• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANGKAH V RENCANA TINDAKAN A. Tujuan

DI PUSKESMAS WALENRANG TANGGAL 29 APRIL 2019

D. Post Natal Care 1. Kunjungan I

Pada tanggal 24 April 2019 jam 09.00 wita, ibu mengatakan masi ada pengeluaran darah dari jalan lahir berwarna merah tua dan berbau amis dengan pemeriksaan TFU 1 jari di jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, pengeluaran ASI lancar, serta tidak ada tanda-tanda perdarahan, Ny. “M” PII A0, 6 jam post partum fisiologis.

Implentasi : Observasi perdarahan, TFU, TTV, selama 2 jam pasca persalinan, mengajarkan ibu dan keluarga cara masase untuk menjaga uterus tetap berkontraksi dengan baik agar tidak terjadi perdarahan akibat pembuluh darah yang tidak merapat dan menyebabkan perdarahan, mobilisasi dini ke kamar mandi, memberitahu ibu tanda-tanda infeksi masa nifas.

Infeksi masa nifas adalah masuknya bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah melahirkan dan terjadi kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.

(Ira Jayanti, 2019 : 80)

Nyeri yang diakibatkan oleh kontraksi uterus memerlukan berbagai penanganan untuk menimalkan rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu sehingga kenyamanan ibu dapat kembali.

(Tina Sinta Parulian dkk, 2014) 2. Kunjungan II

Pada tanggal 29 april 2019, ibu mengatakan sudah BAB dan ibu merasakan masi ada pengeluaran darah dari jalan berwarna merah gelap dan pengeluaran ASI lancar, kemudian kontraksi uterus baik, teraba keras dan bundar, TFU pertengahan pusat sympisis dengan pengeluaran lochea serosa. Ny. “M” PII A0 hari ke 6 post partum fisiologis. Implementasi : memberikan He tentang nutrisi, personal hyegien, istirahat, memberitahu ibu tanda bahaya masa

nifas, tetap menyusui bayinya, serta memeberi dukungan moral dan spiritual pada ibu.

Teori asuhan kunjungan II nifas yang normal kunjungan ke-2 dilakukan setelah 6 hari pasca persalinan dimana ibu sudah bisa melakukan aktifitasnya sehari-hari seperti sedia kala.

(Ira Jayanti, 2019 : 91)

Data objektif PII A0, KU ibu baik, kesadaran komposmentis, TTV TD 120/70 mmHg, N 80 x/i, S 36,7oC, P 24x/menit payudara belum ada ASI , TFU pertengahan pusat-sympysys, kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras, pengeluaran lochia rubra, tampak luka jahitan masi basah.

Adapun asuhan yang diberikan observasi TTV, TFU, kontraksi uterus dan lochea, memberi He pada ibu tentang makanan bergizi, dan istirhat cukup, memberi penjelasan mengenai tanda bahaya infeksi seperti bengkak, merah dan bernanah pada luka jahitan, mengajarkan kepada ibu relaksasi jika ada nyeri yaitu dengan menarik nafas dan tidak memikirkan nyeri pada perineum nyeri mengalihkan perhatian, menjelaskan pada pada ibu tentang fisiologi nyeri pada perenium karena adanya perobekan dan penjahitan pada daerah perineum dan abdomen karena adanya luka pada endometrium yang menyebabkan terlepasnya plasenta, menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara dini dan bertahap, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, menjelaskan pada ibu tentang merawat luka jahitan pereniumdengan cara mencuci dengan air hangat dan mengganti pembalut sesering mungkin, memeberikan obat oral sesuai dengan intruksi dokter PCT 500 mg 3x, metil 500 mg 3x, amox 500 mg 3x, menganjurkan ibu untuk datang di sarana pelayanan kesehatan.

Nutrisi dan cairan yang dibutuhkan ibu harus bermutu tinggi dan cukup kalori untuk sebagai proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh dan proses pembentukan ASI. Kebutuhan masa nifas

seperti, kebersihan diri, yang dimana pada masa ini vagina akan terus-menerus mengeluarkan darah karena pada masa inilah pentingnya menjaga kebersihan vagina secara seksama. Pada persalinan normal jika gerak ibu tidak terhalang ibu diperbolehkan untuk mandi setelah 1 atau 2 jam. (Dona Seniorita, 2017)

Pada saat kunjungan peneliti mengajarkan pada ibu Teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri yaitu dengan cara menarik nafas panjang menghirup dari hidung dan mengeluarkannya melaluai mulut perlahan-lahan.

