• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Keuangan Bank OCBC NISP

komprehensif lain setelah pajak sebesar Rp 1,3 triliun. Penghasilan komprehensif tersebut, terutama disebabkan oleh pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi yaitu surplus revaluasi aset tetap sebesar Rp 1,3 triliun.

Pada tahun 2015, Bank OCBC NISP mencatatkan beban komprehensif lain setelah pajak sebesar Rp 33 miliar. Beban komprehensif tersebut, terutama disebabkan oleh pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi yaitu kerugian yang belum direalisasi atas aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual sebesar Rp 41 miliar dan beban perubahan nilai wajar yang ditransfer ke laporan laba rugi sebesar Rp 24 miliar yang diimbangi dengan manfaat pajak penghasilan terkait sebesar Rp 16 miliar serta dari pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi yaitu pendapatan dari pengukuran kembali atas liabilitas imbalan pasca kerja

sebesar Rp 21 miliar yang diimbangi dengan beban pajak penghasilan terkait sebesar Rp 5 miliar.

Posisi Keuangan Bank OCBC

NISP

Bank OCBC NISP membukukan total aset sebesar Rp 138,2 triliun atau tumbuh sebesar 14,7% dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar Rp 120,5 triliun. Pencapaian tersebut sekaligus menempatkan Bank OCBC NISP sebagai bank swasta nasional terbesar ke-8 dari sisi total aset dengan pangsa pasar sebesar 2,1% pada akhir tahun 2016 dan sebesar 2,0% pada akhir tahun 2015. Pertumbuhan total aset terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan total kredit bruto sebesar 8,7% pada tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya, yang didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 18,7%. Pada tahun 2016, Bank OCBC NISP juga melakukan diversifikasi pendanaan untuk mendukung pemberian kredit, antara lain melalui efek-efek yang diterbitkan yang pada

akhir tahun 2016 tercatat sebesar Rp 3,9 triliun, turun dibandingkan Rp 5,4 triliun pada akhir tahun 2015. Bank OCBC NISP tetap

mempertahankan fungsi intermediasi yang optimal, yang mana ditunjukkan dengan rasio perbandingan antara total Kredit dengan total DPK (Loan to Deposit Ratio – LDR) sebesar 89,9%.

Aset

Total aset pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 138,2 triliun, meningkat sebesar Rp 17,7 triliun atau 14,7% dibandingkan dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp 120,5 triliun. Peningkatan total aset diantaranya didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang diberikan – bersih sebesar Rp 6,2 triliun, efek-efek – bersih sebesar Rp 10,5 triliun, obligasi pemerintah sebesar Rp 4,2 triliun dan aset tetap - bersih sebesar Rp 1,3 triliun yang dikompensasi terutama oleh penurunan penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia sebesar Rp 5,8 triliun.

Rincian total aset Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Aset 2016 2015

Kas 882 0,6% 938 0,8%

Giro pada Bank Indonesia 8.018 5,8% 7.801 6,5%

Giro pada bank lain 485 0,3% 679 0,6%

Penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia 3.442 2,5% 9.278 7,7% Efek-efek – bersih 14.347 10,4% 3.834 3,2% Obligasi Pemerintah 12.373 9,0% 8.165 6,8%

Tagihan derivatif 352 0,3% 545 0,4%

Pinjaman yang diberikan – bersih 90.248 65,3% 84.041 69,8% Tagihan akseptasi – bersih 3.486 2,5% 2.826 2,3% Beban dibayar dimuka 418 0,3% 388 0,3% Aset tetap – nilai buku 2.414 1,7% 1.076 0,9% Aset lain-lain – bersih 1.361 1,0% 666 0,5% Pajak yang dibayar dimuka - - 73 0,1% Aset pajak tangguhan 370 0,3% 170 0,1%

Analisa dan P embahasan Manajemen atas Kinerja P erusahaan Pr ofil P erusahaan Lapor an K epada Pemeg ang Saham Da ta P erusahaan Lapor an K euang an Tang gung Ja w ab Sosial P erusahaan Tata K elola P erusahaan Kredit

Total kredit bruto yang diberikan pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 93,4 triliun, meningkat sebesar 8,7% dibandingkan dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp 85,9 triliun. Peningkatan total kredit bruto diantaranya didorong oleh pengembangan bisnis yang dilakukan oleh Bank OCBC NISP serta perbaikan proses internal Bank OCBC NISP secara berkesinambungan.

