• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pola Peresepan Antibiotika

Pola peresepan antibiotika yang dideskripsikan dalam penelitian ini meliputi golongan antibiotika, jenis antibiotika, bentuk sediaan antibiotika, rute pemberian antibiotika, aturan pemakaian antibiotika, lama pemakaian antibiotika, serta lama hari rawat inap pasien yang menerima terapi antibiotika. Informasi mengenai pola peresepan tersebut diperoleh dari 44 rekam medik pasien pediatrik

rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman pada periode Juli 2012 – Juni 2013 yang menerima terapi antibiotika. Dari ke – 44 rekam medik tersebut terdapat 1 pasien rawat inap yang mendapatkan terapi antibiotika kombinasi dan 1 pasien rawat inap yang menerima pergantian jenis antibiotika, sehingga terdapat 46 jumlah antibiotika yang diresepkan pada pasien pediatrik selama periode Juni 2012 – Juli 2013. Gambar 4 dan Gambar 5 berikut merupakan diagram yang menunjukkan data distribusi penggunaan antibiotika berdasarkan golongan dan jenis antibiotika yang diresepkan pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman pada periode Juli 2012 – Juni 2013.

Gambar 4. Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan

Golongan Antibiotika (N=46) 69,5% 26,1% 2,2% 2,2% Golongan sulfonamid Golongan penisilin Golongan amfenikol Golongan antibiotika lain

Gambar 5. Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan

Jenis Antibiotika (N=46)

Berdasarkan data pada Gambar 4 dan Gambar 5 tersebut dapat dilihat bahwa persentase penggunaan antibiotika jenis kotrimoksazol dari golongan sulfonamid merupakan persentase tertinggi dengan jumlah pasien sebanyak 32 pasien, diikuti dengan persentase antibiotika amoksisilin dari golongan penisilin dengan jumlah pasien sebanyak 12 pasien dan antibiotika kloramfenikol dari golongan amfenikol dan metronidazol dari golongan antibiotika lain dengan jumlah pasien sebanyak 1 pasien. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh apoteker di Puskesmas Mlati II, pengadaan stok antibiotika pada instansi ini diperoleh dari Gudang Farmasi Kabupaten Sleman. Antibiotika yang tersedia di puskesmas Mlati II memiliki 7 macam jenis antibiotika, yaitu kotrimoksazol, amoksisilin, kloramfenikol, metronidazol, eritromisin, doksisiklin, dan ciprofloxacin.

69,5% 26,1% 2,2% 2,2% Kotrimoksazol Amoksisilin Kloramfenikol Metronidazol

Kotrimoksazol merupakan jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan pada pasien pediatrik di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013. Kotrimoksazol merupakan jenis antibiotika bersifat bakterisid dengan spektrum kerja yang luas. Antibiotika jenis ini banyak digunakan untuk berbagai penyakit infeksi di masyarakat dan tergolong aman jika diberikan pada pediatrik. Kotrimoksazol efektif untuk penanganan penyakit infeksi karena kotrimoksazol merupakan jenis antibiotika kombinasi dari sulfametoksazol dan trimetoprim sehingga dari kombinasi tersebut akan dihasilkan efek sinergis untuk menghambat mikroba penyebab penyakit infeksi. Kombinasi antara dua komponen ini menyebabkan kotrimoksazol memiliki tingkat resistensi yang lebih rendah dibandingkan dengan antibiotika amoksisilin, karena jika bakteri penyebab infeksi resisten terhadap salah satu komponen maka akan dapat ditangani oleh komponen yang lainnya (Setiabudy, 2009).

Gambar 6 berikut merupakan diagram yang menunjukkan distribusi penggunaan antibiotika yang digunakan pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode bulan Juli 2012 – Juni 2013 berdasarkan bentuk sediaan antibiotika. Dari gambar 6 diperoleh persentase kotrimoksazol tablet merupakan persentase tertinggi untuk bentuk sediaan antibiotika yang digunakan pada pasien pediatrik jika dibandingkan dengan bentuk sediaan dari jenis antibiotika lainnya.

Gambar 6. Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan

Bentuk Sediaan Antibiotika (N=46)

Jumlah pasien yang menggunakan bentuk sediaan kotrimoksazol tablet adalah sebanyak 19 pasien, bentuk sediaan kotrimoksazol suspensi sebanyak 13 pasien, bentuk sediaan amoksisilin tablet sebanyak 3 pasien, bentuk sediaan amoksisilin suspensi sebanyak 9 pasien, bentuk sediaan kloramfenikol suspensi dan bentuk sediaan metronidazol tablet sebanyak 1 pasien. Bentuk sediaan yang diresepkan pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013 diberikan dalam bentuk tablet dan suspensi dengan rute pemberian obat pada semua pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode ini adalah secara oral.

