• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Potong 17 kg.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Potong 17 kg."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING

KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PADA BOBOT POTONG 17 KG

RIDHA CINDIA YOSI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Potong 17 kg adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

ABSTRAK

RIDHA CINDIA YOSI. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Potong 17 kg. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan RACHMAT HERMAN.

Sebanyak 36 ekor kambing lokal jantan yang terdiri dari 26 ekor kambing kacang dan 10 ekor kambing peranakan etawah (PE) digunakan untuk mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas pada bobot potong rata-rata 17 kg. Data karkas dan non karkas dianalisis menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA). Bobot potong dan bobot karkas kiri kambing digunakan sebagai covariable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong, bobot tubuh kosong, bobot dan persentase karkas kambing kacang sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing PE. Ada perbedaan signifikan pada komponen non karkas yaitu kepala, kulit, kaki, darah, lemak omental, jantung, kantung kemih, ginjal, dan jeroan hijau. Hasil analisis menunjukkan kambing PE memiliki persentase tulang dan jaringan ikat sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dan persentase lemak karkas yang lebih rendah (P<0.05) dibandingkan kambing kacang. Secara umum, kambing kacang dan kambing PE yang disembelih pada bobot potong rataan 17 kg menghasilkan masing-masing persentase karkas 41.02% dan 34.31% dan persentase non karkas 33.81% dan 32.61%

Kata kunci : bangsa, kambing lokal, karkas, non karkas

ABSTRACT

RIDHA CINDIA YOSI. Carcass and Non Carcass Characteristics of Kacang and Peranakan Etawah Goat Slaughtered at 17 kg of Body Weight. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and RACHMAT HERMAN.

The objective of this research was to evaluate the characteristics of carcass and non carcass of 36 local goats which consists of 26 kacang goats and and 10 peranakan etawah (PE) goats of average slaughter weight at 17 kg. The data were analyzed using Analysis of Covariance (ANCOVA), with slaughter weight or left carcass weight as a covariable. The results showed that kacang goat had significantly higher (P<0.01) in slaughter weight, empty body weight, weight and percentage of carcass than PE goat (P<0.01). There were significantly different in the proportion of non carcass components such as head, skin, feet, blood, omental fat, heart, vesica urinaria, kidney and digestive tract. The result indicated that PE goat had significantly higher (P<0.01) in percentage of carcass bone and connective tissue and significantly lower in percentage of carcass fat than kacang goat (20.96% dan 2.8%). Generally, the kacang goat and PE goat slaughtered 17 kg of average body weight had carcass percentages of 41.02% and 34.31% and non carcass percentages of 33.81% dan 32.61%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING

KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH

PADA BOBOT POTONG 17 KG

RIDHA CINDIA YOSI

ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah karkas dan non karkas kambing, dengan judul Karakteristik Karkas dan Non karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Potong 17 kg.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Prof (Em) Dr drh Rachmat Herman, MVSc selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan satu tim penelitian ini dan semua teman mahasiswa di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga diucapakan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

Rancangan 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Karakteristik Karkas 4

Karakteristik Non Karkas 5

Komposisi Jaringan Karkas 7

Bobot dan Persentase Otot Karkas 7

Bobot dan Persentase Lemak Karkas 8

Bobot dan Persentase Tulang Karkas 8

Bobot dan Persentase Jaringan Ikat Karkas 8

Distribusi Komponen Jaringan Karkas Pada Potongan Komersial 9 Distribusi Otot pada Potongan Komersial Karkas 9 Distribusi Lemak pada Potongan Komersial Karkas 9 Distribusi Tulang pada Potongan Komersial Karkas 11 Distribusi Jaringan Ikat pada Potongan Komersial Karkas 11

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 13

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rataan bobot potong dan bobot tubuh kosong, serta bobot dan persentase karkas dan non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah

(PE) pada rataan bobot potong 16.49 kg 4

2 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) (% bobot tubuh kosong) 6 3 Komposisi jaringan karkas pada karkas sebelah kiri kambing kacang dan

kambing peranakan etawah (PE) 7

4 Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan

etawah (PE) (% Bobot Karkas Kiri) 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji analisis ragam bobot potong 13

2 Hasil uji analisis peragam bobot tubuh kosong 13

3 Hasil uji analisis peragam bobot karkas 14

4 Hasil uji analisis peragam persentase karkas (% bobot potong) 14

5 Hasil uji analisis peragam bobot karkas kiri 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan daging di Indonesia semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi makanan bergizi, namun diiringi dengan produksi yang masih rendah. Guna mengatasi permintaan daging yang tinggi, perlu adanya pengalihan sumber daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak lokal menjadi alternatif untuk membangun peternakan di Indonesia. Kambing merupakan salah satu ternak lokal yang berpotensi dikembangkan. Populasi kambing dari tahun 2012-2013 mengalami peningkatan sebesar 3.74%. Tahun 2012, populasi kambing di Indonesia sebanyak 17.9 juta ekor, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 18.58 juta ekor (Ditjennak 2013). Peningkatan populasi diharapkan akan meningkatkan produksi dan suplai daging secara nyata.

Kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) merupakan ternak lokal Indonesia. Kambing kacang dan kambing PE memiliki karakteristik tubuh yang berbeda. Kambing kacang memiliki tubuh lebih kecil dibandingkan dengan kambing PE. Kambing PE jantan dapat mencapai bobot potong 40 kg dan kambing kacang jantan dapat mencapai bobot badan 25 kg (Balai Pengkajian Pertanian Nusa Tenggara Barat 2009). Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah bangsa, umur, jenis kelamin, laju pertumbuhan, bobot potong dan nutrisi (Oberbauer et al. 1994). Bobot Potong merupakan faktor yang mempengaruhi distribusi otot, lemak dan tulang pada ternak. Konsumen cenderung menyukai ternak yang masih muda dan bobotnya belum optimal untuk disembelih. Menurut Lestari et al. (2011), bobot potong yang rendah mempunyai edible portion rendah, sedangkan ternak dengan bobot potong yang tinggi memperoleh edible portion yang tinggi pula. Produksi edible portion, baik dari karkas maupun non karkas, dapat menggambarkan keberhasilan penggemukan karena menunjukkan produktivitas seekor ternak secara keseluruhan yang bernilai ekonomi tinggi.

Penelitian terhadap karakteristik karkas dan non karkas pada kambing kacang dan kambing PE masih jarang dilakukan, sehingga informasi edible portion dari kedua bangsa kambing tersebut masih jarang ditemukan. Oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian mengenai karakteristik karkas dan non karkas kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot potong yang lebih rendah dari bobot dewasa untuk mengetahui produksi edible portion dari kedua bangsa kambing tersebut.

Tujuan

(12)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Laboratorium Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Data sekunder meliputi data komponen karkas dan non karkas dengan jumlah total sampel yang diteliti sebanyak 36 ekor kambing jantan dari 2 bangsa kambing lokal yaitu kambing kacang dan kambing peranakan etawah.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung selama 3 bulan yaitu mulai bulan Juli hingga September 2013.

Bahan

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jumlah ternak 26 ekor kambing kacang dengan rataan bobot potong 17.38±2.23 kg dan 10 ekor kambing PE dengan rataan bobot potong 14.22±0.92 kg. Data sekunder didapatkan dari Laboratorium Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prosedur Penelitian

Prosedur pengambilan data primer

Pemotongan dilakukan secara halal dengan memotong bagian leher dekat tulang rahang bawah atau pada persendian tulang atlas (sendi occipito-atlantis) memotong vena jugularis, oesophagus dan trachea. Darah ditampung dan ditimbang sebagai darah tertampung. Kaki depan dan kaki belakang dilepaskan pada sendi carpo-metacarpal dan sendi tarso-metatarsal. Hewan digantung pada kaki belakang di tendo achilles untuk dikuliti, lalu dilakukan pengeluaran organ tubuh dari rongga perut dan rongga dada. Karkas segar ditimbang bobotnya sebagai bobot karkas, kemudian dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat, lalu disimpan dalam alat pendingin (chiller) ± 2 °C (Herman 2004).

(13)

3

Prosedur pengambilan data sekunder

Data awal berbentuk hardcopy, sehingga dilakukan input data kedalam file excel, dengan jumlah data ternak sebanyak 41 ekor kambing yang terdiri atas 29 ekor kambing kacang dan 12 ekor kambing PE. Pemilahan data dilakukan dengan adanya pertimbangan kelengkapan data, sehingga memperoleh data kambing kacang berjumlah 26 ekor dan kambing PE 10 ekor.

Rancangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 2 bangsa kambing, yaitu kambing kacang dan kambing PE. Ulangan untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 26 dan 10 ekor kambing. Model matematika analisis menurut Gaspersz (1994) yaitu:

Yij= μ + τi + β(Xij - ) +

ε

ij Keterangan :

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA). Bobot potong dijadikan sebagai covariable untuk data bobot tubuh kosong, bobot dan persentase karkas, bobot dan persentase non karkas, serta bobot dan persentase komponen non karkas. Bobot karkas kiri dijadikan covariable untuk data komposisi jaringan karkas (daging, lemak, tulang, dan jaringan ikat) dan data potongan komersial.

Peubah yang diamati

Bobot Potong. Bobot potong adalah bobot tubuh ternak yang ditimbang sebelum pemotongan dan dipuasakan 12-18 jam.

Bobot Tubuh Kosong. Bobot tubuh kosong adalah bobot potong dikurangi isi saluran pencernaan.

Bobot dan Persentase Karkas. Bobot karkas adalah bobot tubuh ternak setelah dipotong dikurangi bobot komponen non karkas. Persentase bobot karkas/bobot potong dihitung dengan membagi bobot karkas dengan bobot potong kemudian dikalikan 100%. Persentase bobot karkas/bobot tubuh kosong dihitung dengan membagi bobot karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%.

Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas. Komponen non karkas terdiri dari, kepala, kulit, keempat kaki, ekor, pankreas, darah, kantung kemih, empedu, lemak omental, alat kelamin, jeroan merah (hati, limpa, jantung, ginjal, paru paru dan trakea), dan jeroan hijau (usus, lambung dan oesophagus). Persentase komponen non karkas dihitung dengan membagi bobot komponen non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%.

Yij = Produktifitas karkas dan non karkas kambing berdasarkan perbedaan bangsa ke-i

dan ulangan ke-j

μ = Nilai rata-rata karakteristik karkas dan non karkas kambing τi = Pengaruh aditif dari bangsa ke-i

β = Koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan Yij pada Xij

Xij = Pengukuran kovariat yang dihasilkan bangsa ke-i pada ulangan ke-j yang berkaitan

dengan Yij

= Nilai rata-rata covariable yang diukur

(14)

4

Bobot dan Persentase Komposisi Jaringan Karkas

Bobot jaringan karkas meliputi otot, tulang, dan jaringan ikat merupakan hasil penjumlahan masing-masing distribusi jaringan karkas dari tiap-tiap potongan komersial. Bobot lemak karkas merupakan hasil penjumlahan lemak dari setiap potongan komersial, lemak ginjal dan lemak pelvis pada karkas. Persentase jaringan karkas dihitung dengan membagi bobot tiap-tiap jaringan karkas tersebut dengan bobot total jaringan karkas kemudian dikalikan 100%.

Bobot dan Persentase Komposisi Jaringan Potongan Komersial Karkas.

Potongan komersial meliputi leg, loin, rack, breast, shoulder, neck dan shank. Bobot komposisi jaringan karkas yaitu bobot daging, lemak, tulang, dan jaringan ikat diseksing pada masing-masing potongan komersial karkas. Persentase jaringan karkas potongan komersial dihitung dengan membagi bobot tiap-tiap jaringan karkas tersebut dengan bobot total potongan komersial kemudian dikalikan 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Karkas

Karkas kambing adalah bagian dari tubuh kambing sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti, isi perut dikeluarkan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih (BSN 2008). Rataan karakteristik karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) pada penelitian ini terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rataan bobot potong dan bobot tubuh kosong, serta bobot dan persentase karkas dan non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) pada rataan bobot potong 16.49 kg

Parameter Bangsa Kambing

Kacang (n=26) PE (n=10)

Bobot Potong (kg)* 17.38±2.23A 14.22±0.92B

Bobot Tubuh Kosong (kg)** 12.77±0.13A 11.62±0.23B

Bobot Karkas (kg)** 6.78±0.11A 5.87±0.19B

Bobot non karkas (kg)** 5.57±0.06 5.39±0.10 Persentase Non Karkas (%)** 33.81±0.35 32.61±0.62 Persentase Karkas/Bobot Potong (%)** 41.02±0.66A 34.31±1.17B Persentase Karkas/Bobot Tubuh Kosong (%)** 52.93±0.52A 49.59±0.93B Keterangan: * angka-angka pada baris yang sama diolah berdasarkan Anova.

** angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong 16.49 kg.

Bobot Potong dan Bobot Tubuh Kosong

(15)

5 dan kambing PE dipotong dengan rataaan bobot potong 14.22 kg. Kambing kacang mempunyai bobot tubuh kosong yaitu 12.77 kg dan kambing PE yaitu 11.62 kg. Hal yang sama dilaporkan Bonvillani et al. (2010), bahwa bobot potong yang semakin mencapai bobot dewasa pada kambing Criollo Cordobes, signifikan (P<0.05) meningkatkan bobot tubuh kosong.

Bobot dan Persentase karkas

Hasil analisis peragam menunjukkan kambing kacang mempunyai bobot dan persentase karkas sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing PE. Rataan bobot karkas kambing kacang yaitu 6.78 kg dan kambing PE seberat 5.87 kg. Persentase karkas berdasarkan bobot tubuh kosong dan bobot potong pada kambing kacang berturut-turut sebesar 52.93% dan 41.02%, sedangkan kambing PE sebesar 49.59% dan 34.31%. Mahgoub dan Lu (1998) melaporkan bahwa kambing dhofari jantan (tipe kecil) memiliki persentase karkas yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing batina jantan (tipe besar) dipotong pada bobot 18 kg. Herman (2001) melaporkan kambing kacang jantan yang dipotong dengan rataan bobot yaitu 18.4±2.3 kg, mempunyai rataan persentase karkas sebesar 43.56% dan kambing PE yang dipotong pada rataan bobot potong 16.9±2.5 kg menghasilkan rataan persentase karkas yaitu 39.58% (Herman 2003).

