• Tidak ada hasil yang ditemukan

PONDASI BENDUNGAN URUGAN

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun (Halaman 28-33)

Syarat pokok y a n g perlu diperhatikan. pada pondasi bendungan tipe urugan adalah rnampu mendukung bahan timbunan d a l a m keadaan basah (saturated) dan beban di atasnya, kedap terhadap rembesan untuk moncegah aliran buluh (piping) berta mampu mencegah kehilangan air y a n g berlebihan.

Di laboratorium perlu dilakukan guna menentukan sifat dasar seperti tahanan geser dan tekanan air pori. Penyelidikan-penyelidikan bawah permukaan dan pemahaman sifat dasar pondasi diperlukan untuk disain pondasi.

Pada umumnya pondasi dapat di klasifikasikan dalam kelompok besar sesuai dengan karakternya yang dominan :

1. Pondasi batuan;

2. Pondasi pasir dan kerikil;

3. Pondasi tanah.

3.1 Pondasi Batuan.

Pada pondasi tipe batuan umumnya tidak ada masalah tentang daya dukung.

Secara prinsip yang perlu diperhatikan adalah rembesan yang terjadi yang dapat menyebabkan erosi, kehilangan air yang berlebihan melalui sambungan (joint), rekahan {fissures)f celah-celah (crevices), lapisan lulus air, disepanjang bidang patahan atau ditempat lain. Untuk mengatasi masalah ini biasanya digunakan injeksi semen.

Masalah lain yang mungkin akan timbul adalah adanya batuan shale, khususnya bila terdapat pada sambungan, rekahan, terlihat terisi dengan material lunak dan lapisan yang lemah.

Contoh klasifikasi pondasi batuan untuk bendungan.

Banyak ahli yang telah mengusulkan metode klasifikasi teknis untuk masa batuan, namun masih selalu dibutuhkan penyempurnaan-penyempurnaan agar dapat diterapkan untuk semua lokasi bendungan.

Metode klasifikasi Tanaka untuk pondasi bendungan merupakan metode yang pernah di Jepang dan merupakan dasar pengembangan metode selanjutnya. Didalam metode klasifikasi ini, faktor-faktor yang digunakan adalah :

1. Kekerasannya, yakni sewaktu dipalu dengan palu geologi . 2. Tingkat pelapukan mineral/batuan dan 3

3. Karakteristika kekar.

Katagori batuan beserta karakteristiknya berdasarkan metode Tanaka tersebut disajikan pada tabel dibawah ini. Metode ini telah digunakan secar luas karena sangat sederhana ditinjau dari dasar klasifikasi yang hanya menggunakan ”Hammering” dan pengamatan lapangan, dan sampai sekarang masih berlaku walaupun harus didukung oleh parameter sifat-sifat mekanik batuan.

3. 2 Pondasi pasir dan kerikil.

Pondasi bendungan tanah urugan sering terdiri dari endapan atau aluvial yang tersusun atas pasir dan kerikil yang lulus air dan terhampar di atas formasi geologi yang kedap air. Pada kondisi ini umumnya dijumpai dua permasalahan pokok :

1) Rembesan air yang berlebihan di bawah pondasi

2).Erosi buluh (piping) dan sembulan air akibat dari gaya yang ditimbulkan oleh rembesan

Perbaikan yang diperlukan untuk mengontrol masalah ini harus memperhatikan ketebalan dan penyebaran lapisan lulus air.

Pasir halus lepas atau lanau yang terdapat pada pondasi dapat menimbulkan masalah tersendiri. Kesulitan yang ditimbulkan tidak hanya akibat daya dukung yang rendah atau pemampatan yang tinggi, tetapi juga melaluj fenomena likuifaksi (liquefaction). Pasir halus dengan keseragaman tertentu pada keadaan Iepas apabila dipengaruhi oleh getaran yang tiba-tiba seperti gempa dapat mengakibatkan kehilangan ketahanan geser dan bersifat seperti cairan yang mudah Ieleh.

Fenomena ini sering dijumpai pada pasir sangat halus berbutir seragam dan berbentuk bulat dengan kepadatan relatif kurang dari 50 %.

Klasifikasi criteria batuan untuk pondasi bendungan (Menurut Tanaka)

Katagori Karakteristika

A

Batuan sangat segar, tanpa pelapukan atau tidak nampak adanya perubahan pada mineral-mineralnya, Rekahan kekar-kekar yang tertutup rapat dan bidangnya tidak mengalami pelapukan. Pada waktu

“hammering” suaranya metalik (nyaring)

B

Batuan sangat keras, retakan kekar tertutup rapat (walaupun hanya 1 mm). Namun sebagian telah mengalami pelapukan ringan, juga perubahan pada mineral-mineralnya. Suaranya pada waktu ”hammering”

metalik (nyaring)

CH

Relatif keras walaupun mineral-mineral partikelnya mengalami pelapukan, kecuali mineral kwarsa. Pada umumnya secara kimiawi mengandung limonit, lain-lain. Kuat tarik pada bidang kekar retakan sedikit berkurang.

Pecahan-pecahan batu dijumpai pada bidang kekar sewaktu ”hammering”

dan material lempung kadang-kadang nampak pada permukaannya kekar.

Suara yang ditimbulkan pada saat ’hammering” adalah sedikit gedug (dull).

CM

Baik batuan, mineral-mineral dan partikel-partikelnya, kecuali mineral kwarsa sedikit melunak akibat pelapukan. Kuat tarik pada bidang-bidang kekar sedikit berkurang. Dengan pukulan biasa pada waktu ”hammering”

menimbulkan pecahan-pecahan batu pada bidang- bidang kekar. Suara yang timbul sewaktu ”hammering” sedikir gedug (dull)

CL

Batuan mineral-mineral dan partikel-partikel melunak. Kuat tarik pada kekar berkurang. Pecahan-pecahan batu timbul pada bidang-bidang kekar walaupun hanya sedikit pukulan ringan sewaktu ”hammering”, juga material lempung dijumpai pada bidang-bidang kekar. Sewaktu dipukul suaranya gedug (dull).

D

Batuan, mineral-mineral dan partikel-partikel lunak karena lapuk. Tidak ada kuat tarik diantara bidang-bidang kekar. Batuan mudah pecah bila dipukul dengan palu sedikit saja serta dijumpai material lempung pada bidang-bidang kekarnya. Suaranya sewaktu dipalu adalah gedug (dull)

3.3 Pondasi tanah.

Pondasi dari lanau dan lempung yang sangat tebal atau dalam, cukup kedap untuk menahan rembesan dan aliran buluh. Masalah utama pondasi jenis ini adalah adanya tekanan air pori yang berlebihan dan deformasi yang cukup besar. Bila timbunan dibangun di atas pondasi yang terdiri atas batuan yang rapuh, lempung yang plastisitasnya tinggi atau konsolidasinya berlebihan, diperlukan penyelidikan yang lebih teliti mengingat pondasi tersebut dapat menyebabkan deformasi yang berlebihan.

Dalam hal ini disain timbunan harus dikontrol dengan tegangan yang terjadi pada pondasi. Apabila terdapat l a n a u dan lempung yang sangat dalam, maka tidak diperlukan lagi perbaikan pondasi untuk mencegah rembesan dan erosi b u l u h Masalah utama pada pondasi inii a d a l a h stabilitas, untuk mengatasi hal.

tersebut pada umumnya lereng timbunan di b u a t lebih handal atau dibuat berm pada kedua sisinya.

Apabila bangunan melintasi daerah rawa atau daerah yang sejenis yang material pondasinya secara alamiah plastis, perlu dilakukan penyelidikan yang sangat teliti karena tanah plastis kekuatan gesernya sangat rendah.

BAB 4

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun (Halaman 28-33)

Dokumen terkait