• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

6 PEMBAHASAN

6.2 Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan PPS Nizam Zachman Jakarta dan pengamatan yang dilakukan terdapat wilayah gedung seluas 8.880 m2, rata-rata per bulan terdapat 341 unit kapal (rata-rata terbuat dari kayu) yang bersandar di kolam pelabuhan sepanjang tahun 2010. Selain itu di PPS Nizam Zachman Jakarta ini terdapat kurang lebih sebanyak 80 perusahaan perikanan dengan luas wilayah untuk perusahaan yang berada di dermaga barat dan dermaga timur saja mencapai 46.000 m2 dengan kapasitas lebih dari 10.000 megaton/tahun.

Kalau dilihat dari sumber penyebab umum kebakaran (listrik, kompor, mesin, bahan bakar, dll) maka hampir seluruh kawasan di PPS Nizam Zachman mempunyai potensi tersebut. Bisa dibayangkan jika terjadi kebakaran di area yang lebih dari 46.000 m2 dengan kapasitas produksi lebih dari 10.000 megaton/tahun tersebut pastinya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu penting sekali untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk mengurangi kerugian jiwa dan materil melalui Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) yang baik.

Berdasarkan klasifikasi potensi bahaya kebakaran yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja dalam Kepmen No.186/MEN/1999, pada umumnya perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta digolongkan dalam tingkat klasifikasi bahaya kebakaran Sedang II. Hal ini dilihat berdasarkan aktivitas perusahaan tersebut yang mana satu-satu nya proses produksi yang berpotensi untuk terjadi kebakaran adalah pada hanya gudang pendingin (cold storage). Selain aktivitas cold storage perusahaan hanya melakukan aktivitas fillet ikan dan packaging ikan tersebut. Sehingga tidak berpotensi untuk terjadi bahaya kebakaran.

Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, menimbun bahan dengan tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang sehingga menjalarkan api sedang. Adapun contoh tempat kerja yang mempunyai tingkat bahaya kebakaran sedang II adalah

penggilingan padi, pabrik bahan makanan, percetakan dan penerbitan, bengkel mesin, gudang pendinginan, perakitan kayu, gudang perpustakaan, pabrik bahan keramik, pabrik tembakau, pengolahan logam, penyulingan, pabrik barang kelontong, pabrik barang kulit, pabrik tekstil, perakitan kendaraan bermotor, pabrik kimia dengan kemudahan terbakar sedang, pertokoan dengan pramuniaga kurang dari 50 orang.

Menurut Kepmen No.186/MEN/1999 setiap perusahaan/tempat kerja diharuskan mempunyai unit penanggulangan kebakaran dengan komposisi jumlah dan keahlian yang disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Kompetensi personil unit penanggulangan kebakaran terbagi menjadi 4 (empat) keahlian, yaitu :

1) Petugas Peran Penanggulangan Kebakaran (D) 2) Regu Penanggulangan Kebakaran (C)

3) Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran (B) 4) Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran (A)

Setiap unit tugas masing-masing mempunyai komposisi ideal untuk ditempatkan pada sebuah perusahaan. Komposisi tersebut disusun berdasarkan dengan jumlah tenaga kerja dari perusahaan tersebut. Komposisi masing-masing unit tugas untuk perusahaan dengan kategori tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II adalah sebagai berikut :

Tabel 12 Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II

Jumlah Tenaga Kerja

Komposisi Tingkat Keahlian Personel Pada Tingkat resiko Bahaya Kebakaran sedang II

Jumlah Ideal A B C D 25 Orang 1 1 2 3 7 Orang 50 Orang 1 1 3 6 11 Orang 100 Orang 1 1 4 10 16 Orang 200 Orang 1 2 5 20 28 Orang

Sedangkan pada kenyataannya di perusahaan-perusahaan pada umumnya tidak memiliki personil dengan keterampilan khusus. Perusahaan hanya menunjuk pihak keamanan mereka untuk melakukan peran unit penanggulangan kebakaran. Dari segi jumlah pun sangat jauh dari keadaan ideal. Hal ini membuktikan bahwa

ternyata para pemimpin perusahaan masih belum punya atau belum memberikan perhatian khusus terkait dengan permasalahan penanggulangan kebakaran ini. Tabel 13 tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di

perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta

Perusahaan Jumlah

Tenaga Kerja

Komposisi Tingkat Keahlian Personel

A B C D

PT. AwindoInternasional 90 - - - 11 PT. Lautan Niaga Jaya 22 - - - 3

PT. Bosco 75 - - - 6

Untuk melihat tingkat kecukupan sumberdaya manusia yang terdapat di tempat kerja diatas berdasarkan Kepmen No.186/MEN/1999, maka kita bisa menggunakan perhitungan dengan rumus sebagai berikut :

Dengan menggunakan rumus tersebut maka didapatkan hasil tingkat kelengkapan personel di PT.Awindo Internasional baru sekitar 68%, PT.Lautan Niaga Jaya sekitar 43%, PT.Bosco sekitar 38%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecukupan jumlah personil pemadam kebakaran di tempat kerja belum mencukupi kebutuhan ideal.

Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 setiap bangunan industri harus memiliki sarana dan prasarana penanggulangan seperti sumber air, jalur evakuasi, akses mobil kebakaran, alat komunikasi internal, sistem deteksi dan alarm kebakaran, hingga sistem pemadam kebakaran yang meliputi alat pemadam api ringan (APAR), hidran, smoke detector, dan sprinkler.

Σ n Rill

Rasio Jumlah Personil = x 100 %

Σ n Ideal

Ket :

Σ n Rill : Jumlah SDM Sebenarnya Σ n Ideal : Jumlah SDM Ideal

Tabel 14. Check sheet sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di gedung

Sarana dan Prasarana PT.Awindo Internasional

PT.Lautan Niaga Jaya

PT.Bosco

Prasarana 1.Sumber air

2.Jalur evakuasi

3.Akses mobil kebakaran

yang lancar

4.Alat komunikasi

internal (fire telp, public address, dll)

Sarana 1.Sistem deteksi dan

alarm kebakaran - - 2.Sistem pemadam kebakaran APAR Hidran kebakaran - - Sprinkler - - Smoke detector - -

Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 (tentang ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan) rata-rata bangunan gedung perusahaan yang terdapat di PPS Nizam Zachman ini termasuk dalam kelas 8 (delapan). Bangunan gedung kelas 8 (delapan) adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang digunanakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau perjualan.

Setiap bangunan gedung kelas 8 (delapan) yang memiliki 1 lantai dengan luas minimal 400 m2 atau 2-4 lantai dengan luas minimal 200 m2 harus mempunyai sistem deteksi dan alarm kebakaran manual. Bangunan kelas ini harus dilengkapi hidran manual 1 (satu) buah setiap 800 m2. Bangunan kelas 8 (delapan) ini juga diharuskan untuk menyediakan sitem deteksi asap (smoke detector). Jadi setiap bangunan gedung di lingkungan PPS Nizam Zachman baik itu bangunan gedung perusahaan atau bangunan gedung milik pemerintah yang memiliki luas minimal seperti yang disebutkan di atas harus memiliki sistem hidran dan smoke detector ini.

Lain halnya dengan sprinkler. Sprinkler memang disyaratkan ke semua kelas bangunan termasuk lapangan parkir. Akan tetapi sprinkler benar-benar

diperlukan pada bangunan yang tinggi efektifnya lebih dari 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai. Jadi setiap bangunan yang ada di lingkungan PPS Nizam Zachman yang memiliki tinggi 14 m atau jumlah lantai lebih dari 4 lantai harus memiliki sprinkler.

6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan

Dokumen terkait