• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

BAB III Metodologi Penelitian

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian yang hendak diukur (Hadi, 2000). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Mengingat keterbatasan untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebahagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, yang dikenal dengan nama sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang masih aktif kuliah atau tidak sedang PKA.

2. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwati, 1994). Dengan kata lain

sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 2000).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional stratified random sampling. Menurut Hadi (2000) proporsional stratified random sampling dilakukan jika populasi terdiri dari beberapa sub-populasi (kelompok- kelompok) yang mempunyai susunan bertingkat dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi dan tiap-tiap sub-populasi akan diwakili dalam penelitian setelah dilakukan secara random.

3. Jumlah Sampel Penelitian

Peneliti tidak mengambil seluruh mahasiswa Psikologi USU untuk dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 100 orang. Banyaknya subjek dalam setiap angkatan (sub-kelompok) harus diketahui dahulu berapa jumlahnya, kemudian menentukan jumlah sampel dari setiap lapisan kelompok dengan cara mengkalikan jumlah sampel yang akan dijadikan peneletian dengan jumlah sampel subjek (perempuan/laki-laki) setiap kelompok/lapisan dibagi dengan jumlah populasi (Sugiono, 2007)

Pengambilan sampel dilakukan secara random sederhana dengan undian, yaitu mengundi nama-nama subjek dalam populasi setiap angkatan. Cara ini diawali dengan membuat daftar lengkap atau nama atau nomor subjek yang memenuhi karakteristik sebagai populasi. Nama atau nomor tersebut kemudian diundi untuk mengambil sampel sebanyak yang diperlukan.

Tabel 1.

Jumlah Mahasiswa Psikologi USU JENIS KELAMIN ANGKATAN 2004 2005 2006 2007 2008 N Perempuan 36 101 103 100 108 448 Laki-laki 11 9 8 16 16 60 Jumlah 47 110 111 116 124 508

(Sumber data Pendidikan Psikologi USU, 2009)

Tabel 2.

Jumlah Sampel Mahasiswa Psikologi USU JENIS KELAMIN ANGKATAN 2004 2005 2006 2007 2008 N Perempuan 7 20 20 20 21 88 Laki-laki 2 2 2 3 3 12 Jumlah 9 22 22 23 24 100

D. Alat Ukur yang digunakan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Tes Kreativitas Figural Tipe B

Tes Kreativitas Figural tipe B ini merupakan bagian dari The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT). Mulanya tes ini bernama Minnesota Test of Creative Thinking (MTCT). Dalam manual dikemukakan bahwa TTCT dapat digunakan untuk mengukur potensi kreatif pada anak, remaja, dan dewasa (Prakosa, 1995). TTCT dimaksudkan untuk mengukur potensi-potensi kreativitas yang ada pada diri individu. TTCT terdiri dari dua tes verbal (Verbal Form A dan Verbal Form B) dan dua tes Figural (Figural Form A dan Figural Form B).

Tes yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kreativitas adalah Tes Kreativitas Figural (TKF) tipe B. Tes kreativitas Figural Form B ini terdiri dari tiga subtes yaitu :

1. Subtes I : Membuat gambar (Picture Construction), pada subtes I faktor yang dapat terungkap adalah faktor keaslian (originality) dan memperinci (elaboration).

2. Subtes II : Melengkapi gambar (Picture Completion), pada subtes II faktor yang dapat terungkap adalah faktor kelancaran

(fluency), keluwesan (flexibelity), dan keaslian (originality)

3. Subtes III : Lingkaran (Circle) pada subtes III faktor yang dapat terungkap adalah faktor kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibelity), keaslian (originality), dan elaboration

(Torrance dalam Mukhtar, 2000)

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan ketiga subtes tetapi hanya satu subtes saja yaitu menggunakan tes Figural Form B subtes III (Circle). Hal ini dilakukan karena pada subtes ini banyak faktor yang dapat terungkap tentang kreativitas selain itu untuk menghemat waktu dan biaya serta mengingat proses penilaiannya yang sangat rumit. Tes ini menggunakan waktu selama 30 menit, yang masing-masing tiap subtesnya dibatasi waktu 10 menit.

