SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
SKRIPSI
Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement
to Obtain Sarjana Farmasi (S. Farm.)
In Faculty of Pharmacy
By:
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
AGOESDJAM KETAPANG PERIODE JUNI 2008 - JUNI 2009
Oleh :
Emilda Putri Pratiwi
NIM : 058114074
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Mulyono, Apt.
tanggal 18 Mei 2010
Masa yang sepertinya berulang namun berbeda
Berada dalam kelas dengan materi kuliah yang aku anggap baru
Tetapi aku merasa inilah saat pemenuhan janji atas kasih-Nya
yang aku rasa tak pernah kunjung datang
Perkataan-Nya bagai serasa nyata, ketika seorang dosen cantik
berdiri di depan kelas dengan semangat menyala
bertutur sebagai penutup akhir kuliah…………
“ Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang” (Ams 17 : 22)
Karena ketika ‘tulang itu terasa kering’ dan semangat itu lenyap
Dia tetap mampu dan sanggup berbuat sesuatu untukku
‘hati yang gembira’ ketika aku tahu
‘Aku mampu melakukan banyak hal’
Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk
:
Tuhan Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal,Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku,
Bapak dan ibuku tersayang yang tak pernah berhenti memberikan
semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian dan doanya,
Those who I cherish deeply in my heart,
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang & my future patients,
All my lovely friends & Almamaterku
berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni
2008 – Juni 2009” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai terselesaikannya
skripsi ini, terutama kepada :
1.
Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta dan dosen penguji atas segala arahan, kritik, saran
dan waktunya.
2.
Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
arahan, saran dan bimbingannya selama ini.
3.
Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi kepada
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
4.
Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik,
saran dan waktunya.
yang telah berkenan memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada
penulis selama penelitian.
7.
Staff Rekam Medis RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang terutama Pak Iwan, Bu
Jus, Pak Jack dan Bang Berli, yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya
selama penulis melakukan pengambilan data penelitian.
8.
Staff Jamkesnas dan Jamkesda RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
9.
Bapak Yohanes Djadjah, B.A. dan ibu Chatarina Mudjiati, orang tua penulis
tercinta; atas semua doa, cinta, perhatian, motivasi dan dukungannya selama ini
yang telah mampu memberi suatu kebahagiaan, warna serta inspirasi.
10.
Kakak-kakak penulis : dr. Emanuel Budhi Hartoko, M.Sc., Sp.PD, dr. Margaretha
Indah Wijilestari, MPH, Citra Dewi Mariana, S.T. dan Yakobus Agus Wiyono,
S.T. atas doa, cinta, saran, dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan
selama ini.
11.
Adek dan keponakkan penulis : Blasius Panut Nusanjaya, Yulius Pandu
Nusanjaya dan Sonia Kartika Budhi Lestari yang telah memberikan doa dan
lelucon kecil yang menjadi motivasi tersendiri.
menyelesaikan skripsi.
13.
Keluarga Besar Ikatan Pelajar Mahasiswa Kalimantan Barat Yogyakarta dan
Bujang Dare Kayong Yogyakarta atas doa, dukungan, kebersamaan dan
pengalaman dalam berorganisasi, seni dan budaya yang menjadi motivasi penulis
selama ini.
14.
Keluarga Besar Asrama Mahasiswi Syantikara khususnya Sr. Benedict selaku
kepala asrama, teman-teman Unit 5 (Mbak Lusi, Mbak Deta, † Mbak Ningnong,
Mbak Iin, Bina, Ikke, Trisna, Weny, Maya, Cocon, Yuni dan Nora), dan
teman-teman Unit Paviliun (Didi, Kak Vina, Weny, Ophy dan Tasya) atas kebersamaan
telah kita alami.
15.
Teman-teman Lektor dan Team Persembahan Sendratari Malam Natal 2009
Kapel Maria Bintang Samudra yang telah memberikan doa dan dukungan serta
kisah yang tidak akan pernah terlupakan.
16.
Teman-Teman KKN Angkatan XXXVII Kelompok 22, Dukuh Caben (Deta,
Diah, Sophie, Andre, Yaya, Ditya, Datia, Jimmy dan Yoyok) atas dukungan
selama persiapan dan penulisan skripsi ini.
17.
Sahabat-sahabat penulis terutama Kaka, Deta dan Hesti untuk kisah yang telah
dilalui bersama.
x
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikkan yang
telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
Emilda Putri Pratiwi
seperti demam, nyeri kepala, nyeri perut, muntah dan mual. Penyakit ini termasuk
penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang terutama pada anak
usia sekolah dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di
negara berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan
antibiotika pada penderita demam tifoid khususnya pasien anak selama rawat inap di
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan
deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan,
analisis situasi, pengumpulan data dan evaluasi, dengan instrument penelitian berupa
lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan karakteristik
demografi pasien,
outcome
terapi, golongan dan jenis antibiotika, dan analisis
drug
related problems
(
DRPs
) penggunaan antibiotika selama rawat inap.
Hasil yang diperoleh adalah 40 kasus. Persentase berdasarkan
karakteristik demografi pasien yaitu distribusi jenis kelamin laki-laki (55%) dan
perempuan (45%); distribusi umur
≤
1 tahun (5%), 1-5 tahun (17%), dan > 5-12 tahun
(78%); distribusi diagnosa penyakit demam tifoid tanpa penyakit lain (25%) dan
diagnosa penyakit demam tifoid dengan penyakit lain (75%). Penggunaan antibiotika
selama rawat inap yaitu golongan sefalosporin generasi I (2,9%), golongan
sefalosporin generasi III (31,9%) dan golongan kloramfenikol (65,2%).
Outcome
terapi pasien, lama rawat inap terbanyak pada lama perawatan 1-3 hari (52,5%),
keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 39 kasus (97%) keluar rumah sakit
dengan keadaan membaik dan sebanyak 1 kasus (3%) dengan keadaan sembuh.
Identifikasi
DRPs
penggunaan antibiotika diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 4 dalam
kasus dosis kurang (10%), 2 dalam kasus dosis berlebih (5%) dan 2 dalam kasus efek
obat yang tidak diinginkan (5%).