3. Kunjungan III

Post partum hari ke-14 tanggal 07 Mei 2019 dengan hasil anamnesis ibu mengatakan masi ada pengeluaran cairan dari jalan lahir, sudah dapat beraktivitas ringan, nyeri pada abdomen dan perenium sudah berkurang.

Hasil pengkajian KU ibu baik, kesadaran komposmentis, TTV TD 110/70 mmHg, N 80 x/i, S 36,2oC, P 24 x/i, TFU tidak teraba, pengeluaran lochia sanguilenta dan jahitan perenium tampak kering.

Asuhan yang dilakukan secara rutin yaitu pemantauan TTV dan pengeluaran lochia. Asuhan lainnya seperti memberikan ibu konseling KB, menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi pada bayinya, menganjurkan ibu untuk banyak makan sayuran dengan kacang-kacangan memperbanyak ASI. Makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui berasal dari golongan hewani Seperti kacang panjang, kacang tanah, kacang hijau, daun katuk, daun kacang panjang dan kankung. Sedangkan dari golongan hewani seperti ikan bakar, telur rebus dan daging. (Fetty Fitria dkk, 2018)

4. Kunjungan IV

Postpartum hari ke-16 tanggal 09 Mei 2019, hasil anamnesis ibu mengatakan masi ada pengeluaran darah berwarna kuning kemerahan, ibu tidak merasakan nyeri pada abdomen, ibu mengatakan rasa nyeri pada daerah perineum sudah berkurang.

Data objektif tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N 80x/i, S 36,2oC, P 24x/i, pengeluaran lochea alba. Memberikan asuhan rutin setiap kunjungan nifas seperti memantau keadaan umum ibu, mengobservasi TTV, mengobservasi pengeluaran lochea dan menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin higga bayi usia 6 bulan dan > 6 bulan pemberian MP-ASI.

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. “M” tidak ada kesengajaan antara teori dan pelaksanaanya dimana untuk kunjungan nifas dilakukan sesuai dengan program dan kebijakan teknis yaitu paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas. Untuk kunjungan pertama 6-8 jam setelah melahirkan asuhan yang diberikan mencegah perdarahan karena atoniauteri, memantau keadaan umum ibu, melakukan Bounding attachment, ASI eksklusif.

Yang di maksud dengan ASI esklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai (pemberian ASI secara esklusif) saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air putih dan tanpa tambahan makanan padat sperti pisang, pepaya, bubur susu, dan tim.

Pemberian ASI esklusif dianjurkan untuk jangka waktu sekurang-kurangnya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.

( Suherni, 2013 : 38-39)

Tanda bayi cukup ASI sesudah menyusu tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh pipinya bayi tidak mencari arah sentuhan). (Suherni, 2013 : 36)

E. Bayi

1. Kunjungan I

Tanggal pengkajian kunjungan pertama 24 April 2019 atau hari pertama. Berdasarkan data subjektif yang diperoleh dari ibu mengatakan melahirkan tanggal 23 april 2019 jam 22:30 Wita secara pravaginam, umur kehamilan ± 9 bulan, bayi sering menangis karena lapar dan haus.

Hasil pengkajian bayi baru lahir keadaan umum ibu baik ditandai bayi menangis kuat, respon terhadap rangsangan baik, warna kulit putih kemerahan, gestasi 40 minggu 2 hari, periksa tanda-tanda vital DJJ 142 x / menit, S 36,8oC, P 46 x / menit, bayi segera menangis dengan JK perempuan, BB 3000 gr, PB 49 cm, A/S 8/9, tali pusat nampak terbuka dan masih basah , refleks morro, grasping, tonik, roting, sucking dan swlowing (+).

Asuhan yang diberikan pada bayi mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, observasi TTV pada bayi dan menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin.

