• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KB DI PUSKESMAS WALENRANG TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019 FIRDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY M MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KB DI PUSKESMAS WALENRANG TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019 FIRDA"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “M” MASA HAMIL SAMPAI DENGAN

KB DI PUSKESMAS WALENRANG TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019

FIRDA 02.2016.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

2019

(2)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “M” MASA HAMIL SAMPAI DENGAN

KB DI PUSKESMAS WALENRANG TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi DIII Kebidanan Stikes Kurnia Jaya

Persada Palopo

FIRDA 02.2016.008

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

2019

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya Kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir yang dalam bentuk sederhana dapat terselesaikan dengan judul

“Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. “M” di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang tanggal 01 April s/d 25 Mei 2019”.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan, bimbingan dan arahan, serta motivasi dan materi dari berbagai pihak maka penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Olehnya itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu DR.HJ. Nurhaeni Azis, S.Kp., M.Kes selaku direktur STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

2. Ibu Sri Devi Syamsuddin, S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Diploma Tiga Kebidanan STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo dan pembimbing 1 yang telah memberi banyak saran dan kritik dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ibu Eka Fadillah, S.ST., M.Keb selaku pembimbing 2 yang telah memberi banyak saran dan kritik dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

4. Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staf STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuandan keterampilan.

5. Ibu Hasnaeni, SKM selaku kepala Puskesmas Walenrang dan pembimbing lahan Ibu Suharti Amd.Keb yang telah banyak memberikan ilmu dan membantu saya dalam proses pembelajaran praktik di Puskesmas Walenrang

6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda dan ibunda serta saudaraku yang selama ini telah banyak berkorban, bersabar dan berjuang merawat serta memberikan do’a dan dukungannya.

7. Keluarga dan klien Ny. “M” yang telah bersedia menjadi pasien dan memberikan informasi terkait data dirinya kepada peneliti untuk digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

8. Sahabat-sahabatku angkatan tahun 2016 serta seluruh rekan-rekan mahasiswi STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo, terima kasih atas segala motivasi yang diberikan selama ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Palopo, 16 September 2019

Firda

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Continuity Of Care (COC) ... 8

1. Definisi ... 8

2. Tujuan ... 8

3. Upaya yang dilakukan Continuity Of Care (COC) ... 8

4. Manfaat Continuity Of Care (COC) ... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan ... 9

1. Definisi ... 9

2. Perubahan Fisiologi Kehamilan ... 9

3. Tujuan Antenatal Care ... 13

4. Kunjungan Pada Antenatal Care ... 13

5. Asuhan Antenatal Care ... 13

(9)

C. Tinjauan Umum Tentang Persalinan ... 15

1. Definisi ... 15

2. Macam-macam Persalinan ... 16

3. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan ... 17

4. Tujuan Asuhan Persalinan ... 17

5. Tanda-tanda Persalinan ... 18

6. Asuhan Persalinan Normal ... 18

7. Fisiologi Persalinan Normal ... 21

8. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal ... 21

D. Tinjauan Umum Tentang Nifas ... 30

1. Definisi ... 30

2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas ... 31

3. Kunjungan Masa Nifas ... 37

4. Tanda Bahaya Masa Nifas ... 38

5. Keluhan Masa Nifas ... 39

6. Penanganan Masa Nifas ... 39

E. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir ... 39

1. Definisi ... 39

2. Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal ... 40

3. Perawatan Bayi Baru Lahir ... 40

4. Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi ... 42

5. Kunjungan Neonatus dan Bayi ... 42

F. Tinjauan Umum Tentang Keluarga Berencana ... 43

1. Definisi ... 43

2. Tujuan Kontrasepsi ... 44

3. Macam-macam Kontrasepsi ... 44

G. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan .... 54

1. Definisi ... 54

2. Langkah-langkah Manajemen Asuhan Kebidanan ... 54

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ... 56

4. Tugas Dan Wewenang Bidan ... 57

(10)

BAB III STUDI KASUS ... 60

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan ... 60

1. Langkah I Identifikasi Data Dasar ... 60

2. Langkah II Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Aktual ... 66

3. Langkah III Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial ... 70

4. Langkah IV Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi ... 70

5. Langkah V Intervensi/Rencana Tindakan ... 70

6. Langkah VI Implementasi/Penatalaksanaan ... 73

7. Langkah VII Evaluasi ... 74

8. Pendokumentasian (Soap) (Kunjungan I : 34-36 Minggu) ... 76

9. Pendokumentasian (Soap) (Kunjungan II : 36-38 Minggu)... 82

10. Pendokumentasian (Soap) (Kunjungan III : 38-40 Minggu)... 85

B. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Persalinan ... 88

1. Pendokumentasian (Soap) Kala I ... 88

2. Pendokumentasian (Soap) Kala II ... 93

3. Pendokumentasian (Soap) Kala III ... 98

4. Pendokumentasian (Soap) Kala IV ... 100

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Nifas ... 104

1. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan I (6 Jam - 3 Hari Pp) ... 104

2. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan II (4 - 7 Hari Pp) ... 107

3. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan III (8 - 14 Hari Pp) ... 109

4. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan IV (>15 Hari Pp) ... 144

(11)

D. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ... 113

1. Langkah I Identifikasi Data Dasar ... 113

2. Langkah II Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Aktual ... 118

3. Langkah III Identifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial ... 119

4. Langkah IV Perlunya Tindakan Segera / Kolaborasi ... 120

5. Langkah V Intervensi/Rencana Tindakan ... 120

6. Langkah VI Implementasi/Penatalaksanaan ... 121

7. Langkah VII Evaluasi ... 122

8. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan I (6 Jam-3hari) ... 123

9. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan II (4-7 Hari) ... 126

10. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan III (8-14 Hari) ... 128

11. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan IV (>15 Hari) ... 130

E. Manajemen Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ... 131

1. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan I (4-7 Hari Pp) Konseling Kb ... 131

2. Pendokumentasian (Soap) Kunjungan II (8-14 Hari Pp) Evaluasi Konseling Layanan Kb ... 133

BAB IV PEMBAHASAN ... 135

A. Antenatal care ... 135

B. Intranatal Care ... 136

C. Post Natal Care ... 140

D. Bayi ... 143

E. KB ... 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147

DAFTAR PUSTAKA ... 148 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Imunisasi TT ... 14

3.1 Riwayat Kehamilan Persalinan dan Nifas Yang Lalu ... 61

3.2 HPHT ... 67

3.3 Observasi Perdarahan Post Partum ... 100

3.4 Observasi tanda-tanda vital ... 100

3.5 Afgar Score ... 113

(13)

DAFTAR SINGKATAN

Nomor

1. WHO : (World Health Organization)

2. ASEAN : (Association Of Southeast Asian Nations) 3. SDKI : (Survey Demografi Kesehatan Indonesia) 4. KB : (Keluarga Berencana)

5. AKI : (Angka Kematian Ibu) 6. AKB : (Angka Kematian Bayi) 7. POSYANDU : (Pos Pelayanan Terpadu) 8. RSU : (Rumah Sakit Umum) 9. COC : (Continuity Of Care) 10. USG : (Ultrasonografi) 11. ANC : (Antenatal Care)

12. DTT : (Desinfeksi Tingkat Tinggi) 13. DJJ : (Denyut Jantung Janin) 14. A/S : (Afgar Score)

15. UKBM : (Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia ) 16. MP-ASI : (Makanan Pendamping, Air Susu Ibu)

17. IMD : (Insiasi Menyusu Dini) 18. BAK : (Buang Air Kecil)

19. IMS : (Infeksi Menular Seksual)

20. HIV : (Human Immunodeficiency Virus)

21. AIDS : (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) 22. PMS : (Penyakit Menular Seksual)

23. HE : (Health Education)

24. APN :

(

Asuhan Persalinan Normal) 25. TBC : (Tuberculosis)

26. NKKBS : (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) 27. TD : (Tekanan Darah)

(14)

28. TT : (Tetanus Toksoid)

29. BAP : (Bergerak Atas Panggul) 30. PAP : (Pintu Atas Panggul) 31. TBJ : (Taksiran Berat Janin) 32. TFU : (Tinggi Fundus Uteri) 33. HB : (Hemoglobin)

34. BDP : (Bergerak Dalam Panggul) 35. VT : (Vagina Toucher)

36. APN : (Asuhan Persalinan Normal) 37. BBL : (Berat Badan Lahir)

38. PBL : (Panjang Badan lahir) 39. LK : (Lingkar Kepala) 40. LD : (Lingkar Dada) 41. LP : (Lingkar Perut) 42. LILA : (Lingkar Lengan) 43. BCB : (Bayi Cukup Bulan)

44. SMK : (Sesuai Massa Kehamilan) 45. PBK : (Presentase Belakang Kepala) 46. HPHT : (Hari Pertama Haid Terakhir) 47. HTP : (Hari Tafsiran Persalinan) 48. TTV : (Tanda-tanda Vital)

49. KU : (Keadaan Umum) 50. PCT : (Paracetamol)

51. KEMKES : (Kementrian Kesehatan) 52. BBLR : (Bayi Baru Lahir)

53. PUKI : (Punggung Kiri) 54. BAK : (Buang Air Kecil) 55. BAB : (Buang Air Besar) 56. KB : (Keluarga Berencana) 57. JK : (Jenis Kelamin)

58. KTP : (Kartu Tanda Penduduk)

(15)

59. BPJS : (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial Kesehatan) 60. KK : (Kartu Keluarga)

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Biodata peneliti

2. Informed consent (Pernyataan Persetujuan Pasien)

3. Surat Permohonan pemberian izin pengambilan data awal dari kampus

4. Surat balasan izin pengambilan data awal dari institusi terkait 5. Surat permohonan pemberian izin penelitian dari kampus 6. Surat balasan izin penelitian dari institusi terkait

7. Surat selesai meneliti dari tempat penelitian 8. Foto Copy Lembar konsultasi (Log Book) 9. Dokumentasi hasil penelitian

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara berkembang masih mengutamakan program kesehatan penduduknya terutama terkait dengan kesehatan ibu dan anak.

Karena masi Tingginya kasus kesakitan dan kematian menjadi topik hangat yang selalu dibicarakan sebagai upaya penurunan, kesakitan dan Kematian ibu terutama disebabkan karena perdarahan pasca persalinan, eklampsia sepsis dan komplikasi akibat keguguran.

Kematian ibu karena perdarahan sebenarnya dapat dicegah, melalui berbagai metode asuhan yang diberikan kepada perempuan.

Asuhan Kebidanan komprehensif adalah salah satu upaya untuk pelayanan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, Bayi Baru Lahir (BBL), masa nifas dan keluarga berencana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkaun pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dalam melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan.