Bobot dan persentase karkas kambing PE dan kambing kacang pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya, hal ini disebabkan oleh bobot potong yang lebih rendah. Namun selain bobot potong yang lebih rendah disinyalir bahwa pada penelitian ini ternak belum mencapai umur dewasa untuk bobot potong yang maksimal. Davendra dan McLeroy (1992) menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot dan kondisi ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non-karkas, ransum, umur, jenis kelamin dan pengebirian. Pertumbuhan kambing kacang dan kambing PE dalam hal ini dapat terus berkembang dan menghasilkan karkas yang lebih tinggi. Kambing PE jantan dapat mencapai bobot potong 40 kg dan kambing kacang jantan dapat mencapai bobot badan 25 kg (Balai Pengkajian Pertanian Nusa Tenggara Barat 2009).

Karakteristik Non Karkas

Hasil analisis peragam tidak menunjukkan respon yang berbeda (P>0.05) pada bobot dan persentase non karkas pada kambing kacang dan kambing PE.

(16)

6

1873.33 g, 2013.33 g, 121.67 g, 823.3 g, lebih tinggi dari penelitian ini. Hal ini diduga karena bobot potong kambing kacang pada penelitian ini lebih rendah yaitu 17.38±2.23 kg.

Tabel 2 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) (% bobot tubuh kosong)

Peubah Bangsa Kambing

Kacang (n=26) PE (n=10) Kacang (n=26) PE (n=10)

Non karkas (Kg) (%)

Kepala 1.30±0.020a 1.200±0.040b 10.24±0.12 10.64±0.22 Kulit 1.13±0.040a 0.940±0.070b 8.80±0.30 8.03±0.53 Kaki 0.40±0.010B 0.460±0.010A 3.16±0.07B 4.18±0.13A Ekor 0.02±0.001 0.020±0.001 0.14±0.01 0.14±0.01 Pankreas 0.02±0.001 0.023±0.001 0.17±0.01b 0.21±0.01a Darah

Tertampung 0.650±0.010b 0.710±0.020a 5.14±0.12B 6.47±0.21A Kantung Kemih 0.007±0.001B 0.010±0.001A 0.05±0.005B 0.12±0.01A Empedu 0.003±0.001 0.002±0.001 0.02±0.002 0.02±0.003 Lemak Omental 0.350±0.020A 0.190±0.040B 2.75±0.190A 1.21±0.35B Alat Kelamin 0.160±0.001 0.140±0.010 1.30±0.060 1.17±0.10 Jeroan Hijau 0.96±0.020B 1.140±0.040A 7.55±0.25B 10.43±0.44A

Lambung dan

esophagus 0.49±0.01b 0.54±0.02a 3.88±0.10B 4.91±0.18A Usus 0.46±0.02B 0.60±0.04A 3.67±0.17B 5.52±0.31A Keterangan: apada masing-masing bobot dan persentase, angka-angka pada baris yang sama yang

diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong 16.49 kg.

Hasil anilisis peragam menunjukkan bahwa kambing PE mempunyai bobot kaki, kantung kemih dan usus sangat nyata lebih tinggi (P<0.01), serta lambung dan esophagus lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing PE memiliki kerangka tubuh lebih besar dibandingkan dengan kambing kacang, sehingga proporsi kaki lebih tinggi. Perbedaan kerangka tubuh antar bangsa mempengaruhi proporsi bagian-bagian tubuh tersebut. Mahgoub dan Lu (1998) melaporkan bahwa proporsi kaki pada kambing batina (tipe besar) signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kambing dhofari (tipe kecil) yang dipotong pada bobot relatif sama yaitu 18 kg.

(17)

7 tinggi nyata (P<0.05), dan persentase komponen kaki, darah tertampung, kantung kemih dan jeroan hijau sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing kacang. Namun bobot dan persentase lemak omental kambing kacang sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing PE. Hal ini disebabkan kambing kacang pada penelitian ini hampir mencapai bobot dewasa, sehingga penimbunan lemak semakin tinggi seiring dengan tercapainya bobot dewasa. Perlemakan mula-mula terjadi di sekitar organ-organ internal, kemudian lemak disimpan pada jaringan ikat di sekitar urat daging dibawah kulit, dan terakhir lemak disimpan di antara urat daging (Forrest et al.1975).

Komposisi Jaringan Karkas

Hasil analisis peragam dengan menggunakan bobot potong sebagai covariable menunjukkan bahwa karkas kiri kambing kacang sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing PE. Hasil analisis peragam pada distribusi otot, tulang, lemak, dan jaringan ikat diperoleh berdasarkan penyeragaman terhadap bobot karkas kiri terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi jaringan karkas pada karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE)

Peubah Bangsa

Kacang (n=26) PE (n=10) (kg)

Bobot Karkas Kiri* 3.38±0.050A 2.98±0.09B

Otot** 2.14±0.030 2.10±0.05

Lemak** 0.30±0.020 0.24±0.03

Tulang** 0.66±0.010 0.68±0.02

Jaringan Ikat** 0.09±0.004B 0.12±0.01A (%)

Otot** 66.88±0.57 65.95±1.07

Lemak** 9.36±0.50a 6.34±0.94b

Tulang** 20.96±0.31B 23.32±0.58A

Jaringan Ikat** 2.80±0.11B 4.39±0.21A Keterangan: * data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot potong 16.49 kg.

** angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot karkas kiri kambing 3.27 kg.

Bobot dan Persentase Otot Karkas

Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan bangsa pada kambing kacang dan kambing PE tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap bobot dan persentase otot karkas. Bobot otot pada karkas kambing kacang dan kambing PE yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebesar 2.14 kg dan 2.10 kg. Persentase otot karkas kambing kacang dan PE yaitu sebesar 66.88% dan 65.95%.

(18)

8

1 tahun menghasilkan rataan persentase otot karkas yaitu 60% dan 62%. Soeparno (2005), menyatakan faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, dan komposisi kimia komponen karkas. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada bobot potong yang relatif sama kambing kacang dan kambing PE tidak mempunyai otot karkas yang berbeda.

Bobot dan Persentase Lemak Karkas

Kambing kacang memiliki persentase lemak karkas lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kambing PE (Tabel 3), hal ini disebabkan karena kambing kacang termasuk ternak yang masak dini. Kambing kacang mencapai bobot dewasa lebih rendah dibandingkan dengan kambing PE. Kambing PE jantan dapat mencapai bobot potong 40 kg dan kambing kacang jantan dapat mencapai bobot potong 25 kg (Balai Pengkajian Pertanian Nusa Tenggara Barat 2009).

Bobot dan persentase lemak karkas kambing kacang dan kambing PE yaitu sebesar 0.3 kg dan 0.24 kg, serta 9.36% dan 6.34%. Sumardianto et al. (2013) melaporkan persentase lemak karkas pada kambing kacang dan kambing PE umur 1 tahun dan dipotong pada bobot 15-25 kg berturut yaitu 9.7% dan 8.5%, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian. Penimbunan lemak akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya bobot ternak mencapai bobot dewasa. Pertumbuhan komponen karkas diawali dengan pertumbuhan tulang cepat, kemudian setelah mencapai pubersitas, laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat (Soeparno 2005).

Bobot dan Persentase Tulang Karkas

Hasil analisis peragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa kambing PE memiliki persentase tulang sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing kacang. Bobot dan persentase tulang kambing kacang dan kambing PE pada penelitian ini berturut-turut yaitu 0.66 kg dan 0.68 kg serta 20.96% dan 23.32%.

Kambing PE merupakan ternak tipe besar memiliki kerangka tubuh lebih besar dibandingkan dengan kambing kacang sehingga proporsi tulangnya lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (2005) bahwa apabila dibandingkan dengan pada berat yang sama, bangsa tipe besar akan lebih berdaging (lean) dan lebih banyak mengandung protein, proporsi tulang lebih tinggi, dan lemak lebih rendah daripada bangsa tipe kecil.

Bobot dan Persentase Jaringan Ikat Karkas (Local×Saanen), seiring dengan meningkatnya jaringan adiposa (lemak tubuh) maka proporsi otot dan jaringan ikat mengalami penurunan.

(19)

9 dengan Sumardianto et al. (2013) bahwa bobot jaringan ikat pada kambing kacang (146.98 g) dan kambing PE (301.30 g) berbeda nyata (P<0.05). Stankov et al. (2002), melaporkan bahwa perbedaan bangsa pada kambing bulgarian white dairy dan Crosbred (Lokal × Saanen) yang dipotong pada umur 2 bulan, mempengaruhi proporsi jaringan ikat M. longissimus dorsi(Р<0.05).

Distribusi Komponen Jaringan Karkas Pada Potongan Komersial

Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas pada potongan komersial kambing kacang dan kambing PE terdapat pada Tabel 4. Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa kambing kacang mempunyai proporsi bagian leg dan shoulder lebih rendah, namun bagian loin, rack, dan neck lebih tinggi dibandingkan dengan kambing PE. Persentase potongan komersial karkas tertinggi pada kambing kacang dan kambing PE berasal dari bagian paha (leg) yaitu 30.73% dan 34.10%. Hasil penelitian ini sejalan dengan Triyantini et al. (2002) menggunakan kambing kacang dengan bobot potong 22.33 kg, secara umum persentase potongan komersial karkas terbesar berasal dari potongan paha (leg) yaitu berkisar antara 29.93%-30.08%.

Distribusi Otot pada Potongan Komersial Karkas

Berat otot pada masing-masing potongan komersial karkas berbeda-beda karena letak dan bobot potongan komersial tersebut. Hasil analisis peragam menunjukkan kambing kacang mempunyai persentase otot loin, rack dan neck sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dan persentase leg dan shoulder lebih rendah (P<0.01) dibandingkan dengan kambing PE. Loin merupakan salah satu potongan utama pada ternak pedaging. Kambing PE merupakan ternak tipe perah sehingga proporsi otot pada loin lebih rendah dibandingkan dengan kambing kacang.

Rataan bobot dan persentase otot paling tinggi pada kambing kacang dan PE (Tabel 4) adalah potongan komersial karkas bagian leg yaitu 0.67 kg dan 0.72 kg dan persentase sebesar 21.5% dan 23.2 %. Bobot dan persentase otot paling rendah pada potongan shank yaitu 0.07 kg dan persentase berturut-tutut sebesar 2.31% dan 2.19% (Tabel 4). Hal ini disebabkan proporsi potongan dan distribusi otot pada leg paling tinggi dan shank paling rendah dibandingkan dengan potongan lain. Surnalim dan Setyanto (2005) menggunakan kambing kacang jantan dengan kisaran umur 1 tahun menghasilkan otot tertinggi pada potongan leg dan shoulder dengan bobot hidup 23.5 kg dan bobot karkas 10.3 kg.

Distribusi Lemak pada Potongan Komersial Karkas

(20)

10

Tabel 4 Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) (% Bobot Karkas Kiri)

Peubah

Bangsa Kambing

Kacang(n=26) PE (n=10) Kacang (n=26) PE (n=10)

(Kg) (%)

Leg 0.96±0.010b 1.030±0.020a 30.73±0.32B 34.10±0.59A Otot 0.67±0.010 0.720±0.020 21.50±0.25B 23.20±0.47A Lemak 0.06±0.005a 0.040±0.010b 2.04±0.14A 1.06±0.26B Shoulder 0.83±0.010b 0.900±0.020a 26.58±0.38B 29.64±0.72A

Otot 0.56±0.010 0.600±0.020 17.80±0.34b 19.66±0.64a Lemak 0.08±0.004 0.080±0.010 2.66±0.14 2.14±0.26 Neck 0.38±0.010a 0.310±0.020b 11.93±0.33A 9.21±0.61B Otot 0.26±0.010 0.220±0.020 8.18±0.27A 6.27±0.51B Lemak 0.02±0.002 0.020±0.003 0.50±0.04 0.51±0.08 Tulang 0.08±0.003A 0.060±0.010B 2.59±0.10A 1.90±0.19B Jaringan ikat 0.02±0.001 0.020±0.002 0.65±0.04 0.54±0.07 Keterangan: apada masing-masing bobot dan persentase, angka-angka pada baris yang sama yang

diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot karkas kiri 3.27 kg.

(21)

11 persentase lemak terendah didapatkan pada potongan shank yaitu 0.23% dan 0.15%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sunarlim dan Setiyanto (2005) bahwa persentase lemak pada kambing kacang tertinggi terdapat pada bagian shoulder (1.5%) dan terendah terdapat pada bagian shank (0.3%) dengan rataan bobot 23.5 kg dan bobot karkas 10.3 kg.

Distribusi Tulang pada Potongan Komersial Karkas

Hasil analisis peragam menunjukkan persentase tulang kambing PE pada bagian leg, shoulder, dan shank sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dan pada breast nyata lebih tinggi (P<0.05), sementara pada neck lebih rendah (P<0.05) dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing PE merupakan ternak kambing dengan kerangka tubuh yang besar, terutama pada bagian kaki dan pundak yang lebih besar dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing kacang jantan dewasa memiliki tinggi pundak 60-65 cm dan kambing PE mempunyai tinggi pundak 76-100 cm (Balai Pengkajian Pertanian Nusa Tenggara Barat 2009).

Rataan bobot dan persentase tulang paling tinggi dari penelitian ini pada kambing kacang berasal dari potongan leg (0.2 kg dan 6.55%) maupun pada kambing PE (0.23 kg dan 8.07%). Proporsi tulang terendah terdapat pada bagian breast pada kambing kacang(0.03kg dan 1.03%) maupun pada kambing PE (0.03 kg dan 1.1%). Sementara itu Sunarlim dan Setiyanto (2005) melaporkan persentase tulang tertinggi berasal dari bagian paha (leg) yaitu sebesar 4.9%, diikuti bagian shoulder sebesar 4.4% dan persentase terendah berasal dari bagian lipat paha (0%) pada kambing kacang pada kisaran umur 1 tahun dengan rataan bobot potong 23.5 kg dan bobot karkas 10.3 kg.

Distribusi Jaringan Ikat pada Potongan Komersial Karkas

Bobot dan persentase jaringan ikat leg pada kambing PE sangat nyata lebih tinggi (P<0.01) dibandingkan dengan kambing kacang, diikuti oleh bobot otot dan tulang yang lebih tinggi pula. Proporsi jaringan ikat dapat dipengaruhi oleh perbedaan bangsa. Stankov et al. (2002), melaporkan bahwa perbedaan bangsa pada kambing bulgarian white dairy dan Crosbred (Lokal×Saanen) yang dipotong pada umur 2 bulan, mempengaruhi proporsi jaringan ikat M. longissimus dorsi (Р<0.05).

Persentase jaringan ikat tertinggi pada kambing kacang yaitu pada bagian shoulder sebesar 0.67% sedangkan kambing PE pada bagian leg sebesar 1.77%. Persentase jaringan ikat terendah pada kambing kacang pada bagian shank sebesar 0.2%, sedangkan kambing PE yaitu bagian breast sebesar 0.12%.