Tingkat Kolektibilitas Kredit

Kredit yang diberikan berdasarkan kolektibilitas pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Keterangan

2016 2015

Jumlah Pinjaman yang

Diberikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah Pinjaman yang Diberikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai

Lancar 90.338 1.943 83.379 1.185

Dalam perhatian khusus 1.276 141 1.384 205 Kurang lancar 272 171 382 127

Diragukan 193 96 101 37

Macet 1.284 764 633 284

Total 93.363 3.115 85.879 1.838

Persen (%)

Komposisi Penyaluran Kredit Bruto dalam denominasi Rupiah dan Mata Uang Asing

74,0% 73,3%

26,0% 26,7%

2016 2015

Mata Uang RupiahMata Uang Asing 2016: Rp 93.363 miliar 2015: Rp 85.879 miliar

Komposisi penyaluran Kredit bruto dalam denominasi Rupiah dan mata uang asing masing-masing mewakili 74,0% dan 26,0% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016. Kredit bruto dalam denominasi Rupiah sebesar Rp 69,1 triliun pada akhir tahun 2016, mengalami kenaikan sebesar 9,8% dibanding dengan tahun sebelumnya. Kredit bruto dalam denominasi mata uang asing sebesar ekuivalen Rp 24,2 triliun pada akhir tahun 2016, mengalami kenaikan sebesar 5,6% dibandingkan dengan akhir tahun sebelumnya.

Sedangkan dari sisi kualitas kredit, NPL bruto dalam denominasi Rupiah sebesar 2,2% di tahun 2016 dan sebesar 1,7% di tahun 2015, sedangkan NPL bruto dalam denominasi mata uang asing masing-masing sebesar 0,9% dan 0,2% di tahun 2016 dan 2015. Sedangkan komposisi NPL bruto dalam denominasi Rupiah dan mata uang asing adalah masing-masing sebesar 88,2% dan 11,8% dari total NPL bruto di akhir tahun 2016.

Berdasarkan distribusi wilayah, kontribusi penyaluran kredit terbesar adalah di wilayah Jawa dan Bali

sebesar 85,8% dari total Kredit bruto pada akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 80,1 triliun, meningkat 9,6% dari 31 Desember 2015. Wilayah Sumatera memberikan kontribusi sebesar 10,3% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 9,7 triliun, meningkat 7,7% dari akhir tahun sebelumnya. Disusul oleh wilayah Kalimantan sebesar 1,9% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 1,7 triliun, menurun 14,2% dari akhir tahun sebelumnya, serta wilayah Sulawesi dan lainnya sebesar 2,0% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 1,9 triliun, meningkat 4,2% dari akhir tahun 2015.

Persen (%)

Komposisi Penyaluran Kredit Bruto Berdasarkan Wilayah [G4-FS6]

85,8% 2,0% 2,1% 85,2% 10,3% 1,9% 10,4% 2,3%

2016 2015

Jawa dan Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi dan Lainnya 2016: Rp 93.363 miliar 2015: Rp 85.879 miliar

Berdasarkan klasifikasi segmen usaha, Kredit bruto terbesar dikontribusikan oleh segmen komersial disusul oleh segmen korporasi dan segmen konsumsi (termasuk pinjaman karyawan) masing-masing sebesar Rp 55,1 triliun, Rp 24,9 triliun dan Rp 13,3 triliun atau sebesar 59,0%, 26,8% dan 14,2% pada akhir tahun 2016.

Konsumsi Komersial Korporasi

2015 85.879 2016 93.363 14,1% 14,2% 57,6% 59,0% 28,3% 26,8% Rp Miliar, kecuali %

Komposisi Penyaluran Kredit Bruto Berdasarkan Segmen Usaha

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja memberikan kontribusi terbesar sebesar 45,6% dari total Kredit bruto pada akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 42,6 triliun, meningkat 14,9% dari akhir tahun 2015. Kredit investasi memberikan kontribusi sebesar 40,2% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 37,5 triliun, meningkat 2,2% dari akhir tahun sebelumnya. Untuk kredit konsumsi dengan 82% komposisi kreditnya di dominasi

oleh kredit pemilikan rumah (KPR) memberikan kontribusi sebesar 14,2% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 13,3 triliun, meningkat 9,5% dari akhir tahun 2015.