Kata kunci : demam tifoid, antibiotika,
drug related problems
(
DRPs
)
xii
and stomach, vomiting, and make people feel queasy. It is a kind of endemic
spreading disease that infected a lot of people especially to the children in the school
age. It is a healthy problem that happens in tropical area especially in the developing
nations. The aim of this research is to evaluate the use of antibiotic that is given to the
children who get the fever during nurturing at DR. AGOESDJAM public hospital
period June 2008 to June 2009.
This research is a non-experimental research, and done with the evaluative
descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of
this research are planning, analysis of the situation, collecting data and evaluating, the
instrument of this research is medical record of the patients. The data are take and
analysis based on the patients’ demographic characteristic, therapy outcome, the kind
and the classification of antibiotic and the analysis of drug related problems (DRPs)
about the use of antibiotic while being nurturing in the hospital.
The research results 40 cases. Percentage of the patients’ demographic
characteristic that boys distribution (55%) and girls distribution (45%); age
distribution
≤
1 year (5%), 1 to 5 year (17%) and > 5 to 12 year (78%); distribution of
typhoid fever diagnose without other diseases (25%) and the distribution of typhoid
fever diagnose with other diseases (75%). The use of antibiotic while being nurturing
in the hospital are first generation of cephalosporin (2.9%), third generation of
cephalosporin (31.9%) and chloramphenicol (65.2%). Patients’ therapy outcome, the
most duration nurturing in nurturing period 1 to 3 days (52.5%), there are 39 cases
(97%) where patients leave the hospital in better condition and meanwhile there is 1
case (3%) where patient recover from the disease. There are 3 types case of identified
by DRPs in using antibiotic, 4 cases of dosage too low (10%), 2 cases of dosage too
high (5%) and 2 cases of adverse drug reaction (5%).
Key words : typhoid fever, antibiotic, drug related problems (DRPs)
xiii
HALAMAN JUDUL ... ii
PAGE TITLE ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT
... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xx
DAFTAR GAMBAR ... xxvi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xxviii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
3. Manfaat penelitian ... 4
a. Manfaat teoritis ... 4
b. Manfaat praktis ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan umum ... 5
2. Tujuan khusus ... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
A. Demam Tifoid ... 7
1. Epidemiologi ... 7
2. Etiologi ... 7
3. Patogonesis ... 8
4. Komplikasi ... 8
a. Komplikasi intestinal ... 9
b. Komplikasi ekstra – intestinal ... 9
5. Manifestasi klinik ... 10
c. Anak usia sekolah ... 11
6. Pencegahan ... 12
7. Prognosis ... 12
8. Diagnosis ... 13
9. Penatalaksanaan terapi ... 14
a.
Outcome
... 14
b. Sasaran dan tujuan terapi ... 14
c. Strategi terapi ... 14
B. Pengobatan pada Anak ... 17
C. Antibiotika ... 18
D.
Drug Related Problems
(
DRPs
) ... 19
E.
SOAP
(
Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan
) ... 21
1.
Subjective Data
(data subyektif) ... 21
2.
Objective Data
(data obyektif) ... 22
3.
Assessment
... 22
G. Keterangan Empiris ... 23
BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24
B. Definisi Operasional ... 24
C. Subyek Uji ... 27
D. Bahan Penelitian ... 27
E. Lokasi Penelitian ... 27
F. Tata Cara Penelitian ... 28
1. Persiapan ... 28
2. Pengumpulan data ... 28
a. Penelusuran data ... 28
b. Pengambilan data ... 29
3. Penyelesaian data ... 29
a. Pengolahan data ... 29
b. Evaluasi data ... 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Karakteristik Demografi Pasien ... 33
1. Distribusi jenis kelamin ... 33
2. Distribusi umur ... 34
3. Distribusi diagnosa penyakit ... 36
B. Profil Penggunaan Obat ... 37
1. Obat sistem gastrointestinal ... 38
2. Obat sistem pernafasan ... 38
3. Obat sistem saraf pusat ... 38
4. Hormon ... 39
5. Antiinfeksi ... 39
6. Vitamin dan mineral ... 40
7. Nutrisi ... 40
8. Larutan intravena dan steril lain ... 40
C. Profil Penggunaan Antibiotika ... 40
xix
D
. Outcome
Terapi ... 43
1. Lama Rawat Inap ... 43
2. Keadaan pasien keluar ... 44
E.
Drug Related Problems
(
DRPs
) ... 45
1. Dosis kurang ... 46
2. Dosis berlebih ... 47
3. Efek obat yang tidak diinginkan ... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 56
Tabel II
Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab
Munculnya
Drug Related Problems
(
DRPs
)
Menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) ………... 20
Tabel III
Profil Penggunaan Obat pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr.
Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ……… 37
Tabel IV
Golongan Antibiotika Pengobatan pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 –
Juni 2009 ……… 41
Tabel V Golongan dan Jenis Antibiotika Pengobatan pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 –
Juni 2009 ……… 42
Tabel VI
Jenis
DRPs
Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ……… 46
Tabel VII
Kasus
DRPs
Dosis Kurang pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ……… 47
Tabel VIII
Kasus
DRPs
Dosis Berlebih pada Pasien Anak Penderita
Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD
dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008 – Juni
2009 ……… 48
Tabel X
Kajian DRPs Kasus 1 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 56
Tabel XI
Kajian DRPs Kasus 2 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 58
Tabel XII
Kajian DRPs Kasus 3 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 60
Tabel XIII
Kajian DRPs Kasus 4 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 62
Tabel XIV
Kajian DRPs Kasus 5 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 64
Tabel XV
Kajian DRPs Kasus 6 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 66
Tabel XVI
Kajian DRPs Kasus 7 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 68
Tabel XVII
Kajian DRPs Kasus 8 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 70
Tabel XVIII
Kajian DRPs Kasus 9 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Tabel XX
Kajian DRPs Kasus 11 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 76
Tabel XXI
Kajian DRPs Kasus 12 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 78
Tabel XXII
Kajian DRPs Kasus 13 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 80
Tabel XXIII
Kajian DRPs Kasus 14 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 82
Tabel XXIV
Kajian DRPs Kasus 15 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 84
Tabel XXV
Kajian DRPs Kasus 16 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 86
Tabel XXVI
Kajian DRPs Kasus 17 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 88
Tabel XXVII
Kajian DRPs Kasus 18 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 90
Tabel XXVIII
Kajian DRPs Kasus 19 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Tabel XXX
Kajian DRPs Kasus 21 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 96
Tabel XXXI
Kajian DRPs Kasus 22 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 98
Tabel XXXII
Kajian DRPs Kasus 23 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 100
Tabel XXXIII
Kajian DRPs Kasus 24 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 102
Tabel XXXIV
Kajian DRPs Kasus 25 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 104
Tabel XXXV
Kajian DRPs Kasus 26 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 106
Tabel XXXVI
Kajian DRPs Kasus 27 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 108
Tabel XXXVII
Kajian DRPs Kasus 28 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 110
Tabel XXXVIII
Kajian DRPs Kasus 29 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Tabel XL
Kajian DRPs Kasus 31 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 116
Tabel XLI
Kajian DRPs Kasus 32 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 118
Tabel XLII
Kajian DRPs Kasus 33 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 120
Tabel XLIII
Kajian DRPs Kasus 34 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 122
Tabel XLIV
Kajian DRPs Kasus 35 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 124
Tabel XLV
Kajian DRPs Kasus 36 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 126
Tabel XLVI
Kajian DRPs Kasus 37 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 128
Tabel XLVII
Kajian DRPs Kasus 38 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Juni 2008 – Juni 2009 ……… 130
Tabel XLVIII
Kajian DRPs Kasus 39 Demam Tifoid pada Pasien
Anak di RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode
Gambar 1
Distribusi Jenis Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………... 33
Gambar 2
Distribusi Umur Kelamin pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………... 35
Gambar 3
Distribusi Diagnosa Penyakit pada Kelamin pada Pasien
Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RSUD dr. Agoesdjam Ketapang Periode Juni 2008
– Juni 2009 ………... 36
Gambar 4
Lama Perawatan Pasien Anak Penderita Demam
Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
xxvii
Keluar di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Agoesdjam
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 Berdasarkan
Lampiran 1
Analisis SOAP ………... 57
Lampiran 2
Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama
Rawat Inap ………. 137
Lampiran 3
Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari Pihak
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang ……… 141
A.
Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh
Salmonella typhi
yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya
berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber
air, dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengelohan makanan yang
masih rendah (Widoyono, 2008).
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan
karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat
luas. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau
World Health
Organization
(WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Di negara berkembang kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis yang
sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di
Indonesia ditemukan 900.000 kasus demam tifoid dengan lebih dari 20.000 kasus
yang meninggal per tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan
antara 3-19 tahun pada 91% kasus dan angka kejadian dengan kultur darah positif
demam tifoid sekitar 1026/100.000 per tahun (Anonim, 2003).
Penularan penyakit ini terjadi melalui saluran cerna dengan tertelannya
bakteri
Salmonella typhi
, kemudian bakteri berkolonisasi dan menembus epitel dan
menginfeksi folikel limfoid di usus halus (
Peyeri Patches
). Patogenitas tergantung
pada faktor jumlah kuman, keasaman lambung, dan virulensi dengan menyebarnya
bakteri melalui duktus torasikus ke sirkulasi sistemik (Chen dan Pohan, 2008).
Bahaya yang ditimbulkan dari penyakit ini dapat berupa perdarahan
akibat luka pada usus yang dapat menimbulkan syok dan kematian pada penderita.
Maka untuk mencegah kejadian yang berbahaya akibat penyakit tersebut dapat
dilakukan dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan tepat (Musnelina, Afdhal,
Gani, Andayani, 2004).
Pemilihan obat antibiotika atau obat alternatif lainnya oleh tenaga medis
merupakan basis terakhir dari mata rantai distribusi obat yang legal di masyarakat dan
merupakan pilihan terapi pada sebagian besar penyakit demam tifoid. Adanya
penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi pada pasien
terhadap salah satu atau lebih jenis antibiotika, yang sekarang dikenal dengan
multi
drug resistance
(
MDR
)
Salmonella typhi
. Penyebab terjadinya
MDR
Salmonella typhi
berkaitan dengan kasus
drug related problems
(
DRPs
) seperti pemakaian antibiotika
yang berlebih, penggunaan antibiotika yang salah dan pemberian antibiotika yang
kurang tepat (Hadinegoro, 1999).
Karena pentingnya terapi terutama pada ketepatan pemilihan obat
khususnya antibiotika pada anak–anak, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien anak
penderita demam tifoid. Penelitian dilakukan dengan pengambilan data dari rekam
medik periode Juni 2008 – Juni 2009 di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang.
1.
Permasalahan
a.
Bagaimana karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009?
b.
Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
c.
Bagaimana
outcome
terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009?
d.
Jenis kasus
drug related problems
(
DRPs
) apa saja yang teridentifikasi pada
penggunaan antibiotika pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009?
2.
Keaslian penelitian
Berdasarkan studi pustaka penulis, penelitian tentang Evaluasi
Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009
belum pernah dilakukan. Penelitian serupa mengenai demam tifoid pada anak yang
pernah dilakukan yaitu :
a)
Kajian Penggunaan Obat Demam Tifoid Bagi Pasien Anak di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2000 – Desember
2001 oleh Triana (2003) dengan pendekatan dari segi karakteristik pasien
berdasarkan jenis kelamin dan umur, jumlah obat, golongan dan jenis obat,
bentuk sediaan obat dan cara pemberian obat, efek samping obat, interaksi
obat, ketepatan indikasi dan lama perawatan.
b)
Evaluasi
DTP
pada Pengobatan Kasus Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Sleman Periode Juli 2007 – Juni 2008 oleh
Sari (2009). Penelitian kasus demam tifoid ini dilakukan untuk mengevaluasi
pengobatan yang digunakan selama perawatan dengan pendekatan evaluasi
menggunakan
DTP
.
c)
Pola Pemberian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun 2001 – 2002 oleh Musnelina, Afdhal, Gani, dan
Andayani (2004). Pada penelitian ini untuk melihat bagaimana pola
pemberian antibiotika dan alternatif antibiotika yang menjanjikan pada
pengobatan demam tifoid anak digunakan seluruh pasien demam tifoid anak
di instalasi rawat inap dengan periode yang telah ditentukan.
3.
Manfaat penelitian
a.
