• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran rumahtangga petani terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi

dan investasi. Pengeluaran untuk konsumsi terdiri dari pengeluaran untuk

konsumsi pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk investasi

terdiri dari pengaluaran untuk investasi produksi dan pengeluran untuk investasi

pendidikan.

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa total pengeluaran rata-rata

rumahtangga petani sebesar Rp 13 250 357. Pengeluaran yang terbesar adalah

konsumsi pangan yaitu Rp 6 443 136 atau 48.66 persen dari total pengeluaran

rata-rata rumahtangga, kemudian pengeluaran untuk konsumsi non pangan

sebesar Rp 5 732 817 atau 43.30 persen dari total pengeluran rumahtangga.

Pengeluaran untuk pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

penelitian masih rendah. Hal ini didasarkan pada Hukum Engel (Engel s Law)

yang menyatakan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan menurun jika

pendapatan masyarakat bertambah, yang berarti bahwa pangan merupakan

kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat jika dibandingkan dengan

kenaikan pendapatan. Rumahtangga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi

telah mencukupi kebutuhan konsumsi pangannya sehingga untuk meningkatkan

kepuasan rumahtangga maka rumahtangga akan mengalokasikan pendapatannya

untuk jenis pengeluaan selain untuk konsumsi pangan.

Tabel 6. Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala tahun 2008.

No. Uraian Jumlah (Rp) Presentasi (%)

1. Konsumsi Pangan 6 443 136 48.66

2. Konsumsi Non Pangan 5 732 817 43.30

3. Konsumsi Total 12 185 953 91.96

4. Investasi Produksi 149 690 1.13

5. Investasi Pendidikan 924 194 6.98

6. Investasi Total 1 064 404 8.06

7. Pengeluaran Total 13 250 357 100

Pengeluaran investasi pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan

investasi produksi yang merupakan pengeluaran terkecil dari seluruh jenis

pengeluaran yaitu Rp 140 210 atau 1.06 persen dari total pengeluaran rata-rata

yang ada. Pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi lebih besar jika

dibandingkan dengan pengeluaran untuk investasi karena pengeluaran untuk

konsumsi baik konsumsi pangan merupakan kebutuhan primer dan non pangan

VI. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

CURAHAN KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN

RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

Dalam penelitian ini menggunakan model ekonomi rumahtangga petani

lahan sawah. Hasil pendugaan model menggunakan metode Two-Stage Least

Squares (2SLS) pada program Statistical Analysis System (SAS) 9.1 melalui

prosedur PROC SYSLIN. Dari hasil pendugaan model tersebut dilakukan analisis

berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dengan tujuan untuk

mengetahui keragaan masing-masing peubah endogen dapat dijelaskan oleh

peubah penjelas yang ada di dalam model yang telah dibangun.

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi curahan kerja,

pendapatan dan pengeluaran rumahtangga petani lahan sawah terlihat pada Tabel

7 sampai dengan Tabel 21. Nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan pada

masing-masing persamaan berkisar 0.3953 sampai dengan 0.7184. Nilai

koefisien determinasi terbesar terdapat pada curahan kerja isteri non pertanian

sedangkan yang terkecil terdapat pada curahan kerja suami pada usahatani.

Dalam penelitian ini juga menggunakan uji-F yang bertujuan untuk

menguji peranan peubah penjelas secara bersama-sama menjelaskan keragaman

peubah endogen. Sedangkan untuk menguji masing-masing peubah penjelas pada

setiap persamaan apakah berpengaruh nyata secara statistik terhadap peubah

endogen menggunakan uji-t.

Pada umumnya tanda parameter dugaan model sesuai dengan yang

penjelas menunjukkan respon peubah endogen terhadap setiap perubahan dari

peubah penjelas. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan

kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani di Kabupaten Donggala

ditelah dihasilkan penelitian sebagai berikut :

6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Secara garis besar, dalam penelitian ini meliputi curahan kerja anggota

rumahtangga pada usahatani padi dan curahan kerja anggota rumahtangga pada

non usahatani. Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja

suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja rumahtangga

pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan kerja suami dan curahan

kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja anggota rumahtangga pada non

usahatani terdiri dari menjadi curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan

curahan kerja anak pada non usahatani. Curahan kerja rumahtangga pada non

usahatani adalah penjumlahan dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri pada

usahatani padi, dan curahan kerja anak pada non usahatani

6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi

Pada Tabel 7 terlihat bahwa hasil dugaan parameter curahan kerja suami

pada usahatani padi (CKSUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan

parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis.

Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.4326, ini berarti bahwa keragaan

oleh variabel curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU), tenaga kerja luar

keluarga (TKLK), pendidikan suami (PDS) dan luas lahan (LL).

Curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada

usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada kegiatan

non usahatani dengan curahan kerja suami pada kegiatan usahatani padi. Hal ini

ada hubungannya dengan rumahtangga sebagai pengambil keputusan yaitu setiap

anggota rumahtangga petani dapat memutuskan bagaimana mengalokasikan

jumlah waktu terbatas yang dimilikinya diantara pilihan untuk bekerja untuk

memperoleh penghasilan, dan menentukan apakah anggota rumahtangga (suami)

akan memilih suatu pekerjaan yang mana diantara pekerjaan-pekerjaan tersebut

yang memberikan pendapatan yang lebih baik. Adanya keterbatasan waktu yang

dimiliki, jika curahan kerja suami pada non usahatani meningkat maka curahan

kerja suami pada usahatani padi akan menurun.

Tabel 7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter

Dugaan

Taraf Nyata

Elastisitas

Intersep INTERSEP 148.1201 <.0001

Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani

CKSNU -0.53126 <.0001 -0.48

Tenaga Kerja Luar Keluarga

TKLK -0.43014 0.1383 -0.30

Pendidikan Suami PDS -0.74649 0.6640 -0.12

Luas Lahan LL 0.004132 0.0421 0.29

R2 0.4326

Curahan kerja suami pada usahatani padi tidak respon terhadap curahan

kerja suami pada kegiatan non usahatani. Hal ini memberikan gambaran bahwa

penurunan yang cukup berarti pada curahan kerja pada kegiatan usahatani padi

karena di lokasi penelitian pada mumnya kegiatan non usahatani dilakukan tidak

mengganggu kegiatan usahatani padi. Hal ini sejalan yang dikemukakan Syukur

(1988) bahwa rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu

macam pekerjaan saja dan keterlibatan rumahtangga tani untuk bekerja di non

usahatani karena: (1) kegiatan usahatani padi bersifat musiman, sehingga pada

musim sepi di usahatani padi maka suami akan memanfaatkan waktu yang

tersedia untuk mencari kesempatan kerja lain (non usahatani) yang tersedia (2)

usahatani padi seringkali dihadapkan pada resiko kegagalan panen, sehingga perlu

cadangan pendapatan dari kegiatan lain (3) pendapatan dari usahatani di peroleh

pada waktu panen. Di lain pihak rumahtangga tani memerlukan biaya hidup untuk

kebutuhan setiap hari, sehigga untuk mengatasi hal ini rumahtangga tani mencoba

bekerja pada kegiatan yang langsung dapat memberikan pendapatan (4) untuk

sebagian besar rumahtangga tani, kesempatan kerja dan pendapatan dari usahatani

padi saja tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga.

Tenaga kerja luar keluarga (TKLK) berhubungan negatif dan berpengaruh

tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Artinya jika

penggunaan kerja tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani bertambah

maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang. Dengan bertambahnya

tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam usahatani maka akan bertambah pula

biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan

curahan kerja suami pada usahatani padi makin berkurang. namun dengan

lebih besar pada non usahatani. Petani lebih memilih untuk mengeluarkan biaya

untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk bekerja pada lahan

usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri. Hal ini pada

umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, penanaman dan, panen. Respon

curahan kerja suami pada usahatani padi inelastis terhadap kerja tenaga kerja luar

keluarga.

Pendidikan suami (PDS) berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata

terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Hal ini berarti ada keterkaitan

antara pendidikan dengan curahan kerja suami pada usahatani, artinya semakin

tinggi tingkat pendidikan maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang.

Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan suami masih

rendah yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Ada indikasi bahwa dengan

pendidikan rendah maka petani kurang mampu mengadopsi teknologi lebih baik

sesuai yang dianjurkan dan hal ini dapat menyebabkan produktivitas padi yang

dihasilkan masih rendah.

Walaupun secara statistik pendidikan suami tidak berpengaruh nyata

terhadap curahan kerja pada usahatani namun pada dasarnya pendidikan dan

keterampilan sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani untuk mempermudah

penyerapan teknologi dalam pengelolaan usahatani sehingga petani mampu

menerapkan teknologi yang dianjurkan dalam kegiatan usahataninnya sehingga

dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi. Dengan pendidikan yang tinggi

maka petani dapat mengelola usahataninya secara efektif dan efisien dan dilain

untuk mencurahkan kerja pada non usahatani karena dengan pendidikan tinggi

maka petani akan lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja untuk memperoleh

penghasilan sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.

Luas lahan (LL) berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 4

persen terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan

antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.

Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan

curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut, sehingga untuk mengalokasikan

curahan kerjanya cenderung dipengaruhi oleh besar kecilnya kepemilikan lahan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata

sebesar 0.7 hektar, ini berarti bahwa dengan keterbatasan lahan yang dimiliki

maka petani akan cenderung melakukan kegiatan non usahatani terutama pada

saat setelah tanam dan setelah panen padi. Dengan sempitnya lahan yang dimiliki

maka petani akan berusaha mencari pekerjaan di non usahatani dalam rangka

peningkatan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

P ada Tabel 7 terlihat bahwa curahan kerja pada usahatani padi tidak

respon terhadap luas areal yang diusahakan. Ini berarti bahwa dengan

meningkatnya luas lahan satu persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri

pada kegiatan usahatani padi sebesar 0.29 persen. Hal ini diduga ada

hubungananya dengan terbatasnya penggunaan input-input pertanian, sehingga

rumahtangga dalam mengusahakan usahatani padi cenderung lebih mengarah

kepada tujuan konsumsi sendiri sehingga curahan kerjanya juga tidak terlalu

6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi

Berdasarkan hasil pendugaan curahan kerja isteri pada usahatani padi

(CKIUT) menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter sesuai dengan yang

diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan

sebesar 0.7184, yang berarti bahwa keragaan curahan kerja isteri pada kegiatan

usahatani sebesar 71,84 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja isteri

pada non usahatani (CKINU), tenaga kerja luar keluarga (TKLK), luas lahan

(LL), dan jumlah anak balita (JABL) yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi

Variabel Notasi Parameter

Dugaan

Taraf Nyata

Elastisitas

Intersep INTERSEP 32.53730 <.0001

Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani

CKINU -0.10598 0.0023 -0.32

Tenaga Keja Luar Keluarga

TKLK -0.01897 0.8367 -0.04

Luas Lahan LL 0.000298 0.001 0.06

Jumlah Anak Balita JABL -26.3586 <.0001 -0.79

R2 0.7184

Curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 2 persen terhadap curahan kerja isteri pada usahatani

padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja isteri pada kegiatan non

usahatani dengan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi. Hal ini berarti

jika adanya peningkatan curahan kerja isteri pada non usahatani maka akan

menurunkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi dan adanya

keterbatasan waktu yang dimiliki mendorong isteri untuk cenderung

mengalokasikan kerjanya pada kegiatan yang dapat menghasilkan uang tunai yang

isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap curahan kerja isteri pada kegiatan

non usahatani.

Tenaga kerja luar keluarga berhubungan negatif dan tidak berpengaruh

terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Artinya jika tenaga kerja luar

keluarga yang digunakan petani bertambah maka curahan kerja isteri pada

usahatani berkurang. Dengan bertambahnya tenaga kerja luar keluarga digunakan

dalam usahatani maka akan bertambah pula biaya yang dikeluarkan untuk

membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan curahan kerja isteri pada usahatani

padi makin berkurang. namun dengan bertambahnya pengggunaan tenaga kerja

luar maka isteri mempunyai waktu lebih besar pada non usahatani. Petani lebih

memilih untuk mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar

keluarga untuk bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang

bekerja sendiri. Hal ini pada umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah,

penanaman dan, panen. Respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak

elastis terhadap curahan kerja tenaga kerja luar keluarga.