Konsumsi Investasi Modal Kerja

2015 85.879 2016 93.363 14,1% 14,2% 42,7% 40,2% 43,2% 45,6% Rp Miliar, kecuali %

Komposisi Penyaluran Kredit Bruto Berdasarkan Jenis Penggunaan

Dari sisi NPL bruto berdasarkan jenis penggunaannya, kontribusi terbesar adalah dari kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp 944 miliar, Rp 573 miliar dan Rp 232 miliar atau sebesar 2,2%, 1,5% dan 1,7% terhadap jumlah kredit berdasarkan jenis penggunaannya masing-masing pada akhir tahun 2016.

Rp Miliar, kecuali %

Komposisi NPL dan Rasio NPL Bruto Berdasarkan Jenis Penggunaan

2015 1.116 2016 1.749 20,9% 13,3% 2,2% 1,9% 1,7% 1,5% 1,3% 1,1% 44,6% 53,9% 32,8% 34,5% Konsumsi Investasi Modal Kerja

Dari sudut distribusi penyaluran Kredit berdasarkan sektor ekonomi, sektor perindustrian menjadi kontributor terbesar yaitu 28,4% dari total Kredit bruto di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 26,5 triliun. Diikuti oleh sektor perdagangan dan jasa yang masing-masing menyumbang 25,2% dan 16,5% dari total Kredit bruto pada akhir tahun 2016 atau masing-masing sebesar Rp 23,5 triliun dan Rp 15,4 triliun. Sedangkan gabungan sektor konstruksi, pertanian, pertambangan dan sektor lain-lain mencakup 29,9% dari total kredit di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 28,0 triliun.

Analisa dan P embahasan Manajemen atas Kinerja P erusahaan Pr ofil P erusahaan Lapor an K epada Pemeg ang Saham Da ta P erusahaan Lapor an K euang an Tang gung Ja w ab Sosial P erusahaan Tata K elola P erusahaan

Pertanian, Pertambangan & Lain-lain Konstruksi

Jasa Perindustrian Perdagangan Rp Miliar, kecuali %

Komposisi Penyaluran Kredit Bruto Berdasarkan Sektor Ekonomi

2015 85.879 2016 93.363 26,9% 27,7% 18,2% 16,5% 26,9% 25,2% 28,4% 2,2% 2,2% 25,8%

Untuk NPL bruto berdasarkan sektor ekonomi, NPL bruto terbesar dikontribusikan oleh sektor perdagangan sebesar Rp 704 miliar atau sebesar 40,2% terhadap jumlah NPL di tahun 2016. Sektor perindustrian dan jasa menyusul dengan menyumbang NPL bruto masing-masing sebesar Rp 366 miliar dan Rp 332 miliar atau sebesar 20,9%

dan 19,0% terhadap jumlah NPL di tahun 2016. Sedangkan gabungan sektor pertanian, pertambangan, konstruksi dan lain-lain menyumbang NPL bruto sebesar Rp 347 miliar atau sebesar 19,9% terhadap total NPL di akhir tahun 2016.

Pertanian, Pertambangan & Lain-lain Konstruksi

Jasa Perindustrian Perdagangan Rp Miliar, kecuali %

Komposisi NPL dan Rasio NPL Bruto Berdasarkan Sektor Ekonomi

2015 1.116 2016 1.749 35,7% 18,0% 1,8% 3,0% 0,9% 2,1% 1,3% 1,6% 1,0% 1,4% 0,4% 1,2% 5,4% 19,0% 36,3% 40,2% 20,9% 1,9% 2,2% 20,4%

Bank OCBC NISP menjaga kualitas asset dengan baik, yang tercermin

dari tingkat kredit bermasalah bruto (Gross Non Performing Loans – NPL) sebesar 1,9% dari total kredit bruto pada 31 Desember 2016, lebih rendah dibanding dengan rata-rata industri sebesar 2,9% pada akhir tahun 2016.

