• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA DENGAN ANAK DOWN SYNDROME - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA DENGAN ANAK DOWN SYNDROME - FISIP Untirta Repository"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENCARIAN INFORMASI ORANG TUA

DENGAN ANAK

DOWN SYNDROME

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Ilmu Sosial pada Konsentrasi Ilmu Humas

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

Kinanthi Dyah Arini 6662 081140

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRACT

Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Information Searching Patterns of Parents Of Children with Down syndrome.

Infromation needs is essential rights of every human being. As well as parents of children with Down syndrome. They have an interst in searching for information regarding how to care for and educate their children. Information searching patterns of parents of children with Down syndrome in this study relates to sources and media information. This reseach aims to find picture of information searching patterns of children with Down syndrome in Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, Cilegon. This reseach uses qualitative methods and post postivis paradigms. This reseach uses the model of information searching by Wilson.The results from this reseach illustrate that parents of children with Down syndrome

are more likely to meet their infomation needs through the media senses, namely through face to face with people who are experts or have experince dealing with children with Down syndrome, such as doctors and teacher in school.

(3)

ABSTRAK

Kinanthi Dyah Arini. NIM 6662081140. Pola Pencarian Informasi Orang Tua Anak dengan Down syndrome. Skripsi.

Kebutuhan informasi merupakan hak hakiki yang dimiliki oleh setiap manusia. Begitu pula dengan orang tua anak down syndrom. Mereka mempunyai kepentingan untuk mencari informasi berkenan dengan cara mengasuh dan mendidik anak mereka. Pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down syndrome dalam penelitian ini berkaitan dengan sumber dan media infromasi. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mencari gambaran pola pencarian infromasi orang tua dengan anak Down syndrome pada Sekolah Luar Biasa Al-Kautsar, Cilegon. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan paradigma pospositivis. Penelitian ini menggunakan model pencarian informasi dari Wilson. Hasil penelitian menggambarkan bahwa orang tua dengan anak Down syndrome

lebih cenderung memenuhi kebutuhan informasi mereka melalui media panca indera, yaitu melalui tatap muka langsung dengan orang-orang yang ahli atau mempunyai pengalaman menangani anak Down syndrome, seperti guru di sekolah.

(4)
(5)
(6)

“ Keep your eyes on the stars

and your feet on the ground”

-Theodore Rososevelt-

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Ibu dan ayah tercinta dan seluruh

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan kesehatan dan kelancaran untuk menjalankan sekaligus menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pencarian Informasi Orang Tua dengan Anak Down Syndrome.“

Penelitian inidilakukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan ini, penulis sangat menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi, dalam arti masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatsan waktu, pengalaman, dan ilmu pengetahuan.

Namun berkat semangat, dukungan, pengarahan, dan bimbingan dari lingkungan sekitar, dan berbagai pihak, hambatan, dan kesulitan yang dialami oleh peneliti dapat di selesaikan dengan baik, sehingga alhamdulillah peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis ini mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H.Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Neka Fitriyah, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Juruasan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Dosen Pembimbing I yang memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan kepada penulis selama penulisan skripsi.

(8)

4. Ibu Puspita Asri Praceka,S.sos, M.I.Kom, selaku Sekertaris jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Dipl.Ing.Rangga G Gumelar, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah menjadi orang tua di kampus dan bersedia untuk meluangkan

waktunya dan memberikan arahan, bimbing serta inpirasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Terima kasih untuk ibu Andin Nesia, S.IK., M.I.Kom, selaku wali dosen yang selalu memberikan perhatian, dukungan, dan saran baik dari awal masuk kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi.

7. Terima kasih untuk semua dosen FISIP UNTIRTA yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis baik dalam mata kuliah maupun penyusunan skripsi.

8. Terima kasih untuk seluruh staff dan karyawan FISIP UNTIRTA yang telah memberikan berbagai bantuan kepada penulis baik dari awal kuliah sampai penulis menyelesaikan skripsi.

9. Terima kasih untuk keluarga Bapak Hernady dan Ibu Endang, serta keluarga Bapak Taufik dan Ibu Nining atas kesedianya mendukung, membantu dan memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi penelitian.

10.Terima kasih kepada Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon, dan seluruh guru, khususnya Ibu Asof dan Ibu Cicih serta Ibu Elis yang memberikan bantuan dan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di sekolah.

11.Terima kasih banyak untuk wanita terhebatku, Sri Mulyani, Mamahku tercinta yang selalu memberikan doa yang tanpa henti, dukungan, dan saran, serta kasih sayang yang membuat penulis selalu yakin dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih mah.

12.Terima kasih kepada papah tercinta Yoyok Subiyakto, lelaki terbaik yang selalu menjadi motivator, teman berbagi dan inpirasi dalam setiap

(9)

perjalanan hidupku serta menjadi ayah terhebat untuk anak-anaknya. Terima kasih atas kesabarannya.

13.Terima kasih kepada kakak laki-lakiku Ari P Witantra , dan Kristi Ananta, serta saudara perempuanku Andin N dan Mareta, yang selalu memberikan doa dan dukungan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 14.Terima kasih untuk kedua orang terbaik selain keluargaku, Ane

Septianingsih dan Pitriantoro Apriadi yang selalu memberikan doa, perhatian, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

15.Untuk teman seperjuangan di akhir, Hizaz Juliyadi, Trami Vidya Veliyanti, dan sahabat seperjuangan di kampus, Desta Yessavioleta, Farah Airin, Fitriani Fazriah, Retno Yuniar, dan Yona Dian Puspita, Adis Trisnawan dan Nugra Ahdilan terima kasih atas doa dan dukunganya selama masa perkuliahan.

16.Terima kasih untuk adikku , Tresna Amalia, Piras Satnawati, dan Nisfu atas bantuanya dan dukungan kepada penulis.

17.Seluruh angkatan Ilmu Komunikasi 2008 dan keluarga besar Ilmu Komunikasi yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih sudah menjadi teman yang baik dan mengisi kehidupan penulis.