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran evaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni
2009.
b.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dalam penerapan pelayanan kefarmasian
khususnya pada upaya peningkatan kualitas peresepan untuk terapi pengobatan
antibiotika pasien anak penderita demam tifoid.
B.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengevaluasi penggunaan
antibiotika pada pasien anak penderita demam tifoid di Intalasi Rawat Inap RSUD
DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2.
Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a.
Mengetahui karakteristik demografi pada pasien anak penderita demam tifoid
yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009.
b.
Mengetahui pola penggunaan antibiotika selama pengobatan pada pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
c.
Mengetahui
outcome
terapi pada pasien anak penderita demam tifoid di
Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008
– Juni 2009.
A.
Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
kuman
Salmonella typhi
dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Penyakit ini termasuk penyakit menular
endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah
kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara berkembang (Musnelina,
Afdhal, Gani, Andayani, 2004).
1.
Epidemiologi
Demam tifoid tersebar hampir di semua negara. Seperti penyakit menular
lainnya, tifoid banyak ditemukan di negara berkembang yang higiene pribadi dan
sanitasi lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari
lokasi, kondisi lingkungan setempat dan perilaku masyarakat (Widoyono, 2008).
2.
Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri
Salmonella typhi
yang merupakan
bakteri Gram (-), tidak berkapsul, mempunyai flagela dan tidak membentuk spora.
Bakteri ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,
yaitu antigen O (somatik), antigen H (flagela) dan antigen K (selaput) (Widoyono,
2008).
Salmonella mati dengan pemanasan sampai 54,4ºC selama 1 jam atau
60ºC selama 15 menit. Bakteri ini dapat hidup pada suhu kering atau suhu rendah
selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup berminggu-minggu dalam sampah,
serta bahan makanan kering (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
3.
Patogenesis
Salmonella typhi
masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian bakteri dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang
hipertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, bakteri
menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial,
dan masuk aliran darah melalui duktus torasikus.
Salmonella typhi
lain dapat
mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typhi
ini bersarang di
plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial (Mansjoer,
Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999).
Endotoksin
Salmonella typhi
berperan dalam proses inflamasi lokal pada
jaringan tempat bakteri tersebut berkembang biak. Endotoksin yang dilepaskan oleh
lekosit akan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen sehingga terjadi demam
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan,1999).
4.
Komplikasi
a.
Komplikasi intestinal :
1)
perdarahan usus
2)
perforasi usus
3)
ileus paralitik
b.
Komplikasi ekstra-intestinal:
1)
Komplikasi kardiovaskuler, meliputi kegagalan perifer (renjatan
sepsis), miokarditis, thrombosis dan tromboflebitis.
2)
Komplikasi darah, meliputi anemia hemolitik, trombositopenia dan
atau
disseminated intravascular coagulation
(DIC) dan sindrom
uremia hemolitik.
3)
Komplikasi paru, meliputi pneumonia, empiema dan pleuritis.
4)
Komplikasi hepar dan kandung empedu, meliputi hepatitis dan
kolesistitis.
5)
Komplikasi ginjal, meliputi glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis.
6)
Komplikasi tulang, meliputi osteomielitis, periostitis, spondilitis dan
arthritis.
7)
Komplikasi neuropsikiatrik, meliputi delirium, meningismus,
meningitis, polyneuritis perifer, sindrom
Guillain-Barre
, psikosis dan
sindrom katatonia.
5.
Manifestasi klinik
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-14 hari tetapi dapat pula berkisar
antara 3-30 hari (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
Tabel I. Gejala-gejala Umum Penyakit Demam Tifoid
Dalam minggu pertama
Dalam minggu kedua
Keluhan dan gejala serupa dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya,
yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi
atau diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan
fisik hanya didapatkan peningkatan suhu
badan.
Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardi relatif, lidah tifoid
(kotor ditengah, tepi dan ujung merah,
dan tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, gangguan kesadaran dan
mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis dan
roseolae
(namun jarang ditemukan pada orang
Indonesia).
(Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, Setiowulan, 1999)
Manifestasi klinis demam enterik ini dapat ditinjau dari umur, yaitu
antara lain :
a.
Neonatus
menyebabkan aborsi dan persalinan prematur, demam tifoid dapat juga ditularkan
selama kehamilan (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
b.
Balita
Demam tifoid enterik relatif jarang terjadi pada kelompok ini. Pada awal
penyakit dapat terjadi sepsis yang sangat ringan sehingga sukar didiagnosis
(Ashkenazi dan Thomas, 1999).
c.
Anak usia sekolah
Gejala awal dimulai dengan demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri
kepala dan nyeri perut selama 2-3 hari. Pada awal perjalanan penyakit terjadi diare,
konstipasi kemudian menjadi gejala yang lebih mencolok. Jarang terjadi gejala mual
dan muntah serta memberi kesan komplikasi, terutama jika terjadi pada minggu
kedua dan ketiga. Pada beberapa anak dapat terjadi batuk, epistaksis dan kelesuan
berat. Demam yang terjadi secara bertingkat menjadi menetap dan tinggi dalam 1
minggu, suhu badan sering mencapai 40 C (Ashkenazi dan Thomas, 1999).
6.
Pencegahan
Untuk dapat mencegah penyakit ini harus tahu terlebih dahulu cara
penularan dan faktor risikonya. Pada negara endemis seperti Indonesia, faktor
resikonya antara lain makan makanan yang tidak terjamin kebersihannya, minum air
yang terkontaminasi, kontak dengan penderita demam tifoid, sanitasi perumahan yang
buruk, higiene perorangan yang tidak baik dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat
(Anonim, 2008).
Salmonella typhi
dapat menular melalui jalur oro-fekal, di mana kuman ini
masuk melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses yang
mengandung
Salmonella typhi
. Maka kebersihan makanan dan minuman sangat
penting untuk mencegah demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan
memasak makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu
dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di tempatnya dengan baik
dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono, 2008).
Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, saat ini juga tersedia
vaksin untuk tifoid. Ada 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara
oral (Ty21A) dan vaksin polisakarida Vi yang diberikan secara intramuskular
(disuntikan ke dalam otot) (Anonim, 2008).
7.
