• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

D. Sistem Kepenjaraan Dan Sistem Pemasyarakatan

D.3. Pola Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan

Pembinaan narapidana merupakan suatu cara perlakuan terhadap narapidana yang dikehendaki oleh sistem pemasyarakatan dalam usaha mencapai tujuan, yaitu agar sekembalinya narapidana dapat berperilaku sebagai anggota masyarakat yang baik dan berguna bagi dirinya, masyarakat serta negara.

Menurut Suparlan (1983:95) dalam kamus istilah Kesejahteraan Sosial mengartikan bahwa: “pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, penyusunan program, koordinasi pelaksanaan dan pengawasan sesuatu pekerjaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil yang semaksimal mungkin”.

Sedangkan menurut Mangunhardjuna (1986:12) pembinaan adalah: “suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang-orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembinaan narapidana juga mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik.

Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti narapidana agar membangkitkan kembali rasa percaya dirinya dan dapat mengembangkan fungsi

sosialnya dengan rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat. Jadi pembinaan sangat memerlukan dukungan dan keikutsertaan dari masyarakat. Bantuan tersebut dapat dilihat dari sikap positif masyarakat untuk menerima mereka kembali di masyarakat.

Berdasarkan UU No.12 tahun 1995 pembinaan narapidana dilaksanakan dengan sistem:

1. Pengayoman

Pengayoman adalah perlakuan terhadap narapidana dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh narapidana, juga memberikan bekal hidup kepada narapidana agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat.

2. Persamaan Perlakuan dan Pelayanan

Persamaan Perlakuan dan Pelayanan adalah pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada narapidana tanpa membeda-bedakan orang. 3. Pendidikan dan Pembimbingan

Pendidikan dan Pembimbingan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, ketrampilan, pendidikan kerohanian dan kesempatan untuk menunaikan ibadah.

4. Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia

Penghormatan Harkat dan Martabat Manusia adalah sebagai orang yang tersesat, narapidana harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

Kehilangan Kemerdekaan Merupakan Satu-satunya Penderitaan adalah narapidana yang harus berada dalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan untuk jangka waktu tertentu sehingga Negara mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya.

6. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang- orang tertentu

Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang- orang tertentu adalah bahwa walaupun narapidana berada dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun Rumah Tahanan Negara, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan kedalam Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara dari anggota masyarakat yang bebas dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.

D.3.1. Wujud Pembinaan

Wujud pembinaan narapidana meliputi: 1. Pendidikan umum

2. Pendidikan keterampilan

3. Pendidikan mental, spiritual dan agama

4. Sosial budaya, kunjungan keluarga, seni musik dan lain-lain 5. Kegiatan rekreasi (olah raga, hiburan segar,dan membaca).

Pembinaan yang dilakukan diluar Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara disebut asimilasi yaitu proses pembinaan narapidana yang telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan membaurkan mereka kedalam kehidupan masyarakat.

D.3.2. Proses Pembinaan

Empat tahap proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan:

1. Tahap pertama : Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap narapidana untuk mengetahui hal ikhwal yang bersangkutan.

2. Tahap kedua : Bilamana proses pembinaan telah berjalan selama- lamanya sepertiga dari masa pidananya dan menurut Dewan pembina Pemasyarakatan sudah terdapat kemajuan(insyaf, disipiln dan patuh terhadap peraturan tata tertib), maka yang bersangkutan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan dengan sistem keamanan yang medium(medium security), dengan kebebasan yang lebi banyak.

3. Tahap ketiga : bilamana proses pembinaan terhadap narapidana telah berlangsung selama setengah dari masa pidananya dan menurut dewan pembina pemasyarakatan telah terdapat cukup kemajuan, baik secara fisik, mental maupun keterampilannya, maka dapat diadakan asimilasi dengan masyarakat luas.

4. Tahap keempat : bilamana proses pembinaannya telah berlangsung selama dua pertiga dari masa pidananya atau sekurang-kurangnya sembilan bulan, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat, atas usul dari dewan pembina pemasyarakatan.

Asimilasi adalah proses pembinaan narapidana di dalam kehidupan masyarakat. Untuk memperoleh asimilasi narapidana harus telah menjalani ½ (setengah) dari masa pidana dikurangi masa tahanan dan remisi, dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan narapidana di luar lembaga pemasyarakatan. Untuk memperoleh pembebasan bersyarat narapidana harus telah menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya, setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.

Cuti menjelang bebas (CMB) adalah proses pembinaan narapidana luar lembaga pemasyarakatan, bagi terpidanan yang tidak dapat diberikan pelepasan bersyarat karena masa hukuman atau masa pidananya pendek, untuk dapat diberikan CMB narapidana harus telah menjalani 2/3 (dua pertiga) dari masa pidananya setelah dikurangi masa tahanan dan remisi dihitung sejak tanggal putusan pengadilanberkekuatan hukum tetap dan jangka waktu cuti sama dengan cuti terakhir paling lam aenam bulan. Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidanayang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pidana.

D.3.3. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan pembinaan adalah: a. Memantapkan iman (ketahanan mental)

b. Membina mereka agar segera mampu berintegrasi secara wajar dalam kehidupan berkelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan

kehidupan yang lebih luas(masyarakat), setelah selesai menjalani pidana.

Sedangkan secara khusus pembinaan bertujuan untuk:

a. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya.

b. Berhasil memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk bekal hidup mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.

c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum dengan tidak lagi melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

d. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan narapidana berusaha kearah memasyarakatkan kembali seseorang yang pernah mengalami konflik sosial, sebagai suatu cara baru untuk menjadi seseorang, merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai sistem pemasyarakatan.

Dokumen terkait