(Saifudin, 2009 : 9)

Tujuan dari asuhan komprehensif menyatakan bahwa pelayanan kebidanan komprehensif dikomunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari suatu upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan pada keluarga. Penyelengaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera.

(Saifudin, 2009 : 10)

Dimana cakupan pelayanan asuhan kebidanan menjangkau prakonsepsi kehamilan hingga KB. Kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

(18)

dengan nidasi dan implantasi. Yang berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

(Sarwono, 2014 : 213)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urine) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri. (Manuaba, 2015 : 01)

Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas tenaga kesehatan. Oleh karena itu rencana strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 persalinan dilakukan ditempat fasilitas kesehatan.

cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan di provinsi Sulawesi Selatan 2017 yaitu (8,17%). (Dinkes RI, 2017)

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandugan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6.

minggu (Sitti Saleha, 2009 : 4)

Pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang di anjurkan, cakupan (KF3) Di Indonesia menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar (17,9%) menjadi (87,36%) pada tahun 2017 Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi yang diikuti oleh Kalimantan Utara dan Jambi sedangkan provinsi cakupan kunjungan nifas terendah yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur. Dari 34 provinsi yang melaporkan data kunjungan nifas hampir 60%

provinsi Sul-Sel (81,53%) dan Indonesia telah mencapai KF3 80%.

(Dinkes RI, 2017)

Neonatus adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm 37- 42 minggudengan berat badan lahir 2500-4000 gr. Dan asuhan bayi baru lahir adalah asuhan bayi baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. (Ika Fitria Elmeida, 2015 : 14)

(19)

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk terwujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (UUD No. 10 tahun 1992). (Titik Kurniawati, 2015 : 23)

Keluarga berencana (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada tanggal 29 juni tahun 1970, program KB di Indonesia sudah dimulai sejak tahun1957, namun sejalan semakin meningkatnya penduduk di Indonesia serata tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi. Menurut World Population data sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu, 249 juta.

Diantara negara ASEAN, Indonesia masi berada di atas rata-rata TFR negara ASEAN yaitu 2,4. (KKBN, 2014)

Laporan WHO tahun 2014 menunjukkan AKI di dunia yaitu 289.000 jiwa artinya ada 791 ibu yang meninggal setiap harinya. Data tersebut berasal dari beberapa negara ASEAN seperti Amerika Serikat yaitu 3.900 jiwa, Afrika Utara sebanyak 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara yang AKInya 16.000 jiwa. Indonesia masi menjadi penyumbang tertinggi AKI diantara negara-negara ASEAN lainya yaitu AKI Indonesia sebanyak 214per 100.000 KH, Filipina 170 per 100.000 KH, Vietnam 160 per 100.000 KH, Brunei 60 per 100.000 KH, Thailand 44 per 100.000 KH dan Malaysia 39per 100.000 KH.

(WHO, 2014)

Kematian ibu maternal dari tahun 2009-2015 masih berfluktuasi yaitu 2009 sebesar 78,48 per 1.000 kelahiran hidup, menurun pada tahun 2010 menjadi 77,13 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2011 meningkat menjadi 78,88 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2012 meningkat secara signifikan 31,38 per 1.000 kelahiran hidup yaitu 110,26 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2013 menurun 78,38 per 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 meningkat menjadi 93,20 per

(20)

1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 99,36 per 1.000 kelahiran hidup. (Dinkes Prov. Sul-Sel 2015)

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu kunjungan ibu hamil pada tahun 2016 sebanyak 7255 orang, pada tahun 2017 sebanyak 7261, orang tahun 2018 7026 dan tahun 2019 3444 orang. kemudian data dari Puskesmas Walenrang pada tahun 2018 terdapat kunjungan K1 sebanyak 301 ibu hamil dan data K4 sebanyak 252 ibu hamil sedangkan pada tahun 2019 periode bulan januari-juni terdapat kunjugan K1 sebanyak 119 dan data K2 sebanyak 87 ibu hamil dan akan bertambah di bulan berikutnya.

Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup.

Angka kematian bayi menurut WHO (World Health Organization) tahun (2015 ) di ASEAN seperti di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup, Thailan 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia masi tinggi dari negara ASEAN lainnya. Dan juga masi diatas jika dibandingkan dengan terget MDGs tahun 2015 yaitu 23 per kelahiran hidup. (WHO, 2015)

Kementrian Kesehatan melakukan upaya dalam mendukung kecepatan penurunan AKI dan AKB adalah melalu penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat pelayanan dasar dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas yang didukung dengan keberadaan rumah sakit dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam suatu bentuk kerja sama antara PONED dan PONEK dalam rangka peningkatan perbaikan kualitas pelayanan yang dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi (Kemkes RI, 2013).

Melalui asuhan kebidanan komprehensif capaian layanan prima kepada ibu dan bayi serta penurunan komplikasi kematian ibu dan

(21)

bayi akan menurun. Hal ini terjadi karena manfaat dari askeb komprehensif seperti melakukan kunjugan rumah ibu hamil. dengan adanya kunjungan rumah, ibu hamil dan peneliti dapat melakukan kolaborasi atau kerja sama untuk menurunkan AKI dan AKB, yaitu mendeteksi adanya komplikasi pada ibu dan janin secara dini dengan cara memberikan konseling atau penyuluhan tentang makanan bergizi, pemeriksaan kehamilan, tanda gejala kurangnya nutrisi pada ibu hamil, senam hamil, imunisasi, tanda bahaya bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan pemberian ASI.