a. Prosedur penyelenggaraan

Prosedur pelaksanaan administrasi tes kreativitas Figural Form B ini pada tahap pertama subjek diberikan tes kreativitas Figural Form B subtes III dimana subjek diminta untuk membuat sebanyak-banyaknya

gambar dari lingkaran-lingkaran yang ada. Subtes ini dilakukan dalam waktu 10 menit. Ketika subtes III dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan petunjuk-petunjuk pengerjaannya sampai subjek benar- benar mengerti. Tanda mulai baru diberikan oleh peneliti setelah petunjuk pengerjaannya telah selesai diberikan dan subjek mengerti dalam mengerjakannya, dan tanda berakhir akan diberikan setelah subjek mengerjakannya sampai batas waktu yang telah ditentukan yaitu 10 menit.

b. Prosedur penilaian

Penilaian tes kreativitas figural ini disesuaikan dengan pedoman yang diberikan oleh Torrance (dalam Mukhtar, 2000) seperti yang akan diuraikan secara singkat berikut ini:

Penilaian subtes III lingkaran

Sebelum peneliti memberikan skor pada subtes lingkaran, penting untuk memeriksa secara berulang relevansi gambar yang dibuat dengan stimulus gambar yang berupa lingkaran. Suatu respon yang relevan didefinisikan sebagai suatu yang berisi lingkaran (elemen stimulus tes), sebagai bagian integral dari gambar yang dibuat. Subtes lingkaran dimaksudkan untuk \mengungkap faktor kelancaran, faktor keluwesan, faktor keaslian dan faktor elaborasi. Pedoman penilaian masing-masing aspek kreativitas antara lain adalah:

Penilaian aspek fluency diberikan pada kuantitas gambar yang relevan yang dapat dihasilkan individu dalam waktu 10 menit, bukan berdasarkan pada kualitas gambar. Secara sederhana respon tidak mendapat nilai bila hanya merupakan pengulangan yang tidak relevan. Penilaian berdasarkan jumlah respon yang diberikan, dikurangi jumlah respon-respon yang sama dan respon-respon yang tidak relevan.

b. Keluwesan (Flexibility)

Skor keluwesan diperoleh dengan cara menjumlahkan kategori respons yang dapat dihasilkan oleh subjek dengan menghitung jumlah respon dalam kategori-kategori yang berbeda.

c. Keaslian (Originality)

Penilaian didasarkan atau tabulasi respon-respon seluruh subjek penelitian.

Tabel 3.

Keterangan Penilaian Bedasarkan Tabulasi Respon Respon (%) Nilai

>10% 0

5% - 9% 1

2% - 4% 2

<2% 3

Selain itu, terdapat bonus yang diberikan untuk skor keaslian berdasarkan kombinasi-kombinasi lingkaran yang diberikan untuk

membuat suatu gambar. Kriteria yang digunakan oleh Torrance untuk menentukan bonus skor keaslian adalah :

Tabel 4.

Keterangan Nilai Bonus Originality

Banyak Lingkaran Nilai

2 2 3-4 5 5-10 10 11-15 15 >15 25 d. Perincian (Elaboration)

Skor perincian didasarkan pada penambahan detail yang diberikan pada ide stimulus gambar termasuk didalamnya warna, shading, dan dekorasi. Skor 1 diberikan untuk setiap tambahan dari ide-ide dasar.

Skor kreativitas subyek adalah jumlah total skor mentah dari keempat faktor kreativitas yaitu kelancaran, keluwesan, elaborasi, dan keaslian. Hal ini dapat dilambangkan dengan rumus : 

XR = F1 + F2 + O + E

Keterangan :

F1 = Skor faktor fluency (kelancaran) F2 = Skor faktor flexibility (keluwesan) O = Skor faktor originality (orisinalitas) E = Skor faktor elaboration (elaborasi)

Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:

Tabel 5.

Kategorisasi Norma Nilai Kreativitas

Rentang Nilai Kategorisasi

X < ( - 1,0 ) ( - 1,0 ) ≤ X < ( + 1,0 ) ( + 1,0 ) ≤ X Rendah Sedang Tinggi

2. Tes kreativitas Verbal dari Munandar

Selain tes kreativitas Figural Form B juga peneliti menggunakan tes kreativitas verbal dari Munandar. Konstruksi tes kreativitas verbal berlandaskan model terstruktur intelek dari Guilford sebagai kerangka berpikir. Tes ini terdiri dari atas 6 subtes, yaitu : (1) permulaan kata (word beginning), 2 menyusun kata anagram, (3) membentuk kalimat tiga kata (three word sentences), (4) sifat-sifat yang sama (thing categories), (5) penggunaan tidak biasa (unusual uses), (6) apa akibatnya (consequences). Setiap subtes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif yang dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir tetapi lebih kepada ke dimensi verbal. (Munandar, 2004).

Metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat tes kreativitas verbal (TKV) dari Munandar (1999). Berikut ini akan dipaparkan penjelasan mengenai tes kreativitas Verbal (Munandar, 1999), yang meliputi :

1. Permulaan kata (Word Beginning), mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang mulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran kata dengan kata, yaitu kemampuan untuk menemukan kata yang memenuhi persyaratan struktural tertentu.

Contoh : Sa

2. Menyusun kata anagram, mengungkap kelancaran kata

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf-huruf dari suatu kata yang diberikan sebagai rangsangan (dalam kepustakaan tes ini juga disebut anagram). Tes ini mengukur kelancaran kata, tetapi tes ini juga menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi.

Contoh : Proklamasi

3. Membentuk kalimat tiga kata (Three Word Sentences)

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menyusun kalimat yang terdiri dari tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai rangsangan, akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf tersebut boleh berbeda- beda, menurut kehendak subjek. Contoh: A-l-g

Pada subtes ini, subjek diminta untuk menemukan sebanyak mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang terbatas.

Contoh : Merah dan cair

5. Penggunaan tidak biasa (Unusual Uses), mengungkapkan fleksibilitas dan orisinalitas.

Pada subtes ini, subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim (tidak biasa) dari benda sehari-hari. Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir, karena dalam tes ini subjek harus dapat melepaskan diri dari kebiasaan melihat benda sebagai alat untuk melakukan hal tertentu saja. Selain mengukur kelenturan dalam berpikir, tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, orisinalitas ditentukan secara statistis, dengan melihat kelangkaan jawaban yang diberikan.

6. Apa akibatnya (Consequences), mengungkap kelancaran kata dan elaborasi.

Pada subtes ini, subjek diminta untuk memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan sebagai rangsangan. Kejadian atau peristiwa itu sebetulnya tidak mungkin terjadi di Indonesia akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan, andaikan hal itu terjadi di sini, pengaruh apa saja yang akan ditimbulkannya. Tes ini merupakan ukuran kelancaran dalam

memberi gagasan digabung dengan elaborasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan berbagai macam implikasi.

Contoh : Apa akibatnya jika manusia dapat terbang seperti burung. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes dibuat cukup longgar agar tersedia kesempatan bagi subjek untuk dapat menyatakan ide-ide mereka (Munandar, dalam Rismiati & Mukandari, 2004). Jumlah waktu untuk mengerjakan tes kreativitas Verbal ini adalah 60 menit.

b. Prosedur penilaian

1. Penilaian subtes permulaan kata (word beginning).

Setiap kata mendapat skor 1, jika memenuhi persyaratan yaitu kata tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya, sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak perlu sempurna. Dasar pertimbangannya adalah subtes ini tidak merupakan tes bahasa akan tetapi merupakan tes kreativitas, misalnya: ditulis “sayur”. Ini betul dan mendapat skor 1, oleh karena itu penggunaan susunan huruf “sa” yang diberikan adalah benar akan tetapi jika ditulis “sampo” yang seharusnya “shampo”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan huruf “sa” yang diberikan tidak tepat. Nama orang tidak dibenarkan tetapi nama negara, kota, gunung di benarkan.

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem tes. Tidak dibenarkan menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul dua kali seperti huruf “a” dalam kata kreativitas. Singkatan tidak dibenarkan, seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari misalnya TV. Bahasa asing / daerah tidak di benarkan, kecuali jadi bahasa/di terima sebagai bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata (three word sentences)

Urutan huruf-huruf yang diberikan dalam pembuatan kalimat boleh diubah. Jadi tidak selalu harus berurut seperti yang diberikan. Tiga kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya tetapi tidak mendapatkan skor. Dapat menggunakan kata nama orang. Susunan kata kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali menyangkut huruf pertama dari kata, karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat-sifat yang sama (thing categories)

Di bawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat yang disebut pada masing-masing aitem, yaitu:

a. Bulat dan keras, maksud pernyataan ini adalah bulat gepeng (bundar), misalnya: uang logam, atau bulat sepenuhnya, misalnya:

bola. Yang dapat diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.

b. Putih dan dapat dimakan. Maksudnya kata yang luas, meliputi makan/minuman, misalnya; susu, bahan yang matang, telah dimasak maupun yang perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung. c. Panas dan berguna maksudnya semua benda yang kegunaannya

adalah akibat dari “kepanasannnya”/kehangatannya. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari berfungsinya tapi tidak merupakan sumber kegunannya, maka jawaban seperti itu tidak dapat diskor. Benda atau zat yang mempunyai efek panas walaupun suhu benda/zat tersebut tidak harus tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak-serai, obat-gosok, param balsam.

5. Macam-macam kegunaannya

Untuk apa benda itu dipergunakan atau dibuat dan tidak perlu dibahas. Jadi semua jawaban yang menunjukkan pada penggunaan yang lazim atau bisa, tidak mendapat skor. Demkian pula jawaban-jawaban yang menunjukkan pada kegunaan yang kurang lebih sama, karena tes ini mengukur “fleksibilitas” dalam pemikiran. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan dan tidak perlu dipakai keseluruhannya misalnya; surat kabar boleh dikoyak-koyak untuk dijadikan bahan prakarya. Untuk menemukan skor originalitas dipakai suatu tabel yang

telah dibuat oleh Munandar berdasarkan hasil penelitian terhadap 267 responden.

6. Apa akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran dalam memberikan gagasan/elaborasi. Seperti jawaban yang menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan mendapat satu skor. Kecuali setiap elaborasi atau perincian yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati orang lain? Dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mengetahui pikiran-pikiran jahatnya, sehing menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi.

Skor tinggi pada total dari masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal tinggi dan sebaliknya.

3. Skala sikap kreatif

Skala sikap kreatif digunakan untuk mengukur sikap kreatif dari individu. Dengan pertimbangan bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga sikap kreatif. Pertimbangan penggunaan skala dalam pengukuran kreativitas adalah sebagai berikut (Hadi, 2000):

b. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat di percaya

c. Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya cenderung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Sikap kreatif menggunakan ciri-ciri afektif dari Guilford (dalam Munandar, 1992), yaitu :

1. Rasa ingin tahu yaitu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak sesuatu hal.

2. Bersifat imajinatif/fantasi yaitu mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan mana yang kenyataan.

3. Merasa tertantang oleh kemajemukan yaitu mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi- situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4. Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan) yaitu berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik dari orang lain.

5. Sifat menghargai yaitu kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Sikap kreatif adalah karakteristik yang bersifat non-kognitif yang diukur dengan skala psikologis. Bentuk skala yang digunakan adalah skala

pengukuran model Likert yang jawabannya terdiri dari 4 (empat) alternative jawaban, dimana sebagai dasar penentuan nilainya dikategorikan dalam sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala psikologis ini terdiri dari pernyataan yang

favorabel dan unfavorabel yang tujuannya untuk melihat konsistensi subjek dalam memberikan jawaban. Penilaian bergerak dari 4 sampai 1 untuk aitem-aitem yang favorabel dan 1 sampai 4 untuk item-item yang

unfavorabel. Semakin tinggi skor mahasiswa maka semakin bagus sikap kreatif yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut dan sebaliknya.

Tabel 6.

Penilaian Skala Sikap Kreatif

Jumlah Item Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable SS (Sangat Setuju) 4 1 S (Setuju) 3 2 TS (Tidak setuju) 2 3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

Tabel 7.

Blue Print Distribusi Aitem Skala Sikap Kreatif yang akan digunakan dalam uji coba Pernyataan No Karakteristik Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Total 1. Rasa ingin tahu Selalu bertanya

Memperhatikan banyak hal Tidak takut menjajaki bidang-

bidang baru 1,11 21,31 41,51 6,16 26,36 46,56

Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar Ingin mengamati perubahan-

perubahan dari sesuatu hal

73,77 75,79 20

2. Bersifat imajinatif/fantasi

Memikirkan hal-hal yang belum pernah terjadi

Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain

Meramalkan apa yang akan dikatakan atau dilakukan orang lain. 2,12 22,32 42,52 7,17 27,37 47,57 12 3. Merasa tertantang oleh kemajemukan

 Melibatkan diri dalam tugas- tugas yang majemuk

 Mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain

 Menggunakan

gagasan/masalah-masalah yang rumit

 Berusaha terus-menerus agar berhasil

 Tidak cenderung mencari jalan tergampang 3,13 23,33 43,53 62,68 74,78 8,18 28,38 48,58 65,71 76,80 20 4. Berani mengambil

risiko (tidak takut membuat

kesalahan)

 Berani mempertahankan

gagasan walaupun mendapatkan kritikan

 Tidak mudah dipengaruhi

 Berani mengakui kesalahan serta kegagalan dan berusaha lagi 4, 14 24, 34 44, 54 9, 19 29, 39 49, 59 12 5. Sifat menghargai  Menghargai hak-hak diri

sendiri dan orang lain

 Menghargai prestasi diri sendiri dan orang lain

 Menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab

 Menghargai kesempatan- kesempatan yang diberikan

5, 15 21, 35 45, 55 63, 69 10, 20 30, 40 50, 60 66, 72 16

Total 40 40 80

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Tes kreativitas

Sukadji (2000) mengatakan validitas merupakan derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri, tetapi tergantung penggunaan dan subjeknya. Hadi (2000) mengatakan, reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda.

The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT) menurut Supriadi (1998) mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi dengan koefisen korelasi r = 0,90, sehingga layak untuk digunakan. Hal senada juga diungkapkan oleh Carl Rosen (dalam Supriadi, 1998) yang menyatakan bahwa TTCT masih merupakan alat tes kreativitas yang dapat dipercaya.

Uji validitas tes kreativitas Verbal juga telah banyak dilaporkan oleh Munandar (Prakoso, 1995), dari hasil beberpa penelitian yang dilakukannya kreativitas Verbal menunjukkan reliabilitas berkisar 0,94 – 0,99. Dalam Norms Tehcnical Manual TTCT Torrance (dalam Prakoso, 1995) ditunjukkan berbagai hasil pengujian reliabilitas dan validitasnya yaitu berkisar 0,86 – 0,98.

Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, maka dalam penelitian ini penulis tidak lagi menguji validitas dan reliabilitas The Torrance Test of Creative

Thinking (TTCT). Hal ini karena, dari hasil penjelasan dan penelelitian yang dijelaskan tersebut cukup meyakinkan.

2. Skala sikap kreatif a. Validitas

Penelitian ini peneliti menggunakan 2 (dua) jenis validitas yaitu validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah bagaimana kesan pertama yang muncul ketika melihat sebuah alat ukur. Sedangkan validitas isi adalah penilaian secara subjektif mengenai kelayakan suatu aitem atau skala oleh orang- orang yang memiliki pengetahuan mengenai masalah yang diajukan (Litwin, 2003).

Validitas tampang diwujudkan dengan penyajian alat ukur yang rapih dan jelas. Sedangkan validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement

(Azwar, 2000). Professional judgement dalam penelitian ini adalah dosen sebagai pembimbing dalam penelitian ini. Penggunaan blue print sangat membantu untuk tercapainya validitas suatu alat ukur karena memuat cakupan isi yang hendak diungkap.

b. Daya Beda Aitem

Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan karena melalui daya beda aitem dapat diketahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya beda aitem dilakukan untuk mengukur konsistensi

internal tiap-tiap aitem pada skala dengan mengkorelasikan skor aitem dengan skor total (Azwar, 2000)

Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korealsi aitem total (rix) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan (rix) ≥ 0.30. semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga (rix) ≤ 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2000). Penelitian ini menggunakan batasan (rix) ≥ 0.30. Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya bedanya dengan menggunakan Pearson Product Moment

dengan bantuan program SPSS 16,0 for Windows.

c. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada

Dokumen terkait