. Memberi kesempatan anak untuk menyampaikan gagasan.

Ketiga, Pola Asuh Permisive. Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluasluasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan

5. Faktor Pola Asuh Demokratis

Pola pengasuhan anak senantiasa melibatkan orang tua sebagai pengasuh atau pendidik dan anak sebagai yang dididik atau diasuh masing masing dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam individu itu yang akan sebagian besar mempengaruhi mereka. Faktor yang mempengaruhi pola asuh antara lain sebagai berikut.

Pertama, usia orang tua, tujuan dari undang undang perkawinan sebagai salah satu upaya didalam setiap pasangan dimungkinkan untuk siap secara fisik maupun psikososial untuk membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua, rentang usia tertentu baik untuk menjalankan peran pengasuhan, bila terlalu muda atau terlalu tua maka, tidak akan dapat menjalankan peran-peran tersebut.

Kedua, keterlibatan orang tua, kedekatan hubungan antara ibu dan anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut.

Ketiga, pendidikan orang tua, pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan dalam menjalankan peran pengasuhan, agar lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan yaitu dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak.

Keempat, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, orang tua yang telah memiliki pengalaman sebelumnya dalam merawat anak

akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih tenang, orang tua mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan .dan perkembangan anak. 6. Aspek Pendukung dari Pola Asuh Demokratis

Pola asuh tidak bisa lepas yang namanya indikator-indikator yang mempengaruhi atau mendukungnya. Indikator tersebut adalah kedisiplinan, kebersamaan dan kegotongroyongan (Tridhonanto dan Agency, 2014 :44)

Pertama, Kedisiplinan. Dalam kehidupan sehari-hari, disiplin sering dihubungkan dengan hukuman, dalam arti disiplin diperlukan untuk menghindari terjadinya hukuman karena adanya pelanggaran terhadap suatu peraturan tertentu. Adapun dalam pengertian yang lebih luas, disiplin mengandung makna yakni suatu sikap menghormati, menghargai, dan menaatisegala peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Kedua, Kebersamaan. Kebersamaan dalam arti kerja sama, kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi,atau masyarakat. Tanpa kerjasama dan tanpa rasa kebersamaan keseimbangan hidup akan terancam punah, dengan memiliki keahlian kerjasama seseorang akan mudah mengungkapkankan apa yang diinginkan tanpa menyinggung orang lain.

Ketiga, Kegotong-royongan. Setiap agama tidak ada terkecuali selalu mengerjakan sesuatu untuk hidup dalam kegotong-royongan. Bila sejak usia dini sudah ditanamkan sikap yang demikian, kelak akan terlatih

dan bersikap hidup dengan penuh kegotong-royongan. Beban yang berat bisa terasa ringan seandainya dilakukan dengan gotong-royong, dan pada akhirnya tidak merasa berat dalam menjalankan hidup ini.

7. Mengenal Pola Demokratis dalam Keluarga

Kebanyakan orang saat mendengar istilah demokratis, maka asumsinya segera tertuju pada persoalan politik dan kekuasaan suatu negara. Padahal sesungguhnya demokrasi tidak selalu berurusan dengan politik dan bukan semata-mata kepentingan partai. Akan tetapi demokrasi adalah menjadi hak dan milik setiap orang yang hidup dalam suatu negara demokrasi

Seandainya ditarik lebih dalam, bahwa konsep demokrasi mampu diterapkan didalam keluarga terutama dalam hal mengambil keputusan, pola asuh, dan komunikasi antara anak dengan orang tua. Ketika membahas hubungan demokrasi dalam keluarga, maka hal itu akan diawali dengan kondisi rumah tangga yang harmonis. Adapun terwujudnya demokrasi dalam keluarga dapat dilihat dalam rasa kebersamaan tanpa diskrimanasi, bebas menentukan keinginan dan tidak ada kekerasan (Tridhonanto dan Agency, 2014 :42)

Tidak ada diskriminasi. Keluarga harmonis sebagai tampilan dari keluarga demokratis. Dalam keluarga demokratis tidak membeda-bedakan antara anak yang satu dengan yang lain. Semua anggota didalam rumah diperlakukan sama.

Semua anggota rumah bebas menentukan keinginan. Rumah tangga yang demokratis memberikan kebebasan kepada anggota keluarganya untuk menentukan sikap. Seorang ayah yang demokrat tentu tidak memaksakan kehendak kepada anaknya dalam menentukan pilihan. Adapun tanda yang dapat dilihat adanya komunikasi yang sehat antara anak dan orang tua untuk menetapkan suatu pilihan.

Tidak ada kekerasan. Ciri rumah tangga yang demokratis antara lain tidak memperlakukan tindakan kekerasan dalam proses mendidik dan membina anggota keluarga, dengan alasan kewibawaan orang tua tidak selalu berawal dari sikap yang keras. Seorang ayah yang demokrat senantiasa memberikan pilihan terbaik bagi anak-anaknya, bukan bertindak semena-mena.

Dokumen terkait