18.Terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata sekali lagi saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang mereka berikan kepada penulis. Amin

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Serang, 12 November 2013

(10)

DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

2.5. Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar... 25

2.6. Model Pencarian Informasi ... 27

2.7. Kerangka Berfikir... 31

2.8. Penelitian Sebelumnya...32 BAB III METODE PENELITIAN

(11)

3.1. Metode Penelitian... 36

3.2. Paradigma Penelitian... 38

3.3. Tehnik Pengumpulan Data... 41

3.4. Tehnik Pemilihan Informan Penelitian... 44

3.5. Analisis Data... 46

3.6. Uji Validitas Data...48

3.7. Lokasi dan Waktu Penelitian...50

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 51

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 54

4.2.1. Pola Pencarian Informasi Orang Tua Dengan Anak Down syndrome Di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon...55

4.2.2. Media Komunikasi yang Digunakan Orang Tua dengan Anak Down syndrome dalam Memenuhi Kebutuhan informasi...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...78

5.2. Saran...79

DAFTARPUSTAKA...84 RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ...31

Tabel 3.1 Paradigma-Paradigma Penelitian ...39

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Pencarian Informasi Wilson ... 25

Gambar 2 Pola Pencarian Infomasi Orang tua dengan anak

Down Syndrome ... 81

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UNTIRTA Lampiran 2 : Kartu Bimbingan

Lampiran 3 : Pendoman Wawancara

Lampiran 4 : Hasil wawancara dengan Bapak Taufik Lampiran 5 : Hasil wawancara dengan Ibu Nining Lampiran 6 : Hasil wawancara dengan Bapak Hernady Lampiran 7 : Hasil wawancara dengan Ibu Endang Lampiran 8 : Hasil wawancara dengan Ibu Asrof Lampiran 9 : Hasil wawancara dengan Ibu Cicih Lampiran 10 : Dokumentasi

Lampiran 11 : Riwayat Hidup

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk komunikasi. Dengan berkomunikasi maka manusia menjadi lebih nyaman dan percaya diri, karena dengan komunikasi terjadi pertukaran informasi, yang sebelumnya tidak tahu akan menjadi tahu dan sebaliknya. Informasi yang didapat melalui komunikasi akan membuat manusia menjadi paham akan keberadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya, bagaimana harus bersikap dan bertindak.

Orang tua dengan anak Down Syndrome adalah manusia yang mempunyai rasa tidak nyaman dan percaya diri karena keadaan dirinya. Mempunyai anak Down Syndrome menempatkan mereka pada keadaan yang membingungkan karena anak Down Syndrome adalah anak dengan kebutuhan khusus. Anak Down Syndrome atau bisa juga disebut dengan anak tuna grahita membutuhkan perlakuan khusus dalam merawat dan memberikan pendidikan kepada mereka. Bagaiman merawat dan mendidik mereka adalah sebuah pertanyaan besar bagi orang tua anak Down Syndrome.

(16)

dan mendidik anak Down Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome

membutuhkan informasi namun pengetahuan yang mereka miliki tidak dapat memenuhi, dimana orang tua anak Down Syndrome akan mengalami kesenjangan pada diri orang tua. Keadaan antara Kesenjangan atau gap dalam diri orang tua dimana antara pengetahuan yang dimiliki kurang, dengan informasi yang dibutuhkan akan menimbulkan keadaan yang tidak menentu. Kesenjangan yang akan timbul pada orang tua anak Down Syndrome akan cenderung membuat orang tua mengalami kebutuhan informasi. Pemenuhan akan informasi dapat dilakukan dengan pencarian melalui sumber informasi. Orang tua anak Down Syndrome akan cenderung mencari berbagai sumber informasi untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan.

(17)

kampung, ini dikarenakan kurangnya informasi orang tua anak Down Syndrome. Adanya informasi yang tidak benar yang mengatakan bahwa anak Down Syndrome merupakan anak pembawa sial ini lah yang memicu orang tua anak Down Syndrome berlaku tidak menerima keadaan anak mereka dan cenderung malu memperkenalkan anak mereka kepada lingkungan. Salahnya pengentahuan orang tua anak Down Syndrome

mengenai pengobatan anak Down Syndrome membuat orang tua anak Down Syndrome mengirim anak mereka ke dukun atau orang pintar untuk menyambuhkan anak mereka, bahkan anak mereka diharuskan mengkonsumsi obat-obatan tradisoanal atau herbal yang belum teruji mampu menyembuhkan anak Down Syndrome.

Sikap orang tua yang menolak kenyataan bahwa anak mereka merupakan anak Down Syndrome akan sangat buruk dampaknnya terhadap anak mereka ataupun pencarian informasi yang dilakukan orang tua. Anak akan merasa tidak di mengerti dan tidak diterima apa adanya yang nantinya menimbulkan penolakan dari anak dan membentuk perilaku yang tidak dinginkan. Selain itu akan mempengaruhi pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome dalam memenuhi kebutuhan informasi. ketertutupan ini juga akan menyebabkan sulitnya mencari orang untuk dimintai informasi tentang anak Down Syndrome. Tidak seperti sekarang terdapat komunitas persatuan orang tua dengan anak Down Syndrome yang mau memberikan informasi dan berbgai pengalaman sesama orang tua anak Down Syndrome

(18)

Proses pencarian informasi merupakan suatau tindakan yang dilakukan seseorang ketika ingin mendapatkan informasi. cara ataupun teknik dalam mencari informasi pasti berbeda. Hal tersebut tergantung pada kemauan dan kemampuan dari pencari informasi. Penerimaan orang tua akan mempengaruhi pencarian informasi. Sikap orang tua yang menerima kenyataan bahwa anak mereka merupakan anak Down Syndrome akan sangat mengurangi perasaan kebingungan, dan rasa tidak nyaman.

Penerimaan yang baik dan dukungan sosial dari keluarga, akan membantu mengoptimalkan pencarian informasi mengenai anak Down Syndrome. Orang tua anak Down Syndrome akan melakukan pencarian informasi guna memperoleh informasi yang dibutuhkan. Proses pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi dan membentuk sebuah kebiasaan.

Pola pencarian informasi merupakan suatu gambaran kebiasaan seseorang atau langkah-langkah seseorang dalam mencari informasi. Pola ini dapat berupa tahapan pencarian dengan ciri-ciri untuk masing-masing tahap atau berdasarkan karateristik kelompok, serta berdasarkan keuletan dalam pencarian informasi.

(19)

anak Down Syndrome belum terpapar media informasi yang memuat tentang anak Down Syndrome.

Kebanyakan orang tua anak Down Syndrome dahulu akan merasa sangat tertolong bila mereka menemukan seorang profeisonal, seperti pekerja sosial, perawat kesehatan, atau dokter yang kepada mereka orang tua dapat berbagi perasaan. Orang tua akan berfikir mereka akan memberikan informasi yang dibutuhkan.

Dalam proses pencarian informasi orang tua di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar , orang tua berperan aktif dan bekerja sama dengan guru Sekolah Kebutuhan Khusus Kautsar. Di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar terletak di kota Cilegon, terdapat beberapa guru yang dianggap pihak yang mengetahui dan mengerti kegiatan yang terjadi terkait anak

Down Syndrome dan proses pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome yang terbentuk, yang menjadi faktor kunci keberhasilan dan keefektifitan pencarian informasi

Dari paparan yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana “Pola pecarian informasi orang tua dengan anak Down

Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar ketika mereka melakukan pencarian informasi saat itu.”

1.2. Perumusan Masalah

(20)

dengan Anak Sindrom Down di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar Cilegon saat itu.”

1.3. Identifikasi Masalah

Dari perumusan masalah di atas, penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam memenuhi kebutuhan informasi ?

2. Media pencarian informasi apa saja yang digunakan orang tua anak Down Syndrome sebagai alat pemenuh kebutuhan informasi ?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisa pola pencarian informasi orang tua dengan anak

Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar dalam memenuhi kebutuhan informasi.

