i
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE
DEFINED DAILY DOSE (DDD) PADA PASIEN PEDIATRIK RAWAT INAP DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN
PERIODE JULI 2012 – JUNI 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Defilia Anogra Riani NIM : 108114048
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karyaku ini akan kupersembahkan untuk :
Kekuatan dan Pengharapanku, Tuhan Yesus Kristus,
Mamah dan Papah tercinta,
Kakakku tersayang, Siskaevia, Marthin Tori,
Adekku tersayang, Risky Triwijaya, Agnessia Lorenza,
Teman-temanku,
dan Almamaterku.
“i can do all this through HIM who gives
me strength….”
vii PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Defined Daily Dose (DDD) pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman periode Juli 2012 – Juni 2013” ini dengan baik yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari keberhasilan penyusunan skripsi ini juga tidak lepas
dari dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dari tahap awal hingga akhir penulisan laporan skripsi. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung melalui doa dan semangat
yang tidak putusnya kepada penulis.
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku dosen pembimbing dalam
penyelesaian skripsi. Waktu, nasihat, semangat, saran, dan ilmu yang telah
diberikan oleh beliau dalam proses penyusunan skripsi dari awal hingga
akhir. Terima kasih sedalam-dalamnya juga untuk kesempatan dan
bimbingan yang sudah diberikan untuk memperbaiki naskah yang jauh
viii
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Ibu Dita Maria Virgina,
S.Farm., Apt., M.Sc.selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak
saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini. Terima kasih sedalam-dalamnya juga untuk
kesempatan dan bimbingan yang sudah diberikan untuk memperbaiki
naskah yang jauh lebih dari sempurna ini.
5. Segenap staf administrasi dan bagian rekam medik Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman yang telah membantu dalam proses pengumpulan data
dan proses pembuatan ijin penelitian.
6. Maria Carolina, Sagung Intan, Gede Wiwid Santika, Realita Rosada, Putri,
tim Evaluasi Penggunaan Antibiotika 2010 yang saling melengkapi dan
mendukung, tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak akan selesai.
7. Sahabat tercinta, Maria Rawisari Putri, Khristina Julita Pintani, Febriaty
Ivana, Lenny Aftalina, Nelly, Tyas, Erin, Septi, Rina, Efrida, atas
dukungan, doa, semangat dan setia menemani dari awal sampai
penyusunan naskah ini siap untuk diuji.
8. Segenap teman-teman farmasi angkatan 2010, terima kasih untuk
kebersamaan dan dukungannya.
9. Apostolos Family, Vocal Grup 56fide, Difa’s family, keluarga yang
senantiasa mendukung dan selalu memberikan keceriaan, dan Mikhael
Gustandy yang selalu setia memberikan semangat.
10.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
INTISARI ... xvii
ABSTRACT ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 5
2. Keaslian penelitian ... 5
3. Manfaat penelitian ... 10
B. Tujuan Penelitian ... 11
xi
2. Tujuan khusus ... 11
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 12
A. Antibiotika ... 12
1. Definisi antibiotika ... 12
2. Penggolongan antibiotika ... 12
3. Penggunaan antibiotika ... 15
B. Metode Defined Daily Dose (DDD) ... 18
C. Penggunaan Antibiotika pada Pediatrik ... 21
D. Keterangan Empiris ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25
1. Variabel penelitian ... 25
2. Definisi operasional ... 25
C. Subjek Penelitian ... 29
D. Bahan dan Alat atau Instrumen Penelitian ... 31
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
F. Tata Cara Penelitian ... 32
1. Tahap orientasi dan studi pendahuluan ... 32
2. Tahap pengambilan data ... 33
3. Pengolahan data ... 34
G. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian Hasil... 34
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Karakteristik Demografi Pasien ... 38
B. Pola Diagnosis Penyakit dan Gejala ... 39
C. Pola Peresepan Antibiotika ... 42
D. Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan metode Defined Daily Dose (DDD) ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 63
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Penggolongan Antibiotika Berdasarkan Struktur Kimia…………. 13
Tabel II.
Tabel III.
Pola Diagnosis Penyakit dan Gejala Pasien Pediatrik Rawat Inap
di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni
2013……….
Nilai DDD 100 Patient-days untuk Masing-masing Jenis
Antibiotika Beserta Kode Anatomical Therapeutic Chemical
(ATC) dan Standar Nilai DDD WHO………. 40
xiv
Skema Pemilihan Subjek Penelitian Evaluasi Penggunaan
Antibiotika dengan Metode Defined Daily Dose (DDD) pada
Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013…………...
Persentase Pasien Pediatrik Rawat Inap Laki – laki dan
Perempuan yang Menerima Antibiotika di Puskesmas Mlati
II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013
(N=44)………..
Persentase Pasien Pediatrik Rawat Inap yang Menerima
Antibiotika Berdasarkan Usia di Puskesmas Mlati II pada
Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013
(N=44)…………...
Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien
Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode
Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan Golongan
Antibiotika (N=46)……..……….
Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien
xv Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien
Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode
Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan Bentuk Sediaan
Antibiotika (N=46)………...………
Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien
Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode
Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan Aturan Pemakaian
Antibiotika (N=46)….……….
Distribusi Penggunaan Antibiotika yang Digunakan Pasien
Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II pada Periode
Bulan Juli 2012 – Juni 2013 Berdasarkan Lama Pemakaian
Antibiotika (N=46)………...………
Lama Hari Rawat Inap Pasien Pediatrik Rawat Inap yang
Menerima Pengobatan Antibiotika di Puskesmas Mlati II
pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 (N=44)….…….. 46
47
49
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Sleman……….. 63
Lampiran 2. Lembar Data Pasien………. 64
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lembar Penggunaan Antibiotika Pasien………..
Regimen Dosis Harian Penggunaan Antibiotika Pasien
Pediatrik dan Perhitungan Nilai Defined Daily Dose (DDD)
100 patient-days………..
64
65
xvii INTISARI
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit utama penyebab rawat inap pada pasien pediatrik di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012. Tingginya kejadian infeksi dengan terapi antibiotika memungkinkan adanya penggunaan antibiotika yang kurang selektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days.
Penelitian ini adalah non-eksperimental dengan rancangan studi cross-sectional. Cara pengambilan data adalah retrospektif pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman periode Juli 2012 – Juni 2013. Data diperoleh dari rekam medik meliputi profil pasien, diagnosis, dan penggunaan antibiotika pasien. Data kemudian diolah secara deskriptif dan data kuantitas penggunaan antibiotika dihitung dengan menggunakan rumus DDD 100 patient-days.
Demam tifoid merupakan penyakit terbesar yang ditemui. Terdapat 4 jenis antibiotika yang diresepkan, yaitu kotrimoksazol, amoksisilin, kloramfenikol, dan metronidazol. Kotrimoksazol merupakan jenis antibiotika dengan nilai DDD tertinggi pertama yaitu 24,1 dan amoksisilin merupakan jenis antibiotika dengan nilai DDD tertinggi kedua yaitu 11,1. Hasil tersebut menunjukkan adanya penggunaan antibiotika yang kurang selektif yang akan berdampak pada ketidakrasionalan penggunaan antibiotika. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi lanjutan khususnya pada penggunaan antibiotika kotrimoksazol dan amoksisilin yang merupakan antibiotika dengan nilai DDD tertinggi pada penelitian ini.
xviii ABSTRACT
Infectious diseases are one of the major causes of disease in pediatric patients hospitalized in Special District of Yogyakarta in 2012. The high incidence of infection with antibiotic therapy allows for the use of antibiotics that are less selective. Therefore, this research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients hospitalized in Mlati II Primay Health Care Sleman district through a quantitative approach using Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days method.
This research is a non-experimental study using cross-sectional design. Method of data collection is retrospective in pediatric patients hospitalized in Mlati II Primary Health Care during July 2012 until June 2013 period. The data were gathered from medical record which included patient’s profiles, diagnoses, and antibiotic prescription. The data were analyzed descriptively. Quantitative data on antibiotic usage was counted using DDD 100 patient-days formula.
Typhoid fever is the most encountered disease. There are 4 types of antibiotics prescribed, they are cotrimoxazole, amoxicillin, chloramphenicol, and metronidazole. Cotrimoxazole is a type of antibiotic with the first highest DDD value, at 24.1 and amoxicillin are antibiotic with the second highest DDD value at 11.1. These results indicate a less selective use of antibiotics which will have an impact on the irrationality of the use of antibiotics. Therefore, further research is required to evaluate the use of antibiotics in PHCs, especially on the use of antibiotic cotrimoxazole and amoxicillin which are antibiotics with highest DDD value in this study.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting dan menjadi penyakit yang menempati urutan penyakit
papan atas di Indonesia (Nelwan, 2007). Bayi dan pediatrik merupakan kelompok
yang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh
mereka yang belum sempurna (Schwartz, 2005). Hal ini didukung dengan data yang
diperoleh dari buku Profil Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta tahun 2012 yang
menunjukan bahwa penyakit infeksi merupakan penyakit utama penyebab rawat inap
dan pasien pediatrik merupakan kelompok pasien yang memiliki persentase tertinggi
dalam hal tersebut (Dinas Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta, 2013).
Antibiotika adalah golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia
terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri yang dialami oleh seseorang.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (2011), penggunaan antibiotika sangat
tinggi, bahkan lebih dari 80% di banyak provinsi di Indonesia. Penggunaan
antibiotika pada pediatrik juga cukup tinggi, penelitian yang dilakukan oleh
Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN study) (2005) menemukan bahwa
prevalensi penggunaan antibiotika dalam peresepan antibiotika pada pediatrik
ditemukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebesar 76%. Banyaknya kejadian infeksi
antibiotika yang kurang bijak, baik di luar maupun di dalam lingkup pelayanan
kesehatan (Hadi, 2005).
Beberapa penelitian menunjukkan hasil terkait dengan penggunaan
antibiotika yang tidak rasional diantaranya adalah penelitian yang dilakukan
Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN study) (2005) pada tahun 2000–2004
yang menemukan bahwa terapi antibiotika sebanyak 20–53% diberikan tanpa indikasi
di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniftiadi (2010)
dan Laras (2010) mengenai evaluasi penggunaan antibiotika juga menunjukkan
adanya ketidakrasionalan penggunaan antibiotika di rumah sakit. Hasil penelitian
Febiana (2012) mengenai evaluasi penggunaan antibiotika dengan subjek studi pasien
pediatrik rawat inap menunjukan bahwa persentase kerasionalan penggunaan
antibiotika pada pasien pediatrik adalah sebesar 55,1% dan hasil ini masih jauh dari
angka kerasionalan penggunaan antibiotika yang diharapkan, yakni mendekati 100%.
Pemakaian antibiotika pada populasi pediatrik perlu diperhatikan karena
kecenderungan pemakaian yang berlebihan. Penggunaan antibiotika pada populasi
pediatrik perlu mendapat perhatian khusus karena absorbsi, distribusi, metabolisme
dan eksresi obat pada pediatrik berbeda dengan orang dewasa, serta tingkat maturasi
organ yang berbeda sehingga dapat terjadi perbedaan respons teraupetik atau efek
samping dari obat tersebut pada pediatrik (Darmansjah, 2005; Soedarmo, 2002).
Penggunaan antibiotika yang digunakan berlebihan terutama pada
pediatrik, seperti penggunaan untuk indikasi yang tidak jelas, penggunaan dalam
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat memberikan dampak negatif, antara
lain timbulnya efek samping atau toksisitas yang tidak diinginkan terjadi,
mempercepat terjadinya resistensi, menyebarluaskan infeksi dengan kuman yang
telah resisten, terjadinya resiko kegagalan terapi, bertambah parahnya penyakit pasien
yang menjalani terapi serta bertambah lamanya pasien menjalani perawatan medis
sehingga berdampak pada biaya pengobatannya (Munaf dkk, 2004). Dampak inilah
yang harus ditanggulangi bersama dengan cara yang efektif khususnya pada pediatrik,
antara lain dengan menggunakan antibiotika secara rasional, melakukan intervensi
untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotika dan melakukan evaluasi penggunaan
antibiotika terutama di ruang lingkup pelayanan kesehatan yang merupakan tempat
penggunaan antibiotika banyak dilakukan untuk pengobatan penyakit infeksi.
Evaluasi penggunaan antibiotika dapat dikaji secara kuantitas dan kualitas,
yaitu dengan melihat jenis, jumlah, dosis, cara pemberian antibiotika, dan lain-lain.
Semakin kecil kuantitas antibiotika yang digunakan menunjukkan semakin selektif
penggunaan antibiotika, sehingga lebih mendekati penggunaan antibiotika yang bijak
(Laras, 2012). Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengevaluasi
penggunaan antibiotika seperti metode Defined Daily Dose (DDD), metode Gyssens,
dan metode Drug Related Problem (DRP). Metode Defined Daily Dose (DDD)
merupakan salah satu metode yang direkomendasikan oleh World Health
Organization (WHO, 2013) dan Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes, 2011),
digunakan sebagai alat deteksi dini adanya ketidakselektifan dalam penggunaan
antibiotika.
Evaluasi penggunaan antibiotika khususnya pada pediatrik merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab farmasis di ruang lingkup kesehatan dalam rangka
mempromosikan penggunaan antibiotika yang rasional. Berdasarkan uraian di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien pediatrik. Penelitian ini menggunakan metode Defined Daily
Dose (DDD) 100 patient-days untuk mengevaluasi kuantitas penggunaan antibiotika
pada pediatrik. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mlati II yang merupakan salah
satu puskesmas rawat inap, yang berlokasi di Kecamatan Mlati, Sleman, D.I.