Harapan penulis setelah dilakukan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan Bayi Baru Lahir (BBL), nifas dan masa KB adalah upaya untuk semakin meningkatkan keinginan ibu hamil agar lebih rutin memeriksa kehamilannya sehingga dapat dideteksi secara dini kemungkinan terjadi komplikasi dan dapat menurunkan jumlah AKI dan AKB.

Berdasarkan uraian dan data di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan yang melalui karya ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus dan bayi serta keikutsertaan dalam berKB oleh Ny. “M” dengan pendekatan manajemen 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP di Puskesmas Walenrang tanggal 07 April-09 Mei 2019”

(22)

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini adalah menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny.”M” secara berkesinambungan sejak masa kehamilan, persalinan, nifas, hingga keikutsertaan dalam berKB dan bayi baru lahir menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan. Di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang tanggal 07 April-09 Mei 2019.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan dan meningkatkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.”M” mulai dari masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB dengan menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan. di Wilayah Kerja Puskesmas Walenrang tanggal 07 April– 09 Mei 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada masa kehamilan Ny. “M” dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP.

b. Mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada persalinan Ny. “M” dengan menggunakan pendokumentasian SOAP.

c. Mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada masa nifas Ny. “M” secara komprehensif dengan menggunakan teknik pendokumentasian SOAP.

d. Mampu menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi baru lahir Ny. “M” dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan pendokumentasian SOAP.

e. Mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada KB Ny. “M” dengan menggunakan teknik pendokumentasian SOAP.

(23)

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis

Memberikan motivasi bagi mahasiswa khususnya kebidanan dalam meningkatkan keterampilan dalam pelayanan asuhan kebidanan komprehensif secara terpadu, dan manfaat bagi pengajar dapat memeberikan informasi tambahan atau pemecahan masalah yang ada pada karya tulis ini sehingga dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar berikutnya, serta bagi lembaga/institusi dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dalam proses belajar mengajar dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Untuk mengembangkan pengetahuan pembaca dibidang asuhan kebidanan komprhensif dan mengembangkan acuan dalam pengkajian karya ilmiah.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Continuity Of Care (COC) 1. Definisi

Continuity of Care (COC) dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan pendekatan dan menyeluruh mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan pelayanan keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dan keadaan pribadi setiap individu (Lia Dewi, 2012).

2. Tujuan

Dengan adanya Continuity Of Care diharapkan bidan dapat mendeteksi secara dini apakah ada kesenjagan , masalah, dan abnormal, sehingga dalam pembuatan bird plan sudah dipikirkan dari awal jika terjadi kondisi kegawatdaruratan kondisi pasien. Jika pasien hanya periksa satu kali tentu saja tidak akan terdeteksi masalah selama dilakukan pemeriksaan (Nurul Komariah, 2011).

3. Upaya Yang Dilakukan Continuity of Care (COC)

Upaya yang dilakukan Continuity of Care bertujuan untuk mendalami permasalahan mulai dari kehamilan , persalinan, nifas, bayi, baru lahir, dan pelayanan keluarga berencana yang akan dilakukan pengambilan langkah pemecahan masalah lebih cepat dan tepat (Vivian Nanny, 2012).

4. Manfaat Continuity of Care (COC)

Dalam upaya pelayanan bidan secara komprehensif, sangat penting bagi ibu untuk mendapatkan pelayanan dari seorang bidan professional yang sama atau dari satu tim kecil tenaga medis professional sehingga perkembangan kondisi klien setiap saat akan terpantau dengan baik, selain itu klien akan akan merasa lebih percaya diri dan terbuka dan merasa sudah mengenal sipemberi

(25)

asuhan sehingga klien tidak perlu merasa khawatir dan mempercayakan tenaga kesehatan khususnya bidan untuk melakukan setiap tindakan-tindakan pelayanan kesehatan (Vivian Nanny, 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan Normal 1. Definisi

a. Kehamilan adalah sebagai fertilisasi atau penyatuan dari permatoza dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Sarwono, 2014: 213).

b. Proses kehamilan diawali dari bersatunya sel telur dengan sel sperma, kemudian dilanjutkan dengan pembelahan-pembelahan dan implentasi dalam rahim. disini awal mula tahap pembentukan plasenta dan tali pusat sebagai alat transportasi makan serta oksigen untuk janin, pembentukan air ketuban serta tahap pertumbuhan dan perkembangan janin. Proses tersebut terjadi bersama-sama di dalam rahim. (Aprilia Nurul Baety, 2011 : 31) c. Definisi dari masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari )di hitung dari haid pertama haid terakhir. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2019 : 2)

d. Defenisi Kehamilan menurut peneliti, yaitu kehamilan adalah fertilisasi atau bersatunya sel telur dan sel sperma kemudian melakukan pembelahan kedalam rahim sehingga menjadi janin, lamanya kehamilan normal yaitu sekitar 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dari Haid Pertama Haid Terakhir (HPHT).

2. Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan a. Uterus

Letak uterus pada kehamilan akan berubah. Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus akan naik keluar panggul dan masuk kedalam rongga abdomen, serta akan condom lebih kesisi kanan.

(26)

Hal ini kemungkinan disebabkan adanya rektosigmoid disisi kiri.

Uterus akan menjadi lebih vertikal dan tidak lagi anterversi maupun antefleksi. Pada usia kehamilan 24 minggu, uterus mencapai umbilicus setelah usia kehamilan 36 minggu, uterus mulai turun kedalam panggul (Sri Astuti, 2017 : 73).

b. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan pereperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis secara berangsur-berangsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipararugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan, berubah menjadi karunkulaemitiformise yang khas bagi wanita multipara.