2. Untuk mengkaji media pencarian informasi yang digunakan orang tua anak Down Syndrome sebagai alat pemenuhan kebutuhan informasi.

1.5. Manfaat Penelitian

(21)

berdasarkan kesenjangan yang ada dalam diri orang tua anak Down Syndrome dan perilaku yang timbul sebagai respon terhadap informasi yang didapatkan.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan andil untuk pengembangan dan kemajuan ilmu, khususnya dalam pembentukan pola pencarian informasi.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sesuai dengan rumusan masalah bahwa fokus penelitian adalah mengenai pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Oleh karena itu penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan pada fokus penelitian ini secara tuntas adalah komunikasi, informasi, pola pencarian informasi, media dan Down Syndrome. Hal-hal yang berkaitan dengan penelitian perlu bagi penulis untuk memaparkan terlebih dahulu.

2.1. Komunikasi

Komunikasi merupakan istilah yang begitu populer atau familiar pada saat ini, Komunikasi membedakan manusia dari semua makhluk yang lain. Sebagian besar waktu manusia digunakan untuk berkomunikasi dalam, pergaulan, pekerjaan dan aktivitas kehidupan sehari-hari kita. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui komunikasi manusia saling berinteraksi antara satu dan lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda.

Lukiati Komala mendefinisikan definisi komunikasi sebagai satu bentuk proses interaksi.

(23)

dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.1

Menurut Steven dalam buku Hafied, bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberikan reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah itu berasal dari seseorang atau lingkunganya.2

Mengenai beberapa pengertian komunikasi ini banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan definisi komunikasi secara umum adalah sebuah proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu serta mengubah sikap, pendapat atau perilaku penerima sesuai yang diinginkan oleh komunikator. Perubahan sikap, pendapat, atau perilaku orang tua dengan anak Down Syndrome yang didasarkan melalui seseorang yaitu anak mereka yang menderita Down Syndrome sebagai suatu respon. Orang tua

Down Syndrome melakukan komunikasi dan membangun hubungan baik dengan orang lain (sumber informasi) guna memenuhi kebutuhan informasi. Komunikasi dibangun dengan dokter anak Down Syndrome, pengajar di sekolah, sesama orang tua anak Down Syndrome serta orang-orang yang berhubungan dengan anak

Down Syndrome guna mencari informasi maupun bertukar informasi yang akan mempengaruhi sikap orang tua anak Down Syndrome.

Ditinjau dari proses pencarian informasi merupakan sebuah komunikasi dalam arti bahwa dalam proses tersebut terlibat orang tua anak Down Syndrome

dan sumber informasi. Proses komunikasi yang terjalin tidak hanya orang tua

1

Lukiati Komala. 2009. Ilmu Komunikasi, Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung : Widya Padjajaran, hal 73

2

(24)

sebagai komunikator melainkan menjadi komunikan, begitupula dengan sumber informasi. Komunikasi yang dilakukan orang tua dan sumber informasi merupakan komunikasi berencana baik secara tatap muka maupun melalui media. Komunikasi antara orang tua dan sumber informasi terjadi secara dua arah dan satu arah. Komunikasi dua arah terjadi ketika terjadi dialog antar orang tua dan sumber informasi. Ketika orang tua anak Down Syndrome mengakses sumber informasi dari media cetak, dan media elektronik maka komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi satu arah.

2.1.1. Komponen Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam prosesnya komunikasi mempunyai beberapa komponen sebagai berikut :

1. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada khalayak.3 Oleh karena itu komunikator biasa disebut sebagai pengirim, source, sumber, atau encoder. Merurut Vardiansyah, komunikator adalah manusia yang berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.4 Komunikasi, setiap orang ataupun kelompok dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses, dimana komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator. Ini serupa dengan proses komunikasi orang tua dengan anak Down Syndrome, dimana saaat orang

3

Ibid Hafied hal 85 4

(25)

tua akan bertanya kepada ahli, guru maupun sesama orang tua dengan anak Down Syndrome, orang tua menjadi komunikator dan ketika orang tua mendengarkan penjelasan, orang tua menjadi komunikan.

2. Pesan

Pesan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya.5 Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkahlaku komunikan. Pesan dari komunikasi akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu. Orang tua dengan anak Down Syndrome

mengutarakan pesan melalui komunikasi dengan tujuan mereka akan mendapatkan informasi untuk memenuhi motif tersebut. Motif mencari informasi tentang anak down synrome yang merupakan tujuan orang tua berkomunikasi.

3. Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.6 Beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Orang tua dengan anak Down

5

Ibid hal 60 6

(26)

Syndrome menggunakan media pancaindra dan media pendukung lainnya dalam mencari informasi. Media pendukung dalam proses pencarian informasi dapat berupa media cetak, media elektonik, atau melalui alamat situs internet.

4. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang penerima pesan atau sasaran penyampaian pesan.7 Dalam proses komunikasi komunikan dapat menjadi komunikator, begitupun sebaliknya komunikator dapat menjadi komunikan. Dalam proses pencarian informasi yang dilakukan orang tua dengan anak Down Syndrome terjadi percakapan dimana dalam proses nya narasumber seperti (doktor, ahli terapi, guru, dll) bisa menjadi komunikan dan komunikator. 5. Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.8 Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi itu berhasil, demikian sebaliknya. Hal serupa dapat dilihat dari efek yang terjadi pada orang tua dengan anak Down Syndrome sebagai respon dari informasi yang didapatkan.

2.1.2. Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi ada beberapa macam , diantaranya : 1. Komunikasi tatap muka (face-to-face)

2. Komunikasi bermedia (mediated) 3. Komunkasi verbal (verbal)

7

Onong Uchjana Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 7 8

(27)

4. Komunikasi non-verval (non-verbal)

Dalam penyampaian pesan, seorang komunikator (pengirim) dituntut untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (Feedback) dari komunikan (penerima), sehingga maksud dari pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif. Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, dengan menggunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.2. Informasi

(28)

kepustakaan dan perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang.9

Menurut Davis seperti yang dikutip Kadir dalam bukunya Pengenalan Sistem Informasi, “informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk

yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mandatang”.10

Setiap data yang berguna bagi penerimanya dapat dianggap sebagai informasi.

Informasi juga merupakan serangkaian fakta yang diinformasikan. Hal yang sama menurut Jogiyanto “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang

lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.11 Informasi merupakan pegumpulan atau pengelolaan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan. Informasi berkenaan dengan suatu fakta atau keadaan.

Mengutip dari Helena Olli dalam bukunya, Kamus Komunikasi, Onong Uchjana Efendy mendefinisikan informasi sebagai :12

a. Pesan yang disampaikan kepada seseorang atau jumlah orang yang baginya merupakan hal-hal yang baru diketahui.

b. Data yang telah diolah untuk disampaikan kepada yang memerlukan atau untuk mengambil keputusan mengenai suatu hal.

c. Kegiatan menyebarluaskan pesan, baik secara langsung maupun melalui media komunikasi, kepada khalayak yang baginya merupakan hal atau peristiwa baru.