Prognosis
Di negara maju dengan terapi antibiotika yang tepat, angka mortalitas di bawah 1%
dan di negara yang sedang berkembang angka mortalitas lebih tinggi dari 10%
(Ashkenazi dan Thomas, 1999). Kejadian mortalitas demam tifoid pada anak lebih
rendah apabila dibandingkan dengan dewasa, di mana angka mortalitas pada
anak-anak hanya 2,6% dan pada orang dewasa 7,4% (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati,
Darmojo, Setiawan, Zahir, 1996).
8.
Diagnosis
9.
Penatalaksanaan terapi
a.
Outcome
Outcome
terapi kasus penyakit demam tifoid adalah mengurangi gejala
dan komplikasi.
b.
Sasaran dan tujuan terapi
1)
Menurunkan jumlah bakteri
Salmonella typhi
yang terdapat di tempat
infeksi dengan tujuan memberikan terapi kausatif.
2)
Menurunkan suhu badan ke kondisi normal yaitu 36-37 C dengan tujuan
memberikan terapi simptomatis.
3)
Mengurangi gejala klinik yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi
sebagai pengobatan simptomatis.
4)
Mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula yaitu kondisi tubuh yang
sehat dengan tujuan memberikan terapi suportif.
c.
Strategi terapi
Penderita demam tifoid dengan gejala klinik sebaiknya dirawat di rumah
sakit dengan harapan dapat mengoptimalkan terapi termasuk meminimalkan
komplikasi dan mencegah pencemaran atau kontaminasi. Terapi demam tifoid terdiri
dari :
1)
Terapi non-farmakologi
untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi
usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo,
Setiawan, Zahir, 1996).
b)
Perawatan profesional. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia, hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan
retensi urin (Noer, Waspadji, Nelwan, Setiawati, Darmojo, Setiawan,
Zahir, 1996).
2)
Terapi farmakologi
a)
Terapi simptomatis
Terapi simptomatis dapat diberikan dengan pertimbangan untuk
perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik untuk
kenyamanan penderita terutama untuk anak dan antiemetik jika penderita
muntah (Hadinegoro, 2008).
b)
Terapi antibiotika
30 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis (maksimal 2 g/hari) (Gennrich dan Chan,
2004). Thiamphenicol dengan dosis 30-100 mg/kg BB/hari (p.o.)
(Anonim, 2009b).
B.
Pengobatan pada Anak
Pentingnya perhatian terhadap pengobatan pada anak karena anak
terutama neonatus mempunyai respon yang berbeda terhadap obat dibanding orang
dewasa. Perhatian khusus diberikan pada masa neonatal (umur 0-30 hari) karena
dosis harus selalu dihitung dengan cermat. Pada umur ini resiko toksisitas bertambah
karena filtrasi renal yang belum efisien, defisiensi relatif enzim, sensitifitas organ
sasaran yang berbeda dan belum adekuatnya sistem detoksifikasi yang menyebabkan
lambatnya ekskresi obat (Anonim, 2000b).
Perhitungan dosis untuk anak bisa dihitung dari dosis dewasa berdasarkan
umur, berat badan, luas permukaan badan atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Sedangkan metode yang paling akurat adalah berdasarkan luas permukaan badan
(Anonim, 2000b) untuk dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa
penggolongan untuk membagi masa anak-anak. Berikut ini adalah penggolongan
didasarkan pada saat terjadinya perubahan biologis (Anonim, 2000a) yaitu :
1.
Neonatus
: awal kelahiran - umur 1 bulan
2.
Bayi
: 1 bulan - 1 tahun
5.
Dewasa
: > 18 tahun
C.
Antibiotika
Antibiotika merupakan obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia dan antimikroba hanya terbatas pada jasad renik tidak
termasuk kelompok parasit (Setiabudy dan Gan, 1995). Antibiotika yang digunakan
untuk terapi infeksi
Salmonella
invasif (masuknya bakteri ke dalam jaringan tubuh)
adalah ampisilin, trimetoprim, sulfametoksazol, sefalosporin atau kloramfenikol
(Jawetz, Melnick, Adelberg, 1996).
Mekanisme kerja antibiotika dapat bersifat bakterisid bila membunuh
bakteri dan bakteriostatik bila menghambat pertumbuhan bakteri. Cara kerja
antibiotika adalah sebagai berikut menghambat metabolisme sel mikroba (contoh :
sulfonamida, trimetoprim dan sebagainya), menghambat sintesis dinding sel mikroba
(contoh : penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan sikloserin), merusak keutuhan
membran sel mikroba (contoh : polimiksin), menghambat sintesis protein mikroba
(contoh : golongan aminoglikosida, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan
kloramfenikol) dan menghambat serta merusak sintesis asam nukleat mikroba (contoh
: rifampisin dan golongan kuinolon) (Setiabudy dan Gan, 1995).
keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman,
super infeksi dan harga yang terjangkau (Anonim, 1992).
D.
Drug Related Problems
(
DRPs
)
Pengertian
drug related problems
(
DRPs
) yaitu kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan yang dialami pasien yang diduga atau terlibat dalam terapi obat yang
menginginkan tercapainya tujuan terapi.
Drug related problems
(
DRPs
) merupakan
sebuah konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang tidak tercapai (Cipolle, Strand,
Moley, 2004).
Salah satu tugas dan tanggung jawab farmasis dalam melakukan
pelayanan kefarmasian yaitu melakukan identifikasi, mengatasi dan mencegah
terjadinya
DRPs
. Untuk dapat mengidentifikasi, mengatasi dan mencegah
DRPs
,
farmasis harus dapat memahami bagaimana pasien dengan
DRPs
ada dalam
komunitas klinis.
DRPs
memiliki 3 komponen utama yaitu :
1.
Kejadian atau risiko yang tidak diinginkan yang dialami pasien. Masalah
dapat berupa komplain medis, tanda, symptom, diagnosis, penyakit,
ketidakmampuan, nilai laboratorium yang tidak normal atau sindrom.
2.
Terapi obat (produk dan atau aturan dosis) yang dilakukan.
3.
Hubungan yang terjadi (atau diduga) antara kejadian pada pasien yang tidak
diinginkan dan terapi obat. Hubungannya dapat berupa :
b.
membutuhkan tambahan atau modifikasi terapi obat sebagai pemecahan
maupun pencegahannya.
