• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES DAN PROSEDUR PENELITIAN A.Tempat Penelitian

C. Populasi dan Sampel

158Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 54

159Meredith D. Gall Joyce P. Gall and Walter R. Borg, Educational Research: an Introduction, (New York: The United States of America, 2003), edisi ke-7, hlm. 289

pada variabel lain. Maka penelitian ini secara keseluruhan dapat disebut sebagai penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini akan digunakan dengan mengukur variabel penelitian yang berupa: motivasi kerja (X1), iklim kerja (X2), kepemimpinan (X3), dan produktivitas dosen (Y). Berdasarkan hasil pengukuran variabel-variabel tersebut akan dikaji hubungan antara variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis korelasi dan regresi.

Kegiatan penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) pengembangan instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat ukur untuk setiap variabel penelitian; (2) uji coba instrumen untuk menguji validitas (kesahihan) dan reliabelitas (keterandalan) instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian; (3) pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan angket terhadap sejumlah sampel yang telah ditetapkan; (4) analisis data yaitu pengolahan data dengan menggunakan teknik statistik untuk menguji hipotesis serta mengungkapkan makna hasil uji statistik. Teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian adalah analisis korelasi dan regresi.

C. Populasi dan Sampel

1. Konsep Populasi

Populasi adalah keseluruhan sekelompok elemen atau kasus, baik individual, objek, atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target generalisasi dari hasil penelitian. M. Burhan Bungin160 mendefinisikan populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.

Sugiyono menjelaskan definisi populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Gay mendefinisikan populasi ”the population is the group of interest to the researcher, the group to which she or he would like the results of the study to

160M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuntitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 99. Hal yang sama dengan redaksi yang agak berbeda juga dikatakan oleh W. Gulo, Metode Penelitian (Jakarta: Grasiondo, 2002), hlm. 76. Lihat juga B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), hlm. 179

be generalizable”161. Jadi populasi dalam semua kelompok yang menjadi perhatian penelitian yang kemudian menjadi sasaran generalisasi hasil penelitian.

Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu. Misalnya, dilakukan penelitian terhadap sekolah X. Maka sekolah X ini merupakan populasi. Di sekolah X mempunyai sejumlah orang, dalam hal ini populasi berarti jumlah. Akan tetapi di Sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivias, iklim kerjanya, disiplin, kepemimpinan dan sebagainya. Hal ini berarti populasi bermakna karakteristik.

Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya peneliti akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y162.

Pembicaraan populasi menjadi penting ketika peneliti menghubungkannya dengan sampel atau jika penelitian hanya akan meneliti sebagian saja dari objek penelitiannya. Bila peneliti bermaksud meneliti sampel saja, maka pembicaraan dan pemahaman populasi mesti dipahami secara baik.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi yang berjumlah sebanyak 188 orang. Berdasarkan SK Ketua STAIN Bukittinggi Tahunn 2011, maka populasi penelitian ini secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel: 3. 1 Populasi Penelitian

No Jurusan Jumlah Dosen Dosen Jumlah 1. Syariah/D3 Perbankan Syariah 46 orang 46 orang

2. Tarbiyah 37 orang 37orang

3. Jumlah populasi keseluruhan 83 orang

Sumber: SK Mengajar Ketua STAIN Bukittinggi tahun 2011

161 L. R. Gay and Peter Airasian, Educational Research: Competencies for Analysis and Application (America: Prentice-Hall, Inc, 2000), hlm. 122

be generalizable”161. Jadi populasi dalam semua kelompok yang menjadi perhatian penelitian yang kemudian menjadi sasaran generalisasi hasil penelitian.

Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu. Misalnya, dilakukan penelitian terhadap sekolah X. Maka sekolah X ini merupakan populasi. Di sekolah X mempunyai sejumlah orang, dalam hal ini populasi berarti jumlah. Akan tetapi di Sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivias, iklim kerjanya, disiplin, kepemimpinan dan sebagainya. Hal ini berarti populasi bermakna karakteristik.

Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya peneliti akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y162.

Pembicaraan populasi menjadi penting ketika peneliti menghubungkannya dengan sampel atau jika penelitian hanya akan meneliti sebagian saja dari objek penelitiannya. Bila peneliti bermaksud meneliti sampel saja, maka pembicaraan dan pemahaman populasi mesti dipahami secara baik.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bukittinggi yang berjumlah sebanyak 188 orang. Berdasarkan SK Ketua STAIN Bukittinggi Tahunn 2011, maka populasi penelitian ini secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel: 3. 1 Populasi Penelitian

No Jurusan Jumlah Dosen Dosen Jumlah 1. Syariah/D3 Perbankan Syariah 46 orang 46 orang

2. Tarbiyah 37 orang 37orang

3. Jumlah populasi keseluruhan 83 orang

Sumber: SK Mengajar Ketua STAIN Bukittinggi tahun 2011

161 L. R. Gay and Peter Airasian, Educational Research: Competencies for Analysis and Application (America: Prentice-Hall, Inc, 2000), hlm. 122

162Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 90

2. Sampel

2.1. Menentukan Ukuran Sampel

Salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan orang dalam penelitian adalah seberapa besar jumlah sampel harus diambil?. Secara teknis, besarnya sampel tergantung pada ketepatan yang diinginkan peneliti dalam menduga parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu. Tidak ada satu kaedahpun yang dapat dipakai untuk menetapkan besarnya sampel.

Pemecahan terbaik terhadap masalah besarnya sampel ini adalah menggunakan sampel sebesar mungkin. Ada hukum statistik dalam menentukan jumlah sampel penelitian. Hukum tersebut adalah semakin besar jumlah sampel yang digunakan dalam studi semakin kuat dan merefleksikan keadaan populasi yang ada. Sampel yang lebih besar mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk menjadi contoh yang representatif bagi populasi. Di samping itu dengan sampel yang besar data dapat menjadi lebih akurat dan lebih tepat.

Ary, Jacobs and Ravazieh mengatakan163 beberapa penulis menyarankan

agar peneliti memasukkan sedikitnya tiga puluh subyek ke dalam sampelnya, karena jumlah tersebut memungkinkan penggunaan statistik sampel besar. Dalam penelitian eksperimen, hendaknya dipilih sampel yang dapat menampung sedikitnya tiga puluh orang untuk tiap-tiap kelompok. Penelitian deskriptif biasannya menggunakan sampel yang lebih besar, kadang-kadang dianjurkan untuk mengambil 10 sampai 20 persen dari popupasi yang dapat dijangkau.

Ida Bagoes Mantra dan Kastro dalam Masri Singaribun dan Sofian Efendi164 mengatakan sebauh sampel harus diambil sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0, suatu metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti: (1) dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti, (2) dapat menentukan presisi dari hasil taksiran yang diperoleh, (3) sederhana sehingga mudah dilaksanakan, (4) dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.

Faktor lain yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel adalah (1) derajat keseragaman, degree of homogenity, dari populasi. Makin seragam populasi, makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu

163 onal Ary, Luchy Cheser Jacobs, and Anghar Razavieh, Introduction to Resarch in Education, terj. Arief Furqan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (Surabaya: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 204

164Masri Singa Rimbun dan Sofian Effendi, (editor), Metode Penelitian Survei, (Jakarrta: LP3ES, 2008), hlm. 149

seragam sempurna, satu elementer saja dari seluruh populasi sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan keragaman yang representatif. (2) presisi yang dikehendaki dari peneliti makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi sampel yang besar cendrung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya. (3) rencana analisis. Adakalanya, besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Misalnya, sebuah penelitian ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat kontrasepsi. Membagi tingkat pendidikan responden secara rinci, dapat dijelaskan sebagai berikut: tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMP, Tamat SMP, dan seterusnya. Mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responden karena akan terdapat sel-sel yang kosong. (4) tenaga, biaya, dan waktu. Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka sampelnya harus besar tetapi apabila tenaga, biaya, dan waktu terbatas, maka tidak mungkin untuk mengambil sampel besar, dan ini berarti presisinya akan menurun165.

2.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan acak sederhana. Tujuan utama pengambilan sampel secara acak adalah dari sampel acak dalam batas tertentu dapat ditarik kesimpulan atau generalisasi yang berlaku bagi populasi. Pengambilan sampel secara acak memungkinkan digunakan perhitungan statistik inferensial. Dengan statistik ini para peneliti dapat membuat kesimpulan-kesimpulan tentang populasi berdasarkan perhitungan terhadap angka-angka yang diperoleh dari sampel. Tanpa pengambilan sampel secara acak, sulit dapat mengambil kesimpulan dari sampel.

Persoalan selanjutnya muncul dalam penelitian kuantitatif adalah seberapa besar sampel yang harus ditarik dari populasi yang ada?. Maka jawaban untuk ini adalah representasi dari populasi. Artinya ukuran besar kecilnya sampel adalah tingkat representasi dari sampel terhadap populasi. Untuk penentuan sampel, penelitian ini menggunakan rumus n sebagai berikut166.

165Wedra Aprison, Metodologi Penelitian (Bukittinggi: Hayfa Press, 2005), hlm. 107

seragam sempurna, satu elementer saja dari seluruh populasi sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam maka hanya pencacahan lengkaplah yang dapat memberikan keragaman yang representatif. (2) presisi yang dikehendaki dari peneliti makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi sampel yang besar cendrung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya. (3) rencana analisis. Adakalanya, besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi. Misalnya, sebuah penelitian ingin menghubungkan tingkat pendidikan responden dengan pemakaian alat kontrasepsi. Membagi tingkat pendidikan responden secara rinci, dapat dijelaskan sebagai berikut: tidak tamat SD, tamat SD, Belum tamat SMP, Tamat SMP, dan seterusnya. Mungkin tidak cukup dengan mengambil 100 responden karena akan terdapat sel-sel yang kosong. (4) tenaga, biaya, dan waktu. Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka sampelnya harus besar tetapi apabila tenaga, biaya, dan waktu terbatas, maka tidak mungkin untuk mengambil sampel besar, dan ini berarti presisinya akan menurun165.

2.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan acak sederhana. Tujuan utama pengambilan sampel secara acak adalah dari sampel acak dalam batas tertentu dapat ditarik kesimpulan atau generalisasi yang berlaku bagi populasi. Pengambilan sampel secara acak memungkinkan digunakan perhitungan statistik inferensial. Dengan statistik ini para peneliti dapat membuat kesimpulan-kesimpulan tentang populasi berdasarkan perhitungan terhadap angka-angka yang diperoleh dari sampel. Tanpa pengambilan sampel secara acak, sulit dapat mengambil kesimpulan dari sampel.

Persoalan selanjutnya muncul dalam penelitian kuantitatif adalah seberapa besar sampel yang harus ditarik dari populasi yang ada?. Maka jawaban untuk ini adalah representasi dari populasi. Artinya ukuran besar kecilnya sampel adalah tingkat representasi dari sampel terhadap populasi. Untuk penentuan sampel, penelitian ini menggunakan rumus n sebagai berikut166.

165Wedra Aprison, Metodologi Penelitian (Bukittinggi: Hayfa Press, 2005), hlm. 107

166Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 65

Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

= Presisi yang ditetapkan (0.05) Dengan demikian sampelnya:

n=

Jadi, didapatkan sampel sebanyak 69 orang, seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel: 3. 2 Sampel Penelitian

No Jurusan Sampel

1. Syari’ah 38 orang 2. Tarbiyah 31 orang

Jumlah 69 orang