Dalam penelitian ini, orang tua anak Down Syndrome menyampaikan pesan ataupun menerima pesan dari seseorang atau jumlah orang yang lebih banyak (sumber informasi) untuk mengetahui informasi tentang anak Down Syndrome.

9

Pawit M Yusuf. 2009.Ilmu Informasi, Komunikasi< dan Kepustakaan. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 11

10

Abdul Kadir.2003. Pengenalan Sistem informasi. Yogyakarta : Andi. Hal 28 11

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28705/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 10 Juli 2012 , pukul 23.43 WIB

12

(29)

Informasi yang didapatkan melalui proses komunikasi satu arah maupun komunikasi dua arah yang didalamnya terjadi pertukaran maupun pembagian informasi. Informasi yang didapat orang tua dengan anak Down Syndrome akan diolah sebagai respon dari informasi yang didapat. Infomasi itu dapat menjadi sebuah pengetahuan yang dapat disampaikan kepada sesama orang tua anak Down Syndrome ataupun lingkungan sekitar baik secara langsung maupun mengunakan media komunikasi. Informasi yang didapat akan mempengaruhi keputusan yang diambil orang tua anak Down Syndrome terhadap anak mereka dan lingkungan yang mempengaruhinya.

2.2.1. Ciri-ciri Informasi

Informasi mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut Davis informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut:13

1. Benar atau salah, Ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak bila penerimaan informasi yang salah dipercayai mengakibatkan sama seperti benar.

2. Baru, Informasi dapat sama sekali baru dan segar bagi penerimanya. 3. Tambahan, Informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan

baru pada informasi yang telah ada.

4. Korektif, Informasi dapat menjadi suatu korektif atas informasi yang salah.

5. Penegas, Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada, ini berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atau kebenaran informasi tersebut.

Informasi yang didapat orang tua anak Down Syndrome mempunyai lima ciri diantaranya informasi tidak terlepas dari benar atau salah, informasi baru, informasi tambahan, informasi korektif dan informasi penegas. Informasi dapat benar atau salah ini tergantung pengelolaan dari dalam diri orang tua, dimana bisa

13

(30)

dikatakan benar jika orang tua percaya bahwa itu benar. Informasi baru sebagai informasi yang pertama kali didengar orang tua anak Down Syndrome. Informasi tambahan adalah informasi ini dapat memberikan atau memperbaharui informasi yang dimiliki orang tua anak Down Syndrome. Informasi korektif adalah informasi yang dapat menjadi suatu korektif informasi yang dimiliki orang tua, apakah informasi yang orang tua miliki sudah benar atau salah. Informasi penegas adalah informasi yang digunakan sebagai penegas dari informasi yang telah dikoreksi guna meningkatkan persepsi orang tua anak Down Syndrome tentang kebenaran informasi tersebut, dan sekaligus akan menjadi acuan orang tua dalam bertindak sebagai respon terhadap informasi yang diterima dan diolah oleh orang tua anak Down Syndrome. Informasi yang telah diolah orang tua akan menjadi dasar untuk menerapkan tindakan orang tua terhadap anak Down Syndrome dan lingkunganya, baik lingkungan keluarga dekat, lingkungan keluarga besar, maupun lingkungan sekitar.

2.2.2. Manfaat Informasi

Informasi dapat dikatakan bernilai apabila dapat memberikan manfaat kepada pengguna. Menurut Sutanta ada beberapa manfaat informasi yaitu :14

1. Menambah pengetahuan

Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi

Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

14

(31)

3. Mengurangi resiko kegagalan

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan

Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan mengahasilkan yang lebih terarah.

5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

Pendapat di atas menunjukan bahwa dengan informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh. Informasi yang didapatkan orang tua anak Down Syndrome harus memberikan pengetahuan, mengurangi ketidakpastian orang tua, mengurangi resiko kegagalan, mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan orang tua, dan mampu memberikan standar agar keputusan orang tua anak Down Syndrome

(32)

2.3. Pencarian Informasi

Proses pencarian informasi merupakan suatu tingkah laku dalam mencari informasi. Pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi. Menurut Krikelas dalam artikel Encang-Saepudin (2009) berjudul Perilaku Pencarian Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi berpendapat bahwa perilaku pencarian informasi adalah kegiatan dalam menentukan dan mengidentifikasikan pesan untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dirasakan.15

Masih di dalam Encang, pendapat lebih rinci yang dikemukakan oleh Drao yang mengatakan bahwa “perilaku pencarian infromasi merupakan aktivitas

pemakai untuk mencari, mengumpulkan, dan memakai informasi yang mereka butuhkan.16

Pencarian informasi menurut Pannen (1990) adalah pencarian dan penggunaan informasi adalah keadaan ketika orang bergerak melewati ruang dan waktu dan menemukan dirinya pada suatu keadaan dimana dia harus menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, melihat suatu fakta, agar dapat mengetahui sesuatu untuk terus bergerak.17

Proses pencarian informasi adalah kegiatan pengumpulan informasi sebagai sesuatu yang kemudian diasimilasikan ke dalam struktur pengetahuan seseorang.

15

http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalam-memenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 10 Juli 2012 pukul 23.50 WIB

16

http://encangsaepudin.wordpress.com/2009/01/10/prilaku-pencarian-dalam-memenuhi-kebutuhan-informasi-bagian-2/ diakses pada 13 Juli 2012 pukul 8.16 WIB

17

(33)

Dari sini lah terlihat bagaimana teori tentang kognisi menjadi bagian dari proses interaksi pemakai dengan sistem informasi, dan bagaimana struktur kognitif pemakai berubah menjadi informasi yang ditemukan.18

Dengan demikian pencarian informasi merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan dan memakai informasi yang dibutuhkan oleh orang tua anak

Down Syndrome dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi orang tua yang berkenaan dengan anak Down Syndrome.

Proses pencarian informasi sifatnya berjenjang, dimulai dari sesuatu yang tidak jelas, sampai pada tahap kejelasan dari informasi yang dicarinya. Keadaan awal orang tua anak Down Syndrome mengalami kondisi dimana sadar bahwa orang tua membutuhkan informasi mengenai anak Down Syndrome, tetapi masih ragu terhadap inti permasalah dari anak Down Syndrome karena orang tua merasa kurang terhadap pengetahuan yang orang tua butuhkan. Tahap selajutnya orang tua akan melakukan pemilihan informasi secara selektif yang berhubungan dengan keadaan anak Down Syndrome. Setelah melakukan pemilihan informasi, orang tua akan siap memulai penelusuran dan menentukan sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi orang tua anak Down Syndrome. Proses penelusuran sumber infomasi merupakan paling sulit karena orang tua anak Down Syndrome belum mampu menyatakan mengenai informasi yang dibutuhkan dengan tepat. Setelah mampu mengendalikan tahap penelusuran, maka perasaan tidak pasti orang tua anak Down Syndrome mulai mengikis dan kepercaaan diri mulai meningkat. Ketika pola pikir orang tua anak Down Syndrome lebih jelas

18

(34)

dan terpusat pada masalah yang ditekuni maka pemakaian informasi menjadi efektif dan efisien. Diakhir pencarian informasi maka akan muncul suatu perasaan puaas atau kecewa.

2.3.1. Faktor Pencarian Informasi

Terciptanya suatu kebutuhan terhadap informasi tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Wilson yang dikutip oleh Pendit, ada beberapa faktor yang akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya seseorang mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi yaitu :19

1. Kondisi psikologis seseorang.

Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira

2. Demografis.

Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai bagian dari masyarakat tempat ia hidup dan berkegiatan. Kita dapat menduga bahwa kelas sosial juga dapat mempengaruhi perilaku informasi seseorang, walau mungkin pengaruh tersebut lebih banyak ditentukan oleh akses seseorang ke media perantara. Perilaku seseorang dari kelompok masyarakat yang tak memiliki akses ke internet pastilah berbeda dari orang yang hidup dalam fasilitas teknologi melimpah. 3. Peran seseorang di masyarakatnya.

Khususnya dalam hubungan interpersonal, ikut mempengaruhi perilaku informasi. Misalnya, peran menggurui yang ada di kalangan dosen akan menyebabkan perilaku informasi berbeda dibandingkan perilaku mahasiswa yang lebih banyak berperan sebagai pelajar. Jika kedua orang ini berhadapan dengan pustakawan, peran-peran mereka akan ikut mempengaruhi cara mereka bertanya, bersikap, dan bertindak dalam kegiatan mencari informasi.

4. Lingkungan.

Dalam hal ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih luas.

5. Karakteristik sumber informasi.

19

(35)

Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan informasi. Berkaitan dengan butir 2 di atas, orang-orang yang terbiasa dengan media elektronik dan datang dari strata sosial atas pastilah menunjukkan perilaku informasi berbeda dibandingkan mereka yang sangat jarang terpapar media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya

Kelima faktor di atas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi bagaimana akhirnya orang tua anak Down Syndrome mewujudkan kebutuhan informasi dalam bentuk perilaku informasi. Kondisi psikologis orang tua akan mempengaruhi perilaku pencarian informasi orang tua, orang tua yang tenang akan mudah mengakses informasi, berbeda dengan orang tua yang risau atau tertekan saat mencari informasi. Demogarafis, keadaan sosia-budaya, kelas sosial orang tua akan mempengaruhi perilaku pencarian informasi, orang tua yang tinggal di pedesaan akan berbeda dengan orang tua yang tinggal di perkotaan khususnya dalam hal mengakses media. Peran seseorang di masyarakatnya dan lingkungan, orang tua dan lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi pencarian informasi. Orang tua anak Down Syndrome yang dikelilingi lingkungan yang mendukung tentunya akan lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapat dukungan dari lingkunganya. Karateristik sumber informasi, orang tua yang terbiasa mengakses media eletronik dan datang dari strata sosial atas pastilah memiliki kemudahan dalam mengakses sumber infromasi dibandingkan orang tua anak Down Syndrome yang jarang terpapar media cetak maupun media elektronik, baik karena keterbatasan ekonomi maupun karena kondisi sosial-budaya.

(36)

jika ia benar-benar melakukan pencarian informasi. Resiko yang dimaksudkan yaitu hambatan yang dihadapi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan diantaranya biaya, kemudahan akses, waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

2.4. Down Syndrome

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sindrom adalah himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak (muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu, hal-hal (seperti emosi atau tindakan) yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi.

Down Syndrome (mongoloid) adalah suatu kondisi dimana genetik tambahan menyebabkan keterlambantan perkembangan anak, dan kadang mengacu pada retardasi mental. Anak Down Syndrome memiliki kelaianan pada kromosom nomor 21 yang terdiri dari dua kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (trisomi 21) sehingga infromasi genetika menjadi tertanggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik. Dahulu orang-orang dengan Down Syndrome ini disebut sebagai penderita mongolisme atau mongol. Isitilah ini muncul karena penderita ini mirip dengan orang-orang Asia (oriental). Istilah sindrome ini sepertinya telah usang, sehingga saat ini kita menggunakan istilah Down Syndrome.

(37)

menyebabkan protein-protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam sel. Hal ini mengganggu pertumbuhan normal di dalam tubuh janin. Protein-protein apa saja yang terlibat sampai saat ini belum diketahui.

Ketika janin berkembang, sel-sel tubuh tidak membelah secepat janin yang nomal dan ini mengakibatkan sel-sel tubuh yang terbentuk jumlahnya sedikit, sehingga terbentuk bayi yang lebih kecil. Migrasi sel-sel yang terjadi pada pembentukan bagian tubuh tertentu menjadi terganggu, khususnya pada otak. Begitu bayi dengan Down Syndrome lahir, seluruh perbedaan-perbedaan ini sudah ada. Bayi tersebut, karena memiliki lebih sedikit sel-sel otak, akan lambat belajar. Perubahan ini sudah berlangsung sebelum kelahiran, dan tidak dapat dipulihkan kembali sesudahnya.

2.4.1. Faktor Resiko

Down Syndrome merupakan sindroma kongenital (kelainan bawaan) yang paling sering terjadi. Down sydnrome ini ditemukan kurang lebih satu kasus pada setiap tujuh ratus kelahiran dan terdapat pada semua kelompok etnis.

(38)

2.4.2. Ciri-ciri Down Syndrome

Banyak anak Down Syndrome hanya mempunyai enam sampai tujuh ciri. Kecuali kecakapan intelektual dalam derajat tertentu, tidak ada ciri Down Syndrome yang terdapat pada semua individu penderita Down Syndrome. Namun ada ciri-ciri minor untuk mengenali apakah seorang anak menderita Down Syndrome atau tidak. Ciri –ciri tersebut yaitu :20

1. Wajah. Ketika dilihat dari depan, anak penderita Down Syndrome biasanya mempunyai wajah yang bulat. Dari samping, wajah cenderung mempunyai profil dasar.

2. Kepala. Belakang kepala sedikit rata pada kebanyakan penderita Down Syndrome. Ini dikenal sebagai brachycephly.

3. Mata. Mata dari hampir semua anak dan orang dewasa pederita Down Syndrome miring ke atas. Selain itu seringkali ada lipatan kecil pada kulit vertikal antara sudut dalam mata dan jembatan hidung.

4. Rambut. Rambut anak-anak Down Syndrome biasanya lemas dan lurus. 5. Leher. Bayi-bayi yang baru lahir dengan Down Syndrome mungkin

memiliki kulit berlebihan pada bagian belakang leher. Untuk anak dan orang dewasa penderita Down Syndrome cenderung memiliki leher yang pendek dan lebar.

6. Mulut. Rongga mulut sedikit lebih kecil dari rata-rata, dan lidahnya sedikit lebih besar. Kombinasi ini membuat sebgaian anak mempunyai kebiasaan untuk menjulurkan lidah.