Luas lahan berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen

terhadap curahan kerja isteri pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara

luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan.

Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan

curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut. Hal ini disebabkan semakin luas

lahan yang dimiliki cenderung membutuhkan curahan kerja yang lebih besar pula.

Hanya saja respon curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis terhadap

luas lahan yang diusahakan. Ini berarti bahwa meningkatnya luas lahan satu

sebesar 0,06 persen. Hal ini diduga bahwa curahan isteri pada usahatani padi

pada umumnya hanya ikut pada kegiatan tertentu dalam usahatani padi seperti

menanam dan panen sehingga curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak elastis

terhadap luas lahan yang diusahakan disamping itu pula bahwa pada umumnya

rumahtangga petani dalam berusahatani padi juga menggunakan tenaga kerja luar

keluarga yang cenderung akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dalam

keluarga rumahtangga petani.

Jumlah anak balita berhubungan negatif dan berpengaruh nyata terhadap

curahan pada taraf 1 persen. Semakin banyak jumlah anak balita dalam

rumahtangga petani, maka semakin berkurang curahan kerja isteri pada kegiatan

usahatani padi. Hal ini menggambarkan bahwa dengan adanya rumahtangga

memiliki anak balita maka curahan kerja isteri akan lebih banyak dicurahkan

dalam kegiatan rumahtangga untuk mengasuh anak sehingga akan mengurangi

curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi.

6.1.3. Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani

Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan kerja suami pada non

usahatani dapat dilihat pada Tabel 9.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil dugaan parameter

persamaan curahan kerja suami pada non usahatani (CKSNU) semua tanda

dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai

dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0.5717, ini

berarti bahwa keragaman curahan kerja suami pada non usahatani sebesar 57.17

(PSNUT), curahan kerja suami pada usahatani padi (CKSUT), pendidikan suami

(PDS).

Pendapatan suami non usahatani berhubungan positif dan berpengaruh

nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non usahatani. Ada

saling keterkaitan antara curahan kerja pada non usahatani dengan pendapatan

suami pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin tinggi curahan

kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Curahan kerja suami pada

non usahatani respon terhadap pendapatan suami pada kegiatan non usahatani. Hal

ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa keputusan rumahtangga dalam hal

ini suami untuk bekerja pada non usahatani tergantung dari seberapa besar

pendapatan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidup rumahtangga petani

setiap hari, namun tidak menutup kemungkinan bahwa suami melakukan kegiatan

non usahatani karena adanya kesempatan kerja untuk mengisi masa sepi pada

kegiatan usahatani padi seperti pada masa setelah tanam atau setelah panen.

Tabel 9. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani

Variabel Notasi Parameter

Dugaan

Taraf Nyata

Elastisitas

Intersep INTERSEP 126.0442 0.0002

Pendapatan Suami dari Non Usahatani

PSNUT 1.105E-6 <.00001 8.81

Curahan Kerja Suami pada Usahatani padi

CKSUT -0.57406 0.0065 -0.64

Pendidikan Suami PDS -2.28786 0.2794 -0.23

R2 0.5717

Curahan kerja suami pada usahatani padi berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada non

terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada indikasi bahwa semakin

tinggi curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula

pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani tersebut. Sedangkan

respon curahan kerja suami pada non usahatani tidak elastis terhadap curahan

kerja suami pada usahatani padi.

Pendidikan suami pada non usahatani berhubungan negatif dan

berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada non usahatani.

semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula pendapatan yang akan

diperoleh dari kegiatan non usahatani. Respon curahan kerja suami pada non

usahatani tidak elastis terhadap pendidikan suami.