Ciri-ciri bayi lahir normal adalah sebagai berikut gestasi 40 minggu 2 hari berat badan 2500-4000 gr, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120/160 x / menit, pernafasan ± 40-60 x / menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena sub kutan cukup, rambut kepala biasanya telah sempurnah, kuku agak panjang dan lemas, genetalia perempuan mayora sudah menutupi labiaminora, laki-lki testis sudah turun, refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, refleks morrow atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik, refleks graps atau menggenggam sudah baik, refleks rooting mecari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi daerah mulut terbentuk dengan baik dan eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama mekonium berwarna hitam kecoklatan.

(Octa Dwienda dkk, 2014 : 5-6) 2. Kunjungan II

Kunjungan hari ke 6 tanggal 29 april 2019 di peroleh data hasil anamnesa ibu sudah menyusui bayinya dan mengatakan bayinya kuat menyusui, bayi rewel apabila popok basah.

Pemeriksaan fisik S: 36,50C, tali pusat bayi masih tampak basah, BB bayi 3200 gr dan bayinya tampak kuat menyusui.

Mengobservasi TTV, menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin, mengajarkan ibu cara merawat tali pusat, mengganti pakaian bila basah dan menjaga kebersihan bayinya.

3. Kunjungan III

Kunjungan hari ke-14 tanggal 07 mei 2019 diperoleh dari data hasil anamnesa bayi tampak tenang, ibu mengatakan tali pusat bayi terlepas.

Data objektif keadaan umum baik, TTV S 36oC, BB 3500 gr dan tali pusat bayi telah terlepas.

Asuhan yang diberikan mengobservasi TTV dan menganjurkan ibu untuk datang ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) guna untuk mengimunisasi bayinya dan memantau pertumbuhan bayi.

Posyandu merupakan salah satu betuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan kader, bertujuan untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita.

(Kemkes RI, 2012 : 1-2)

Pengukuran PB, BB, LK anak akan menentukan apakah pertambahan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala anak normal biasanya pemeriksaan rutin pada saat imunisasi hasil pengukuran akan dicatat di KMS untuk menilai pertumbuhan anak.

(Surirah, 2012 : 89-90) 4. Kunjungan IV

Kunjungan hari ke-16 tanggal 09 Mei 2019 diperoleh data ibu mengatakan bayinya sering terbangun di tengah malam, ibu mengatakan bayinya sering menangis ditengah malam, ibu mengatakan bayinya kuat menyusui dan ASI sudah lancar. Hasil pengkajian berat badan bayi 3600 gr dan bayi tampak tidur

Adapun asuhan yang diberikan pada bayi Ny. “M”

mengobservasi TTV, menimbang berat badan bayi dan memberikan ibu nasihat tentang pentingnya memberikan bayi imunisasi.

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B dan lainnya dapat dicegah. (Nurul Hidayah dkk, 2010)

F. KB

1. Kunjungan I

Pada Tanggal 29 April 2019 post partum hari ke-7, ibu mengatakan ASI lancar dan tidak ada keluhan, ibu sudah memilih dan berencana untuk menggunakan suntik KB 3 bulan. Implementasi : menjelaskan pada ibu macam-macam KB 3 bulan, efek samping, memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan, mengingatkan ibu segara kepelayanan kesehatan untuk melakukan KB setelah 40 hari masa nifas.

2. Kunjungan II

Pada tanggal 09 Mei 2019, ibu sebelumnya sudah pernah menggunakan suntik KB 3 bulan, jadi ibu tidak ragu lagi untuk memilih jenis kontrasepsi apa lagi yang akan digunakan. Post partum hari ke-17. Implementasi : menjelaskan pada ibu macam-macam KB, keuntungan, efek samping dan memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih kontrasepsi yang akan di gunakan dan ibu memilih serta memantapkan pilihannya untuk untuk KB suntik 3 bulan, mengigatkan ibu segera kepelayanan kesehatan untuk melakukan KB setelah 40 hari masa nifas.

Pelayanan KB pasca persalinan adalah pelayanan KB yang diberikan sesudah melahirkan 6 minggu/42 hari yang dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh tenaga profesional (Ruwayda, 2014).

BAB V

Dokumen terkait