7. Tangan. Kedua tangan cenderung lebar dengan jari-jari yang pendek. 8. Kaki. Kedua kaki cenderung pendek dan gemuk dengan jarak yang lebar

antara ibu jari dan jari telunjuk.

9. Tonus. Tungkai dan leher anak-anak kecil dengan Down Syndrome

seringkali terkulai. Lembeknya otot ini dinamakan hipotonia, yang berarti mempunyai tonus rendah. Tonus adalah tanahan yang diberikan oleh otot terhadap tekanan pada waktu otot dalam keadaan relaksasi.

2.5. Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar

Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar, merupakan salah satu sekolah yang menerima anak-anak Down Syndrome sebagai murid di sekolah. Sekolah

20

(39)

Kenutuhan AL-Kautsar berada di Jalan Arjuna Kavling blok J nomer 101-102 Bendungan Cilegon.

SLB Al-Kautsar berdiri pada tanggal 28 Oktober 1991 berlokasi di Jl. Gunung Kupak No. 19 Komplek Perumahan Leuweung Jite Cilegon, awal mulanya dipimpin oleh Bapak Harun Al-Rasyid yang muridnya berjumlah 12 orang dengan dibantu 1 orang guru. Pada saat itu SLB Al-Kautsar masih menumpang di Sekolah Madrasah Al-Kautsar karena belum memiliki tempat sendiri. Kemudian mulai tahun 2001 sampai dengan sekarang SLB Al-Kautsar dipimpin oleh ibu Dra. Hj. Elis Aini Hidayati.

Mulai tahun 2005 SLB Al-Kautsar mulai merintis membangun ruang-ruang kelas dan pada tahun 2007 SLB Al-Kautsar sudah mempunyai dan menempati gedung sekolah sendiri yang beralamat di Jl. Arjuna Kav. Blok J No 101-102 Bendungan Cilegon Banten. Berada pada lingkungan geografis yang cukup strategis dengan kondisi lingkungan yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar serta keadaan lingkungan yang tenang, aman, nyaman dan jauh dari polusi.

(40)

Sekolah ini mempunyai visi yaitu terwujudnya sekolah yang menghasilkan peserta didik mandiri, peduli, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Saat ini Skh Al-Kautsar memilki guru sebanyak 19 orang (10 guru PNS, 9 guru honoree) dengan latar belakang pendidikan yang beragam (14 orang lulusan S1 PLB, 2 orang lulusan S1 PAI, dan 3 orang lulusan dari SLTA) dan 1 orang tenaga tata usaha.

Program kesiswaan yang ada di SKh Al-Kautsar diantarannya program keterampilan dan kegiatan ekstrakuler. Program keterampilan yang beorientasi untuk kewirausahaan, seperti tata boga, tata busana (membuat aneka cendramata), perbengkelan, kriya kayu, steam motor dan IT (komputer). Sendangkan kegiatan ekstrakulikuler disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik, seperti olah raga berbagai cabang (bulu tangkis, tenis meja , atletik, renang), kesenian (menari, menyanyi, melukis)

Sarana prasana yang tersedia di Skh Al-Kuatsar cukup memadai diantaranya, perlengkapan olah raga, perlengkapan kesenian dan alat bantu pendidikan sesuai kekhususan, seperti kursi roda, parelel bar, speech trainer, hearing aid group, balok titian dan trampolin.

(41)

2.6.Model Pencarian Informasi

Para peneliti pencarian informasi mengkaji tentang bagaimana pengguna melakukan pencarian informasi, mulai dari menganalisa sifat dan jenis informasi yang dibutuhkan, bagimana cara informasi tersebut dipenuhi, hambatan-hambatanya sampai kepada hal yang mendorong upaya pencarian. Wilson menggambarkan Information seeking behavior dengan gambar berikut :21

Gambar 1

Model Pencarian Informasi Wilson

Sumber : Wilson, T.D. 1999

21

(42)

Information seeking behavior diawali oleh suatu kebutuhan informasi tertentu (“need”). Untuk memenuhi kebutuhan itu, seseorang pengguna dapat menggunakan satu atau lebih sistem informasi (demand on information system)

atau bertanya pada orang lain yang memiliki informasi yang dicari (information exchange). Bila salah satu atau lebih sistem informasi berhasil memberikan informasi yang dibutuhkan, pengguna informasi melanjutkannya dengan menggunakan informasi tersebut (information use), baik itu memuaskan atau tidak memuaskan pengguna informasi, menurut Wilson akan memicu kebutuhan (“need”) informasi lainya. Kemudian proses kembali terjadi dari awal lagi dan terus berulang –ulang.

Orang tua anak down synrome melakukan pencarian informasi didasarkan pada kebutuhan informasi tentang anak Down Syndrome kemudian orang tua anak Down Syndrome satu atau lebih informasi atau bertanya pada orang lain atau sumber informasi yang memiliki informasi yang dicari. Ketika informasi berhasil didapatkan maka orang tua akan mengunakannya atau tidak sebagai respon dari informasi yang didapatkanya baik informasi itu memuaskan ataupun tidak, dan proses ini akan memicu kebutuhan informasi lainya.

Menurut Kuhlthau (2000: 49), model proses pencarian informasi dapat diartikulasikan dalam pandangan menyeluruh dalam mencari informasi dari perspektif pengguna dalam enam tahap, yaitu:22

1. Initiation (inisiasi), yaitu ketika seseorang menjadi sadar dari kurangnya pengetahuan atau pemahaman, perasaan ketidakpastian dan ketakutan.

(43)

2. Selection (seleksi), yaitu ketika sebuah topik atau masalah yang diidentifikasi dan ketidakpastian awal sering memberi cara untuk rasa singkat optimisme dan kesiapan untuk memulai pencarian.

3. Exploration (eksplorasi), yaitu ketika tidak konsisten, informasi yang tidak kompatibel, kebingungan, dan keraguan sering membuat kurangnya kepercayaan pada diri mereka.

4. Formulation (perumusan), yaitu ketika suatu perspektif yang difokuskan dibentuk dan mengurangi ketidakpastian ketika keyakinan mulai meningkat. 5. Collection (koleksi), yaitu ketika informasi yang berhubungan dengan fokus

perspektif dan ketidakpastian dikumpulkan berhenti ketika minat diperdalam. 6. Presentation (presentasi), yaitu ketika pencarian dilengkapi pemahaman baru

yang memungkinkan orang untuk menjelaskan pelajarannya kepada orang lain atau meletakkan pelajaran itu digunakan.

2.7. Kerangka Berfikir

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Melalui komunikasi manusia saling berinteraksi antara satu dan lainnya dengan tujuan yang berbeda-beda. Komunikasi berperan sangat penting dalam proses pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome.