(Siti Saleha, 2009:57) c. Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih di dapat korpus luteum grafiditasi sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu korpusluteumgrafiditas berdiameter kira-kira 3 cm lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Ditemukan pada awal ovulasi hormon relasi, suatu imunoreaktif dalam sirkulasi maternal relaksin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin hingga atern.

d. Payudara (Mammae)

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.

(27)

e. Serviks uteri

Serviks Yang terdiri atas jaringan yang terikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai svingter pada multipara dengan vorsio yang bundar, vorsio tersebut cedera lecet dan robek, sehingga postpartum tampak adanya vorsio yang terbelah-belah dan gudel Serviks menjadi lunak dan warna menjadi biru, membesar pembuluh darah meningkat. (Ai Yeyeh, 2009 : 42)

f. Kardiovaskuler

Perubahan pada kardiosvakuler tidak terlepas dari pengaruh peningkatan kadar estrogenprogesteron dan prostaglandin. Akibat perubahan yang terjadi, sistem ini beradaptasi selama masa kehamilan. Perubahan hemodinamik memungkinan sistem kardiosvakuler ibu untuk memenuhi kebutuhan janin, selain mempertahankan status kardiosvakulernya sendiri.

g. Sistem respirasi

Untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan menyediakan kebutuhan oksigen janin, maka secara otomatis kebutuhan oksigen ibu akan meningkat, pembesaran uterus akan menyebabkan diafragma naik sekitar 4 cm selama kehamilan.

h. Urinaria

Pada bulan pertama kehamilan pembesaran uterus akan menekan kandung kemih sehingga akan menimbulkan rasa ingin bekemih walaupun urine yang berada dalam kandung kemih ibu hamil hanya sedikit.

i. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini di kenal dengan nama striaegravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu

(28)

seringkali ditemukan garis berwarna perak berikilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. (Sarwono, 2014 : 17) j. Traktus digestifus

Perubahan nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktusdigestifus dan penurunan sekresi asam hidroklorit dan peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (bartburn) yang disebabkan oleh reflukaes asam lambung ke esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorit dan penurunan motilitas serta kontipasi sebagai akibat penurunan motilitas.

Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan secara spontan. Hemoroitjuga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.

k. Sistem endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135%. Akan tetapi, pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar akibat hormon prolaktin akan meningkat sepuluh kali lipat pada saat kehamilan atern, sebaliknya setelah persalinan konsentrasi pada plasama akan menurun. Ditemukan juga pada ibu menyusui, kelenjar tiroidakan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat hiperplasiakelenjar dan peningkatan vaskularisasi. (Sarwono, 2014 : 185-186)

l. Berat badan wanita hamil

Selama kehamilan kurang lebih 9-12 kg karena adanya perumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu karena kehamilan. Kenaikan terlihat pada 4 bulan sampai menjelang persalinan. Bila berat badan naik pada akhir bulan ke 4 kurang dari 45kg pada akhir bulan ke enam pertumbuhan mungkin

(29)

terganggu kehidupan janin terancam ibu mungkin kekurangan gizi (kurang energi kronis). (Ai Yeyeh Ruqyah, 2009 : 174)

3. Tujuan Antenatal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

c. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

d. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dengan pemberian ASI esklusif.

e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

4. Kunjungan Pada Antenatal Care

a. Satu kali kunjugan selama trimester I (sebelum 14 minggu) b. Satu kali kunjungan selama trimester II (antara 14-28 minggu) c. Dua kali kunjungan dalam trimester III (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36). (Ira Jayanti,2019:14-15) 5. Asuhan Antenatal Care

a. Kebijakan program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedkit 4 kali selama kehamilan :

1) Satu kali pada triwulan pertama.

2) Satu kali pada triwulan kedua.

3) Dua kali pada triwulan ketiga.

b. Pelayanan asuhan kebidanan

1) Timbang berat badan pengukuran tinggi badan.

2) Ukuran tekanan darah ukuran tinggi fundus uteri.

3) Pemberian imunisasi TT.

4) Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

(30)

5) Tes terhadap penyakit menular seksual.

6) Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah).

c. Kebijakan teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau atau komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil melaukukan pemantaun selama kehamilannya. Pemantauan ibu hamil secara keseluruhan meliputi kompenen-kompenen sebagai berikit :

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal, serta rujukan bila di perlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan intisipatis dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009 : 5) Imunisasi TT (Ai Yeyeh Ruikiyah, 2009 : 9)

Tabel 2.1 Imunisasi TT Antigen Interval(selang

waktu minimal

Lama perlindungan

% Perlindungan

TT1 Pada

kunjungan antenatal

- -

TT2 4 minggu setelah TT1

3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT2

5 tahun 95

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT4

25 tahun 99

(31)

Keterangan : dalam waktu 3 tahun wanita usia subur tersebut melahirkan, maka bayi yang di lahirkan, akan terhindar dari tetanus dan neonatorum.

d. Persiapan persalinan 1) Tempat bersalin.

2) Biya persalinan.

3) Mempersiapkan rencana jika ada koplikasi.

4) Mengidentifikasi tempat rujukan.

5) Transportasi.

6) Pendonor darah. (Pantiawati dan Saryono, 2009 : 4-5)

C. Tinjauan Umum Tentang Persalinan 1. Definisi

a. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urin) yang telah cukup bulan atau dapat dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau bukan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

b. Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dinilai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi di lahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia antara 37- 24 minggu lengkap.