.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(22)

12

PE. Kambing PE menghasilkan proporsi otot, tulang dan jaringan ikat lebih tinggi dan lemak lebih rendah pada bagian leg. Kambing kacang mempunyai proporsi otot yang lebih tinggi pada bagian loin, rack dan neck, serta lebih rendah pada leg dan shoulder. Kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot rataan 16.49 kg menghasilkan karkas sebesar 41.02±0.66% dan 34.31±1.17%, serta persentase non karkas 33.81±0.35% dan 32.61±0.62%.

Saran

Perbedaan antar jaringan otot karkas pada kambing kacang dan kambing PE dapat dipelajari lebih lanjut dengan teknik mikroanatomi otot untuk identifikasi penampang otot.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Pertanian Nusa Tenggara Barat. 2009. Beternak kambing intesif [diacu 17 Juli 2013]. Tersedia pada http://ntb.litbang.deptan.go.id/ind/ nfotekit3.pdf.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2008. Mutu Karkas dan Daging Kambing/Domba. Standar Nasional Indonesia. 3925: 2008. Jakarta (ID): BSN

Bonvillani A, Peña F, de Gea G, Gómez G, Petryna A, Perea J.2010. Carcass characteristics of Criollo Cordobés kid goats under an extensive management. system: Effects of gender and liveweight at slaughter. Meat Sci (2010)doi:10.1016/j.meatsci.05.018.

Davendra C, McLeroy GB. 1992. Sheep Breeds. Dalam: C. Davendra dan G. B. McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. London (GB): ELBS Longman Group Ltd.

[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik Peternakan 2013. [diunduh 27 November 2013]. Tersedia pada http://www. deptan.go.id/infoeksekutif/ /nak/isi_dt5thn_nak.php

Forrest JC, Aberle ED, Hendrick HB, Judge MD, Merkel RA. 1975. Principles of Meat Science. San Fransisco (US): W. H Freeman Company.

Gaspersz V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Bandung (ID): CV ARMICO.

Herman R. 2001. Komposisi dan distribusi otot karkas kambing kacang jantan. J. Petern Ling. Vol 9 (1).

Herman R. 2003. Komposisi dan distribusi otot karkas kambing peranakan etawah. Media kedokteran hewan. Vol 19 (1).

Herman R. 2004. Komposisi dan distribusi otot karkas domba priangan jantan dewasa. J.Ind. Trop. Anim. Agric. Vol 29 (2).

(23)

13 Kambing. [diunduh 17 November 2013]. Tersedia pada http://digilib.litbang. deptan.go.id/ repository/index/6903.pdf.

Mahgoub O, Lu CD. 1998. Growth, body composition and carcass tissue distribution in goats of large and small sizes. Small Ruminant Research. 27: 267–278.

Oberbauer AM, Arnold AM, Thoney ML. 1994. Genetically size-scaled growth and composition of Dorset and Suffolk rams. Anim. Prod. 59: 223- 234. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada Univ Pr.

Stankov IvK, Todorov NA, Mitev JE, Miteva Tch M. 2002. Study on Some Qualitative Features of Meat from Young Goat of Bulgarian Breeds and Crossbreeds of Goats Slaughtered at Various Ages. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 15(2): 283-289.

Sumardianto TAP, Endang P, Masykuri. 2013 Karakteristik karkas kambing kacang, kambing peranakan etawah dan kambing kejobong jantan pada umur satu tahun. J.Anim agriculture. 2 (1): 175-182.

Sunarlim R, Setiyanto H. 2005. Potongan komersial karkas kambing kacang jantan dan domba lokal jantan terhadap komposisi fisik karkas, sifat fisik dan nilai gizi daging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2005 Sep 12-13; Bogor, Indonesia (ID): Puslitbang Peternakan, Bogor. 672-679.

Triyantini R, Sunarlim, Setiyanto H, Setiadi B, Martawidjaja M. 2002. Kajian tentang perbandingan karakteristik komponen karkas kambing Kacang dan silangannya (Boer X Kacang) pada kondisi pakan berbeda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peterrnakan dan Veteriner. 2001 Sep 17–18; Bogor, Indonesia (ID): Puslitbang Peternakan, Bogor. 165–169.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji analisis ragam bobot potong

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 71 890 180.6 71 890 180.6 18.51 0.0001** Galat 34 132 047 250.0 3 883 742.6

Total 35 203 937 430.6

Lampiran 2 Hasil uji analisis peragam bobot tubuh kosong

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 6 274 394.03 6 274 394.03 16.04 0.0003** Bobot Potong 1 89 527 141.10 89 527 141.10 228.81 <.0001 Galat 33 12 911 774.10 391 265.90

(24)

14

Lampiran 3 Hasil uji analisis peragam bobot karkas

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 3 868 843.26 3 868 843.26 13.68 0.0008** Bobot Potong 1 32 441 274.17 32 441 274.17 114.73 <.0001 Galat 33 9 331 331.99 282 767.64

Total 35 85 955 500.00

Lampiran 4 Hasil uji analisis peragam persentase karkas (% bobot potong)

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 210.2521246 210.2521246 21.24 <.0001** Bobot Potong 1 27.7818657 27.7818657 2.81 0.1033 Galat 33 326.6415128 9.8982277

Total 35 834.4312556

Lampiran 5 Hasil uji analisis peragam bobot karkas kiri

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 761 436.95 761 436.948 11.60 0.0018** Bobot Potong 1 7 576 027.83 7 576 027.831 115.38 <.0001 Galat 33 2 166 806.78 65 660.810

Total 35 19 448 172.22

Lampiran 6 Hasil uji analisis peragam persentase otot pada karkas kiri

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 4.24064799 4.24064799 0.63 0.4317 Bobot Karkas Kiri 1 53.36025750 53.36025750 7.97 0.0080 Galat 33 220.83562100 6.69198850

Total 35 378.24002220

Lampiran 7 Hasil uji analisis peragam persentase tulang pada karkas kiri

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 19.06199803 19.06199803 9.57 0.0040** Bobot Karkas Kiri 1 77.39975393 77.39975393 38.86 <.0001 Galat 33 65.73255760 1.99189570

Total 35 366.61347500

Lampiran 8 Hasil uji analisis peragam persentase lemak pada karkas kiri

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 28.19438823 28.19438823 5.19 0.0293* Bobot Karkas Kiri 1 11.86159513 11.86159513 2.18 0.1490 Galat 33 179.24479100 5.43166030

(25)

15 Lampiran 9 Hasil uji analisis peragam persentase jaringan ikat pada karkas kiri

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 9.05764516 9.05764516 33.45 <.0001** Bobot Karkas Kiri 1 3.79230374 3.79230374 14.01 0.0007 Galat 33 8.93464472 0.27074681

Total 35 51.11416389

Lampiran 10 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial leg

Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F

Bangsa 1 41.19196292 41.19196292 20.07 <.0001** Bobot Karkas Kiri 1 0.01199298 0.01199298 0.01 0.9395 Galat 33 67.7309124 2.0524519

Total 35 151.9624972

Lampiran 11 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial loin Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 21.93699565 21.93699565 25.12 <.0001** Bobot Karkas Kiri 1 5.66916216 5.66916216 6.49 0.0157 Galat 33 28.81864169 0.87329217

Total 35 52.47349722

Lampiran 12 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial rack Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 7.75669236 7.75669236 5.65 0.0234* Bobot Karkas Kiri 1 0.08977065 0.08977065 0.07 0.7998 Galat 33 45.32482319 1.37347949

Total 35 58.63415556

Lampiran 13 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial shoulder Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 33.8564360 33.85643601 11.35 0.0019** Bobot Karkas Kiri 1 2.5344570 12.53445704 0.85 0.3633 Galat 33 98.4165376 12.98231930

Total 35 144.9334972

Lampiran 14 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial shank Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 0.42719830 0.42719830 4.48 0.0419* Bobot Karkas Kiri 1 0.46858932 0.46858932 4.92 0.0336

Galat 33 3.14516606 0.09530806

(26)

16

Lampiran 15 Hasil uji analisis peragam persentase potongan komersial neck Sumber keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 26.6449638 26.64496380 12.21 0.0014** Bobot Karkas Kiri 1 2.2782190 2.27821905 1.04 0.3143 Galat 33 71.9920025 2.18157580

Total 35 151.7003222

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Juli 1990 di Palembang. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Iskandarsyah dan Ibu Eka Nurzul K. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN NO XVIII Muara Enim pada tahun 1996. Penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN No 1 Muara Enim pada tahun 2002 dan selanjutnya di SMAN No 1 hingga tahun 2008.

Gambar

Tabel 2 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan
Tabel 4 Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) (% Bobot Karkas Kiri)

Referensi

Dokumen terkait

Daging kambing Kacang jantan yang berasal dari umur potong &lt; 1,5 tahun maupun &gt; 1,5 tahun berpotensi sebagai daging sehat ditinjau dari kadar lemak yang rendah, komposisi

Pada tingkat 2S% protein ran sum dihasilkan rataan persentase bobot lemak abdominal sangat nyata (P( 0.01) lebih rendah dibandingkan dengan rataan persentase bobot

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa domba garut betina yang dipotong pada kisaran bobot 30kg sangat nyata memiliki bobot karkas yang paling tinggi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kulit dari bobot potong pada kambing Kejobong, kambing PE dan kambing Kacang secara statistik tidak

Pengaruh interaksi antara bangsa dengan kategori bobot potong hanya berpengaruh nyata (P&lt;0.05) terhadap persentase karkas, dengan persentase karkas tertinggi pada domba

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa domba garut betina yang dipotong pada kisaran bobot 30kg sangat nyata memiliki bobot karkas yang paling tinggi

Hasil analisa menunjukkan bahwa bobot sapih kambing PE anak baik jantan maupun betina pada kelompok I berbeda nyata (P&lt;0,05) lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kambing Peranakan Etawa (PE) dan Kambing Kacang Karakteristik produksi (bobot badan, tipe kelahiran, lingkar dada, panjang badan,