Rp Miliar, kecuali %

NPL Bruto dan NPL Bersih

2015 1.116 668 717 2016 1.749 1,9% 1,3% 0,8% 0,8% NPL Bersih NPL Bruto

Demikian juga dengan rasio NPL bersih (Net Non Performing Loan) sebesar 0,8% pada akhir tahun 2016, masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 5,0%. 2016 2015 1.370 1.838 1.429 408 (27) 5 23 10 (18) 1.838 Rp Miliar

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit

(85)

3.115

Saldo Awal Penyisihan Selama Tahun

Berjalan

Penghapusan Selama Tahun Berjalan

Lain-lain*) Saldo Akhir Saldo Awal Penyisihan

Selama Tahun Berjalan Penghapusan Selama Tahun Berjalan Penerimaan Kembali Pinjaman yang Diberikan yang Telah Dihapusbukukan Penerimaan Kembali Pinjaman yang Diberikan yang Telah Dihapusbukukan Lain-lain*) Saldo Akhir

*) Termasuk selisih kurs karena penjabaran mata uang asing

Cadangan kerugian kredit pada 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 3,1 triliun atau naik sebesar 69,5% dibandingkan Rp 1,8 triliun pada 31 Desember 2015. Kenaikan ini didorong oleh cadangan wajib yang dibentuk seiring dengan pertumbuhan kredit di tahun 2016 dan cadangan khusus yang dibentuk untuk kredit bermasalah, agar Bank OCBC NISP tetap

mempertahankan kecukupan cadangan kerugian.

Bank OCBC NISP telah mengalokasikan penyisihan kerugian kredit yang cukup untuk menutupi potensi kerugian kredit bermasalah, yang tercermin dari rasio penyisihan kerugian penurunan nilai kredit terhadap NPL yang sebesar 178,1% pada

2015 1.838 1.116 1.749 2016 3.115 178,1% 164,6% Rp Miliar, kecuali %

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit Rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit Terhadap Kredit Bermasalah Kredit Bermasalah

Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia

Total penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 3,4 triliun, turun sebesar 62,9% dibandingkan Rp 9,3 triliun pada akhir tahun 2015, terutama didorong oleh kelebihan likuiditas pada tahun 2016 lebih banyak ditempatkan dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia.

Komposisi penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia didominasi dalam denominasi Rupiah sebesar 99,16% dari keseluruhan penempatan di akhir tahun 2016.

Efek-efek

Berdasarkan klasifikasi efek-efek bruto terdiri atas klasifikasi Diperdagangkan, Tersedia untuk dijual (Available for Sale) serta Pinjaman yang diberikan dan piutang masing-masing sebesar Rp 445 miliar, Rp 13.716 miliar dan Rp 193 miliar atau sebesar 3,1%, 95,6% dan 1,3% pada akhir tahun 2016. Total efek-efek bruto (termasuk Sertifikat Bank Indonesia/SBI dan obligasi korporasi) pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 14,4 triliun, meningkat sebesar Rp 10,5 triliun atau 274,0% dibandingkan pada akhir tahun 2015, terutama disebabkan peningkatan Sertifikat Bank Indonesia kategori tersedia untuk dijual (Available for Sale) dalam mata uang Rupiah dan mata uang asing, masing-masing sebesar Rp 4,6 triliun dan Rp 4,8 triliun.

Komposisi efek-efek dalam denominasi Rupiah dan mata uang asing adalah masing-masing sebesar Rp 8,8 triliun dan Rp 5,6 triliun atau sebesar 61,3% dan 38,7% dari keseluruhan efek-efek di akhir tahun 2016. Seluruh efek-efek yang dimiliki pada akhir tahun 2016 dengan tingkat suku bunga tetap.

Obligasi Pemerintah

Obligasi Pemerintah berkontribusi sebesar 9,0% terhadap total aset di tahun 2016, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 6,8%. Pada tahun 2016. Obligasi Pemerintah yang dimiliki sebesar Rp 12,4 triliun atau meningkat sebesar 51,5% dibandingkan dengan akhir tahun 2015 sebesar Rp 8,2 triliun. Komposisi Obligasi Pemerintah adalah

73,6% dalam Rupiah dan 26,4% dalam mata uang asing. Obligasi Pemerintah terbagi dalam kategori Diperdagangkan sebesar 9,4% dan tersedia untuk dijual sebesar 90,6%.

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Obligasi Pemerintah

2016 2015

Rupiah Mata UangAsing Total Terhadap%

total Rupiah Mata Uang Asing Total % Terhadap total Diperdagangkan 882 282 1.164 9,4% 738 279 1.017 12,5% Tersedia Untuk Dijual 8.225 2.984 11.209 90,6% 5.125 2.023 7.148 87,5% Jumlah 9.107 3.266 12.373 100,0% 5.863 2.302 8.165 100,0% Komposisi % 73,6% 26,4% 100,0% 71,8% 28,2% 100,0%

Aset Tetap

Aset tetap berkontribusi sebesar 1,7% terhadap total aset di tahun 2016, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 0,9%. Aset tetap yang dimiliki meningkat sebesar 124,2% dari sebesar Rp 1,1 triliun pada 31 Desember 2015 menjadi Rp 2,4 triliun pada 31 Desember 2016. Peningkatan ini terutama dari hasil penilaian kembali

atas tanah dan bangunan sebesar Rp 1,3 triliun, yang telah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

Liabilitas

Pertumbuhan Aset didukung oleh peningkatan total liabilitas sebesar Rp 14,6 triliun atau 14,0% menjadi Rp 118,7 triliun pada akhir tahun 2016 dari

Rp 104,1 triliun pada akhir tahun 2015. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 16,3 triliun, efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali sebesar Rp 1,3 triliun dan simpanan dari bank lain sebesar Rp 1,0 triliun yang dikompensasi antara lain oleh penurunan pinjaman yang diterima sebesar Rp 2,8 triliun dan penurunan efek-efek yang diterbitkan sebesar Rp 1,5 triliun.

Analisa dan P embahasan Manajemen atas Kinerja P erusahaan Pr ofil P erusahaan Lapor an K epada Pemeg ang Saham Da ta P erusahaan Lapor an K euang an Tang gung Ja w ab Sosial P erusahaan Tata K elola P erusahaan

Rincian total liabilitas Bank OCBC NISP pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Liabilitas 2016 2015

Liabilitas segera 444 0,4% 354 0,3%

Simpanan nasabah 1) 103.560 87,2% 87.280 83,9% Simpanan dari bank lain 2.507 2,1% 1.479 1,4% Liabilitas derivatif 304 0,3% 948 0,9% Liabilitas akseptasi 3.514 3,0% 2.847 2,7%

Utang pajak 185 0,2% 196 0,2%

Beban yang masih harus dibayar 393 0,3% 380 0,4% Pinjaman yang diterima - - 2.757 2,7% Efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali 1.346 1,1% - -Efek-efek yang diterbitkan 3.899 3,3% 5.392 5,2% Liabilitas imbalan kerja 657 0,6% 552 0,5% Liabilitas lain-lain 1.002 0,8% 1.006 1,0% Obligasi subordinasi 879 0,7% 878 0,8%

Total 118.690 100,0% 104.069 100,0%

1) Simpanan nasabah Bank OCBC NISP terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka

Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga pada akhir tahun 2016 mencapai Rp 103,6 triliun, meningkat sebesar 18,7% dibandingkan Rp 87,3 triliun pada akhir tahun 2015. Komposisi dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito berjangka masing-masing mencakup 23,7%, 15,7% dan 60,6% dari total dana pihak ketiga di akhir tahun 2016.

Kenaikan produk deposito berjangka sebesar Rp 11,6 triliun atau 22,7% menjadi sebesar Rp 62,8 triliun

pada akhir tahun 2016, juga diikuti dengan pertumbuhan tabungan sebesar Rp 2,6 triliun atau 19,4% menjadi sebesar Rp 16,3 triliun pada akhir tahun 2016 dibandingkan dengan akhir tahun 2015. Giro juga mengalami peningkatan sebesar Rp 2,0 triliun atau 8,9% menjadi sebesar Rp 24,5 triliun pada akhir tahun 2016 dibanding akhir tahun sebelumnya. Kenaikan deposito berjangka yang lebih cepat di tahun 2016 mengakibatkan rasio komposisi giro

dan tabungan turun menjadi 39,4% di akhir tahun 2016 dibanding 41,4% di akhir tahun 2015.

Komposisi dana pihak ketiga dalam denominasi Rupiah dan mata uang asing masing-masing sebesar 67,4% dan 32,6% di akhir tahun 2016. Dana pihak ketiga dalam denominasi Rupiah sebesar Rp 69,8 triliun pada akhir tahun 2016 atau meningkat sebesar 26,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2015. Dana pihak ketiga dalam denominasi mata uang asing sebesar ekuivalen Rp 33,8 triliun atau meningkat sebesar 4,8% dibandingkan dengan tahun 2015.

Rp Miliar, kecuali %

Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)

2015 87.280 41,4% 39,4% 2016 58,6% 15,6% 15,7% 25,8% 23,7% 60,6% 103.560 (Giro + Tabungan)/

Dana Pihak Ketiga Tabungan

Persen (%)

Komposisi Dana Pihak Ketiga dalam Denominasi Rupiah dan Mata Uang Asing

67,4% 32,6%

2016

63,1% 36,9%

2015

Mata Uang Rupiah Mata Uang Asing 2016: Rp 103,6 triliun

Persen (%)

Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Wilayah

87,8%

1,1% 1,2%

85,9%

9,3% 1,8% 10,5% 2,4%

2016 2015

Jawa dan Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi dan Lainnya 2016: Rp 103,6 triliun 2015: Rp 87,3 triliun

Berdasarkan distribusi wilayah, kontribusi terbesar adalah wilayah Jawa dan Bali sebesar 87,8% dari total Dana Pihak Ketiga pada akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 90,9 triliun, meningkat sebesar 21,2% dari akhir tahun 2015. Wilayah Sumatera memberikan kontribusi sebesar 9,3% dari total Dana Pihak Ketiga di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 9,6 triliun, meningkat sebesar 4,4% dari akhir tahun 2015. Disusul wilayah Kalimantan sebesar 1,8% dari total Dana Pihak Ketiga di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 1,8 triliun, menurun sebesar 10,0% dari akhir tahun 2015, serta wilayah Sulawesi dan lainnya sebesar 1,1% dari total Dana Pihak Ketiga di akhir tahun 2016 atau sebesar Rp 1,2 triliun, meningkat sebesar 13,9% dari akhir tahun 2015.

Simpanan dari Bank Lain

Simpanan dari bank lain pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 2,5 triliun atau meningkat sebesar Rp 1,0 triliun atau 69,6% dibandingkan akhir tahun 2015 sebesar Rp 1,5 triliun. Kontribusi terbesar simpanan dari bank lain berasal dari inter-bank call money yaitu naik sebesar Rp 1,0 triliun atau 74,2% dari sebesar Rp 1,4 triliun pada akhir tahun 2015 menjadi sebesar Rp 2,4 triliun pada akhir tahun 2016. Kenaikan ini merupakan bagian dari aktivitas perbankan secara umum.

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Simpanan dari Bank Lain 2016 2015

Giro dan Tabungan 96 3,8% 100 6,8% Inter - Bank Call Money 2.378 94,9% 1.365 92,4% Deposito Berjangka 33 1,3% 13 0,8%

Total 2.507 100,0% 1.478 100,0%

Pinjaman yang Diterima

Pada tanggal 31 Desember 2016 tidak terdapat saldo pinjaman yang diterima atau turun 100,0% dibandingkan akhir tahun 2015 sebesar Rp 2,8 triliun. Penurunan pinjaman yang diterima dikarenakan Bank OCBC NISP telah melakukan pelunasan atas fasilitas pinjaman yang diterima.

Efek-Efek yang Dijual dengan Janji Dibeli Kembali

Efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 1,3 triliun atau naik 100,0% dibandingkan akhir tahun 2015 sebesar nil. Peningkatan ini merupakan bagian dari aktivitas perbankan secara umum.

Efek-Efek yang Diterbitkan

Bank OCBC NISP telah melakukan diversifikasi pendanaan melalui efek yang diterbitkan. Jumlah efek-efek yang diterbitkan pada akhir tahun 2016 setelah dikurangi biaya emisi yang belum diamortisasi sebesar Rp 3,9 triliun, menurun dibandingkan jumlah efek-efek yang diterbitkan sebesar Rp 5,4 triliun pada akhir tahun 2015. Penurunan ini disebabkan

pada tahun 2016, Bank melakukan pelunasan Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP Tahap I Tahun 2013 Seri C sebesar Rp 1,5 triliun, pelunasan Obligasi Berkelanjutan I OCBC NISP Tahap II Tahun 2015 Seri A sebesar Rp 1,1 triliun dan pelunasan Medium Term Notes I Bank OCBC NISP Tahun 2013 sebesar Rp 0,9 triliun, masing-masing pada tanggal jatuh temponya. Selain itu pada tahun 2016, Bank OCBC NISP menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Bank OCBC NISP Tahap I Tahun 2016 sebesar Rp 2,0 triliun.

Obligasi Subordinasi

Total obligasi subordinasi setelah dikurangi oleh biaya emisi yang belum diamortisasi tercatat sebesar Rp 879 miliar pada 31 Desember 2016, sedikit meningkat dibandingkan dengan sebesar Rp 878 miliar pada 31 Desember 2015. Peningkatan ini dikarenakan amortisasi biaya emisi selama tahun 2016.

Ekuitas

Total ekuitas pada tanggal 31 Desember 2016 mencapai Rp 19,5 triliun, meningkat sebesar Rp 3,1 triliun atau 18,9% dibandingkan Rp 16,4 triliun pada tanggal 31 Desember 2015.

Analisa dan P embahasan Manajemen atas Kinerja P erusahaan Pr ofil P erusahaan Lapor an K epada Pemeg ang Saham Da ta P erusahaan Lapor an K euang an Tang gung Ja w ab Sosial P erusahaan Tata K elola P erusahaan

Kenaikan ekuitas ini terutama dikontribusikan oleh pertumbuhan laba bersih perusahaan pada tahun 2016 yang mencapai Rp 1,8 triliun dan surplus revaluasi aset tetap sebesar Rp 1,3 triliun.

Rincian total ekuitas Bank OCBC NISP pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

Dalam Miliar Rupiah, kecuali %

Ekuitas 2016 2015

Modal ditempatkan dan disetor penuh 1.434 7,3% 1.434 8,8% Tambahan modal disetor/agio saham 6.829 35,0% 6.829 41,6% Kerugian bersih yang belum direalisasi dari penurunan nilai wajar efek-efek

dan obligasi Pemerintah yang tersedia untuk dijual setelah dikurangi pajak tangguhan

(26) (0,1%) (63) (0,4%) Surplus revaluasi aset tetap 1.259 6,5% - 0,0% Saldo laba sudah ditentukan Penggunaannya 2 0,0% 2 -Saldo laba belum ditentukan Penggunaannya 10.009 51,3% 8.209 50,0%

Total 19.507 100,0% 16.411 100,0%

Arus Kas

Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Tabel di bawah ini menampilkan data historis mengenai arus kas Bank OCBC NISP untuk tahun 2016 dan 2015:

Dalam miliar Rupiah

Arus Kas 2016 2015

Kas Bersih Diperoleh dari/(Digunakan untuk) Aktivitas Operasi 10.887 (1.280) Kas Bersih (Digunakan untuk)/Diperoleh dari Aktivitas Investasi (14.655) 5.354 Kas Bersih (Digunakan untuk)/Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan (4.257) 2.462

Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi

Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2016 sebesar Rp 10,9 triliun atau mengalami perubahan sebesar 950,7% dibandingkan dengan kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi pada tahun 2015 sebesar Rp 1,3 triliun, terutama dikarenakan pertumbuhan pinjaman yang diberikan pada tahun 2016 sebesar Rp 7,5 triliun sedangkan pertumbuhan pinjaman yang diberikan pada tahun 2015 sebesar Rp 17,5 triliun, sehingga terdapat selisih penurunan dari pertumbuhan pinjaman yang diberikan sebesar Rp 10,0 triliun.

Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi

Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi pada tahun 2016 sebesar Rp 14,7 triliun atau

373,7% dibandingkan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi pada tahun 2015 sebesar Rp 5,4 triliun. Perubahan ini terutama terjadi karena pada tahun 2016, aktivitas pembelian efek-efek dan obligasi Pemerintah tersedia untuk dijual sebesar Rp 20,2 triliun atau lebih besar dibandingkan aktivitas penjualan efek-efek dan obligasi Pemerintah tersedia untuk dijual sebesar Rp 5,8 triliun, sehingga terdapat selisih peningkatan arus kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi sebesar Rp 14,4 triliun. Sedangkan pada tahun 2015, aktivitas pembelian efek-efek dan obligasi Pemerintah tersedia untuk dijual sebesar Rp 6,7 triliun atau lebih kecil dibandingkan aktivitas penjualan efek-efek dan obligasi Pemerintah tersedia untuk dijual sebesar Rp 12,3 triliun, sehingga terdapat selisih peningkatan arus kas bersih diperoleh dari aktivitas

Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Pendanaan

Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan pada tahun 2016 sebesar Rp 4,3 triliun atau mengalami perubahan sebesar 272,9% dibandingkan dengan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan pada tahun 2015 sebesar Rp 2,5 triliun. Perubahan terutama dikarenakan pada tahun 2016 Bank OCBC NISP melakukan pelunasan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2013 Seri C sebesar Rp 1,5 triliun, pelunasan

Dokumen terkait