Gambar 7 berikut merupakan diagram yang menunjukkan distribusi penggunaan antibiotika yang digunakan pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode bulan Juli 2012 – Juni 2013 berdasarkan aturan pemakaian

41% 28% 8% 21% 2% 2% Kotrimoksazol Tablet Kotrimoksazol Suspensi Amoksisilin Tablet Amoksisilin Suspensi Kloramfenikol Suspensi Metronidazole Tablet

antibiotika. Dari Gambar 7 diperoleh distribusi penggunaan antibiotika berdasarkan aturan pemakaian antibiotika yang paling banyak diresepkan pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II adalah sebanyak 2 kali sehari.

Gambar 7. Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan

Aturan Pemakaian Antibiotika (N=46)

Aturan pemakaian antibiotika merupakan gambaran dari jumlah penggunaan antibiotika yang diterima oleh pasien pediatrik setiap harinya selama pasien menjalani rawat inap. Besarnya dosis antibiotika yang digunakan oleh pasien per harinya akan berpengaruh pada jumlah (gram) antibiotika yang diterima oleh pasien. Jumlah (gram) penggunaan antibiotika yang semakin besar akan memiliki kemungkinan untuk menyebabkan nilai DDD dari suatu jenis antibiotika menjadi semakin besar pula (WHO, 2013).

Gambar 8 berikut merupakan diagram mengenai distribusi penggunaan antibiotika yang digunakan pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada

69,9% 28,2% 2,2% 2 kali sehari 3 kali sehari 4 kali sehari

periode bulan Juli 2012 – Juni 2013 berdasarkan lama pemakaian antibiotika. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa lama pemakaian antibiotika selama 3 hari merupakan persentase lama pemakaian antibiotika tertinggi. Menurut Gerald (cit., Nastiti, 2011), pada prinsipnya lama penggunaan antibiotika bergantung pada tipe dan keparahan penyakit infeksi dan ditentukan pula oleh respon klinis dan bakteriologik pada pasien yang membaik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari apoteker Puskesmas Mlati II, penggunaan antibiotika untuk penanganan kasus infeksi bakteri di Puskesmas Mlati II kebanyakan dilakukan secara empiris dengan lama pemakaian antibiotika yang mengacu pada peraturan penggunaan antibiotika yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut International Federation Infection Control (IFIC) dan hasil penelitian tim Program Pencegahan Pengendalian Resistensi Antibiotika (PPRA) Kemenkes RI (2010) (cit., Permenkes, 2011), lama penggunaan antibiotika pada umumnya untuk penatalaksanaan terapi empiris dilakukan selama 2 - 3 hari hingga terjadi perbaikan kondisi pasien dan dilanjutkan minimal selama 5 - 7 hari untuk mencegah timbulnya resistensi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penggunaan antibiotika di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013 banyak digunakan untuk penyakit demam tifoid. Lama pemakaian antibiotika untuk penyakit demam tifoid adalah 10 hari (WHO, 2009).

Gambar 8. Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan

Lama Pemakaian Antibiotika (N=46)

Lama pemakaian antibiotika merupakan gambaran dari lama waktu penggunaan antibiotika oleh pasien pediatrik selama menjalani rawat inap. Semakin lama waktu penggunaan antibiotika pada saat pasien menjalani rawat inap maka semakin besar dosis antibiotika yang didapatkan oleh pasien tersebut selama menjalani rawat inap. Besarnya dosis antibiotika yang digunakan oleh pasien per harinya akan berpengaruh pada jumlah (gram) antibiotika yang diterima oleh pasien saat menjalani rawat inap. Jumlah (gram) penggunaan antibiotika yang semakin besar akan memiliki kemungkinan untuk menyebabkan nilai DDD dari suatu jenis antibiotika menjadi semakin besar pula (WHO, 2013).

Terdapat 6 variasi lama hari rawat inap pasien berdasarkan 44 rekam medik pasien pediatrik rawat inap yang menerima peresepan antibiotika pada periode Juli 2012 – Juni 2013. Gambar 9 berikut adalah distribusi lama hari rawat inap pasien

9,1% 43,2% 22,7% 18,2% 6,8% 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari

pediatrik yang menerima pengobatan antibiotika di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013. Berdasarkan data pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa tiga dan empat hari rawat inap merupakan lama hari rawat inap pasien pediatrik dengan persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan lama hari rawat inap yang lainnya.

Gambar 9. Lama Hari Rawat Inap Pasien Pediatrik yang Menerima Pengobatan Antibiotika di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 (N=44)

D. Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Defined Daily Dose (DDD)

Dokumen terkait