(44)

Dengan diketahui kebutuhan apa yang mendasari orang tua dengan anak

Down Syndrome maka orang tua menggunakan satu atau lebih sistem informasi atau bertanya kepada orang lain ataupun sumber informasi yang memiliki informasi yang dicari. Pencarian infromasi bersifat berjenjang dimulai dari sesuatu yang tidak jelas menjadi jelas, sampai pada tahap kejelasan dari infromasi yang dicarinya. Dalam pencarian infromasi orang tua anak Down Syndrome

melalui enam tahap pencarian infromasi yaitu, initiation (inisiasi), selection (seleksi), exploration (eksplorasi), formulation (formulasi), collection (koleksi), dan presentation (presentasi).

Dengan model pencarian informasi menjadi landasan penelitian ini, maka penulis bisa melihat pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome

melalui tahap pencarian informasi dan penggunaan informasi sebagai respon dari informasi yang didapatkanya. Proses pencarian informasi didorong dengan adanya kebutuhan manusia akan informasi dan membentuk suatu kebiasaan. Pola pencarian informsai merupakan suatu gambaran kebiasaan seseorang dan langkah-langkah seseorang dalam mencari informasi. Pola ini dapat berupa tahapan pencarian dengan ciri-ciri untuk masing-masing tahap atau berdasarkan karateristik kelompok, serta berdasarkan keluetan dalam pencarian infromasi.

(45)
(46)

2.8. Penelitian Sebelumnya

Penelitian-penelitian mengenai Pola Pencarian Informasi ataupun penelitian-penelitian mengenai perilaku pencarian informasi telah banyak diteliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut memberikan sedikit banyak gambaran bagi calon peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.

Salah satu penelitian mengenai pola pencarian informasi oleh, Lilis Nutlailah yang berjudul “Pola Pencarian Informasi Karyawan PT. Karakatau

Steel dalam Sistem Pensiun”. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini fokus pada pencarian informasi karyawan PT. Karakatau Steel dalam mengakses informasi sistem pensiun, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa karyawan PT. Karakatau Steel melakukan pencarian informasi dengan beberapa kategori informasi pensiun. .

Selain itu Dei Ari Puspita , mahasiswa UNTIRTA juga telah melakukan penelitian mengenai “Pola Perilaku Pencarian Informasi Anggota Satker

(47)

2.1 Tabel perbandingan dengan penelitian sebelumnya

(48)

dengan beberapa

(49)

- Teori yang digunakan Persamaaan - Meneliti pola

pencarian infromasi Kritik Penelitian ini cukup

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitiaan sosial yang mengupas mengenai pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome. Penulis mengunakan jenis penelitian kualitatif yang digunakan untuk menjawab masalah pokok penelitian ini mengenai pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome

agar menghasilkan hasil penelitian yang mendalam. Hal ini didukung oleh pendapat Bogdan and Taylor yang dikutip oleh Rosady Ruslan bahwa “pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik”23

Jenis penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.24 Jadi, penelitian kualitatif desktiptif ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa yang diteliti. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

23

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta. PT Rajawali Pers. Hal 213

24

(51)

Dalam penelitian ini bukan hanya akan menjabarkan dan menggambarkan masalah yang diteliti sesuai fakta, tetapi juga didukung oleh pertanyaan-pertanyaan dengan melakukan wawancara pada pihak yang terkait. Dengan begitu data yang diperoleh akan dikumpulkan, disusun, dianalisis kemudian dijelaskan yang disertakan dengan pemecahan masalah ataupun solusi sesuai dengan masalah yang diteliti.

Menurut Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi, penelitian deskriptif ditunjukan untuk: mengumpulkan informasi actual secara rinci melukiskan gejala yang ada, mengindentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 25

Metode penelitian kualitatif peneliti menjadi instrument kunci. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, peneiti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian.26 Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, penulis berupaya untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai kegiatan pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome

di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.

25

Jalaludin, rakhmad.2005. metode penelitian komunikasi,Bandung:PT. Remaja rasdakarya, hal 24

26

(52)

Penelitian kualitiatif adalah mengembangkan pertanyaan dasar tentang apa dan bagaimana kejadian itu, siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut, kapan terjadinya dan di mana tempat kejadianya.27 Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.28

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif atau penggambaran secara lisan maupun tertulis dari berbagai pengamatan yang dilakukan terhadap fenomena, gejala, perilaku dan kegiatan individu atau organisasi dengan memandangnya secara utuh tanpa dibatasi pada variable atau hipotesis.

Jika dikaitkan dengan masalah pada penelitian ini maka akan dihasilkan data deskriptif dari berbagai pengamatan yang dilakukan. Untuk itulah tujuan menggunakan metode ini adalah untuk melukiskan pola pencarian orang tua anak dengan Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.

3.2 Paradigma Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan suatu kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Seperti penelitian pada umumnya, penelitian dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan menemukan fakta. Ketika seseorang melakukan penelitian, secara sadar atau tidak peneliti

27

Satori, jaman dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hal 23.

28

(53)

memiliki perspektif atau cara pandang dalam memandang hal atau peristiwa tertentu. Cara pandang peneliti merupakan satu perangkat kepercayaan yang sudah terbentuk dalam diri peneliti yang didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu yang dinamakan paradigma.

Harmon yang dikutip oleh Moleong mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas. 29 Paradigma menurut Kuhn didefinisikan sebagai suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.30

Paradigma penelitian menurut Guba dan Lincoln merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Denzin dan Lincoln menjelaskan bahwa terdapat beberapa paradigma penelitian yaitu positivisme, post positivisme, teori kritis, dan konstruktivistis dengan pemaparan seperti tabel berikut.

29

Lexy J. Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kuaitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 49.

30

(54)

Tabel 3.1 Paradigma-paradigma Penelitian

Item Positivisme Post-positivisme Teori Kritis Konstruktivisme

Ontologi

Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari. Pernyataan-pernyataan dan kaidah yang seharusnya di ikuti dalam menafsirkan jawaban yang didapatnya. Dengan demikian paradigma adalah ibarat sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar. Namun secara umum, menurut Guba paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

(55)

Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma pospositivisme31. Dalam paradigma post positivis realitas disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda, memiliki hubungan secara asosiatif, serta harus dipahami secara alamiah, kontektual, dan holistic. Secara ontologis aliran ini bersifat critical realism

(kenyataan kritis) karena aliran ini memandang kenyataan harus diperiksa secara kritis agar dapat dipahami sesempurna mungkin serta memandang sama bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar. Oleh karena itu secara metodelogis pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup, tetapi harus menggunakan metode triangulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori untuk menggambarkan pola pencarian informasi orang tua anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.

Realitas dalam paradigma post positivisditemukan apabila peneliti dan objek penelitian atau realitas yang diteliti merupakan realitas yang tidak terpisahkan. Hubungan antara peneliti dan objek harus bersifat interaktif dan netral, sehingga tingkat subjektifitas dapat dikurangi secara minimal. Oleh karena itu, Peneliti harus mampu mengungkap data yang sebenarnya melalui kegiatan observasi dan wawancara. .

