• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Pencarian Informasi Orang Tua Dengan Anak

BAB IV PEMBAHASAN

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Pola Pencarian Informasi Orang Tua Dengan Anak

4.2.1.1 Tahap Initiation (Insiasi) yang Dilakukan Orang Tua dengan Anak Down Syndrome

Setiap orang tua dalam kehidupanya memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, salah satunya kebutuhan akan informasi mengenai anak mereka. Bagi orang tua dengan anak normal, pemenuhan kebutuhan informasi mengenai anaknya mungkin tidak mengalami banyak masalah dibandingkan dengan orang tua dengan anak Down Syndrome. Hal ini dikarena anak

Menurut Kuhlthau, tahap initiation (inisiasi) yaitu ketika seseorang menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan atau pemahaman, perasaan ketidakpastian dan ketakutan41. Tahap ini orang tua dengan anak Down Syndrome sadar tetapi masih ragu terhadap inti permasalahan. Contohnya : Orang tua dengan anak Down Syndrome mengetahui bahwa anak mereka yang baru lahir mengalami keterbelakangan mental, tetapi tidak mengetahui bahwa anak mereka mengalami Down Syndrome dan apa penyebabnya.

Terbatasnya informasi terhadap Down Syndrome memerlukan usaha yang lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi, membuat orang tua anak dengan Down Syndrome menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan dan pemahaman, dan mengalami perasaan ketidakpastian dan ketakutan. Seperti yang dikatakan, Ibu Nining :

“Keterbelakanangan mental ya salah satunya, pokoknya ada kelainan di anak ibu lah, awalnya saya ga tau, lagi itu saya periksanya ke bidan belum ada spesialis, mungkin kalau ada terdeteksi sejak dini gitu ya, jadi USG dari umur 7 bulan dan 9 bulan aja, jadi saya ga tau kalau akan begini.

Orang tua anak Down Syndrome menyampaikan pesan atau menerima pesan dari seseorang atau jumlah orang yang lebih banyak (sumber informasi) untuk mengetahui informasi tentang anak Down Syndrome. Seperti Bapak Hernandy yang menerima pesan dari dokter anak, selain itu dimana didalamnya terdapat proses penyampaian dan penerimaan pesan :

41Kulthhau, Carol C.2000. “inside the searching Process :information seeking From the User’s perpective. Journal Of the American Society and Information Science vo 42(5):49

“Kan pertama dari dokter, anak ini kelainan tetapi dia ga begitu jelas dokternya karena dokter anak taunya global ga spesialis. Dari situ dia menyarankan yang lengkap tau itu dokter Cipto RSCM itu pusat seindonesia. Dikonsul periksa aja ke pusat yaitu RSCM itu ada bagian tumbuh kembang, jadi Poliklinik Tumbuh Kembang, suatu poliklinik tersendiri di RSCM Jakarta. Kosul sama dokter itu, tapi initinya dokter itu bahwa ini ada kelainan. Kelainan apanya informasinya ga bisa lengkap karena dia belum

menguasai.”

Down Syndrome ialah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retradasi mental serta anomali fisik yang beragam. 42Down Syndrome (mongoloid) merupakan suatu kondisi dimana genetik tambahan menyebabkan keterlambatan perkembangan anak dan kadang mengacu pada retradasi mental.

Senada yang disampaikan Bapak Taufik mengenai Down Syndrome :

“ Sudah tahu, bahwa Down Syndrome itu keterbelakangan mental, atau kecerdasanya kurang gitu ya, ya tapi hanya itu saja waktu itu.

Kurangnya informasi ini membuat orang anak Down Syndrome

menjadi merasa bingung dan perasaan awal bahwa mengetahui anak mereka mengalami Down Syndrome. Mendapatkan anak Down Syndrome

merupakan pukulan tersendiri bagi orang tua. Sebagian besar memiliki perasaan yang hampir sama yaitu : sedih, merasa bersalah, rasa tidak percaya, dan kaget. Seperti yang diungkapkan ibu Nining :

42

Jeffrey S, Nevid Spencer A Rathus, Beverly Green. Psikologo Abnormal. Jakarta: Erlangga. Hal 150

“Bener-bener shock, terus terang shock banget, jadi pikiranya ya ga karuan, nantinya anak saya gimana, kalau nektekin suka ngalir ja air mata, nanti anak saya bisa ngomong apa engga, ya tetep rasa shcok itu pasti ada. Ibu kan aga lama punya anak, nikahnya tahun 88, tahun 92 baru, kosong 3 tahun 3

bulan, ini didalam kandungan 10 bulan pas.”

Kondisi psikologis seseorang, bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan seseorang yang sedang gembira.43 Kodisi psikologis orang tua anak Down Syndrome inilah yang akan mempengaruhi bagaimana akhirnya mereka mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk pencarian informasi. Senada yang disampaikan Bapak Hernady dalam wawancara :

“ Depresi kan, jadi apah bukan ketakutan tapi aduh lemes lah ya frustasi apalah macem-macem jadi schok lah istilahnya, manusiawi dan normal seluruh orang tua gitu. Makanya kata dokter atau psikologi yang ahli untuk mengobati anak Down Syndrome sebetulnya nomer satu bukan anaknya yang diobati tapi orang tuanya, karena orang tua nya ngerti anak itu kan belum ngerti apa-apa, supaya siap mental. Ya kalau percaya agama, ya penenangnya agama, istilahnya berserah diri.”

Penerimaan merupakan salah satu yang dapat mengurangi tingkat kecemasan orang tua. Pengurangan terhadap perasaan shock orang tua dapat dikurangin dengan penerimaan orang tua anak Down Syndrome dengan ikhlas karena mereka beragama. Seperti yang Bapak Taufik utarakan :

Ya Aga down juga sih, tapi kan karena kita sebagai orang beragama kita harus mengebalikan bahwa itu memang yang diberikan, titipian saya itu begitu, kita terima dengan iklas.

43

Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Hal 3-4

Keraguan terhadap inti permasalahan orang tua anak Down Syndrome masih ada walaupun penerimaan dapat mengikis sedikit perasaan ketakutan orang tua dengan anak Down Syndrome membuat orang tua memutuskan untuk mencari informasi.

4.2.1.2 Tahap Selection (seleksi) yang Dilakukan Orang Tua Anak

Down Syndrome

Kuthlau mengatakan, tahap selection (seleksi) ini ketika sebuah topik atau masalah yang diidentifikasi dan ketidakpastian awal sering memberi cara untuk rasa singkat optimisme dan kesiapan untuk memulai pencarian atau penelusuran.44

Pencarian informasi menurut Pannen adalah keadaan ketika orang bergerak melewati ruang dan waktu dan menemukan dirinya pada suatu keadaan dimana dia harus menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, melihat suatu faka, agar dapat mengetahui sesuatu yang terus bergerak.45

Orang tua anak Down Syndrome memutuskan mencari infromasi dengan berkomunikasi dengan sumber informasi. Menurut Steven dalam buku Hafied, bahwa komunikasi terjadi kapan saja dimana suatu organisme

44Kulthhau, Carol C.2000. “inside the searching Process :information seeking From the User’s perpective. Journal Of the American Society and Information Science vo 42(5):49

45

http://funnymustikasari.wordpress.com/2010/07/26/perilaku-pencarian-informasi/ diakses pada tanggal 9 September 2012 pukul 09.00.

memberika reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkunganya.46 Seperti yang diungkapkan Ibu Nining :

Iya , saya merasa bingung bagaimana, saya ke dokter Maas di Rumah Sakit Karakatau Steel itu untuk konsultasi karena bidan tidak tahu jelas.

Dimana orang tua dengan anak Down Syndrome merasa ketikdakpastian informasi di awal dan perasaan ragu orang tua, sehingga menimbulkan perasaan ingin tahu lebih banyak dan kesiapan untuk mencari informasi sebagai reaksi dari stimuli guna menunjang pengetahuan pola asuh terhadap anak Down Syndrome. Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Taufik.

“Ya, pengen tahu dan mencari informasi sebanyak-banyaknya masalah Down Syndrome, itu saja yang dipikiran saya waktu itu”

Hal yang sama diungkapkan Bapak Hernady saat wawancara :

“ Memutuskan mencari informasi ke Cipto karena di Cipto apapun nanya pasti diterangin sama dokternya, jadi satu poliklinik dokternya banyak , ada semua , THT, ini, itu termasuk patologi anatomi diambil, diperiksa bayarnya mahal sekali.

Perasaan ingin tahu yang lebih, mendorong orang tua anak Down Syndrome untuk mencari informasi kepada ahli yang lebih mengetahui, guna mengurangi rasa kecemasan yang mereka alami. Orang tua anak

Down Syndrome mulai merancang langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan informasi anak Down Syndrome.

Seperti yang di ungkapkan Bapak Hernady :

“.. Di bawa ke sana anaknya , disana di periksa semua, anaknya di bawa

ke bagian tumbuh kembang, disana banyak sekali dokter spesialis

46

diperiksa semua, telinga, hidung, jantung, terus riwayat. Jadi Down Syndrome itu kata dokter salah satu kemungkinanya terjadi karena

perkawinan sedarah. Jadi ditanya “ apakah bapa ibu nikah ada hubungan sedarah” jawabnya engga. Jadi rata-rata yang Down Syndrome itu yang jelas itu kelainan bawaan kalau kata orang islam mah takdir, jadi bukan obat, ga bisa disembuhkan kata dokter, jadi kalau anda percaya islam jangan coba-coba ke alternatif paranormal nanti musrik syirik, jangan, abisin duit ga akan sembuh karena itu takdir. Makanya disebutnya Down Syndrome itu bahasa umum atau bahasa gaulnya mongolid, kaya orang mongol ciri khasanya alis golok. Selain itu mencari infromasi SLB di Citanggkil, tapi anaknya tidak kekontrol kebersihanya, main tanah, cari lagi di Al-Kautsar itu dari umur 7 tahun sampai umur 21 tahun, sampai SMA , sampai lulus dan mendapatkan ijazah pendidikan luar biasa.”

Dahulu orang-orang dengan Down Syndrome ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol. Istilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental). Istilah sindrome ini telah usang, sehingga saat ini kita menggunakan isilah Down Syndrome. Setiap manusia mempunyai 23 pasang kromosom (46 buah kromosom) terdiri atas 22 pasang autosom (nomor 1-22) dan 1 pasangan kromosom seks. Down Syndrome muncul bila terdapat kelebihan sebuah kromosom nomr 21. Kromosom tambahan ini, karena gen-gen yang terkandung di dalamnya, menyebabkan protein-protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam sel. Hal ini mengganggu pertumbuhan normal di dalam tubuh janin47. Seperti yang diungkapkan Ibu Endang :

Jam 5 undah ngongkrong ja nunggu bis , berobat ke Cipto selama setahun ngebis. Kita tidak langsung diberi tahu cuma hanya kelainan , dalam hati ibu kok anak ini beda sama kakanya , kok lidahnya panjang ya. Akhirnya di kirim tumbuh kembang ke rumah sakit Cipto itu, di tumbuh kembang di bagi-bagi , ibu nanti ke sini-kesini, itu seminggu 2 kali, janjian dulu sama dokter, kalu ga janji mah susah ke Cipto itu. Dari

47

Jeffrey S, Nevid Spencer A Rathus, Beverly Green. Psikologo Abnormal. Jakarta: Erlangga. Hal 150

tumbuh kembang pertama di kirim ke ahli saraf, terakhir-terakhir terapi, jadi kirimnya ke ahli saraf, dokter alergi, ahli jantung, teling, mata, rambut, patologi anatomi. Diambil darah untuk pemeriksaan alergi, ampe kapok anaknya, rambut dulu botak sering rontok , rambutnya di cabut trus ditumbuhin dengan cari ambil jaringan kulit kepala. Kita di ambil darah , Jadi kromosomnya lebih satu Putri dari yang normal .

Banyak anak Down Syndrome hanya mempunyai enam sampai tujuh ciri. Kecuali kecakapan intelektual dalam derajat tertentu, tidak ada ciri

Down Syndrome yang terdapat pada semua individu penderita Down Syndrome. Namun ada ciri-ciri minor untuk mengenali apakah seorang anak menderita Down Syndrome atau tidak. Ciri –ciri tersebut yaitu :48 salah satunnya mulut anak Down Syndrome sedikit lebih kecil dari rata-rata, dan lidahnya sedikit lebih besar. Kombinasi ini membuat sebgaian anak mempunyai kebiasaan untuk menjulurkan lidah.

Dalam proses awal pencarian Bapak Taufik mengungkapkan dia berkonsultasi dan membaca buku maupun artikel untuk memulai pencarian infromasi mengenai anaknya :

“ Konsultasi ke doktor, baca buku juga, ya artikel mengenai Down Syndrome kalau kami tahu kami baca.

Ibu Nining menambahkan lebih jelas tentang bagaimana perasaan kebingungan dan keputusanya untuk mengunjungi sumber ahli untuk mengatasi kebingunganya :

“Saya menanyakan kesehatan anak dan dimana sekolah untuk Mba Nita. ...

mendekati masa-masa sekolah , saya tuh udah ga mungkin memasukan ke sekolah dasar normal udah langsung ke SLB Damkar. Saya pun ke Doktor

Maas untuk menanyakan , apakah harus ke psikolog, tetapi dokter “tidak perlu bu, anak ibu sudah bagus”, Cuma di kasih perangsang otak sampai

umur 4 tahun.”

48

Orang tua anak Down Syndrome lebih dominan dalam mencari informasi dengan cara menghubungi dokter ahli dan guru di sekolah, mereka merasa lebih percaya dan tidak terkecoh. Selain menghubungi ahli, orang tua anak Down Syndrome menggunakan sumber informasi tambahan sepertu buku, majalah , koran, artikel atau informasi dari sesama orang tua anak Down Syndrome.

Bapak Taufik mengungkapkan :

“ Waktu itu sementara dokter ahli, buku, majalah , di koran kadang-kangan ada di artikel ya kita baca, tayangan-tanyangan di televisi, dan bertanya-tanya kepada orang lain, ya saya pikir semua anak Down Syndrome pasti kendalaya itu di sini, sini, ini masalah cara pola asuh. Saya disini ga bergabung, karena kita hanya bertemu di sekolah, mengobrol jadi ga sampai membikin komunitas sendiri. Kayanya belum ada juga disini, kalau disini ada mungkin ikut, perasaan disini belum ada.

Dari hasil penelitian, orang tua anak Down Syndrome mencari informasi kepada dokter atau guru serta melalui buku, majalah, koran , artikel, dan tanyangan televisi serta perbincangan sesama orang tua anak dengan Down Syndrome di sekolah, namun belum ada kelompok khusus orang tua anak Down Syndrome yang di dibentuk.

Orang tua anak Down Syndrome lebih memilih untuk mencari informasi mengenai anaknnya melalui sumber ahli atau yang mereka yakini sumber informasi seperti guru di sekolah, dan bahan bacaan seperti majalah. Senada yang dikatakan Ibu Nining :

Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi, berkaitan dengan butir 2 di atas, orang-orang yang terbiasa dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang sangat jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya.49 Bapak Hernady tidak mengalami keterbatasan ekonomi, tetapi dahulu akses internet belum banyak dan memilih untuk ke sumber ahli yaitu dokter, seperti yang dia ungkapkan dalam wawancara :

“Ke Cipto saja, karena 25 tahun lalu belum ada internet dan buku. Jadi di situ itu poliklinik seindonesia jadi seluruh indonesia ke situ semua, disana nanya ke ahli dan ke sesama orang tua anak Down Syndrome yang berobat tuker pikiran aja., anak saya gini gitu.”

Ibu Endang menambahkan yang dikatakan oleh bapak Hernady saat wawancara dilangsungkan :

“pada waktu itu informasi terbatas sekali, ibu mah ikut anjuran dokter. Ibu

mah ga kemana-mana ke Cipto aja, kedua kita udah percaya diri, yakin dari pusat, jangan sampe goyah.

Dari hasil wawancara ,orang tua anak Down Syndrome mengakses beberapa sumber informasi, seperti mengunjungi ahli, membaca buku, majalah, koran, artikel mengenai anak Down Syndrome, dan melihat tanyangan di televisi serta perbincangan sesama orang tua anak Down Syndrome di lingkungan sekolah.

49

4.2.1.3Tahap Exploration (Eksplorasi) yang Dilakukan Orang Tua dengan Anak Down syndrom

Explorasi (eksplorasi) merupakan tahap ketiga, yaitu ketika tidak konsisten, informasi yang tidak kompatibel, kebingungan, dan keraguan sering membuat tidak percaya diri pada mereka. Tahap ini sering merupakan tahap paling sulit bagai pemakai dan perantara (intermediatli) atau petugas lembaga informasi.50 Orang anak Down Syndrome akan memenuhi kebutuhan informasinya dengan menemui sumber ahli dan dipengaruhi oleh beberapa faktor pencari infromasi.

Terciptanya suatu kebutuhan terhadap informasi tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit, ada beberapa faktor yang akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi yaitu :51 kondisi psikolois seseorang, demografis, peran seseorang dimasyarakatnya, lingkungan dan karateristiksumber informasi.

Faktor lain yang ikut menentukan pencarian informasi orang tua yaitu pandangan orang tua terhadap resiko dan imbalan yang akan diperoleh jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi

50Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.

51

Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Hal 3-4

yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan akses, dan waktu untuk memperoleh yang dibutuhkan.

Kondisi psikologis seseorang, bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan prilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira. Kondisi psikologis orang tua yang cemas dan kebingungan akan mempengaruhi pencarian informasi guna memenuhi kebutuhan informasi. Seperti yang diungkapkan ibu Nining :

“iya, saya merasa bingung bagaimana cari informasinya, konsultasi ke

bidan kurang jelas ya, akhirnya saya ke Dokter Maas di Rumah Sakit Karakatau Steel.

Demografi,dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Ini menyangkut kemudahan mencapai sumber informasi. Orang tua anak

Down Syndrome mengalami kesulitan mencapai sumber informasi karena jarak antara tempat tinggal dan sumber informasi yang di tuju.Seperti yang diungkapkan Bapak Hernady :

“Karena udah tau, bahwa ini mongolid semua sama, takdir, trus kata dokter ini tidak bisa diobatin, tidak bisa sembuh paling didik untuk mandiri. Yang jadi hambatan itu masalahnya loket Cipto itu tutup jam 10 pagi, kalau sudah tutup kita sampe Jakarta sudah tidak bisa berobat. Kedua jalan tol Jakarta itu belum ada, macet, itu yang dag deg di jalan, telat macet, telat macet, perjalanan jauh. Itu yang bikin stress. Serta keterbatasan informasi dahulu. ”

Kita dapat menduga bahwa kemudahan mencapai sumber informasi juga dapat mempengaruhi pencarian informasi seseorang, walau mungkin pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang ke sumber informasi.

Peran seseorang di masyarat, khusus dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku informasi. Latar belakang pendidikan orang tua anak Down Syndrome akan mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi. Seperti yang di ungkapkan bapa Hernady :

“Engga, jadi orang tua itu actionnya mencari jalan keluar kan tergantung

dari pendidikan dan iman, kalau pendidiknnya maksimal dan imamnya bagus ga akan gampang terpengaruh informasi yang sesat , pengaruh atau tetek bengek, Ga pernah ngalor ngiidul. Ada dengar, tetangga di sekolah Putri , udah sekolah 5 tahun ko gini-gini ja, marahin orang tuanya ke guru itu karena dia sangkanya sekolah nambahnya signifikan , padahal engga. Makannya tergantung background pendidikan orang tuanya untuk mencari infromasi satu, kedua keiklasan tergantung iman.

Bapak Taufik menyampaikan hal serupa, bahwa ia tidak mudah mempercayai informasi yang ia dapat.

“ ... tidak terlalu banyak saya tanggapi informasi yang tidak akurat, karena saya langsung menanyakan ke dokter dan guru

Lingkungan, dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas. Lingkungan yang mendukung akan memberika hal positif kepada orang tua anak Down Syndrome. Di mana saaat observasi berlangsung, anggota keluar ikut mendukung pencarian informasi dan menerima anak Down Syndrome.

Karateristik sumber informasi, karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi. Orang-orang yang terbiasa dengan media eletronik pastilah menunjukan perilaku infromasi yang berbeda dibandingkan mereka yang sangat jarang terpapar media elektronik. Selain itu pencarian informasi dari kelompok masyarakat dahulu yang

kesulitan mengakses internet pastilah berbeda dari orang yang hidup dalam fasilitas teknologi yang melimpah, seperti yang diutarakan Bapak Taufik :

Iya, karena sumbernya sedikit karena internet belum, kalau sekarang mungkin sudah gampang, 20 tahun yang lalu informasi itu terbatas sekali. Pekerjaan saya yang shift aga ada hambatan dalam mencari informasi tapi

tidak begitu.”

Yang menjadi hambatan orang tua dengan anak Down Syndrome

yaitu kemudahan mengakses infromasi. Seperti yang dikatakan Bapak Herniady bahwa loket RSCM yang tutup jam sepuluh menjadi kandala karena jarak tempuh dan kondisi jalan yang macet. Sedangkan menurut Bapak Taufik keterbatasan sumber informasi menjadi suatu hambatan.

4.2.1.4Tahap Formulation (Perumusan) yang Dilakukan Orang Tua dengan Anak Down Syndrome

Kutlau mengatakan , formulation (perumusan) yaitu ketika suatu perspektif yang difokuskan dibentuk dan mengurangi ketidakpastian ketika keyakinan mengingkat.52 Pola pikir menjadi lebih jelas dan terpusat pada masalah yang ditekuni. Proses pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari suatu yang tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Menurut Davis seperti yang dikutip Kadir dalam bukunya Pengenalan Sistem Informasi, “informasi adalah data yang telah

52

Kulthau, Carol C. 2000. “Inside the Searching Process: Infromation Seeking From teh User’s Perspective. Journal Of the American Society and Infromation Science vol 42 (5) : 49.

diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mandatang”.53

Informasi dapat dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat kepada pengguna. Menurut Sutanta ada beberapa manfaat informasi yaitu :54 menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian pemakai informasi, mengurangi resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman yang

Dokumen terkait