Pencegahan
DRPs
dapat diatasi jika penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Oleh
karena itu penting untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan
DRPs
serta penyebab
yang biasanya muncul. Berikut ini tabel I yang merupakan rangkuman dari penyebab
yang umumnya dapat menimbulkan
DRPs
(Cipolle, Strand, Moley, 2004).
Tabel II. Pengkategorian dan Rangkuman dari Penyebab Munculnya
Drug
Related Problems
(
DRPs
) (Cipolle, Strand, Moley, 2004)
Drug Related Problems Penyebab Umum Terjadinya DRPs 1. Tidak perlu obat
(Unnecesary drug Therapy)
a. Obat yang diberikan tidak ada indikasi pada saat itu. b. Pemberian obat kombinasi yang seharusnya cukup
dengan satu obat saja.
c. Kondisi pasien yang lebih baik disembuhkan dengan terapi non farmakologi.
d. Pasien meminum obat untuk mencegah efek samping yang seharusnya dapat dihindarkan.
2. Butuh obat
(Need for additional drug therapy)
a. Kondisi baru yang membutuhkan obat.
b. Kondisi yang memiliki resiko kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk mencegahnya.
c. Kondisi yang membutuhkan kombinasi obat.
3. Obat tidak efektif
(Ineffective drug)
a. Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk mengatasi masalah pasien.
b. Kondisi pasien susah disembuhkan dengan obat yang diberikan.
c. Cara pemberian obat yang tidak sesuai.
4. Dosis kurang
(Dosage too low)
a. Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon.
b. Interval pemberian kurang untuk menimbulkan respon yang diinginkan.
c. Interaksi obat mengurangi kadar obat aktif yang tersedia.
d. Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
5. Dosis berlebih
(Dosage too high)
a. Dosis yang digunakan pasien terlalu tinggi. b. Frekuensi pemberian obat terlalu pendek. c. Durasi terapi obat terlalu lama.
6. Efek obat yang tidak diinginkan
(Adverse Drug Reaction)
a. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan.
b. Dibutuhkan obat yang lebih aman karena ada faktor resiko.
c. Interaksi obat menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan.
d. Regimen dosis yang diberikan atau diganti terlalu cepat.
e. Obat yang diberikan menimbulkan reaksi alergi. f. Obat yang diberikan kontraindikasi karena ada faktor
resiko.
7. Ketidaktaatan Pasien
(Uncompliance)
a. Pasien tidak mengeri instruksi yang diberikan. b. Pasien lebih memilih tidak meminum obat. c. Pasien lupa meminum obat.
d. Obat terlalu mahal bagi pasien.
e. Pasien tidak dapat meminum atau menggunakan sendiri obat dengan tepat.
f. Obat tidak tersedia bagi pasien.
E.
SOAP
(
Subjective Data, Objective Data, Assessment and Plan
)
Dalam proses pengumpulan informasi yang diperoleh dari
medical record
(rekam medis) maka untuk mempermudah proses ini dibutuhkan suatu sarana atau
metode yang telah lama digunakan yaitu
SOAP
(
Subjective data, Objective data,
Assessment and Plan
). Dengan informasi (rekam medis) yang telah terkumpul
tersebut maka dapat membantu untuk dalam penyelesaian masalah atau situasi yang
kompleks (Kimble dan Young, 2005).
1.
Subjective data
(data subyektif)
a.
keluhan atau gejala yang dirasakan pasien
b.
riwayat terkait gejala yang dirasakan
c.
riwayat penyakit
d.
riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping
e.
alergi
f.
riwayat sosial atau keluarga
2.
Objective data
(data obyektif)
Data obyektif ini berisi berdasarkan informasi hasil observasi atau
pengukuran (Kimble and Young, 2005). Informasi yang termasuk dalam data
obyektif (Jones dan Rospond, 2003) yaitu :
a.
data vital
b.
pemeriksaan fisik
c.
hasil tes laboratorium
d.
konsentrasi obat dalam serum
e.
hasil tes diagnosa
f.
profil pengobatan
3.
Assessment
4.
Plan
Pada tahap selanjutnya dilakukan suatu perencanaan terhadap terapi yang
akan diberikan atau direkomendasikan terhadap kasus
DRPs
yang telah diidentifikasi.
Selain itu juga diperlukan pembelajaran kepada pasien mengenai masalah kesehatan
serta pengobatan yang dilakukan untuk dapat mencapai target penyembuhan penyakit
maupun pemeliharaan kondisi pasien (Kimble dan Young, 2005).
F.
Lama Rawat Inap
Lama rawat inap didefinisikan sebagai lama satu episode perawatan
pasien di rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit mencatat hari dan tanggal saat
pasien masuk dan keluar, kemudian lama rawat inap tersebut dihitung dengan cara
tanggal kepulangan dikurangi tanggal pada saat pasien masuk ke rumah sakit (Ridge,
Hoffmann, Zimmerman, 1997).
G.
Keterangan Empiris
A.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM ini
merupakan jenis penelitian non-eksperimental (observatif) dengan rancangan
penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini dikatakan termasuk
penelitian noneksperimental karena peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap
subyek uji dan hanya melakukan pengamatan atau observasi. Rancangan penelitian
deskriptif evaluatif karena penelitian ini dilakukan hanya bertujuan melakukan
eksplorasi deskriptif dari fenomena kesehatan yang terjadi dan kemudian
mengevaluasi data dari rekam medis. Penelitian bersifat retrospektif karena perolehan
data berasal dari lembar rekam medis pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi
Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
B.
Definisi Operasional
1.
Lembar rekam medis (
medical record
)
merupakan lembar catatan dokter dan
perawat yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien anak
penderita demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
2.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Salmonella typhi
.
24
3.
Pasien anak dalam penelitian ini adalah semua penderita demam tifoid yang
berumur kurang dari atau sama dengan 12 tahun tanpa penyakit penyerta yang
menjalani perawatan dengan pengobatan hingga dinyatakan sembuh oleh
dokter di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 dan masing-masing anak digolongkan berdasarkan
jenis kelamin. Masing-masing dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a.
Umur
≤
1 tahun (neonatus)
b.
Umur > 1-5 tahun (balita)
c.
Umur > 5-12 tahun (anak sekolah)
4.
Kelas perawatan pasien yang tercantum pada rekam medis, yaitu kelas I, II
dan III.
5.
Lama rawat inap adalah lama waktu perawatan pasien anak penderita demam
tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009 yang tercantum pada rekam medis pasien, dihitung
dari hari saat pasien masuk sampai hari pasien pulang.
6.
Jenis obat antibiotika adalah berbagai obat antibiotika dalam golongan yang
diberikan kepada pasien anak penderita demam tifoid selama mendapat
perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang
periode Juni 2008 – Juni 2009. Obat antibiotika yang dibagi menjadi jenis
antibiotika tunggal dan kombinasi.
7.
Drug related problems
(
DRPs
) yaitu masalah-masalah yang timbul
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni
2008 – Juni 2009.
8.
Fokus penentuan
DRPs
pasien anak penderita demam tifoid di Instalasi Rawat
Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009
meliputi :
a.
Terapi obat yang tidak perlu yaitu
DRPs
yang terjadi jika pasien tidak
memiliki indikasi yang mendukung untuk mendapatkan terapi obat
antibiotika yang diberikan.
b.
Membutuhkan obat tambahan yaitu
DRPs
yang terjadi jika pasien
memerlukan tambahan antibiotika lain atau dikombinasikan dengan
antibiotika yang sudah diterima pasien yang bertujuan untuk
menangani kemungkinan infeksi.
c.
Salah obat yaitu
DRPs
yang terjadi jika pemilihan jenis dan rute
pemberian antibiotika yang digunakan pasien tidak sesuai dengan
disarankan untuk digunakan pada literatur pembanding.
d.
Dosis terlalu rendah yaitu
DRPs
yang terjadi jika pasien menerima
dosis obat antibiotika yang terlalu rendah yaitu kurang dari kisaran
dosis yang normal atau waktu pemberian yang kurang tepat.
e.
Adanya efek samping obat yaitu
DRPs
yang terjadi akibat penggunaan
obat antibiotika atau interaksi antara antibiotika yang digunakan
f.
Dosis terlalu tinggi yaitu
DRPs
yang terjadi jika dosis antibiotika yang
diberikan ke pasien dosisnya terlalu tinggi atau melewati kisaran dosis
yang normal.
C.
Subyek Uji
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien umur
≤
1-12 tahun dengan
diagnosis demam tifoid yang menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009. Jumlah kasus dalam
penelitian ini sebanyak 47 kasus.
D.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rekam medis pasien
anak penderita demam tifoid yang di rawat di Instalasi Rawat Inap RSUD DR.
AGOESDJAM Ketapang periode Juni 2008 – Juni 2009.
E.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pasien anak
penderita demam tifoid dilakukan di instalasi catatan medik RSUD DR.
F.
Tata Cara Penelitian
Proses penyelesaian penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan,
yaitu :
1.
Persiapan
Pada tahap ini dilakukan dengan penentuan dan penganalisisan masalah
yang akan dijadikan bahan penelitian. Selanjutnya survei terhadap jumlah pasien
demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang periode
Juni 2008 – Juni 2009. Kemudian dilakukan pembuatan proposal dan surat perijinan
untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang.
2.
Pengumpulan data
Proses pengambilan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a.
Penelusuran data
Dilakukan dengan cara melihat daftar data pasien dari instalasi catatan medis
RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang. Dari daftar data tersebut diketahui
jumlah kasus dan nomor rekam medis, selanjutnya data nomor rekam medis
tersebut digunakan untuk menelusuri lembar status pasien (lembar catatan
medis). Dari keseluruhan daftar data pasien yang mengalami demam tifoid
selama 1 tahun terakhir (periode Juni 2008 – Juni 2009) yang diperoleh, dipilih
hanya 47 kasus demam tifoid pada anak umur
≤
1-12 tahun untuk pengambilan
b.
Pengambilan data
Lembar status pasien yang didapatkan dari hasil penelusuran seluruh data
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 47 kasus, selanjutnya data
masing-masing kasus ditulis kembali ke dalam lembar pencatatan. Data yang
dikumpulkan meliputi nomor rekam medik, jenis kelamin, umur, berat badan,
keluhan utama, diagnosa utama,
utcome
terapi yang terdiri dari lama perwatan
dan keadaan pasien keluar, data laboratorium, data tanda vital, terapi yang
diberikan dan perkembangan pasien selama menjalani perawatan.
3.
Penyelesaian data
a.
Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian
dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik demografi pasien yang
meliputi distribusi jenis kelamin, umur dan diagnosa penyakit; serta
outcome
terapi yang meliputi lama rawat inap dan keadaan pasien keluar. Sedangkan
tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat inap, pola
pemberian antibiotika selama rawat inap, dan kajian mengenai
DRPs
yang
dijabarkan menggunakan metode
SOAP
. Pada analisis kerasionalan dalam
penelitian ini parameter
DRPs
yang digunakan hanya 6 parameter tanpa
mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan karena adanya
b.
Evaluasi data
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kasus per kasus. Kerasionalan terapi
(
DRPs
) pemberian antibiotika selama rawat inap yang digunakan pada analisis
kasus berdasarkan pustaka acuan
Background document: The Diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever, Communicable Disease
Surveillance and Response Vaccines and Biologicals
(WHO), Informatorium
Obat Nasional Indonesia 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000,
Drug Information Handbook
with International Trade Names Index
Edisi 17,
PIO Indonesia,
Pediatric Drug Reference 2004 Edition
, MIMS Indonesia
Online.
4.
Analisis hasil data
Untuk analaisis hasil dilakukan sebagai berikut :
a.
Karakteristik demografi pasien digambarkan dalam persentase mengenai
distribusi jenis kelamin, umur, diagnosa penyakit dan
outcome
yang dihitung
dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah
keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.
b.
Pola penggunaan antibiotika yang meliputi golongan dan jenis antibiotika yang
digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotika.
c.
Kajian
DRPs
dijabarkan dengan metode
SOAP
. Pada bagian
subjective
dijabarkan mengenai jenis kelamin, umur, berat badan, keluhan utama,
diagnosa utama dan keadaan pasien keluar. Bagian
objective
mengenai data
Sedangkan pembahasan
DRPs
akan dijabarkan dalam
assessment
yang akan
diselesaikan atau dipecahkan melalui
plan
.
d.
Semua kajian
DRPs
kemudian dirangkum dan dikelompokkan berdasarkan
kasus yang terjadi pada keenam parameter
DRPs
beserta jenis obat dan zat
aktifnya disertai penilaian dan rekomendasi terhadap adanya
DRPs
.
G.
Kesulitan Penelitian
Kesulitan yang ditemui dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Waktu pengambilan data cukup singkat. Selain itu, pengambilan data tidak dapat
dilakukan setiap hari. Hal tersebut dapat sedikit teratasi dengan mempersiapkan
lembar pengumpul data yang berisi tabel-tabel mengenai data yang akan diambil
sehingga mempermudah dan mempercepat proses pencatatan ulang rekam medis.
2.
Kesulitan pada saat melakukan pencatatan ulang setiap lembar status pasien
karena terdapat tulisan yang yang tidak jelas pada lembar status pasien, seperti
diagnosa pasien, jenis dan dosis obat serta waktu pemberian obat yang tidak
selalu ditulis lengkap dalam lembar status pasien. Kesulitan ini dapat teratasi
dengan bertanya pada staf di Instalasi Rekam Medis dan apoteker di bagian
Penelitian mengenai Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dilakukan dengan penelusuran terhadap
kasus pasien anak (pediatri) yang dinyatakan terdiagnosis demam tifoid. Berdasarkan
data pasien anak yang telah dikelompokkan, diperoleh 47 kasus, akan tetapi dalam
proses analisis hanya digunakan data lembar status pasien sebanyak 40 kasus dengan
menghitung banyaknya kasus rawat inap yang terjadi selama periode Juni 2008 – Juni
2009 dan data yang dapat dianalisis. Adanya pengurangan jumlah kasus yang diteliti
dalam penelitian ini disebabkan karena umur pasien yang tidak termasuk dalam range
(
≤
1-12 tahun) yaitu 6 kasus dan 1 kasus dengan data yang tidak lengkap.
Hasil penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Anak
Penderita Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM
Ketapang Periode Juni 2008 – Juni 2009 dibagi menjadi karakteristik demografi
pasien, profil penggunaan obat secara kseluruhan selama pasien dirawat inap, profil
penggunaan antibiotika,
outcome
terapi dan kajian
DRPs
.
Karakteristik demografi pasien anak penderita demam tifoid meliputi
distribusi jenis kelamin, umur dan berat badan. Profil penggunaan obat selama pasien
dirawat inap meliputi semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama
rawat inap. Profil penggunaan antibiotika terbagi menjadi golongan dan jenis
32
a
k
l
y
1
R
d
antibiotika.
keluar. Seda
lampiran, ke
yang terjadi
antibiotika,
Untuk
outc
angkan kajia
emudian pem
pada masing
indikasi dan
come
terapi
an
DRPs
dija
masalahan ya
g-masing ka
n pilihan ter
meliputi la
abarkan deng
ang diperole
asus.
rapi antibioti
ama rawat
gan menggu
eh dibahas b
ika, dan wak
inap dan ke
unakan metod
berdasarkan k
ktu pemberi
eadaan pasi
de
SOAP
pa
kategori
DR
ian
ien
ada
Ps
A.
Karakteeristik Dem
mografi Pasieen
1.
Distribu
RSUD DR.
dilihat pada
Gamb
Tif
usi jenis kela
Pengelompo
AGOESDJ
gambar 1 be
bar 1. Distri
foid di Insta
45%amin
okan kasus
JAM Ketap
erikut ini.
busi Jenis K
alasi Rawat
Period
demam tifoi
pang berdasa
Kelamin pad
Inap RSUD
de Juni 2008
id pada ana
arkan distrib
da Pasien A
D DR. AGOE
8 – Juni 200
55%
ak di Instala
busi jenis k
Anak Pender
ESDJAM K
9
asi Rawat In
kelamin dap
rita Demam
Ketapang
1 Laki‐laki
2 Perempuan
nap
pat
m
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki pada
pasien anak penderita demam tifoid sebanyak 22 pasien (55%) dan sisanya berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (45%). Dari distribusi jenis kelamin ini
dapat diketahui yakni secara statistik angka kejadian kasus demam tifoid antara
pasien anak laki-laki tidak berbeda jauh dibandingkan pada anak perempuan.
Meskipun jumlah persentase pasien anak berjenis kelamin laki-laki pada kasus
demam tifoid lebih banyak daripada anak perempuan, persentase ini tidak dapat
dijadikan ukuran bahwa prevalensi demam tifoid lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Sebab demam tifoid dapat menyerang pada setiap orang tanpa melihat jenis kelamin.
Adanya persentase pasien anak laki-laki lebih banyak menderita demam
tifoid dibandingkan anak perempuan, karena anak laki-laki lebih sering melakukan
aktivitas di luar rumah. Hal ini memungkinkan anak laki-laki mendapatkan resiko
lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan anak perempuan.
2.
Distribusi umur
Gambaran mengenai distribusi umur pasien anak penderita demam tifoid
di Instalasi Rawat Inap RSUD DR. AGOESDJAM Ketapang dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah ini.
u
a
t
s
m
d
k
j
t
Gamba
umur
≤
1 tah
angka kejad
tahun yaitu
sebanyak 7
menunjukan
demam tifoi
kebiasaan m
jalan yang h
terjamin keb
ar 2. Distrib
Instalasi R
Pengelompo
hun, > 1-5 ta
dian demam
sebanyak 3
pasien (17%
n bahwa pad
id, karena pa
membeli mak
higienenya t
bersihannya
busi Umur p
Rawat Inap
Period
okan umur p
ahun dan > 5
tifoid bany
1 pasien (78
%) dan anak
da umur >
5-ada umur ter
kanan dan m
tidak dapat
berperan bes
78%
pada Pasien
p RSUD DR
de Juni 2008
pasien dibag
5-12 tahun. P
yak diderita
8%), diikuti
umur
≤
1 ta
-12 tahun m
rsebut adalah
minuman di l
dijamin. Ol
sar dalam pe
5%n Anak Pend
. AGOESDJ
8 – Juni 200
gi menjadi
Pada gambar
oleh anak p
anak pada r
ahun sebany
merupakan um
h usia sekola
ingkungan s
leh karena i
enyebaran
Sa
17%
derita Dema
JAM Ketap
9
3 bagian ya
r 2 tersebut
pada renta