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

31

(56)

a. Observasi

Obeservasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsung, dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau obsever dalam menyaksikan atau mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya.32 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan obseravasi partisipatif ,menurut Sugiyono dalam bukunya memahami penelitian kualitatif sebagai berikut: “dalam observasi ini peneliti

terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.33

Dengan menggunakan metode observasi partipatif, peneliti memahami objek penelitian dengan terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang yang menjadi objek penelitian sebagai sumber data penelitian. Peneliti telibat dalam kegiatan orang tua dengan anak Down Syndrome dan kegiatan di lingkungan Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Dari kegiatan obsevasi ini, peneliti dapat mendapatkan data-data mengenai bagaimana pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome termasuk informasi apa yang didapatkan, dan media apa yang digunakan orang tua serta respon orang tua terhadap informasi.

b. Wawancara

Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah wawacara mendalam. Wawancara merupakan proses atau upaya yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan melalui tanya jawab

32

Sugiyono ,2008,Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D,Alfabeta:Bandung,hal.233 33

(57)

langsung dengan pihak-pihak yang terkait. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam (Indepth Interview) terhadap orang-orang yang berkompeten. Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.34

Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara secara intensif (intensive-interview) dan kebanyakan tidak terstruktur yang bertujuan untuk mengetahui pandangan dari orang tua dan guru anak Down Syndrome. Dimana responden dapat memberikan jawaban-jawaban secara menyeluruh dan mendalam tentang pencarian informasi orang tua. Informan tersebut diantaranya dua pasang orang tua dengan anak Down Syndrome, dua guru di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar.

Adapun maksud mengadakan wawancara seperti ditegaskan Licoln dan Guba dalam Moleong, antara lain untuk mengkontruksi mengenai karakteristik orang tua dalam cara yang ditempuh untuk memperoleh informasi, mengumpulkan informasi, menyeleksi informasi, memantau perkembangan informasi, memanfaatkan informasi dan mengatasi hambatan dalam pencarian informasi.

34

(58)

3.4 Tehnik Pemilihan Informan Penelitian

Dalam penelitiian kualitatif, istilah sampel yang sering digunakan dalam penelitian yang berasumsi statistik dan mekanistis tidak lagi berlaku karena dalam penelitian kualitatif istilah ini diganti dengan istilah informan. Hal ini seperti diutarakan oleh Sjoberg & Nett dalam Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi yang ditulis oleh Rosady Ruslan bahwa penelitian kualitatif mengunakan pendekatan humanistic untuk memahami realitas sosial dan dipandang sebagai kreativitas bersama. Dengan kata lain, subjek penelitian dalam penelitiian kualitatif memiliki peranan yang sangat penting dalam penelitian sehingga posisi subjek penelitian tidak hanya sekedar sampel untuk pemenuhan data statistik tetapi lebih berperan sebagai informan dimana penelitian kualitatif dapat berkembang lebih dinamis.35

Pada istilah kualitatif juga tidak mengunakan istilah sample. Sample pada penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau subjek penelitian, yaitu orang-orang yang dipilih diwawancari atau diobservasi sesuai tujuan penelitian. Informan disebut sebagai subjek penelitian karena informan dianggap aktif mengkontruksi realitas bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner.36

Untuk menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sample semua data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap paling tahu mengenai bagimana pencarian informasi mengenai anak Down Syndrome. Peneliti

35

Ibid Rachmat hal 214 36

(59)

memilih pihak-pihak yang berperan aktif, untuk mengetahui perilaku pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al- Kautsar.

Dalam pelaksanaan penelitian ini akan menetapkan satu atau dua orang informan kunci (key informants) dan juga beberapa informan pendukungnya yang kemungkinan akan semakin lengkap informannya, dan kemudian mengadakan interview terhadap mereka yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang dicari untuk memperoleh data.37 Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini merupakan seseorang yang memiliki karakteristik yang mampu memberikan data yang dibutuhkan dari apa yang ingin diteliti oleh peneliti yaitu tentang pola pencarian informasi orang tua dengan anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Informan penelitian adalah pihak-pihak yang memiliki karateristik dari apa yang ingin diteliti oleh peneliti. Adapun kriteria-ktriteria yang menjadi acauan peneliti dalam menentukan informan diantaranya :

1. Mereka yang merupakan pihak yang terlibat aktif dalam pencarian informasi yaitu orang tua dengan anak Down Syndrome.

2. Mereka yang memiliki informasi menyeluruh mengenai perilaku pencarian informasi mengenai Down Syndrome.

3. Mereka yang berada dilingkungan anak Down Syndrome.

Ada dua penentu yang dijadikan sumber dalam mendukung penelitian ini, yaitu key informan dan informan.

37

(60)

1) Key informants (informan kunci) yaitu informan yang dianggap paling banyak memberi bantuan dan jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah penelitian dan yang mendukung penelitian. Untuk itu penentuan key informants dalam penelitian ini adalah pasangan orang tua anak Down Syndrome di Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar yang dianggap sebagai pihak utama yang mengetahui dan dapat menjelaskan informasi kunci mengenai masalah ini.

2) Informan, yakni informan yang dianggap tahu atau memberi bantuan dan dapat memberi jawaban atas pertanyaan atau masalah penelitian tapi tidak lebih dari informan kunci. Sebagai informan, dalam penelitian ini telah ditentukan yaitu dua guru Sekolah Kebutuhan Khusus Al-Kautsar. Guru mempuanyai peranan penting dalam pengawasan anak Down Syndrome di lingkungan sekolah.

Informan dalam penelitian ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peneliti.

3.5Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model millers and huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.38 Aktifitas analisis data, yaitu:

1. Data reduction (reduksi data)

38

(61)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, mereduksi data bererti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.

2. Data display (penyajian data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar katagori dan lainnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpulan informasi kedalam suatu matrik atau konfigurasi yang mudah dipahami. Konfigurasi semacam ini akan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kecenderungan kognitif manusia adalah penyederhanaan informasi yang komplek kedalam suatu bentuk yang dapat dipahami secara gambling. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami adalah cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid. Penyajian ini bisa dalam bentuk grafik, matrik atau baganh yang dirancang untuk menghubungkan informasi. Penyajian data yang penulis lakukan adalah mengenai pencarian informasi orang tua dengan anak

Down Syndrome.

Gambar

Gambar 1
Gambar 2  Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Paradigma-paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

1) Multipleks antara byte alamat rendah (A0 s/d A7) dan data (D0 s/d D7) pada saat mengakses memori program eksternal atau memori data eksternal. Pada fungsi ini, port 0 membutuhkan

Metode yang digunakan oleh perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi

Demikian pula dengan produksi yang dihasilkan, perkebunan rakyat masih lebih dominan dibandingkan dengan perkebunan besar, baik milik Negara maupun swasta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi konsumen terhadap pembelian kopi instan White Coffee di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen berdasarkan atribut yang ada yaitu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadap kinerja bisnis pada PT Bank Mandiri (Persero).. Tbk Cabang Simpang

keanekaragaman kapang pada limbah daduk, maka dapat diperoleh kapang selulolitik indigenous sebagai penghasil enzim selulase yang mampu mendegradasi komponen

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Motif Berwirausaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |