• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY N DI PUSKESMAS BUA TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019 SUCI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY N DI PUSKESMAS BUA TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019 SUCI"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N” DI PUSKESMAS BUA

TANGGAL 01 APRIL-25 MEI 2019

SUCI 02.2016.034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

2019

(2)

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “ N “ DI PUSKESMAS BUA

TANGGAL 01 APRIL – 25 MEI TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program Studi DIII Kebidanan STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo

SUCI 02.2016.034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA PALOPO

2019

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga Laporan Tugas Akhir yang dalam bentuk sederhana dapat terselesaikan dengan judul

“MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “N”

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUA TANGGAL 01 APRIL - 25 MEI 2019”.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini banyak menghadapi hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan, bimbingan dan arahan, serta motivasi dan materi dari berbagai pihak maka penyusunan Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Olehnya itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu DR.Hj. Nurhaeni Azis, S.Kp.,M.Kes selaku ketua STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo

2. Ibu Sri Devi Syamsuddin, S.ST.,M.Keb selaku ketua Program Studi Diploma III Kebidanan STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

3. Ibu Irmayanti Oka, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing 1 dan ibu Ira Jayanti, S.ST.,SKM.,M.Keb selaku pembimbing 2 yang telah memberi banyak saran dan kritik dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

4. dr. Indah Mustikasari, S.Ked selaku penguji

5. Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staf STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan.

6. Kepala Puskesmas Bua serta staf yang telah memberikan bantuan, data dan informasi kepada peneliti.

7. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang telah memberikan

dukungan dan doa.

(6)

8. Keluarga Ny. “N” yang telah bersedia memberikan informasi dalam penyusunan Asuhan Kebidanan.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Palopo, 20 September 2019

Suci

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 2

B. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

C. Tujuan Penulis ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan ... 9

B. Tinjauan Umum Tentang Persalinan ... 15

C. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas ... 31

D. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir ... 40

E. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi ... 42

BAB III STUDI KASUS ... 52

A. Kehamilan ... 52

B. Persalinan ... 70

C. Nifas ... 85

D. Bayi Baru Lahir... 93

E. Keluarga Berencana ... 112

(8)

BAB IV PEMBAHASAN ... 116

A. Masa Kehamilan ... 116

B. Persalinan ... 119

C. Masa Nifas ... 121

D. Bayi Baru Lahir... 123

E. Keluarga Berencana ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Biodata peneliti

2. Informed consent (Pernyataan Persetujuan Pasien)

3. Surat Permohonan pemberian izin pengambilan data awal dari kampus

4. Surat balasan izin pengambilan data awal dari institusi terkait 5. Surat permohonan pemberian izin penelitian dari kampus 6. Surat balasan izin penelitian dari institusi terkait

7. Surat selesai meneliti dari tempat penelitian

8. Foto Copy Lembar konsultasi (Log Book)

9. Dokumentasi hasil penelitian

(10)

DAFTAR SINGKATAN

Nomor

1. WHO : (World Health Organization)

2. ASEAN : (Association Of Southeast Asian Nations) 3. KB : (Keluarga Berencana)

4. AKI : (Angka Kematian Ibu) 5. AKB : (Angka Kematian Bayi)

6. SUPAS : (Survey Penduduk Antar Sensus)

7. SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS : (SDGs) 8. COC : (Continuity Of Care)

9. ANC : (Antenatal Care)

10. DTT : (Desinfeksi Tingkat Tinggi) 11. DJJ : (Denyut Jantung Janin) 12. A/S : (Afgar Score)

13. MAL : (Metode Amenorea Laktasi) 14. ASI : (Air Susu Ibu)

15. IMD : (Insiasi Menyusu Dini) 16. BAK : (Buang Air Kecil)

17. IMS : (Infeksi Menular Seksual)

18. HIV : (Human Immunodeficiency Virus)

19. AIDS : (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) 20. PMS : (Penyakit Menular Seksual)

21. DMPA : (Depo Medroksi Progesteron Acetat

)

22. IUD : ( Intrauterine Device)

23. MOW : (Metode Operasi Wanita) 24. MOP : (Metode Operasi Pria)

25. AKDR : (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 26. TD : (Tekanan Darah)

27. TT : (Tetanus Toksoid

)

(11)

28. BAP : (Bergerak Atas Panggul) 29. PAP : (Bergerak Atas Panggul) 30. TBJ : (Taksiran Berat Janin) 31. TFU : (Tinggi Fundus Uteri) 32. HB : (Hemoglobin)

33. BDP : (Bergerak Dalam Panggul) 34. VT : (Vagina Toucher)

35. APN : (Asuhan Persalinan Normal) 36. BBL : (Berat Badan Lahir)

37. PBL : (Panjang Badan lahir) 38. LK : (Lingkar Kepala) 39. LD : (Lingkar Dada) 40. LP : (Lingkar Perut) 41. LILA : (Lingkar Lengan) 42. BCB : (Bayi Cukup Bulan)

43. SMK : (Sesuai Massa Kehamilan) 44. PBK : (Presentase Belakang Kepala) 45. HPHT : (Hari Pertama Haid Terakhir) 46. HTP : (Hari Taksiran Persalinan) 47. TTV : (Tanda-tanda Vital)

48. KU : (Keadaan Umum)

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan kualitas pelayanan untuk ibu hamil, bersalin dan nifas. Diseluruh dunia diperkirakan 216 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH), trcatan 93negara yang di laporkan mengalami kemajuan signifikan. Namun badan kesehatan dunia juga mengungkapkan total hanya 9 negara saja yang benar-benar mencapai target perserikatan bangsa-bangsa (PBB), yaitu sedikitnya 75% yaitu Bhutan, Cabo, Verda, Kamboja, Iran, Laos, Mangolia, Rwanda, dan Timor Leste (WHO,2015).

Angka kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara yaitu indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup dan Malaysia 30 per 100.000 kelahiran hidup dan indonesia menempati urutan tertinggi di Asia Tenggara (WHO,2014).

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi dalam usia 28

hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian

bayi menurut WHO (World Healt Organization) (2015) pada Negara

ASEAN (Association of South East Asia Nations) seperti di

singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000

kelahiran hidup, Thailand 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18

per 1000 kelahiran hidup, dan indoesia masih tinggi dari Negara

ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target dari MDGs

(13)

(Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.

Continuity of Care sejak masa kehamilan sampai dengan keluarga berencana sangat di perlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh ibu yang sedang hamil bisa berpengaruh pada keadaan dan kesehatan janin didalam kandungan, saat kelahiran sampai masa pertumbuhan.

Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini akan menyebabkan perubahan pada wanita tersebut, yang meliputi perubahan fisik, mental, dan sosialnya. (Sunarsih dkk, 2011:117)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (jalan dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, hingga janin turun ke dalam jalan. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap abnormal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bukan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit. (Annisa UI Mutmainnah, 2017:2)

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium

adalah masa atau waktu sejak bayu dilahirkan da plasenta keluar

lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan denagn kandungan

yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

berkaitan saat melahirkan. (Hesty Widyasih,2013:1)

(14)

Masa nifas adalah sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil. (Sitti Saleha, 2009:4)

Neonatus adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000gr. Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500- 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

(Ika Fitria Elmeida, 2015:14)

Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adakah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu disaat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin

dipacai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB

dimuka adalah “membangun kembali dan melestarikan pondasi

yang kokoh bagi pelaksanaan program KB nasional yang kuat

dimasa mendatang, sehingga berkualitas 2015 dapat tercapai

(Jenny Mandang, 2016:201).

(15)

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari global goals Melenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015. Menurut kesmas RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030, mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat di cegah, dengan seluruh Negara berusaha menunurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian balita 25 per 1.000 kelahiran hidup, mengurangi sepertiga kematian premature akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental, pada tahun 2030 menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga berencana (KB) Informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional (Siti Nur Aero, 2017)

Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) di indonesia AKI mengalami penurunan dari 359/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2012 menjadi 305/100.000 KH pada tahun 2015. Penyebab kematian ibu yakni perdarahan (35,2%), hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%) dan abortus (4,7%).

(Profil Kesehatan Indonesia,2016).

Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, AKI

mengalami peningkatan dari tahun 2014 yaitu 138/100.000 KH atau

(39,20%) meningkat menjadi 149/100.000 KH atau (99,38%) pada

tahun 2015. Penyebab AKI terdiri dari perdarahan (41,61%),

hipertensi dalam kehamilan (21,48%), infeksi (4,03%), gangguan

(16)

sistem peredaran darah (8,72%), gangguan metabolik (2,01%) dan penyebab lain (22,15%). (Profil Kesehatan Sulsel,2015 dan 2017)

Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam kandungan dan diluar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah kematian bayi yang di bawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan kematian bayi diluar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan oleh faktor- faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar (Vivian,2014).

Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah hiperbilirubin, dimana hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam seminggu pertama dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di amerika 65%, Malaysia 75%, Indonesia 51,47% ( putrid dan mexitalia,2014).

Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten luwu angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2016 sebanyak 7 orang diakibatkan pendarahan, dan pada tahun 2017 sebanyak 7 orang di akibatkan eklamsi, dan pada tahun 2018 sebanyak 6 orang di akibatkan hipermesies gravidarum, da pada tahun 2019 sebanyak 2 orang di akibatkan komplikasi kehamilan.

Sedangkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2016 sebanyak 54 bayi yang mengalami asfikisia, pada tahun 2017 sebanyak 75 bayi mengalami komplikasi kehamilan, pada tahun 2018 sebanyak 68 bayi mengalami icterus neonatorum, pada tahun 2019 sebanyak 30 bayi premature.

Berdasarkan data dari puskesmas bua angka kematian ibu

(AKI) pada tahun 2016 sebanyak 3 orang yang di akibatkan

mengalami perdarahan, dana pada tahun 2017 sampai 2019 tidak

terdapat (AKI). Sedangkan angka kematian bayi (AKB) pada tahun

2016 sebanyak 2 bayi yang mengalami hipotermia, dan pada tahun

2017 sebanyak 10 bayi yang mengalami komplikasi kehamilan, dan

(17)

pada tahun 2018 sebanyak 11 bayi yang mengalami premature, pada tahun 2019 sebanyak 1 bayi yang mengalami infeksi tali pusat.

B. Ruang Lingkup Pembahasan

Bagaimana cara melaksanakan asuhan kebidanan Komprehensif pada Ny. “N” masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi, hingga keikutsertakan KB dengan pendekatan kerangka pikir manajeman kebidanan di Wilayah kerja Puskesmas Bua tanggal 17 April sampai 06 Mei 2019.

C. Tujuan Penulis 1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan keluarga berencana sesuai dengan standar asuhan kebidanan dengan menggunakan menggunakan 7 langkah Varney, pada Ny. “N” di Puskesmas Bua tanggal 17 April sampai 06 Mei 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Asuhan Komprehensif Antenatal Care pada Ny

“N” di Puskesmas Bua tanggal 17 April 2019.

b. Melakukan Asuhan Komprehensif Intranal Care pada Ny “N”

di Puskesmas Bua tanggal 25 April 2019.

c. Melakukan Asuhan Komprehensif Post Natal Care pada Ny

“N” di Puskesmas Bua tanggal 26 April 2019.

d. Melakukan Asuhan Komprehensif Bayi Baru Lahir pada Ny

“N” di Puskesmas Bua 26 April 2019

e. Melakukan Asuhan Komprehensif Akseptor KB pada Ny “N”

di Puskesmas Bua tanggal 06 Mei 2019

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

(18)

Sebagai bahan kajian terhadap materi Asuhan Pelayanan Kebidanan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.

b. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas)

Dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan Asuhan pelayanan secara komprehensif.

c. Bagi Klien

Klien mendapatkan Asuhan Kebidanan Komprehensif

yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang kehamilan normal 1. Pengertian

a. Kehamilan adalah sebagai fertilisasi atau penyatuan dari permatoza dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. (Sarwono Prawirahardjo,2014:213)

b. Proses kehamilan diawali dari bersatunya sel telur dengan sel sperma, kemudian di lanjutkan dengan pembelahan- pembelahan dan implentasi dalam rahim. disini awal mula tahap pembentukan plasenta dan tali pusat sebagai alat transportasi makan serta oksigen untuk janin, pembentukan air ketuban serta tahap pertumbuhan dan perkembangan janin.

Proses tersebut terjadi bersama-sama di dalam rahim.

(Aprilia Nurul Baety,2011:31)

c. Definisi dari masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir. (Ai Yeyeh Rukiyah,2018:2)

2. Perubahan fisiologi pada kehamilan a. Uterus

Letak uterus pada kehamilan akan berubah. Pada usia kehamilan 12 minggu, uterus akan naik keluar panggul dan masuk kedalam rongga abdomen, serta akan condom lebih kesisi kanan. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya

rektosigmoid disisi kiri. Uterus akan menjadi lebih vertikal dan

tidak lagi anterversi maupun antefleksi. Pada usia kehamilan

(20)

24 minggu, uterus mencapai umbilicus setelah usia kehamilan 36 minggu, uterus mulai turun kedalam panggul.

(Sri Astuti, 2017:73) b. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan pereperium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis secara berangsur-berangsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses pembentukan, berubah menjadi karunkulae mitiformise yang khas bagi wanita multipara.

(Siti Shaleha, 2009:57) c. Ovarium

pada permulaan kehamilan masih di dapat korpus luteum grafiditasi sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira

kehamilan 16 minggu korpus luteum grafiditas berdiameter kira- kira 3 cm lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk.

Ditemukan pada awal ovulasi hormon relasi, suatu imunoreaktife inhibine dalam sirkulasi maternal relaksin mempunyai pengaruh memenangkan hingga pertumbuhan janin hingga atern. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2018:42)

d. Payudara (Mammae)

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estrogen dan progestron akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.

(Ai Yeyeh Rukiyah, 2018:42)

(21)

e. Serviks uteri

Serviks Yang terdiri atas jaringan yang terikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot tidak mempunyai fungsi sebagai svingter pada multipara dengan vorsio yang bundar, vorsio tersebut cedera yang lecet dan robekan, sehingga postpartum tampak adanya porsio yang terbelah-belah dan menggangga tanda gudel serviks menjadi lunak dan warna menjadi biru, membesar pembuluh darah meningkat.

f. Kardiovaskuler

Perubahan pada kardiosvakuler tidak terlepas dari pengaruh peningkatan kadar estrogen progestron dan prostaglandin.

Akibat perubahan yang terjadi, sistem ini beradaptasi selama masa kehamilan. Perubahan hemodinamik memungkinkan sistem kardiosvakuler ibu untuk memenuhi kebutuhan janin, selain mempertahankan status kardiosvakulernya sendiri.

g. Sistem respirasi

Untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen ibu dan

menyediakan kebutuhan oksigen janin, maka secara otomatis kebutuhan oksigen ibu akan meningkat, pembesaran uterus akan menyebabkan diafrgma naik sekitar 4 cm selama kehamilan.

h. Urinaria

Pada bulan pertama kehamilan pembesaran uterus akan menekan kandung kemih sehingga akan menimbulkan rasa ingin bekemih walaupun urine yang berada dalam kandung kemih ibu hamil hanya sedikit.

i. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai

daerah payudara dan paha. Perubahan ini di kenal dengan

nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae

(22)

kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berikilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.

(Sarwono Prawirahardjo, 2014:179)

j. Traktus digestifus

Perubahan nayata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestifus dan penurunan sekresi asam hidroklorit dan peptin dilambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (bartburn) yang disebabkan oleh

reflukaes asam lambung ke esofagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorit dan penurunan motilitas serta kontipasi seabgai akibat penurunan motilitas.

Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan secara spontan. Hemoroit juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat konstipasi dan

peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus. (Sarwono Prawirahardjo. 2014:185) k. Sistem endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hepofisis akan

membesar kurang lebih 135%. Akan tetapi, pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan

dengan lancar akibat hormon prolaktin akan meningkat sepuluh kali lipat pada saat kehamilan atern, sebaliknya setelah

persalinan konsentrasi pada plasama akan menurun.

Ditemukan juga pada ibu menyusui, kelenjar tiroida akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat heperplasia kelenjar dan peningkatan faskularisasi.

(Sarwono Prawirahardjo, 2014:186)

l. Berat badan wanita hamil

(23)

Selama kehamilan kurang lebih 9-12 kg karena adanya perumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu karena kehamilan. Kenaikan terlihat pada 4 bulan sampai menjelang persalinan. Bila berat badan naik pada akhir bulan ke 4 kurang dari 45kg pada akhir bulan ke enam pertumbuhan mungkin terganggu kehidupan janin terancam ibu mungkin kekurangan gizi (kurang energi kronis). (Ai Yeyeh Rukyah. 2009:174) 3. Tujuan Antenatal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

c. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun banyinya dengan trauma seminimal mungkin.

d. Mempersiapakn ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif

e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

(Ira Jayanti, 2019:15)

4. Kunjungan Pada Antenatal Care

a. Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu) b. Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28

minggu)

c. Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 26-36 minggu dan sesudah minggu ke 36).

(Ira Jayanti.2019:14)

5. Asuhan Antenatal Care

a. Kebijakan program

(24)

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikt 4 kali selama kehamilan :

1) Satu kali pada triwulan pertama.

2) Saru kali pada triwulan ke ke dua.

3) Dua kali pada triwulan ketiga.

b. Pelayanan Asuhan Kebidanan

1) Timbang berat badan dan pengukuran berat badabn 2) Ukur tekanan darah

3) Ukur tinggi fundus uteri 4) Pemberian imunisasi TT

5) Pemberian tablet besy minimal 90 tablet selama kehamilan 6) Tes terhadap penyakit menulas seksual

7) Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) c. Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil

membutuhkan pemantauan selama kehamilannya.

Penetalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen komponen sebagai berikut :

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksaan awal serta rujukan bila di perlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4) Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi komplikasi.

(25)

5) Imunisasi TT

Antigen Interval(selang waktu

minimal)

Lama Perlindungan

Perlindungan TT1 Pada

kunjungan antenatal pertama

- -

TT2 4 minggu setelah TT1

3 tahun 80%

TT3 6 bulan setelah TT2

5 tahun 95%

TT4 1 tahun setelah TT3

10 tahun 99%

TT5 1 tahun setelah TT4

25 tahun 99%

Keterangan : artinya dalam waktu 3 tahun wanita usia subur tersebut melahirkan, maka bayi yang di lahirkan akan

terlindung dari tetanus neonaturun.

(Ai Yeyeh Rukiyah, 2018:6-9) B. Tinjauan Umum Tentang Persalinan

1. Pengertian Persalinan

a. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau bukan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Stephanie, 2017:2)

(26)

b. Defenisi Persalinan Normal menurut WHO adalah persalinan yang dinilai secara spontan, berisiko renda pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi di lahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia antara 37- 24 minggu lengkap.

(Stephanie, 2017:3).

c. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar jalan lahir.

(Jenny J.S Sondakh, 2013:2) 2. Macam – Macam Persalinan

Berdasarkan cara persalinan dapat di bedakan menjadi dua yaitu : a. Persalinan Normal adalah proses kelahiran bayi yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (lebih dari 37 minggu) tanpa adanya penyulit, yaitu dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai bayi dan ibu.

b. Bersalin Abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesar.

Berdasarkan proses berlangsungnya persalinan dapat di bedakan menjadi tiga yaitu:

a. Persalinan spontan. Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri atau melalui jalan lahir ibu tersebut.

b. Persalinan buatan. Bila persalinan di bantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi forceks atau di lakukan operasi secara sesar.

c. Persalinan anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban karena pemberian prostaglandin.

Berdasarkan lama kehamilan dan berat janin di bagi menjadi enam

yaitu:

(27)

a. Abortus. Pengeluara hasl konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, berat janin <500 gram dan umur kehamilan

<20 minggu.

b. Immaturus. Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai dengan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500- 999 gram.

c. Prematurs. Persalinan pada usia kehamilan 28 minggu sampai dengan 36 minggu dengan berat janin kurang dari 1000 – 2499 gram.

d. Aterm. Persalinan antara usia kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat janini di atas 2500 gram.

e. Serotinus/postmatur. Persalina yang melampaui usia kehamilan 42 minggu dan pada janin terdapat postmatur.

(Annisa UI Mutmainnah, 2017:4-5) 3. Sebab – Sebab Terjadinya Persalinan

a. Teori penurunan kadar hormon progestron

Hormon progestron adalah hormon yang mengakibatkan

relaksasi pada otot-otot rahim, sedangkan pada hormon strogen meningkatkan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan,

terdapat keseimbangan antara progestron dan strogen dalam darah. Progestron menghambat kontraksi selama kehamilan sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, ekstrogen mempunyau kecendrungan meningkatkan derajat kontraktilitas.

b. Teori oksitosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot rahim sehingga mudah terangsang saat di suntikkan oxitosin dan menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitoxin dapat menimbulkan pembuntikan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung.

c. Teori prostaglandin

(28)

Prostaglandin yang di hasilkan oleh deciduas menjadi salah satu sebeb permulaan persalinan. Hal ini di sokong dengan adanya prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah.

Perifer ibu ha mil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

( Herni Johan, 2017:5-6)

4. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat ksehatan bagi ibu dan bayinya, hal ini dilakukan melalui berbagai upaya yang terintegrasi ddan lengkap, sehingga prinsip keamanan dan kualita pelayana dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

5. Tanda-tanda persalinan

Tanda bahwa persalinan sudah dekat:

a. Lighitening

Menjelang ke 36 minggu, tanda bahwa pada primigrafida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi barkton hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum, rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.

b. His permulaan

makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen progestron juga makin berkurang sehingga produksi oksitosin, dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering.

(Ani Laila, 2015:08)

Tanda-tanda timbulnya persalinan:

a. Terjadinya his persalinan

His adalah kontaksi rahim yang dapat di rabah dan

menimbulkan rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan

(29)

pembukaan serviks kontraksi rahim, dimulai pada dua face maker yang letaknya dekat cormu uteri.

b. Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir berasal dari pembukaan, yang menyebabkan lepasnya lendir yang bersala dari kanalis servikalis, sedangkan darah disebabkan adanya robekan pembuluh darah waktu serviks membuka.

c. Ketuban pecah dengan sendirinya Sebagian ibu hamil mengeluarkan 6. Asuhan persalinan normal

Tujuan asuhan kebidanan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan mem eperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

(Ani Laila, 2015:5) a. Kala I

Fase-fase dalam kala 1 persalinan 1) Fase laten:

a) Fase laten dari periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang mulainya sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif.

b) Selama fase laten, bagian presentasi mengalami penurunan sedikit

c) sehingga tidak sama sekali, seiring dengan peningkatan frekuensi durasi, dan insentitas, kontraksi menjadi lebih tebal selama fase laten.

d) Dari mulai terjadi setiap 10-20 menit, berlangsung 15-

20 detik, dengan intensitas ringan kontraksi dengan

(30)

intensitas sedang ( rata-rata 40 mmHg ) pada punjak kontraksi dari tonus uterus dasar sebesar 10 mmHg yang terjadi setiap 5-7 menit dan berlangsung 30-40 detik.

2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan menckup fase transisi. Pembukaan umumnya di mulai dari 3-4 cm ( akhir fase laten hingga 10 cm ( akhir kala I persalinan ) .penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala II persalinan

a) Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas kuat.

b) Kontraksi yang efektif adalah kontraksi yang mempunyai pola gradien kelipatan tiga normal, mencapai tekanan uterus 40-50 mmHg pada punjak kontraksi dan kembali ke tonus uterus istirahat, yaitu 10 mmHg. Mejelang fase aktif, kontraksi biasanya muncul setiap 2-3 menit, berlangsung sekitar 60 detik, dan mecapai intensitas yang kuat ( lebih dari 40 mmHg) dengan rata-rata 55 mmHg.

b. Kala II ( kalla pengeluaran).

Kalla II di mulai dari pembukaan serviks 10 cm ( lengkap ) sampai dengan lahairnya bayi.

a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dan durasi 50- 100 detik.

b) Menjelang akhir kalla I ketuban pecah yang ditandai

dengan pengeluaran secara mendadak.

(31)

c) Kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka vagina dan tampak suboksiput sebagai hipoinclion.

d) Lamanya kala II pada primigavida 50 dengan multigravida 30 menit.

c. Kala III

Setelah kalla II,kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.

dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta dapat di perkirakan dengan memerhatikan tanda- tanda di bawah ini:

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong keatas, kareana plasenta di lepas kebawah segmen bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang d. Kala IV

Kalla IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpatum paling sering terjadi pada 2 jam pertama observasi yang di lakukan meliputi :

a) Tingkat kesadaran pasien b) Pemeriksaan tanda-tanda vital c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan. ( Ari Susanti, 2015:4)

7. Fisiologi persalinan normal

(32)

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Mejelang persalinan, otot polos uteru mulai menunjukan aktivitas secara terkoordinasi, di selingi dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai punjaknya menjelang persalinan, serta secara mengangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamila, persalinan, dan kelahiran, sampai saat ini masi belum jelas benar.

( Sarwono Prawirahardjo, 2014:297)

8. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin

Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat berfariasi, tergantung pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan menghadapi persalinan. Dukungan yang di terima wanita dari pasangannya, orang terdekat lainnya, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan tempat wanita tersebut berada, dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi yang diinginkan atau tidak,

9. 60 Langkah asuhan persalinan normal

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya

c. Perineum menonjol

d. Vulva vagina dan sfingter anal membuka

2. Memastiakn perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial

siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

(33)

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih 4. Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih

5. Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik ( dengan memakai sarung tangan diinfeksi tingkat tinggi atau steril ) dan meletakan kembali di partus set atau wadah diinfeksi tingkat tinggi tanpa mengontaminasi tabung suntik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menugunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air diinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus, terkontaminasi oleh kotoroan ibu, memebersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan kebelakan. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar, menganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

8. Dengan mengnakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkaan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendokumentasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masi memakai sarung tangan

kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian

(34)

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalalarutan klorin 0,5 % selama 10 menit.mencuci tangan ( seperti di atas )

10. Memeriksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan DJJ dalam batas normal ( 100- 180 kali permenit.

a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b. Mendokumentasian hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dengan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginanya.

a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesaui dengan pedoman persalinanaktif dan pendokumentasian temuan-temuan b. Menjelaskan kepada angota kelurga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada saat ibu ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman )

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan untuk kuat untuk meneran.

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

(35)

b. Mendukung dan memberi semangat atau usaha ibu untuk meneran.

c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesui dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang ).

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e. Menganjurkan kelurga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

f. Menganjurkan asuhan cairan perorang g. Menilai DJJ setiap 5 menit.

h. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk primi vara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu miltivara merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

i. Mengajurkan ibu untuk meneran, berjongkok untuk mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum meneran dalam 60 menit anjurkan ibu untuk meneran pada punjak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antra kontraksi.

j. Jika bayi bulum lahir atau kelahiran bayi belum akn terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu segera.

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan.

15. Meleatakn kain-kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu

16. Membuka partus set

17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan

(36)

18. Saat kepala membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi membiarkan kepala keluar perlahan- lahan menganjurkan ibu untuk meneran perlahan- lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir.

19. Dengan lembut menyekah muka, mulut, dan hidung, bayi dengan kain atau kasa yang bersih ( langkah ini tidak harus di lakukan )

20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi

a. Jika tali pusat meliit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklem di dua tempat dan memotongnya

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran faksi luar secara spontan Lahir bahu

22. Setelah kepala melakukan faksi luar, tempat kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.dengan lembut dan kearah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada di bagain bawah

kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan

posterior lahir tangan tersebut mengendalikan

kelahiran siku dan tangan bayi saat melawati

(37)

perneum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangah tubuh bayi saat di lahirkan menggunakan anterior ( bagian atas ) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir

24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas ( anterior ) dari punggung kearah bayi untuk menyangah saat punggung kaki lahir.

Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penangganan bayi baru lahir

25. Menilai bayi dengan cepat dalam (30 detik )kemudian meletakan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalupendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami aspeksia, lakukan resusitasi. (resusitasi neonatus)

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu – bayi lakukan penyuntuntikan exitosin / IM

27. Menjepit tali pusat mengunakan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat

mulai dari pusat mulai dari klem kearah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama ( ke

arah ibu).

(38)

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan melindungi bayi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara 2 klem tersebut

29. Meringkan bayi, menganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka, jika bayi mengalami kesulitan bernafas, ambil tindakan yang sesuai

30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

Oksitosin

31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memeberitahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik 33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi berikan

suntikan oksitosin 10 unit IM digluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar setelah mengapsirasi terlebih dahulu.

Peragangan tali pusat terkendali

34. Memindahkan klem pada tali pusat

35. Meletakan 1 tangan 1 tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tetapi di atas tulang pubis, dan mengunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.memegang tali pusat dengan klem dengan tangan yang lain.

36. menunggu uterus berkontraksi dan kemudian

melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat

dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan

arah bagian bawah uterus dengan cara menekan

(39)

uterus kearah atas dan belakan (dorso kranial dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

a. Jika uterus tidak berkontrasi, meminta ibu seseorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan plasenta :

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarin tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateteritasi kandung kemih dengan menggunakan teknik apseptik jika perlu.

3) Meminta kelurga untuk menyiapkan rujukan 4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15

menit berikutnya.

5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

38. jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan

kelahiran plasenta dengan mengunakan kedua

tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan

dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selapu

(40)

plasenta terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban.

39. jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Mengunakan jari-jari tangan atau klem atau forset disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga utrus berkontraksi (fundus menjadi keras).

41. Memeriksa kedua sisi plasenta bayi yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk, memastikan plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh meletakan plasenta di dalam kanton plastik atau tempat khusus

a. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik melakukan tindakan yang sesuai

42. Menfefaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjathit laserasi yang mengalami pendarahan aktif

43. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

44. Mecelupkan kedua tangan yang memakai sarung

tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas keuda

tangan yang masi bersarung tangan tersebut dengan

(41)

air diinfeksi tingkat tinggi dan mengerikannya dengan kain yang bersih dan kering.

45. Menetaokan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggidan sompul mati sekeliling tali pusat sekiat 1 cm dari pusat

46. Mengikat lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul mati dari pusat.

47. Meneparkan klem beda dan meletakanya ke dalam larutan klorin 0,5%.

48. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya, memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering

49. Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

50. Mengajurkan pemantaun kontraksi uterus dan pendarahan pervagina

a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca

persalinan

d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana anutonia uteri

e. Jika di temuka laserasi yang memerlukan penjahitan, dilakukan penjahitan anestesia dan mengunakan yang sesuai

51. Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus

52. Mengafaluasi kehilangan darah.

(42)

53. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama. Pasca persalinan dan setaip 30 menit selama 2 jam kedua pasca persalinan

a. Memerika temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam selama 2 jam selama pascapersalinan

b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

54. Menempatkan semua peralatan semua kedalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).

Mencuci dan mebilas peralatan setelah terkontambinasi

55. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat yang sesuai

56. Membersihkan ibu dengan mengunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Memabntu ibu memakai pakain yang bersih dan kering.

57. Memastikan bahwa ibu nyaman membantu ibu memberikan ASI menganjurkan ibu untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang di inginkan.

58. Mendekontaminasi daerah yang di gunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih

59. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

60. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air

mengalir Melengkapi patograf.

(43)

(Sarwono Prawirahardjo,2014:341-347) C. Tujuan umum tentang masa nifas

1. Pengertian masa nifas

a. Pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi. Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya. Keadaan ini di tandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian aturan yang baru. (Sarwono Prawirahardjo,2014:357).

b. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang di perlukan untuk Memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Sitti Saleha, 2009:4)

c. Masa nifas sering juga disebut masa post partum atau

puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

berikutnya, di sertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni 2013:1)

2. Tujuan asuhan masa nifas

Kalahiran bayi merupakan suatu peristiwa yang

menyenangkan dan di tunggu-tunggu karena telah berakhir masa kehamilan, tetapi dapat juga menimbulkan masalah bagi kesehatan ibu. (Reni Yuli Astutik, 2015:2)

a. Tujuan masa nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayiny,baik secara fisik maupun

psikologis.

(44)

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, meyusui ataupun pemberian imunisasi, bagi bayi dan perawatan bayi sehat.

3) Melaksankan screning yang komprehensif, mendeteksi adanya masalah, mengobati atau merujuk bila terajadi komplikasi pada ibu maupun bayinya

4) Memberikan pelayanan KB (Sitti Saleha 2009:5) 3. Perubahan fisiologi pada masa nifas

a. Sistem reproduksi 1) Uterus

Uterus berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada uterus selain terjadi proses involusi juga terjadi proses autolysis yaitu

pencernaan komponen-komponen sel oleh hidrolase endogen yang dilepaskan dari lisosom setelah kematian sel. Hal

menyebabkan bekas implantasi plasenta pada dinding endometrium tidak meninggalkan bekas atau jaringan perut.

a. Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir se luas 12x15 cm dengan permukaan kasar dimana pembuluh darah besar bemuara.

b. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan tromboset di samping pembuluh darah tertutup kontraksi otot rahim.

c. Bekas implantas dengan cepat mengecil, pada minggu ke dua sebesar 6-8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

d. Lapisan endometrium di lepaskan dalam bentuk jaringan yang telah rusak bersama lochea.

e. Luka bekas implantasi akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang bersal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.

f. Kesembuhan sempurnah pada saat akhir dari masa nifas.

2) Lochea

(45)

Lochea adalah jaringan atau secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea : a. Lochea rubra (ceruin) : berisi darah segar dan sisa selaput

ketuban, sel desi 2, verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari nifas.

b. Lochea sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7 nifas.

c. Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdara lagi, pada hari ke 7-14 nifas.

d. Lochea alba :cairan berwarna putih, keluar setelah 2 minggu masa nifas.

Selain lochea atas, pada jenis lochea yang tidak normal, yaitu : a. Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti

nanah berbau busuk.

b. Locheastatis : lochea tidak lancar keluarnya.

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium uteri eksterna dapat di masuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 ,imggu persalinan serviks akan menutup.

4) Vulva dan Vagina

Perubahan padavulva dan vagina adalah :

a. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, ke dua organ ini tetap erada dalam keadaan kendur.

b. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada

keadaan tidak hamil.

(46)

c. Setalah 3 minggu rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Perineum

Perubahan yang terjadi pada perineum adalah:

a. Setelah segera melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

b. Pada masa nifas hari ke 5, tonus otot perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot perineum, maka pada masa nifas perlu dilakukan senam kegel.

(Reni Yuli Astutik, 2015:56-60)

6) Payudara

Memeriksa ukuran dan bentuk payudara pasien pada setiap pergantian jaga dengan memperhatikan bercak eritema, nyeri tekan atau penggebungan (engurgemen) payudara.

a. Pada hari pertama hingga kedua post partum, kedua payudara harus teraba lunak.

b. Pada har ke tiga post partum dapat teraba payudara yang hangat dan kencang, payudara yang teraba hangat dan kencang ini menunjukan bahwa payudara tersebut sedang di isi ASI.

c. Pada hari ke empat atau ke lima post partum dapat terabah

payudah yang keras, tegang serta nyeri tekan dan terlihat

(47)

memerah serta membesar, secara khas keadan ini menunjukkan pengembungan atau emorgemen.

(Anita Lockhtar,2014:36) b. Perubahan Sistem Pencernaan

Dibutuhkan waktu 3-4 hari faal usus kembali normal. Meski pun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika belum melahirkan enema. Rasa sakit daerah perineum dapat

menghalangi keinginan untuk buang air besar (BAB) sehingga pada masa nifas sering timbul keluhan konstipasi akibat tidak teraturnya BAB. (Rini Yuli Astutik, 2014:61)

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umurnya disebabkan karena makanan padat beserat selama persalinan, di samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan denga jahitan pada prerineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri buang air besar dilkukan 2-4 hari setelah persalinan. (Hesty Widyasih, 2013:80)

Seorang wanita merasa lapar dan siap menyantap

makananya 2 jam setalah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan pada ibu, terutama pada bayi ynag di kandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi.

(Reni Yuli Astutik, 2015:61)

Mual dan munrah terjadi akibat produksi salifa meningkat pada kehamilan trimester I, gejalah ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada ibu nifas.

Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah

terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak

adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah

(48)

dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perenium. (Sitti Saleha,2009:58) c. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresi post partum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap penuruna ekstrogen.

Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan protein dapat muncul di dalam urin akibat perubahan otolitik di dalam uterus.

Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dn relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan di hasilkn dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan.

Urin desidua bakteriuria pada kandung kencing yang mengalami cederah di tambah dengan lidatasi verpis renalis dan ureter,

membentuk kondisi yang optimal untuk timbulnya infeksi saluran kencing.

Peregagan dan dilatasi selama masa kehamilan tidak menyebabkan perubahan permanen di pelvis renalis dan ureter kecuali kalau di tumpangi oleh infeksi.

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroit tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar esteroit menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:

1. Hemostatis internal

Tubuh, terdiri dari air dan unsur yang larut di dalamnya dan

70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel yang di sebut

(49)

dengan cairan intraseluler. Cairan ekstrasesuler terbagi dalam plasma darah dan langsung di berikan untuk sel-sel yang disebut dengan caian interstisial. Ha yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehedrasi.

Antara lain :

a. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.

b. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak di ganti. (Lia Yulianti 2018:28-29)

d. Perubahan sistem muskuloskeletal

Muskulosteletal yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus, stabilisasi lengkap akan terjadi pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahahirkan dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peragangan selama

kehamilan. (Lia Yulianti 2018:31-32)

Kadar relaksin dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal dalam waktu 7 hari, namun akibat yang di timbulkan pada jaringan fibrosa otot dan ligamen memerlukan waktu empat sampai lima bulan untuk berfungsi seperti sebelum hamil. Pada masa nifas awal ligamen masi dalam masa kondisi terpanjang dan sendi- sendi berada dalam kondisi kurang stabilhal ini wanita paling rental mengalami masalah muskuloskeletal. (Reni Yuli Astutik 2015:63) e. Sistem endokrin

Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekiar 3 jam nifas progesteron turun pada tiga hari pada hari ketiga nifas kadar

prolaktin dalam prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.

Hormon plasenta menurun dengan cepat dan menetap sampai

10 % dalam 3 jam hinga hari ke-7 masa nifas.

(50)

Prolaktin dalam darah meningkat dengan cepat, pada wanita yang tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkatkan pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hinga ovulasi terjadi.

Hipotalamik pituitari ovarium untuk wanita yang menyusui akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi. Diantara wanita laktasi sekitar 15% menstruasisetelah 2 minggu diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasisetelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80%

menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. ( Reni Yuli Astutik 2015:62)

f. Payudara

Jaringan payudara tumbuh yang berfungsi menyiapkan makanan bagi bayi baru lahir setalah melahirkan hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi yang menghambat kelenjar pituitari yang akan mengeluarkan hormon prolaktin. Apabila pembulu darah payudara menjadi bengkak terisi darah sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan rasa sakit yang dimana berfungsi menghasilkan ASI. Ada dua refles yang sangat mempengaruhi keadaan jiwa ibu yaitu :

1) refleks Reflks let down

pada waktu bayi menghisap puting susu ibu refleks saraf

meransang logus posterior pituitari untuk menyekreksi hormon.

2) Isapan bayi akan merangsang puting susu dan oriola nerfus fagus diteruskan hifofisa lalu kelobus anterior.

(Siti Saleha, 2009:57-58) g. Perubahan tanda-tanda fital

1) Suhu tubuh wanita impartu lebih dari 37,2

o

C sesudah partus

dapat naik kurang lebih 0,5

o

C dari keadaan normal, namun

tidak akan melibihi 8%C sesudah dua jam pertama

(51)

melahirkan umunya suhu badan akan kembali normal apabila suhu lebih dari 38

o

C mungkin terjadi infeksi pada klien.

2) Nadi dan pernapasan nadi berkisar antara 60-80 denyutan per-menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardi bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebih atau ada vitum kordis pada penderita, pada masa nifas umumnya denyut nadi labil di bandungkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kemabali seperti keaadan semula.

3) Tekanan darah hipertensi postpartum akan hilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.

( Sitti Saleha 2019:61)

h. Kunjungan masa nifas

Kunjugan pertama waktu 6 - 8 jam setelah persalinan memiliki tujuan :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.

3) memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal

Referensi

Dokumen terkait

Pada beberapa penelitian dan literatur tentang fisika zat padat, telah dilakukan perhitungan batas frekuensi Debye  D menggunakan model kontinu dengan

lapangan equestrian indoor &amp; outdoor dengang disediakannya area tribun pandang yang mengarah pada area area lapangan equestrian indoor &amp; outdoor dan

5 Susu sapi dapat menimbulkan rasa enek (rasa mual) 6 Susu sapi putih murni memiliki rasa yang

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Bagaimana hubungan antara body image dengan harga diri yang dimiliki oleh remaja putri di daerah pedesaan akan digambarkan dalam penelitian ini, karena pada masyarakat

– Menyediakan sebuah mekanisme yang siap untuk hidup dan bekerja lagi dengan cepat setelah terjadi kesalahan, kerusakan atau bencana, dimana semua data dapat diakses pada

Therefore, in this study, the distribution of DNA polymorphisms in the putative MADS-box gene located near the quantitative trait loci (QTL) for flowering time and maturity was

Proses Perbaharui (upgrade) perangkat lunak: 1) Pastikan anda sudah terkoneksi internet. 2) Pada saat anda terkoneksi, jika dialer mendeteksi adanya versi perangkat lunak