(

Stephanie, 2017 : 2-3)

c. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya Serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar jalan lahir. (Jenny, 2013 : 2) d. Definisi persalinan menurut peneliti adalah proses pengeluaran

hasil konsepsi atau proses membuka dan menipisnya Serviks selama persalinan berlangsung, bayi dilahirkan melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir dengan usia kehamilan 37-24 minggu

(32)

dengan Presentase Belakang Kepala (PBK) dan dapat hidup diluar kandungan.

2. Macam – Macam Persalinan

Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dapat di bedakan menjadi tiga yaitu:

a. Persalinan spontan Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau melalui jalan lahir ibu tersebut.

b. Persalinan buatan Bila persalinan di bantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksiforceks atau di lakukan operasi secara sesar.

c. Persalinan anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban karena pemberian prostaglandin.

Berdasarkan lama kehamilan dan berat janin di bagi menjadi enam yaitu:

1) Abortus Pengeluaran hasl konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, berat janin <500 gr dan umur kehamilan <20 minggu.

2) Immaturus Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai dengan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500- 999 gr.

3) Prematurs Persalinan pada usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 36 minggu dengan berat janin kurang dari 1000 – 2499 gr.

4) Aterm Persalinan antara usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat janini di atas 2500 gr.

5) Serotinus/ postmatur. Persalinan yang melampaui usia kehamilan 42 minggu dan pada janin terdapat postmatur.

(Annisa, 2017 : 4-5)

(33)

3. Sebab–Sebab Terjadinya Persalinan

a. Teori penurunan kadar hormon progestron

Hormon progestron adalah hormon yang mengakibatkan relaksasi pada otot-otot rahim, sedangkan pada hormon estrogen meningkatkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara progestron dan estrogen dalam darah.

Progestron menghambat kontraksi selama kehamilan sehingga mencegah ekspulsifetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas.

b. Teori oksitosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terangsang saat di suntikkan oxitosin dan menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan penyuntikan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung.

c. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang di hasilkan oleh deciduas menjadi salah satu sebeb permulaan persalinan. Hal ini di sokong dengan adanya prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketubanmaupun darah. Perifer ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan. (Johan dkk, 2017: 5-6)

4. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan bagi ibu dan bayinya, hal ini dilakukan melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap, sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. (Annisa, 2017 : 12)

(34)

5. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda bahwa persalinan sudah dekat : a. Lightening

Menjelang ke 36 minggu, tanda bahwa pada primigrafida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi barktonhiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum, rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.

b. His permulaan

makin tua kehamilan, pengeluaran estrogendanprogestron juga makin berkurang sehingga produksi oksitosin, dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering. (Laila, 2015 : 08) Tanda-tanda timbulnya persalinan :

Terjadinya his persalinan

a. His adalah kontraksi rahim yang dapat dirabah dan menimbulkan rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan Serviks kontraksi rahim, dimulai pada dua face maker yang letaknya dekat cormuuteri.

b. Keluarnya lendir bercampur darah.

c. Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya lendir yang berasal dari kanalis servikalis, sedangkan darah disebabkan adanya robekan pembuluh darah waktu Serviks membuka.

d. Ketuban pecah dengan sendirinya Sebagian ibu hamil mengeluarkan.

6. Asuhan Persalinan Normal

Tujuan asuhan kebidanan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. (Ani Laila, 2015 : 5)

(35)

a. Kala I

Fase-fase dalam kala 1 persalinan 1) Fase laten:

a) Fase laten dari periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang mulainya sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif.

b) Selama fase laten, bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali, seiring dengan peningkatan frekuensi durasi, dan insentitas, kontraksi menjadi lebih tebal selama fase laten.

c) Dari mulai terjadi setiap 10-20 menit, berlangsung 15-20 detik, dengan intensitas ringan kontraksi dengan intensitas sedang (rata-rata 40 mmHg) pada punjak kontraksi dari tonus uterus dasar sebesar 10 mmHg yang terjadi setiap 5- 7 menit dan berlangsung 30-40 detik.

2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplit dan menckup fase transisi. Pembukaan umumnya di mulai dari 3-4 cm (akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir kalla I persalinan).

Penurunanan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala II persalinan.

a) Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas kuat.

b) Kontraksi yang efektif adalah kontraksi yang mempunyai pola gradien kelipatan tiga normal, mencapai tekanan uterus 40-50 mmHg pada punjak kontraksi dan kembali ke tonusuterus istirahat, yaitu 10 mmHg. Mejelang fase aktif, kontraksi biasanya muncul setiap 2-3 menit, berlangsung sekitar 60 detik, dan mencapai intensitas yang kuat (lebih dari 40 mmHg) dengan rata-rata 55 mmHg.

(36)

a. Kala II ( kala pengeluaran).

Kala II di mulai dari pembukaan Serviks 10 cm (lengkap) sampai dengan lahairnya bayi.

1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dan durasi 50-100 detik.

2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran secara mendadak.

3) Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka vagina dan tampak sub oksiput sebagai hipoinclion.