6.1.4. Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani

Berdasarkan hasil dugaan persamaan curahan kerja isteri pada non

usahatani menunjukkan bahwa semua tanda dugaan pamater variabel penjelas

sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Pada Tabel 10

menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.6562, ini

berarti bahwa keragaman curahan kerja isteri pada non usahatani sebesar 65.62

persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan isteri pada non usahatani

(PINUT), curahan kerja isteri pada usahatani padi (CKIUT), dan jumlah anak

balita (JABL).

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pendapatan isteri pada non usahatani

berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan

kerja isteri pada non usahatani. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja pada

bahwa semakin tinggi curahan kerja isteri pada kegiatan non usahatani maka

semakin tinggi pula pendapatan yang akan diperoleh dari kegiatan non usahatani

tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa keputusan untuk meningkatkan

pendapatan rumahtangga, tergantung kepada seberapa besar alokasi tenaga kerja

yang dapat dicurahkan untuk kegiatan tersebut. Respon curahan kerja isteri pada

non usahatani tidak elastis terhadap pendapatan isteri pada kegiatan non usahatani.

Tabel 10. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Isteri pada Non Usahatani

Variabel Notasi Parameter

Dugaan

Taraf Nyata

Elastisitas

Intersep INTERSEP 22.29457 0.1709

Pendapatan Isteri dari Non Usahatani

PINUT 0.000012 <.0001 0.77

Curahan Kerja Isteri pada Usahatani

CKIUT -0.55597 0.2559 -0.19

Jumlah Anak Balita JABL -21.7106 0.1031 -0.22

R2 0.6562

Curahan kerja isteri pada usahatani padi berhubungan negatif terhadap

curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti dengan bertambahnya

curahan kerja isteri pada usahatani padi maka akan menurunkan curahan kerja

isteri pada kegiatan non usahatani. Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa

curahan kerja isteri pada usahatani padi berpengaruh tidak nyata terhadap curahan

kerja isteri pada non usahatani. Curahan kerja isteri pada usahatani padi tidak

respon terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. Hal ini berarti bahwa

meskipun pekerjaan di usahatani harus dilakukan yaitu pada saat menanam dan

panen namun pada saat tertentu atau tidak melakukan kegiatan di usahatani maka

Jumlah anak balita dalam rumahtangga berhubungan negatif dan

berpengaruh nyata terhadap curahan kerja isteri pada non usahatani. semakin

banyak jumlah anak balita dalam suatu rumahatangga maka semakin tinggi pula

curahan kerja isteri pada kegiatan rumahtangga yaitu mengasuh anak, namun tidak

semua isteri melakukan hal tersbut karena adanya pembantu rumahtangga atau

menitipkannya pada orang tua atau saudara dekatnya untuk mengasuh anak balita

tersebut. Respon curahan kerja isteri pada non usahatani tidak elastis terhadap

jumlah balita.

6.1.5. Curahan Kerja Anak pada Non Usahatani

Hasil dugaan parameter persamaan curahan anak pada non usahatani

(CKANU) menunjukkan semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai

dengan yang diharapkan atau sesuai dengan hipotesis. Koefisien determinasi yang

dihasilkan sebesar 0.5818, ini berarti bahwa keragaman curahan kerja anak pada

non usahatani sebesar 58.18 persen dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan

anak dari non usahatani (PANUT), pendidikan anak yang bekerja (PAK), dan

umur anak yang bekerja (UAK). Hasil dugaan parameter dan elastisitas curahan

kerja anak pada non usahatani dapat dilihat pada Tabel 11.

Pendapatan anak non usahatani berhubungan positif dan berpengaruh

nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja anak pada non usahatani. Ada

saling keterkaitan antara curahan kerja anak pada non usahatani dengan

pendapatan anak pada kegiatan non usahatani. Ada indikasi bahwa semakin

tinggi curahan kerja anak pada kegiatan non usahatani maka semakin tinggi pula

Respon curahan kerja anak pada non usahatani elastis terhadap pendapatan anak

pada kegiatan non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan besarnya pendapatan

yang diperoleh dari non usahatani maka anak akan meningktkan curahan kerjanya

di non usahatani.

Umur anak berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen

Dokumen terkait