• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PRATIK PENGALIHAN PENGASUHAN ANAK ORANG TUA

B. Praktik Pengalihan Pengasuhan Anak Orang Tua Karir

3. Pola Pengasuhan Anak pada Keluarga Orang Tua Karir

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak akan menentukan karakter anaknya kelak. Pola asuh yang dimaksud adalah cara yang dilakukan orang tua untuk mendidik anak. Keberhasilan mendidik anak-anak dengan baik adalah impian semua orang tua. Untuk itu orang tua dituntut untuk mendidik anak-anaknya dengan sebaik- baiknya. Dalam hal ini pola pengasuhan yang diterapkan pada keluarga orang tua karir di Desa Banyuurip adalah sebagai berikut:

a. Pola Pengasuhan Anak Ibu NK

Dalam kasus Ibu NK, anak Ibu NK masih balita yaitu umur 11 bulan, Ibu NK menitipkan NS kepada orang lain untuk merawat dan mengurusi keperluan NS di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut berupa Perawatan. Yang dilakukan oleh pengasuh NS tersebut menyangkut berbagai hal mengenai kebutuhan keseharian NS, baik kebutuhan NS jasmani yaitu untuk makan, minum, buang air bahkan perkembangan pengetahuan NS seperti cara berbicara, belajar dan sebagainya. Serta kebutuhan rohani si anak, berupa pengetahuan si anak, yaitu bagaimana caranya berjalan, berbicara dan sebagainya.

Untuk pemenuhan ekonomi seperti uang kebutuhan si anak, Ibu NK menitipkan uang kepada pengasuh untuk diberikan kepada anak, yang digunakan untuk keperluan apapun si anak.

Sebagai imbalan pengasuhan NS, Ibu NK memberikan upah kepada sang pengasuh atas jasanya untuk mengasuh NS. Pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh NS dilakukan ketika Ibu NK dan Bapak

AM bekerja, yaitu sejak pagi hari hingga sore hari, bahkan terkadang hingga larut malam ketika NS sudah tidur.

NS dititipkan kepada Ibu MT yang merupakan tetangga dari Ibu NK dan Bapak AF. Ibu MT mengasuh dan merawat anak dari pasangan Bapak AM dan Ibu NK setiap hari. Menurut Ibu MT dia hanya bertugas untuk mengasuh NS yang berupa kebutuhan sehari- hari, kalau untuk masalah pengetahuan agama Ibu MT tidak mendidiknya secara khusus.

b. Pola Pengasuhan Anak Ibu DF

Menurut pengakuan Ibu DF pada saat wawancara Ibu DF menerapkan pengasuhan anaknya tidak mempunyai cara-cara yang khusus dia hanya memberikan uang saku kepada anaknya untuk digunakan untuk jajan, kemudian ia memberika didikan seperti anak yang lainnya.

Ibu DF menitipkan atau mengalihkan pengasuhan anaknya kepada orang lain disaat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut berupa perawatan dan mengurus kebutuhan si anak. Kebutuhan. Kebutuhan tersebut baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani. Kebutuhan jasmani berupa memberikan makan, memandikan dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan rohaninya adalah pendidikan akhlak dan pembelajaran pengetahuan anak.

Penyerahan pengasuhan anak dari Ibu DF kepada si pengasuh diserahkan ketika pagi hari sewaktu Ibu DF dan Bapak BA akan

berangkat bekerja dan akan mengambilnya kembali pada saat mereka telah selesai bekerja dan pulang dari tempat pekerjaanya. Sebagai imbalan untuk pengasuhan akan anaknya Ibu DF memberikan upah kepada si pengasuh sebagai ganti akan jasa pengasuhannya yang telah diberikan kepada si anak.

Ibu YT adalah seorang Ibu yang berusia kurang lebih 50 tahun ia bertugas untuk mengasuh AR anak dari pasangan Bapak BA dan Ibu DF. Ibu YT merupakan tetangga dari Ibu DF. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti Ibu YT tidak memberikan pengetahuan akhlak agama yang mendalam untuk diberikan kepada AR, ia hanya bertugas untuk menjaga sang anak ketika ditinggal oleh kedua orang tuanya.

c. Pola Pengasuhan Anak Ibu TR

Ibu TR mengalihkan pengasuhan anaknya kepada sang nenek di saat ia dan suami bekerja. Pengasuhan tersebut berupa pengawasan dan didikan yang baik. Untuk kebutuhan jasmani si anak seperti akan makan pagi, mandi Ibu TR telah menyempatkan waktunya sebelum berangkat. Jadi, ketika anak diserahkan kepada pengasuhnya si anak sudah dalam keadaan kenyang dan bersih. Pengasuhnya hanya bertugas untuk mengawasi dan merawat si anak ketika ditinggal Bapak MS dan Ibu TR bekerja.

Menurut Ibu TR pola yang diterapkan pada anaknya adalah termasuk dalam kategori pola asuh otoriter. Yaitu pola asuh yang bersifat keras. Ibu TR sering memaksakan anaknya untuk melakukan hal-hal yang disuruh dengan alasan jika ia melakukan secara tegas akan menjadikan anak lebih dapat menghargainya. Kemudian tujuannya adalah untuk membentuk karakter anak yang kreatif, patuh, serta disiplin. Namun, pola asuh semacam ini akan mengakibatkan si anak menjadi tertekan karena aturan yang dibuat orang tuanya. Sering kali pola pengasuhan semacam ini akan menjadikan anak tidak bahagia.

Sedangkan pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh QD adalah pengawasan ketika si anak bermain dan menjaga dari hal-hal yang dapat membahayakan anak. Kalau untuk masalah pengetahuan pengasuh QD menyerahkan kepada orang tuanya karena pengasuh juga memiliki kesibukan sendiri dan umur yang sudah tua.

d. Pola Pengasuhan Anak Ibu UM

Pengasuhan yang dilakukan oleh keluarga Bapak KH dan Ibu UM ini adalah termasuk dalam kategori pola asuh permisif yaitu membebaskan anak tanpa adanya pengawasan yang baik. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang bekerja di luar kota dan tidak memberikan pengawasan terhadap anak-anaknya secara langsung. Orang tua yang terlalu sibuk dalam pekerjaannya akhirnya tidak dapat mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Orang tua dalam keluarga

ini, hanya memberikan sedikit perhatian terhadap anaknya, dan memberikan materi atau harta saja terserah anak mau bagaimana. Orang tua lebih mempercayakan untuk anak berbuat apa yang dikehendakinya.

Bapak KH dan Ibu UM mengalihkan pengasuhan anaknya secara total kepada orang lain sejak anak-anaknya masih kecil. Kebutuhan jasmani dan rohani anaknya diserahkan kepada pengasuh, karena Bapak KH dan Ibu UM yang bekerja di luar kota dan jarang sekali untuk pulang. Mereka hanya berkomunikasi tentang bagaimana keadaan anaknya melalui telephone. Dan menberikan uang untuk dipergunakan kebutuhan sehari-hari si anak seperti kebutuhan makan, dan kebutuhan sekolah si anak.

e. Pola Pengasuhan Anak Ibu DM

Bapak MH dan Ibu DM mengalihkan dan menitipkan pengasuhan anaknya kepada orang lain selama mereka bekerja di luar kota. Untuk pemenuhan kebutuhan si anak yang berupa kebutuhan jasmani dan rohani si anak dipercayakan kepada orang lain untuk mengawasinya. Pengalihan pengasuhan si anak kepada orang lain diserahkan sejak si anak masuk ke bangku pendidikan sekolah dasar.

Ketika peneliti mewawancarai terhadap anak dari Ibu DM, anak mengaku bahwa selama ini anak hanya mendapatkan pengawasan yang kurang dari orang tuanya. Ia mengaku bahwa orang tuanya membebaskan anaknya untuk berbuat apapun yang

dikehendaki, hal ini disebabkan karena orang tua terlalu percaya terhadap anaknya. Namun, karena kesibukan dari orang tuanya anak merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh. Sedangkan untuk pengasuh dari IN merupakan neneknya sendiri sang nenek memberikan pengasuhan, perawatan yang tidak terlalu intens hanya sebatas pengawasan mengenai makan dan minum. Kemudian kalau untuk masalah pendidikan ahklak, etika dan moral nenek tidak dapat memberikan karena usianya yang sudah tua. Dan nenek hanya membiarkan dan beranggapan bahwa itu semua akan di dapat di sekolah.

Dari hasil pemaparan mengenai pola pengasuhan anak di Desa Banyuurip di atas maka dapat di komparasikan dalam bentuk diagram dengan hasil di bawah ini:

Pengasuhan anak dialihkan kepada nenek sebesar 60%. Dan pengasuhan anak yang dialihkan kepada tetangga 40%.

Sales; diasuh oleh tetangg a; 40; 40% Sales; diasuh oleh nenek; 60; 60%

diasuh oleh tetangga diasuh oleh nenek

Dokumen terkait