Yogyakarta. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu staf Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II merupakan puskesmas rawat inap
dengan pasien pediatrik yang lebih banyak dibandingkan dengan puskesmas rawat
inap lainnya yang berada di Kabupaten Sleman. Hal inilah yang menjadi salah satu
alasan peneliti tertarik untuk memilih Puskesmas Mlati II sebagai tempat penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika yang
dikaji dari segi kuantitas dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD)
pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman periode
Juli 2012 – Juni 2013. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
penggunaan antibiotika yang dikaji dari segi kuantitas dengan menggunakan metode
Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days pada pasien pediatrik rawat inap di
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, didapat tiga
rumusan masalah dalam penelitian ini terkait penggunaan antibiotika pada pasien
pediatrik di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013. Tiga rumusan
masalah tersebut adalah sebagai berikut ini.
a. Bagaimanakah pola diagnosis penyakit dan gejala pada pasien pediatrik rawat inap
yang menerima peresepan antibiotika di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013?
b. Bagaimanakah pola peresepan antibiotika pasien pediatrik rawat inap yang
menerima peresepan antibiotika di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 –
Juni 2013?
c. Bagaimanakah gambaran kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik
rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013 yang dihitung
dengan metode evaluasi penggunaan antibiotika Defined Daily Dose (DDD) 100
patient - days?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran literatur yang dilakukan, ditemui beberapa
penelitian serupa mengenai evaluasi penggunaan antibiotika yang pernah dilakukan
dan telah dipublikasikan. Berikut merupakan beberapa penelitian serupa beserta
dengan perbedaan-perbedaannya dengan penelitian ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yuniftiadi (2010), dengan judul “Rasionalitas
periode Juli – Desember 2009”. Pengambilan sampel pada penelitian ini
dilakukan dengan cara metode simple random sampling pada rekam medik pasien
yang dirawat di Intensive Care Unit dalam periode Juli – Desember 2009 yang
mendapat terapi antibiotika. Pada penelitian ini evaluasi penggunaan antibiotika
dilakukan secara kuantitatif dengan metode Defined Daily Dose (DDD) serta
kualitatif dengan metode Gyssens dan diperoleh antibiotika seftriakson
merupakan antibiotika yang paling banyak digunakan dan memiliki nilai DDD
yang tinggi dibadingkan dengan nilai DDD jenis antibiotika yang lain, yaitu 62,2
DDD 100 patient-days. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian ini adalah
terletak pada evaluasi penggunaan antibiotika yang dilakukan dan teknik
pengambilan sampel penelitian. Pada penelitian penulis hanya dilakukan evaluasi
penggunaaan antibiotika secara kuantitatif dengan menggunakan metode Defined
Daily Dose (DDD) serta dilakukan studi populasi dengan mengambil semua unit
sampel pada rekam medik pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman dalam periode Juli 2012 – Juni 2013.
2. Penelitian oleh Febiana (2012), mengenai “Rasionalitas penggunaan antibiotika di
Bangsal Pediatrik RSUP Dr. Kariadi pada periode Agustus – Desember 2011”.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat pelaksanaan dan periode
pengambilan data penelitian, serta teknik pengambilan sampel. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan stratified random
sampling, sedangkan pada penelitian penulis dilakukan studi populasi dengan
Puskesmas Mlati II kabupaten Sleman dalam periode Juli 2012 – Juni 2013. Pada
penelitian ini dilakukan evaluasi penggunaan antibiotika secara kuantitatif dan
kualitatif, evaluasi penggunaan antibiotika secara kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) dan evaluasi penggunaan
antibiotika secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode Gyssens.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukan penggunaan antibiotika
secara kuantitas yang paling banyak digunakan adalah seftriakson, sedangkan
kualitas penggunaan antibiotika adalah sebesar 55,1 %. Pada penelitian penulis,
evaluasi penggunaan antibiotika hanya dilakukan secara kuantitatif dengan
menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Laras (2012), dengan judul “Kuantitas
penggunaan antibiotika di Bangsal Bedah dan Obstetri-Ginekologi RSUP Dr.
Kariadi setelah kampanye Pilot Project – Program Pencegahan Pengendalian
Resistensi Antibiotika (PP-PPRA) pada periode Januari – Juli 2012”. Perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada tempat dan periode pengambilan data
penelitian, jenis subyek uji serta jenis penelitian. Penelitian ini dilakukan di
Bangsal Bedah dan Obstetri-Ginekologi RSUP Dr. Kariadi Semarang setelah
kampanye Pilot Project – Program Pencegahan Pengendalian Resistensi
Antibiotika (PP-PPRA) pada periode Januari – Juli 2012 pada pasien dewasa
yang menjalani rawat di Bangsal Bedah dan Obsgin, sedangkan penelitian penulis
dilakukan di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman pada semua pasien rawat
penelitian dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan
prospektif sedangkan jenis penelitian penulis adalah non eksperimental deskriptif
menggunakan data yang bersifat retrospektif.
4. Penelitian mengenai kuantitas penggunaan antibiotika di rumah sakit pediatrik di
Latvia selama periode 2005 - 2009 oleh Sviestina (2011), data diambil secara
retrospektif selama periode yang telah ditentukan. Pengukuran kuantitas
penggunaan antibiotika dilakukan dengan metode Defined Daily Dose (DDD).
Hasil yang didapat adalah total nilai DDD penggunaan antibiotika di rumah sakit
pediatrik di Latvia selama periode 2005 – 2009 berturut-turut adalah 32,7 ; 27,6 ;
29,1 ; 26,1 ; 26,2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah
terletak pada tempat penelitian, periode penelitian, serta rumus DDD yang
digunakan. Pada penelitian ini rumus DDD yang digunakan adalah rumus DDD
100 bed-days, sedangkan pada penelitian penulis rumus DDD yang digunakan
adalah rumus DDD 100 patient-days.
5. Penelitian mengenai kuantitas penggunaan antibiotika pada lima rumah sakit
pediatrik di Cina pada tahun 2002 – 2006 yang dilakukan oleh Zhang et al
(2008). Data diambil secara retrospektif selama periode yang telah ditentukan.
Pengukuran kuantitas penggunaan antibiotika dilakukan dengan metode Defined
Daily Dose (DDD). Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukan 56
jenis antibiotika yang digunakan selama periode 2002-2006 dengan total DDD
pada periode 2002 – 2006 berturut-turut adalah 68,2 ; 58,4 ; 65,8 ; 65,6 ; dan 49,9
adalah golongan antibiotika sefalosporin. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian penulis adalah terletak pada tempat penelitian, periode penelitian serta
rumus DDD yang digunakan.
6. Penelitian mengenai kuantitas penggunaan antibiotika di puskesmas sebuah
pedesaan di Crete, Yunani selama periode 12 bulan yang dilakukan oleh
Kontarakis et al (2011). Data diambil secara retrospektif, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui penggunaan antibiotika di puskesmas di sebuah pedesaan di
Crete, Yunani selama periode 12 bulan. Ditemukan 258 resep penggunaan
antibiotika yang terdiri dari 159 pada orang dewasa dan 99 pada anak. Metode
yang digunakan adalah metode DDD 1000 people days. Dan ditemukan nilai
DDD 1000 people days sebesar 22,1 untuk anak-anak dan 24,2 untuk orang
dewasa. Antibiotika golongan penisilin merupakan golongan antibiotika yang
paling banyak digunakan pada kalangan anak, sedangkan pada orang dewasa
antibiotika sefalosporin merupakan antibiotika yang paling banyak digunakan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah terletak pada tempat
penelitian, rumus DDD yang digunakan, serta subjek penelitian. Pada penelitian
ini subjek penelitiannya adalah orang dewasa dan pediatrik, sedangkan pada
penelitian penulis subjek penelitiannya adalah pediatrik saja.
Kesamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya
adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika secara
kuantitatif yang digunakan, yaitu dengan metode Defined Daily Dose (DDD).
penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik dengan metode Defined Daily Dose
(DDD) di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman masih belum pernah dilakukan,
sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan data penggunaan antibiotika
yang dikaji dari segi kuantitas dengan menggunakan metode Defined Daily Dose
(DDD) pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran mengenai cara evaluasi penggunaan antibiotika yang dikaji dari segi
kuantitas dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days.
b. Manfaat praktis
1.) Dapat digunakan sebagai acuan bagi para tenaga kesehatan untuk
meningkatkan penggunaan antibiotika yang lebih rasional dari segi kuantitas.
2.) Dapat digunakan sebagai data penggunaan antibiotika yang dikaji dari segi
kuantitas dengan menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) 100
patient-days.
2.) Dapat menjadi bahan evaluasi terkait dengan hasil dari perhitungan kuantitas
penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap dipuskesmas Mlati
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengevaluasi penggunaan antibiotika yang dikaji dari segi kuantitas pada
pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman periode Juli
2012 – 2013 menggunakan metode Defined Daily Dose (DDD) 100 patient -
days.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan pola diagnosis penyakit dan gejala pada pasien pediatrik
rawat inap yang menerima terapi antibiotika di Puskesmas Mlati II pada
periode Juli 2012 – Juni 2013.
b. Mendeskripsikan pola peresepan antibiotika pasien pediatrik rawat inap yang
menerima terapi antibiotika di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 –
Juni 2013.
c. Menghitung kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat
inap di Puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013 yang dihitung
12 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antibiotika
1. Definisi antibiotika
Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme
yang memiliki kemampuan untuk menghambat serta membunuh mikroorganisme lain
(Pelczar, 2005). Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan
berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini disebut
sebagai antibiotika dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang berasal
dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui memiliki
kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya
mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
2. Penggolongan antibiotika
Penggolongan antibiotika dapat di klasifikasikan berdasarkan struktur
kimia antibiotika, aktivitas antibiotika,sifat toksisitas selektif, serta mekanisme aksi
antibiotika.
a) Berdasarkan struktur kimia antibiotika
Berdasarkan struktur kimianya, suatu antibiotika dapat dikelompokkan ke
Tabel I. Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimia
Golongan antibiotika Jenis antibiotika
Golongan penisilin Amoksisilin, penisilin, metampisilin, bacampisilin. Golongan aminoglikosida Streptomisin, tobramisin, gentamisin, kanamisin,
neomisin.
Golongan tetrasiklin Doksisiklin, tetrasiklin, minosiklin, oksitetrasiklin. Golongan makrolida Eritromisin, spiramisin, klaritromisin.
Golongan kuinolon Ofloksasin, siprofloksasin, levofloksasin, trovafloksasin. Golongan sulfonamid Kotrimoksazol, trimetoprim, sulfametoksazol.
Golongan amfenikol Kloramfenikol, tiamfenikol. Antibiotik lain Metronidazol, tinidazol, ornidazol
(WHO, 2013). b) Berdasarkan aktivitas antibiotika
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dikelompokkan sebagai antibiotika
spektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotika spektrum luas (broad spectrum).
Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) merupakan kelompok antibiotika
yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya
mampu menghambat atau membunuh bakteri Gram negatif saja atau Gram positif
saja sedangkan antibiotika spektrum luas (broad spectrum) merupakan kelompok
antibiotika yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram
c) Berdasarkan sifat toksisitas selektif
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada
yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar
minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau
membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan
Kadar Bunuh Minimal (KBM) (Setiabudy, 2009).
d) Berdasarkan mekanisme aksi antibiotika
Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotika dibedakan
menjadi lima kelompok, yaitu antibiotika dengan mekanisme penghambatan sintesis
dinding sel, perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein,
penghambatan sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit esensial.
Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel adalah antibiotika yang merusak
lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram
negatif, contohnya penisilin. Antibiotika yang menghambat sintesis protein adalah
antibiotika yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA dan
mengakibatkan bakteri tidak mampu mensintesis protein vital untuk pertumbuhannya.
Contohnya adalah streptomisin. Antibiotika yang menghambat sintesis asam nukleat
adalah antibiotika yang dapat melakukan penghambatan pada sintesis asam nukleat
berupa penghambatan terhadap transkripsi dan replikasi mikroorganisme. Antibiotika
yang termasuk dalam penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotika
esensial merupakan antibiotika yang dapat melakukan penghambatan terhadap
sintesis metabolit esensial antara lain dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit,
yaitu substansi yang secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme,
karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal bagi enzim metabolisme.
Contoh antibiotika yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid (Pratiwi,
2008). Antibiotika yang merusak membran plasma, antibiotika yang termasuk dalam
kelompok ini adalah polimiksin. Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuaterner
mampu merusak membrane sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid
membran sel mikroba. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai
komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida dan
lain-lain sehingga membran plasma dari bakteri menjadi rusak (Setiabudy, 2009).
3. Penggunaan antibiotika
Penggunaan terapeutik antibiotika di klinik bertujuan untuk membasmi
bakteri penyebab infeksi. Penggunaan antibiotika ditentukan berdasarkan indikasi
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut (Setiabudy, 2009):
1. Gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan oleh adanya
bakteri dalam tubuh hospes,
2. Efek terapi antibiotika pada penyakit infeksi diperoleh hanya sebagai akibat
kerja antibiotika itu sendiri terhadap biomekanisme bakteri, dan tidak terhadap
3. Antibiotika dapat dikatakan bukan merupakan obat penyembuh penyakit infeksi
karena antibiotika dalam pengertian sebenarnya merupakan senyawa obat yang
menyingkatkan waktu yang diperlukan tubuh hospes untuk sembuh dari suatu
penyakit infeksi dengan cara menghambat bakteri penyebab penyakit infeksi.
Dari survei penggunaan antibiotika di beberapa rumah sakit dan pusat
kesehatan masyarakat banyak dijumpai adanya penggunaan obat yang tidak rasional.
Obat yang paling banyak digunakan secara tidak rasional adalah antibiotika.
Dikatakan tidak rasional karena dalam hal ini antibiotika digunakan secara
berlebihan, misalnya penggunaan untuk indikasi yang tidak jelas dan penggunaan
dalam dosis yang tidak tepat sehingga nantinya akan memberikan dampak negatif.
Dampak negatif dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional antara lain adalah
timbulnya efek samping atau toksisitas yang tidak perlu, mempercepat terjadinya
resistensi, menyebarluaskan infeksi dengan kuman yang telah resisten, terjadinya
resiko kegagalan terapi, bertambah beratnya penyakit pasien dan bertambah lamanya
pasien mengalami sakit, serta meningkatnya biaya pengobatan (Munaf dkk, 2004).
Menurut Kakkilaya (2008), atas indikasinya penggunaan antibiotika dapat
digolongkan menjadi antibiotika untuk terapi definitif, terapi empiris, dan terapi
profilaksis. Penggunaan antibiotika berdasarkan jenis mikroorganisme penyebab yang
telah teridentifikasi disebut pengobatan definitif. Pada terapi secara empiris,
pemberian antibiotik diberikan pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
untuk pencegahan pada pasien yang rentan terkena infeksi. Antibiotika yang
diberikan adalah antibiotika yang berspektrum sempit dan spesifik.
Penggunaan obat secara rasional, termasuk antibiotika, memiliki beberapa
kriteria, diantaranya ialah (Munaf dkk, 2004 dan WHO, 2001):
1. Indikasi yang tepat, kriteria ini memerlukan penentuan diagnosis penyakit dengan
tepat sehingga dapat diketahui efek klinik yang paling berperan terhadap manfaat
terapi. Dalam kriteria ini juga diperlukan pengobatan yang didasarkan atas
keluhan individual serta hasil pemeriksaan fisik yang akurat.
2. Pemilihan jenis obat yang tepat, kriteria ini memerlukan beberapa pertimbangan,
yaitu:
a. Manfaat (efektivitas/mutu obat telah terbukti secara pasti).
b. Risiko pengobatan dipilih yang paling kecil untuk pasien dan imbang dengan
manfaaat yang akan diperoleh.
c. Harga dan biaya obat. Diantara obat-obat alternatif dengan keamanan dan
kemanfaatannya, obat yang dipilih ialah yang paling sesuai dengan
kemampuan penderita.
d. Jenis obat yang dipilih tersedia di pasaran dan mudah didapat.
e. Obat tunggal, atau kombinasinya sedikit mungkin.
3. Dosis dan cara pemakaian yang tepat. Cara pemberian obat memerlukan
pertimbangan farmakokinetik, yaitu cara (rute) pemberian, besar dosis, frekuensi
pemberian, dan lama pemberian sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling
4. Pasien yang tepat, kriteria ini mencakup pertimbangan apakah ada kontraindikasi,
atau ada kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis (misalnya
adanya kegagalan ginjal) yang memerlukan penyesuian dosis secara individual.
5. Meminimalkan efek samping dan alergi obat, dalam kriteria ini perlu dilakukan
pertimbangan sebelum memberikan obat pada pasien, apakah ada faktor-faktor
yang memacu terjadinya efek samping obat atau alergi obat pada penderita atau
tidak. Dalam penggunaan obat, harus selalu dipertimbangkan manfaat dan resiko
pemberian suatu obat.
B. Metode Defined Daily Dose (DDD)
Menurut Kemenkes (2011), evaluasi penggunaan antibiotika dilakukan
bertujuan untuk:
1. Mengetahui jumlah penggunaan antibiotika di rumah sakit.
2. Mengetahui dan mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotika di rumah sakit.
3. Sebagai dasar dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotika di rumah
sakit secara sistematik dan terstandar.
4. Sebagai indikator kualitas layanan rumah sakit.
Kuantitas penggunaan antibiotika adalah jumlah penggunaan antibiotika di
rumah sakit maupun puskesmas dapat diukur secara retrospektif maupun prospektif.
Evaluasi penggunaan antibiotika secara retrospektif dapat dilakukan dengan
memperhatikan Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose
dalam klasifikasi ini obat akan dibedakan menurut cara kerja dari obat tersebut.
Defined Daily Dose (DDD) adalah asumsi dosis rata-rata per hari penggunaan
antibiotika untuk indikasi tertentu pada orang dewasa (Kemenkes,2011). Antibiotika
yang akan dimasukkan dalam perhitungan pada metode DDD harus terdapat dalam
klasifikasi ATC (WHO, 2013).
Metode pengukuran kuantitas penggunaan antibiotika yang
direkomendasikan oleh WHO untuk pasien rawat inap di rumah sakit adalah
menggunakan DDD 100 patient-days dan DDD 100 bed-days. Defined Daily Dose
(DDD) yang dinyatakan dalam DDD 100 patient-days maupun DDD 100 bed-days
dapat memberikan perkiraan kasar dari proporsi pasien rumah sakit yang diberi
antibiotika. Data yang diperlukan untuk evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
rawat inap dengan metode DDD 100 bed-days adalah data penjualan antibiotika
selama setahun, sedangkan data yang diperlukan untuk evaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien rawat inap dengan metode DDD 100 patient-days adalah data
semua pasien yang menerima terapi antibiotika beserta dengan lama hari rawat inap
pasien untuk mengetahui jumlah (gram) antibiotika yang digunakan oleh pasien
(Kemenkes, 2011).
Cara perhitungan penilaian kuantitas penggunaan antibiotika dengan
metode DDD 100 patient-days adalah:
a) Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotika
b) Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (Total Length Of Stay /
c) Hitung jumlah dosis antibiotika (gram) selama dirawat
d) Hitung DDD 100 patient-days:
(Kemenkes, 2011).
Menurut Direktorat Umum Perawatan Medis Departemen Kesehatan
Indonesia (2005), berikut merupakan hasil yang dapat diperoleh dari pengukuran
kuantitas penggunaan antibiotika:
a) Presentasi pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotika selama dirawat di
rumah sakit
b) Jumlah penggunaan antibiotika dinyatakan dalam Defined Daily Dose (DDD) 100
patient-days.
Hasil evaluasi penggunaan antibiotika dengan menggunakan metode
Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) dapat dengan
mudah dibandingkan dengan hasil evaluasi penggunaan antibiotika sebelumnya yang
pernah dilakukan untuk melihat hasil penggunaan antibiotika per bangsal, rumah
sakit, kota, serta negara selama periode tertentu. Perbandingan ini dapat dilakukan
karena hasil dari metode ini memiliki standar nilai yang bersifat internasional yang
sudah ditentukan oleh World Health Organization (WHO,2013).
Tingginya nilai DDD antibiotika yang tidak sesuai dengan standar WHO
selektif penggunaannya. Semakin kecil kuantitas antibiotika yang didapatkan maka
semakin selektif penggunaan antibiotika yang dilakukan. Pemberian antibiotika yang
selektif adalah penggunaan antibiotika yang dilakukan hanya benar-benar didasarkan
pada indikasi tertentu yang memang terbukti benar memerlukan pengobatan
antibiotika. Ketidakselektifan peresepan dan penggunaan antibiotika dikhawatirkan
akan menimbulkan banyaknya peresepan dan penggunaan antibiotika yang tidak tepat
indikasi sehingga hal ini akan berpengaruh pada kerasionalan penggunaan antibiotika
(Laras,2012).
C. Penggunaan Antibiotika pada Pediatrik
World Health Organization (2007) membagi usia pediatrik menjadi
neonatus (≤ 1 bulan ), bayi (1-24 bulan), serta anak (2-12 tahun). Penelitian yang
dilakukan di Indonesia, Pakistan dan India mengenai penggunaan antibiotika terhadap
pediatrik menunjukkan bahwa pemberian antibiotika sebagian besar diberikan pada
pediatrik dengan indikasi demam. Hal ini menunjukkan peningkatan penggunaan
antibiotika secara irasional juga terjadi pada pediatrik. Fakta ini sangat perlu
diperhatikan karena prevalensi penggunaan antibiotika tertinggi didapat pada
pediatrik-pediatrik. Sebuah studi menunjukkan 62% orang tua pediatrik
mengharapkan dokter meresepkan antibiotika kepada pediatriknya dan hanya 7%
yang tidak mengharapkan dokternya memberikan antibiotika kepada pediatrik mereka
Bioavaibilitas suatu sediaan obat yang diberikan pada pediatrik lebih
terbatas dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini terkait dengan maturasi organ
yang berperan pada metabolisme obat pada pediatrik. Maka dari itu, dalam menyusun
strategi pemberian antibiotika pada pediatrik perlu dipikirkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Tercapainya aktivitas anti bakteri pada tempat yang terinfeksi, sehingga cukup
untuk menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
2. Dosis obat harus efektif terhadap mikroorganisme, tetapi konsentrasi di dalam
plasma dan jaringan tubuh harus tetap lebih rendah dari dosis toksik (Soedarmo,
2002).
Evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode DDD biasanya digunakan
untuk orang dewasa. Hal ini dikarenakan pada kelompok pediatrik pemberian dosis
obat harus disesuaikan dengan usia dan berat badan pediatrik, sehingga tidak
memungkinkan dilakukan identifikasi prevalensi untuk penggunaan obat pada
pediatrik jika yang tersedia hanya data penjualan kasar obat secara keseluruhan
pasien, baik dewasa maupun pediatrik. Data penjualan kasar secara keseluruhan
tersebut tidak dapat digunakan karena belum tentu dosis antibiotika yang diberikan
pada pediatrik sama dengan dosis yang tercantum dalam produk obat tersebut,
sebagai contoh: tablet amoksisilin dalam kemasan tertulis 500 mg, apabila diberikan
untuk usia pediatrik di bawah 12 tahun dengan berat badan tertentu, penggunaan
tablet 500 mg tersebut belum tentu di konsumsi sepenuhnya karena pada pediatrik
pediatrik sulit untuk dilakukan identifikasi, maka metode DDD dengan standar DDD
pada orang dewasa dapat digunakan sebagai alat ukur untuk perbandingan secara
keseluruhan mengenai gambaran kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien
pediatrik. Standar DDD WHO pada pasien pediatrik sendiri masih belum tersedia, hal
ini menjadi kelemahan dalam metode evaluasi ini. Namun demikian, penggunaan
standar DDD WHO pada orang dewasa pada pasien pediatrik tidak dilarang untuk
diaplikasikan pada pediatrik untuk menilai secara keseluruhan penggunaan
antibiotika pada pasien pediatrik. Penggunaan metode DDD pada pasien pediatrik
dapat dilakukan apabila tersedia dosis harian dan indikasi penggunaan antibiotika
pada pasien tersebut. Dosis harian dan indikasi penggunaan antibiotika pada pasien
pediatrik tersebut dapat digunakan untuk perhitungan nilai DDD. Hasil dari nilai
DDD yang didapatkan kemudian dapat dibandingkan dengan standar nilai DDD agar
didapat perkiraan mengenai identifikasi prevalensi penggunaan obat termasuk
antibiotika pada kelompok pediatrik tersebut (WHO, 2013).
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data penggunaan antibiotika
yang dikaji dari segi kuantitas dengan menggunakan metode Defined Daily Dose
(DDD) pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian dengan judul “Evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode
DDD (Defined Daily Dose) pada pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman periode Juli 2012 – Juni 2013” merupakan penelitian
observasional menggunakan rancangan studi cross-sectional, dan cara pengambilan
data adalah retrospektif.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental sebab observasinya
dilakukan secara apa adanya, tanpa ada manipulasi atau intervensi serta perlakuan
dari peneliti dan bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci
sehingga dapat melukiskan fakta atau karakteristik populasi yang ada,
mengidentifikasi masalah yang terjadi, kemudian melakukan evaluasi atau penilaian
dari data kuantitatif yang telah dikumpulkan (Notoatmodjo, 2010 dan Hasan, 2002).
Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah retrospektif karena data yang
dikumpulkan adalah data dari masa lampau yang diperoleh dari rekam medik pasien
pediatrik rawat inap yang mendapatkan terapi antibiotika di Puskesmas Mlati II
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pola penyakit dan gejala
b. Pola peresepan antibiotika
c. Nilai Defined Daily Dose (DDD) 100 patient-days penggunaan antibiotika pasien
pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II selama periode Juli 2012 – Juni 2013.
2. Definisi operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pola diagnosis penyakit dan gejala pada penelitian ini merupakan jenis diagnosis
penyakit dan gejala pada pasien pediatrik yang ditulis sebagai diagnosis utama
pada rekam medik pasien oleh dokter pada periode Juli 2012 – Juni 2013 pada
pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II, misalnya: tifoid fever dan
infeksi saluran kemih.
b. Pola peresepan antibiotika pada penelitian ini merupakan gambaran peresepan
antibiotika yang diterima oleh pasien pediatrik rawat inap di Puskesmas Mlati II
pada periode Juli 2012 – Juni 2013 meliputi golongan antibiotika, jenis
antibiotika, bentuk sediaan antibiotika, rute pemberian antibiotika, aturan
pemakaian antibiotika, lama pemakaian antibiotika dan lama hari rawat inap
pasien. Pola peresepan diperoleh berdasarkan data penggunaan antibiotika yang
c. Nilai Defined Daily Dose (DDD) pada penelitian ini merupakan nilai
pengukuran kuantitas antibiotika yang dikeluarkan oleh WHO. Penilaian
kuantitas peresepan antibiotika yang dievaluasi dengan metode DDD harus
merupakan antibiotika yang masuk dalam klasifikasi Anatomical Therapeutic
Chemical (ATC) yang merupakan sistem klasifikasi obat, dalam klasifikasi ini
obat akan dibedakan menurut cara kerja dari obat tersebut. Perhitungan nilai
DDD dapat dilakukan dengan perhitungan DDD 100 patient-days atau DDD
100 bed-days. Pada penelitian ini digunakan DDD 100 patient-days dengan cara
perhitungan sebagai berikut ini.
(1) Mengumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotika
(2) Mengumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total Length
of Stay (LOS) semua pasien)
(3) Menghitung jumlah dosis antibiotika (gram) yang diterima oleh pasien
selama dirawat inap
(4) Menghitung DDD 100 patient-days :
Nilai DDD yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan
dengan nilai standar DDD per jenis antibiotika yang telah ditentukan oleh WHO
untuk melihat keselektifan penggunaan antibiotika pada pasien pediatrik rawat inap
dalam penelitian yang melebihi nilai standar yang ditetapkan WHO menunjukkan
adanya kemungkinan ketidakselektifan dalam penggunaan jenis antibiotika tersebut.
Ketidakselektifan dalam penggunaan antibiotika merupakan salah satu dampak
penggunaan antibiotika yang kurang rasional.
Contoh perhitungan DDD 100 patient-days :
Terdapat tiga pasien pediatrik yang menerima peresepan antibiotika.
Seluruh pasien pediatrik yang menerima peresepan antibiotika tersebut menerima
antibiotika dengan jalur oral.
1.) Pasien pediatrik pertama menerima peresepan antibiotika kotrimoksazol dengan
dosis 2 x 480 mg dalam sehari dengan 9 kali pemberian selama 5 hari rawat inap
(LOS).
2.) Pasien pediatrik kedua menerima peresepan antibiotika kotrimoksazol dengan
dosis 2 x 480 mg dalam sehari dengan 8 kali pemberian selama 5 hari rawat inap
(LOS).
3.) Pasien pediatrik ketiga menerima peresepan antibiotika amoksisilin dengan dosis
2 x 500 mg dalam sehari dengan 7 kali pemberian selama 4 hari rawat inap
(LOS).
Dari contoh kasus di atas, ditemukan total dosis antibiotika (gram) yang
diterima oleh pasien selama dirawat inap dan total lamanya waktu perawatan pasien
rawat inap / Length of Stay (LOS) semua pasien sebagai berikut ini.
a.) Pasien 1 : Kotrimoksazol (480 mg/tab) 2 x 1 tab dengan 9 kali pemberian,
diperoleh total gram antibiotika yang digunakan oleh pasien
adalah [(9x1) x 480] = 4320 mg = 4,32 gram.
b.) Pasien 2 : Kotrimoksazol (480 mg/tab) 2 x 1 tab dengan 8 kali pemberian,
diperoleh total gram antibiotika yang digunakan oleh pasien
adalah [(8x1) x 480] = 3840 mg = 3,84 gram.
c.) Pasien 3 : Amoksisilin (500 mg/tab) 2 x 1 tab dengan 7 kali pemberian,
diperoleh total gram antibiotika yang digunakan oleh pasien
adalah [(7x1) x 500] = 3500 mg= 3,5 gram.
2. Total lamanya waktu perawatan pasien rawat inap / Lenght of Stay (LOS)
masing-masing pasien yang menerima peresepan antibiotika adalah sebagai berikut ini.
a.) Pasien 1 : Length of Stay (LOS) = 5 hari
b.) Pasien 2 : Length of Stay (LOS) = 5 hari
c.) Pasien 3 : Length of Stay (LOS) = 4 hari
Total lamanya waktu perawatan pasien rawat inap / Lenght of Stay (LOS) semua
pasien adalah : 5 hari + 5 hari + 4 hari = 14 hari.
3. Kemudian dilakukan perhitungan jumlah (gram) per jenis antibiotika yang
digunakan oleh pasien.
a.) Jumlah gram antibiotika kotrimoksazol semua pasien yang menerima
antibiotika kotrimoksazol adalah 4,32 + 3,84 = 8,16 gram.
b.) Jumlah gram antibiotika amoksisilin semua pasien yang menerima antibiotika
4. Kemudian dilakukan perhitungan DDD berdasarkan rumus DDD 100 patient-
days untuk masing-masing jenis antibiotika.
a.) DDD 100 patient-days antibiotika kotrimoksazol:
b.) DDD 100 patient-days antibiotika amoksisilin:
gram
5. Kemudian dilakukan perhitungan total nilai DDD dengan menjumlahkan nilai
DDD dari masing-masing jenis antibiotika.
Total DDD 100 patient-days = DDD kotrimoksazol + DDD amoksisilin
= 30,4 + 25 = 55,4 gram.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah semua pasien pediatrik
rawat inap yang menerima terapi antibiotika di Puskesmas Mlati II Kabupaten
pasien rawat inap berumur kurang dari 12 tahun baik lelaki maupun perempuan yang
menerima peresepan antibiotika. Kriteria eksklusi subjek penelitian yaitu pasien
pediatrik rawat inap pulang paksa atas permintaan sendiri, pasien pediatrik rawat inap
yang dirujuk ke rumah sakit oleh dokter yang merawat, pasien pediatrik rawat inap
yang menerima terapi antibiotika tetapi data rekam medik pasien tidak jelas terbaca
karena tulisan pada rekam medik pasien sulit dikonfirmasi kepada pihak puskesmas
dan tidak lengkap karena tidak memuat aturan pemakaian antibiotika pada pasien,
serta pasien pediatrik rawat inap yang mendapatkan antibiotika yang tidak termasuk
dalam klasifikasi Anatomical Therapeutic Chemical (ATC).
Dalam proses pemilihan subjek penelitian, pasien pediatrik berusia kurang
dari 12 tahun yang menjalani rawat inap di puskesmas Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013 adalah sebanyak 118 pasien pediatrik. Dari 118 pasien pediatrik tersebut,
16 pasien pediatrik tidak menerima peresepan antibiotika dan 102 pasien pediatrik
menerima peresepan antibiotika. Subjek penelitian yang masuk kriteria inklusi
sebanyak 102 pasien kemudian subjek dieksklusi sesuai dengan kriteria. Terdapat 58
rekam medik yang tereksklusi, yang terdiri dari 13 rekam medik pasien pediatrik
rawat inap pulang atas permintaan sendiri, 37 rekam medik pasien pediatrik rawat
inap yang dirujuk, dan 8 rekam medik pasien pediatrik yang memiliki data rekam
medik tidak lengkap karena tidak memuat aturan pemakaian antibiotika selama
pasien di rawat inap. Dari proses ini diperoleh subyek penelitian 44 rekam medik
Gambar 1. Skema Pemilihan Subjek Penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotika dengan Metode Defined Daily Dose (DDD) pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013
D. Bahan dan Alat atau Instrumen Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medik yang telah
memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditentukan. Alat atau instrumen penelitian yang
digunakan adalah lembar data pasien dan lembar penggunaan antibiotika yang akan
digunakan untuk memuat data yang akan diambil dari bahan penelitian. Lembar data
tersebut terdiri dari: nama pasien, jenis kelamin, tanggal masuk pasien, tanggal keluar
diresepkan, dosis pemakaian antibiotika, rute penggunaan antibiotika, bentuk sediaan
antibiotika, lama penggunaan antibiotika, serta frekuensi pemberian antibiotika
(Lampiran 2 dan 3).
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mlati II yang terletak di Jalan
Cebongan, Sumberdadi, Mlati Sleman, Kecamatan Mlati. Waktu penelitian adalah
bulan September tahun 2013.
F. Tata Cara Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan 3 tahap untuk menjalani penelitian, adapun
tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Tahap orientasi dan studi pendahuluan
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada tahap orientasi dan studi
pendahuluan adalah sebagai berikut ini.
a. Mengurus surat ijin penelitian, pada tahap ini dilakukan penyusunan proposal yang
kemudian diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Sleman untuk memperoleh surat ijin penelitian di Puskesmas Mlati II
Kabupaten Sleman.
b. Setelah surat ijin penelitian diperoleh dari bagian Bappeda Kabupaten Sleman,
surat ijin tersebut beserta dengan proposal penelitian kemudian diserahkan ke
bagian administrasi Puskesmas Mlati II untuk memperoleh ijin penelitian dari
c. Setelah ijin penelitian yang diajukan dikonfirmasi oleh bagian administrasi
Puskesmas Mlati II, selanjutnya dilakukan studi pendahuluan untuk memperoleh
informasi mengenai jumlah pasien pediatrik berdasarkan umur pasien pediatrik,
yaitu kurang dari 12 tahun melalui buku pendaftaran pasien rawat inap Puskesmas
Mlati II periode Juli 2012 – Juni 2013. Dari hasil orientasi ini diperoleh informasi
bahwa terdapat 118 pasien pediatrik yang menjalani rawat inap di Puskesmas
Mlati II pada periode Juli 2012 – Juni 2013.
d. Setelah didapatkan jumlah pasien pediatrik yang menjalani rawat inap pada periode
Juli 2012 – Juni 2013, dilakukan pencatatan data nomor rekam medik pasien
pediatrik tersebut melalui buku pendaftaran pasien rawat inap Puskesmas Mlati II
pada periode Juli 2012 – Juni 2013.
2. Tahap pengambilan data
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik di
Puskesmas Mlati II. Pengambilan data diawali dengan pemilihan data rekam medik
pasien pediatrik rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi, sekaligus dilakukan
pengekslusian sesuai dengan kriteria eksklusi bahan penelitian yang telah ditentukan.
Dari proses ini diperoleh sejumlah 44 rekam medik pasien pediatrik rawat inap
berumur kurang dari 12 tahun yang menggunakan antibiotika sebagai bahan
penelitian. Tahap selanjutnya adalah dilanjutkan dengan melakukan pencatatan data
dari ke - 44 rekam medik tersebut menggunakan instrumen penelitian yaitu lembar
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Editing, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ulang kelengkapan data-data yang
telah dicatat dalam instrumen penelitian.
2. Entry data, pada tahap ini dilakukan pemindahan data dari instrumen penelitian
ke dalam format perhitungan nilai DDD 100 patient-days (Lampiran 4), untuk
selanjutnya dihitung nilai DDD 100 patient-days.
3. Cleaning, pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ulang data-data yang telah
dimasukkan ke dalam format perhitungan nilai DDD 100 patient-days.
G. Tata Cara Analisis Data dan Penyajian Hasil
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan dievaluasi dengan pendekatan
kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan menguraikan data-data yang telah
diambil untuk menggambarkan karakteristik pasien, pola penyakit dan gejala, dan
pola peresepan pasien yang menerima terapi antibiotika dalam bentuk persentase (%)
disertai penjelasan yang berupa uraian.
Karakteristik pasien yang dimaksud meliputi data demografi pasien
berdasarkan usia pasien dan proporsi pasien pediatrik laki-laki dan perempuan. Pola
penyakit diperoleh berdasarkan diagnosa penyakit serta gejala yang ditulis oleh
dokter pada rekam medik pasien sebagai diagnosa utama. Pola peresepan meliputi
distribusi golongan dan jenis antibiotika, bentuk sediaan antibiotika, aturan
Hasil analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabel atau diagram disertai
pembahasan hasil.
Penilaian penggunaan antibiotika dengan pendekatan kuantitatif dianalisis
dengan menggunakan DDD (Defined Daily Dose) 100 patient-days. Perhitungan
dilakukan dari data dosis dan lama hari rawat pasien rawat inap yang didapat dan
diproses dengan cara manual dengan bantuan kalkulator sesuai dengan rumus DDD
(Defined Daily Dose) 100 patient-days dan dibantu dengan program ABC calc untuk
melihat standar nilai DDD (Defined Daily Dose) per jenis antibiotika yang telah
ditentukan oleh WHO. Pengolahan data dilakukan secara manual karena angka-angka
dalam perhitungan cukup sederhana sehingga memungkinkan dan lebih cepat jika
dihitung secara manual. Hasilnya kemudian disajikan dalam bentuk tabel kuantitas
penggunaan antibiotika dengan metode evaluasi DDD (Defined Daily Dose) 100
patient-days periode bulan Juli 2012 – Juni 2013 pada pasien pediatrik rawat inap di
Puskesmas Mlati II disertai pembahasan hasil.
H. Keterbatasan dalam Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1.) Metode DDD
Metode DDD yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan antara lain:
(a) Metode DDD yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode
Standar nilai DDD pediatrik dari WHO masih belum tersedia. Namun pada
kenyataannya, standar nilai DDD WHO untuk orang dewasa tidak dilarang
penggunaannya untuk dibandingkan dengan DDD yang diperoleh dari
pediatrik dengan syarat tersedianya dosis harian dan indikasi pada pediatrik,
sehingga DDD dapat dihitung. Standar DDD yang melebihi standar DDD
WHO orang dewasa yang ditemukan pada pediatrik dapat menjadi praduga
awal adanya kemungkinan ketidakselektifan penggunaan antibiotika pada
pediatrik.
(b) Metode evaluasi DDD tidak dapat menggambarkan secara penuh dari
keseluruhan parameter rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien
pediatrik karena metode ini hanya dapat memberikan perkiraan mengenai
kemungkinan adanya ketidaktepatan indikasi dalam penggunaan antibiotika
yang diberikan. Perkiraan mengenai kemungkinan adanya ketidaktepatan
indikasi penggunaan antibiotika yang diberikan tersebut dapat dijadikan
sebagai indikator awal adanya kemungkinan ketidakselektifan dalam
penggunaan antibiotika yang akan berdampak pada rasionalitas penggunaan
antibiotika.
(c) Nilai DDD yang diperoleh tidak dapat secara tepat menilai ketepatan
indikasi dikarenakan tidak dilakukan evaluasi mendalam, karena pada
metode ini perkiraan kemungkinan mengenai ketidaktepatan indikasi hanya
2.) Pasien dalam penelitian ini memiliki keterbatasan, karena dari 118 rekam medik
pasien pediatrik yang menjalani rawat inap pada periode penelitian, hanya 44
rekam medik pasien pediatrik yang dijadikan bahan penelitian. Hal ini
disebabkan karena sebanyak 58 rekam medik pasien pediatrik dieksklusi, dan
pasien pediatrik rujuk merupakan kriteria eksklusi yang paling banyak ditemui,
yaitu sebanyak 37 rekam medik pasien pediatrik. Pada penelitian ini pasien
38 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Demografi Pasien
Pada penelitian ini, karakteristik demografi pasien pediatrik rawat inap di
Puskesmas Mlati II yang digambarkan adalah proporsi pasien pediatrik laki – laki dan
perempuan serta usia pasien. Gambar 2 dan 3 berikut adalah karakteristik 44 pasien
pediatrik yang menggambarkan distribusi pasien pediatrik yang menerima peresepan
antibiotika berdasarkan jenis kelamin dan usia pasien pediatrik rawat inap di
Puskesmas Mlati II pada periode bulan Juli 2012 – Juni 2013. Berdasarkan Gambar 2
dapat dilihat bahwa pasien pediatrik laki-laki memiliki proporsi yang lebih banyak
dari pasien pediatrik perempuan.
Gambar 2. Persentase Pasien Pediatrik Laki – laki dan Perempuan yang Menerima Antibiotika di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013 (N=44)
38, 6%
61, 4%
Gambar 3. Persentase Pasien Pediatrik Rawat Inap yang Menerima Antibiotika Berdasarkan Usia di Puskesmas Mlati II pada Periode Bulan Juli 2012 – Juni 2013
(N=44)
World Health Organization (2007) membagi usia pediatrik menjadi
neonatus (≤ 1 bulan ), bayi (1 - 24 bulan), serta pediatrik (2 - 12 tahun). Dari Gambar
3 di atas dapat dilihat bahwa pasien pediatrik yang paling banyak menerima
peresepan antibiotika di Puskesmas Mlati II periode Juli 2012 – Juni 2013 adalah
pasien dengan kelompok usia pediatrik 2 - 12 tahun dengan jumlah pasien sebanyak
41 pasien. Pediatrik merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit
infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sempurna (Schwartz,
2005).
B. Pola Diagnosis Penyakit dan Gejala
Indikasi merupakan salah satu syarat dapat digunakannya metode Defined
Daily Dose (DDD) pada pediatrik. Indikasi dalam hal ini digunakan untuk
mengetahui pola diagnosis dari penyakit dan gejala yang dijadikan sebagai indikasi 0% 6,8%
93,2%