4) Lamanya kala II pada primigavida 50 dengan multigravida 30 menit.

b. Kala III

Setelah kala III, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasentadapat di perkirakan dengan memerhatikan tanda-tanda di bawah ini:

1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas kebawah segmen bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

c. Kala IV

Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpatum paling sering terjadi pada 2 jam pertama observasi yang di lakukan meliputi :

a) Tingkat kesadaran pasien.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan. (Ari Susanti, 2015 : 5)

(37)

7. Fisiologi Persalinan Normal

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Mejelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas secara terkoordinasi, diselingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta secara mengangsur menghilang pada periode postpartum.

Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masi belum jelas benar. (Sarwono, 2014 : 297)

8. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya.

c. Perineum menonjol.

d. Vulva vagina dan sfingteranal membuka.

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung tangan DTT atau steril suntuk semua pemeriksan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan diinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan

(38)

meletakan kembali di partus set atau wadah diinfeksi tingkat tinggi tanpa mengontaminasi tabung suntik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari depan kebelakang dengan menugunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air diinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum , atau anus terkontaminasi oleh kotoron ibu, memebersihkannya dengan seksama dengan cara menyekah dari depan kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar, menganti sarung tangan jika terkontaminasi meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi.

8. Dengan mengunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan Serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkaan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendokumentasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masi memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalalm larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. mencuci tangan (seperti di atas).

10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan DJJ dalam batas normal 100- 180 kali permenit.

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b. Mendokumentasian hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.

(39)

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dengan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinanaktif dan pendokumentasian temuan-temuan.

b. Menjelaskan kepada angota kelurga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada saat ibu ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran.

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan memberi semangat atau usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya tidak meminta ibu berbaring terlentang.

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

f. Menganjurkan asuhan cairan perorang.

g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primivara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multivara merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

(40)

i. Menganjurkan ibu untuk meneran, berjongkok untuk mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum meneran dalam 60 menit anjurkan ibu untuk meneran pada punjak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.

j. Jika bayi bulum lahir atau kelahiran bayi belum akn terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu segera.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan.

15. Meletakan kain-kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

16. Membuka partus set.

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18. Saat kepala membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi membiarkan kepala keluar perlahan-lahan menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyekah muka, mulut, dan hidung, bayi dengan kain atau kasa yang bersih (langkah ini tidak harus di lakukan).

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklem di dua tempat dan memotongnya.

(41)

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran faksi luar secara spontan

22. Setelah kepala melakukan faksi luar, tempat kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. dengan lembut dan kearah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkuspubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagain bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir tangan tersebut mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melawati perneum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangah tubuh bayi saat di lahirkan menggunakan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kearah bayi untuk menyangah saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

25. Menilai bayi dengan cepat dalam (30 detik)kemudian meletakan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalupendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. (resusitasineonatus).

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu – bayi lakukan penyuntikan exitosin / Ims.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari pusat

(42)

mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan melindungi bayi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara 2 klem tersebut.

29. Mengeringkan bayi, menganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka, jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai.

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memeberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi berikan suntikan oksitosin 10 unit IM digluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar setelah mengapsirasi terlebih dahulu.

34. Memindahkan klem pada tali pusat.

35. Meletakan 1 tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tetapi di atas tulang pubis, dan mengunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

memegang tali pusat dengan klem dengan tangan yang lain.

36. menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penanganan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorsokranial dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya inversiouteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

(43)

hentikan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

a. Jika uterus tidak berkontrasi, meminta ibu seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateteritasikandungkemih dengan menggunakan teknik apseptik jika perlu.

3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4) Mengulangi penangangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. jika plasenta terlihat di introitusvagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput plasenta terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban.

a. jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan memeriksa vagina dan Serviks ibu dengan seksama.

Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forset

(44)

disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga utrus berkontraksi (fundus menjadi keras).

40. Memeriksa kedua sisi plasenta bayi yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk, memastikan plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh meletakan plasenta di dalam kantong plastik atau tempat khusus.

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik melakukan tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi pada vagina yang mengalami pendarahan aktif.

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

43. Mecelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas keuda tangan yang masi bersarung tangan tersebut dengan air diinfeksi tingkat tinggi dan mengerikannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Meletakan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dan sampul mati sekeliling tali pusat sekiat 1 cm dari pusat.

45. Mengikat lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati dari pusat.

46. Melepaskan klem beda dan meletakanya ke dalam larutan klorin 0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya,memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

(45)

48. Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Mengajurkan pemantaun kontraksi uterus dan pendarahan pervagina.

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b. 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk penatalaksanananutoniauteri.

e. Jika di temukan laserasi yang memerlukan penjahitan, dilakukan penjahitan anestesi dan mengunakan yang sesuai.

50. Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus

51. Mengefaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama. Pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam kedua pasca persalinan.

a. Memerika temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam selama 2 jam selama pascapersalinan.

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

53. Menempatkan semua peralatan semua kedalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah terkontambinasi.

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat yang sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakain yang bersih dan kering.

(46)

56. Memastikan bahwa ibu nyaman membantu ibu memberikan ASI menganjurkan ibu untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang di inginkan.

57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60. Melengkapi patograf. (Sarwono, 2014 : 341-347)

D. Tujuan Umum Tentang Masa Nifas 1. Definisi

a. Pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini di tandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian aturan yang baru.

(Sarwono, 2014 : 357)

b. Masa nifas sering juga disebut masa postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, di sertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. (Suherni, 2013 : 1)

c. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang di perlukan untuk Memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

(47)

d. Definisi menurut peneliti masa nifas sering di sebut juga masa postpartum atau masa sesudah persalinan, yang dimana organ- organ yang berkaitan dengan kandungan terjadi perlukaan dan membutuhkan waktu untuk memulihkannya kembali ± 6 minggu.

2. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas a. Perubahan Fisiologi

1) Sistem reproduksi a) Uterus

Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada uterus selain terjadi proses involusi juga terjadi proses autolysis yaitu pencernaan komponen-komponen sel oleh hidrolaseendogen yang dilepaskan dari lisosom setelah kematian sel. Hal menyebabkan bekas implantasi plasenta pada dinding endometrium tidak meninggalkan bekas atau jaringan perut.

Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12x15 cm dengan permukaan kasar dimana pembuluh darah besar bemuara.

(1) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosit di samping pembuluh darah tertutup kontraksi otot rahim.

(2) Bekas implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke dua sebesar 6-8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

(3) Lapisan endometrium di lepaskan dalam bentuk jaringan yang telah rusak bersama lochea.

(4) Luka bekas implantasi akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang bersal dari tepi luka dan lapisan basalisendometrium.

(5) Kesembuhan sempurnah pada saat akhir dari masa nifas.

b) Lochea

(48)

Lochea adalah jaringan atau secret yang berasal dari cavumuteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea :

(1) Lochea rubra (ceruin)berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, vernikscaseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari nifas.

(2) Lochea sanguinolenta berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 nifas.

(3) Lochea serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 nifas.

(4) Lochea alba cairan berwarna putih, keluar setelah 2 minggu masa nifas.

Selain lochea atas, pada jenis lochea yang tidak normal, yaitu :

a) Lochea purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

b) Lochea statislochea tidak lancar keluarnya.

c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostiumuteri eksterna dapat di masuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan Serviks akan menutup.

d) Vulva dan Vagina

Perubahan padavulva dan vagina adalah :

1) Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, ke dua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

2) Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.

(49)

3) Setelah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

4) Perenium

Perubahan yang terjadi pada perenium adalah:

1) Setelah segera melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

2) Pada masa nifas hari ke lima, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel.

(Reni Yuli Astutik, 2015 : 58-60) 5) Payudara

Memeriksa ukuran dan bentuk payudara pasien pada setiap pergantian jaga dengan memperhatikan bercak eritema, nyeri tekan atau pengebungan (engurgemen) payudara.

1) Pada hari pertama hingga kedua post partum, kedua payudara harus teraba lunak.

2) Pada hari ke tiga post partum dapat teraba payudara yang hangat dan kencang, payudara yang teraba hangat dan kencang ini menunjukan bahwa payudara tersebut sedang di isi ASI.

3) Pada hari keempat atau kelima post partum dapat terabah payudara yang keras, tegang serta nyeri tekan dan terlihat memerah serta membesar, secara khas keadan ini menunjukkan pengembungan atau emorgemen. (Anita Lochtar, 2014 : 36)

(50)

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Dibutuhkan waktu 3-4 hari faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika belum melahirkan enema. Rasa sakit daerah perineum dapat menghalangi keinginan untuk Buang Air Besar (BAB) sehingga pada masa nifas sering timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB. (Reni Yuli Astutik, 2015 : 58-61)

3) Perubahan Sistem Perkemihan

Durasi post partum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penurunan ekstrogen.

Kemungkinan terdapat spasmesfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan protein dapat muncul di dalam urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.

Urindesidua bakteriuria pada kandung kencing yang mengalami cederah di tambah dengan dilatasi velpisrenalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk timbulnya infeksi saluran kencing.

pasca melahirkan kadar esteroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

4) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal dalam waktu 7 hari, namun akibat yang ditimbulkan pada jaringan fibrosa otot dan ligamen memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk berfungsi

(51)

seperti sebelum hamil. Pada masa nifas awal ligamen masi dalam masa kondisi terpanjang dan sendi-sendi berada dalam kondisi kurang stabil hal ini wanita paling rentan mengalami masalah muskuloskeletal.

5) Sistem Endokrin

Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekiar 3 jam nifas progesteron turun pada tiga hari pada hari ketiga nifas kadar prolaktin dalam prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.Hormon plasenta menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hinga hari ke-7 masa nifas.

Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.

FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

Hipotalamikpituitari Ovarium untuk wanita yang menyusui akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara wanita laktasi sekitar 15% menstruasisetelah 2 minggu diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasisetelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.

Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi (Reni Yuli Astutik, 2015 :60- 62).

6) Payudara

Jaringan payudara tumbuh yang berfungsi menyiapkan makanan bagi bayi baru lahir setalah melahirkan hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi yang menghambat kelenjar pituitari yang akan mengeluarkan hormon prolaktin.

Apabila pembulu darah payudara menjadi bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit yang dimana berfungsi menghasilkan ASI. Ada dua refleks yang sangat mempengaruhi keadaan jiwa ibu yaitu :

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR, DAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.. S UMUR 24 TAHUN G1P0A0

Evaluasi yang didapatkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan komprehenshif pada Ny.Y tidak terjadi komplikasi selama hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB

komperhensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana,

Tujuan umum dilakukan studi kasus ini adalah agar mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan BBL secara komprehensif dengan menggunakan

Mampu memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif sesuai Standart Pelayanan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, neonatus , serta KB

Tujuan LTA memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manaj emen kebidanan

Studi kasus ini bertujuan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir dan keluarga berencana pada Ny.S dengan

“S” G1P0000 hamil 24 minggu dimulai sejak masa hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neonatus dan pemilihan alat kontrasepsi dalam laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan