• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian manajemen penanggulangan kebakaran di pelabuhan perikanan samudera Nizam Zachman Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian manajemen penanggulangan kebakaran di pelabuhan perikanan samudera Nizam Zachman Jakarta"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

NIZAM ZACHMAN JAKARTA

HANIF FANSURYA

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

HANIF FANSURYA, C44063002. Kajian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan BUDY WIRYAWAN.

Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Selama ini perhatian orang terhadap pelabuhan perikanan kebanyakan hanya pada aktivitas produksi perikanan di pelabuhan tersebut. Akan tetapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari sebuah pelabuhan masih belum banyak diperhatikan. Salah satunya adalah tentang manajemen penanggulangan kebakaran. Padahal tindakan preventif terhadap bencana itu sangatlah diperlukan agar dapat mengurangi resiko timbulnya korban (materil dan jiwa) akibat bencana tersebut. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta dan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen penanggulangan kebakaran. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode purposive sampling. Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis deskriptif dan analisis sistem dengan menggunakan diagram Ishikawa. Secara umum Manajemen Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman masih harus dibenahi. Diantaranya yang harus dibenahi adalah sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran yang mengacu pada Kepmen.PU No. 11/KPTS/2000 tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan. Tata operasional penanggulangan kebakaran, serta sumberdaya manusia yang bertugas menanggulangi kebakaran di setiap wilayah kerja baik dari segi jumlah maupun dari segi komposisi tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran. Dalam pelaksanaan manajemen penanggulangan kebakaran ternyata ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhinya, yaitu : sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, tata operasional, organisasi, hingga potensi penyebab kebakaran yang ada di suatu wilayah.

(3)

© Hak cipta IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa menyebutkan sumber :

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

HANIF FANSURYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta adalah

karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di

bagian akhir.

Bogor, Mei 2011

(6)

Nama Mahasiswa : Hanif Fansurya

NRP : C44063002

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001

Tanggal Lulus : 2 Mei 2011

Pembimbing I

Iin Solihin S.Pi, M.Si NIP. 19701210 199702 1 001

Pembimbing II

(7)

Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada

penulis berupa karunia yang tak terhingga sehingga penulis tetap diberikan

kekuatan untuk menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa kepada Rasulullah SAW

yang telah memberikan bimbingan kepada umatnya bagaimana cara berhubungan

dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia hingga sampai

pada diri penulis.

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana

pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih adalah “Kajian

Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman Jakarta”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga

penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkannya.

Bogor, Mei 2011

(8)

Ucapan terima kasih diucapkan kepada :

1) Bapak Iin Sholihin dan Bapak Budy Wiryawan selaku komisi pembimbing

yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

2) Bapak Abdul Rouf Syam selaku Kepala UPT Pelabuhan Perikanan

Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) yang telah mengizinkan

penulis untuk melakukan penelitian di PPS Nizam Zachman Jakarta.

3) Pak Rahmat Irawan (Kepala Bagian Operasional), Ibu Khusnul Khatimah

(Kepala Humas), Kak Icha, Mbak Yanti, Pak Indra serta seluruh jajaran

UPT PPS Nizam Zachman yang telah membantu penulis dalamm

melaksanakan penelitian ini.

4) Ibu Tri Wiji Nurani dan Bapak Mohammad Imron yang telah membantu

mengoreksi dan memberikan saran untuk tulisan ini pada sidang skripsi

saya.

5) Bapak Ronny Irawan Wahyu selaku pembimbing akademik.

6) Papa dan mama yang telah memberikan doa, support, serta inspirasi yang luar biasa kepada penulis hingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikan

kuliah di IPB. Serta adik-adikku (alfi, zaki, dan ihsan) yang selalu

mendoakan abang dalam menyelesaikan kuliah ini.. Insya Allah abang akan

bantu kalian untuk meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik.

7) Keluarga PSP 43 terutama teman satu bimbingan ; Qbee, Ike, Ari, dan Troy

yang telah mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Mukhlis, Rezki yang telah membantu penulis dalam penelitian serta

membantu dalam mengoreksi tulisan ini.

8) Keluarga besar Samudera 43, FKMC, Keluarga Rangers, teman-teman spiritual, Forhuman team, serta rekan-rekan aktivis dakwah IPB.

Warna-warni, persahabatan, lika-liku, ukhuwah dan istiqomah. Semuanya memang

begitu indah.

(9)

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 9

September 1988 dari Bapak Drs.M.Fachri Adnan, M.Si,

Ph.d dan Ibu Dra. Surya Darmita. Penulis merupakan putra

pertama dari 4 (empat) bersaudara.

Penulis lulus dari MAN 2 Padang pada tahun 2006

dan pada tahun yang sama diterima di IPB tanpa tes

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun kedua penulis

masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen

Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai Asisten Mata Kuliah

Teknologi Perencanaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Pelabuhan Perikanan

(TP5), dan mata kuliah umum Asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) IPB.

Penulis juga aktif menulis karya ilmiah dalam bentuk Program Kreativitas

Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh DIKTI. Penulis juga pernah mendapatkan

beasiswa dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Bank Ekspor-import, serta Beasiswa BBM.

Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemahasiswaan

mulai dari kepanitiaan hingga pengurus organisasi kemahasiswaan. Penulis

pernah menjadi anggota Wakil Ketua angkatan dan Kepala Departemen

Kerohanian Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang (IPMM), anggota Himpunan

Mahasiswa Padang-Pariaman (HIMAPD), Staf Ahli Komisi Internal Dewan

Perwakilan Mahasiswa FPIK, Ketua Pemilihan Raya (PEMIRA) FPIK, Staf Ahli

Dept.Syiar Forum Keluarga Muslim FPIK (FKMC), General Manajer FKMC,

serta Kepala Bagian Pembinaan FSLDK IPB.

Penulis aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh organisasi

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan ... 4

2.1.2 Klasifikasi pelabuhan perikanan ... 5

2.2Konsep Dasar Sistem ... 7

2.3Penanggulangan Kebakaran ... 12

2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran ... 12

2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran ... 12

2.3.3 Penanggulangan kebakaran lingkungan ... 14

2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung ... 15

2.4Unit Penanggulangan Kebakaran ... 16

2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran ... 17

2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 18

3 METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian ... 20

3.2Metode Penelitian ... 20

3.2.1 Metode pengumpulan data ... 20

3.2.2 Jenis data yang dikumpulkan ... 21

3.3Analisis Data ... 22

3.3.1 Analisis deskriptif ... 22

3.3.2 Analisis sistem ... 22

4 KONDISI UMUM PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA 4.1Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.2Sejarah dan Perkembangan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4.3Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta ... 26

(11)

4.3.2 Perusahaan umum (Perum) ... 28

4.4Visi, Misi dan Tujuan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 30

4.5Sarana dan Prasarana PPS Nizam Zachman Jakarta ... 31

4.6Keadaan Perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 33

5 HASIL 5.1Potensi kejadian kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 34

5.2Manajemen penanggualangan kebakaran TB.Mina Antasena ... 36

5.2.1 Sarana dan prasarana ... 36

5.2.2 Sumberdaya manusia ... 38

5.2.3 Tata operasional ... 38

5.3Manajemen Penanggulangan Kebakaran Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta (Pos Jaga Muara Baru) ... 40

5.3.1 Sarana dan prasarana ... 40

5.3.2 Sumberdaya manusia ... 41

5.3.3 Tata operasional ... 41

5.4Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Gedung dan Tempat Kerja . 43 5.4.1 Sarana dan prasarana ... 43

5.4.2 Sumberdaya manusia ... 43

5.4.3 Tata operasional ... 44

6 PEMBAHASAN 6.1Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 45

6.2Potensi dan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja di lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 46

6.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 50

7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1Kesimpulan ... 55

7.2Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(12)

i

1 Tugas unit penanggulangan kebakaran ... 17

2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 19

3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan ... 21

4 Fasilitas pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 31

5 Fasilitas fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 32

6 Fasilitas penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta ... 32

7 Fasilitas PPS Nizam Zachman dan Potensi kebakarannya ... 37

8 Sarana dan Prasarana TB. Mina Antasena ... 39

9 Perlengkapan Unit dan Personel Unit Damkar–PB Pos Jaga Muara Baru 41 10 Sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 42

11 Jumlah ideal personil unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja ... 43

12 Komposisi unit penanggulangan kebakaran berdasarkan tingkat keahlian pada tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II ... 49

13 Rasio tingkat keahlian personel unit penanggulangan kebakaran di perusahaan perikanan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 50

(13)

ii

1 Karakteristik sistem ... 9

2 Format diagram sebab-akibat Ishikawa ... 22

3 Lokasi PPS Nizam Zachman Jakarta ... 24

4 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta ... 28

5 Data perusahaan di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 33

6 Penyebab umum kejadian kebakaran ... 35

7 Kejadian kebakaran kapal di kolam pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 36

8 Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh TB.Mina Antasena ... 39

9 Tata Operasional penanggulangan kebakaran oleh Damkar Pos Jaga Muara Baru ... 42

10 Pola Hubungan antar unit penanggulangan kebakaran ... 45

(14)

iii Halaman

1. Layout Eksisting PPS Nizam Zachman Jakarta ... 58

2. Daftar Perusahaan yang beraktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta .. 59

3. Rekapitulasi Absen Kolam Pelabuhan PPS Nizam Zachman Jakarta

Tahun 2010 ... 61

4. Dokumentasi Unit Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 62

(15)

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan merupakan pusat aktivitas perikanan. Sehingga tidak

jarang orang menilai perkembangan dunia perikanan itu dari aktivitas pelabuhan

perikanan yang ada. Jika aktivitas dari sebuah pelabuhan perikanan berjalan

dengan lancar apalagi jika dalam volume produksi besar maka bisa dikatakan

sektor perikanan di daerah tersebut baik begitu juga sebaliknya.

Pada saat sekarang ini pembangunan pelabuhan perikanan banyak terpusat

pada fasilitas, infra struktur, serta upaya-upaya pendukung untuk meningkatkan

hasil produksi. Akan tatapi hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dari suatu

pelabuhan perikanan masih belum banyak diperhatikan. Sebut saja manajemen

penanggulangan kebakaran. Setiap pelabuhan perikanan memiliki resiko

kebakaran baik di kolam pelabuhan, tempat pengisian bahan bakar, di atas kapal

perikanan, bahkan industri perikanan serta lokasi-lokasi lainnya yang berpotensi

terjadi kebakaran. Kebakaran yang terjadi tidak hanya menghancurkan dan

menghilangkan transaksi dengan jumlah besar, akan tetapi kebakaran yang terjadi

juga akan menghilangkan aset yang selama ini digunakan untuk memproduksi

sumberdaya perikanan yang nilainya mungkin lebih besar dari total nominal

transaksi yang dibatalkan pada saat tersebut.

Selain itu masyarakat Indonesia pada umumnya tidak mau melaksanakan

langkah-langkah antisipatif (preventif) terhadap sebuah bencana/musibah sebelum bencana/musibah tersebut terjadi menimpa dirinya. Hal ini dikarenakan paradigma

berfikir masyarakat yang menganggap dan mengharapkan bahwa kejadian yang

buruk tidak akan terjadi meskipun kita tahu tidak ada garansi 100 % bahwa

bencana itu tidak akan terjadi.

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman merupakan salah satu

pelabuhan yang memiliki aktivitas perikanan yang besar. Pelabuhan Nizam

Zachman Jakarta ini memiliki berbagai fasilitas yang cukup lengkap dan memadai

untuk aktivitas eksport dan import produk hasil perikanan. Pelabuhan ini juga terdapat berbagai perusahaan dan industri perikanan baik dalam negeri maupun

(16)

Pada Pelabuhan Perikanan Samudera tentu saja memiliki fasilitas-fasilitas

yang mendukung kegiatan produksi hasil perikanan. Contohnya saja adanya

fasilitas coldstorage, industri pengolahan hasil perikanan, industri pengemasan produk hasil olahan perikanan, dan lain sebagainya. Hampir semua dari industri

tersebut menggunakan fasilitas tenaga listrik/bahan bakar untuk menjalankan

industri tersebut. Oleh karena itu hampir semua bagian dalam industri perikanan

memiliki potensi kebakaran akibat digunakannya listrik sebagai komponen utama

penggerak industri tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Mendiskripsikan Manajemen Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam

Zachman Jakarta

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi

pihak-pihak yang terkait dalam membuat atau mengevaluasi manajemen

(17)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Menurut UU RI No.45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31

tahun 2004 tentang perikanan mengatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah

tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas

tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis

perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,

dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan

pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan

tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengebangan

ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik

lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2006).

Produksi berarti bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya mulai dari memenuhi kebutuhan

perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil

tangkapannya.

Pengolahan berarti bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana

yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapan. Sedangkan pelabuhan

perikanan ditinjau dari aspek pemasaran berarti bahwa pelabuhan perikanan

merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan.

Menurut Direktoral Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam (widiastuti,

2010) bahwa aspek-aspek tersebut secara terperinci yaitu produksi-bahwa

pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk

menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil tangkapannya,

pengolahan-bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk

mengolah hasil tangkapannya, pemasaran-bahwa pelabuhan perikanan merupakan

(18)

2.1.1 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.45 Tahun 2009 tentang

perubahan atas Undang-Undang No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

menyatakan bahwa Pelabuhan Perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan

pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Sedangkan fungsi pelabuhan

perikanan menurut pasal 41A adalah mendukung kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya

berupa:

1) Pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;

2) Pelayanan bongkar muat;

3) Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;

4) Pemasaran dan distribusi ikan;

5) Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;

6) Tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;

7) Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;

8) Tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;

9) Pelaksanaan kesyahbandaran;

10) Tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan

11) Publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal

pengawas kapal perikanan

12) Tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan;

13) Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;

14) Pengendalian lingkungan

Salah satu fungsi pelabuhan perikanan sebagai tempat pelaksanaan

kesyahbandaran. Adapun tujuan adanya kesyahbandaran adalah dalam rangka

memantau keselamatan operasional kapal perikanan. Sedangkan tugas dan

wewenang dari syahbandar di pelabuhan perikanan adalah :

1) Menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar

2) Mengatur kedatangan dan keberangkatan kapal perikanan

(19)

4) Memeriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat

penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan

5) Memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja laut

6) Memeriksa log book penangkapan dan pengangkutan ikan

7) Mengatur olah gerak dan lalu lintas kapal perikanan di pelabuhan perikanan

8) Mengawasi pemanduan

9) Mengawasi pengisian bahan bakar

10) Mengawasi kegiatan pembangunan fasilititas pelabuhan perikanan

11) Melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan

12) Memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di

pelabuhan perikanan

13) Mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim

14) Memeriksa pemenuhan persyaratan pengawakan kapal perikanan

15) Menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan

Kapal Perikanan, dan

16) Memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan

2.1.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan Menurut Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan No. 16 tahun 2006 Tentang Pelabuhan Perikanan menjadi empat

tipe pelabuhan perikanan yaitu (1) Pelabuhan Perikanan Samudera, (2) Pelabuhan

Perikanan Nusantara, (3) Pelabuhan Perikanan Pantai, dan (4) Pangkalan

Pendaratan Ikan.

Pelabuhan Perikanan Samudera mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut:

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut

teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 60 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah

(20)

5) Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;

6) Terdapat industri perikanan.

Pelabuhan Perikanan Nusantara mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut:

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut

teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 30 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 3 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus;

5) Terdapat industri perikanan.

Pelabuhan Perikanan Pantai mempunyai ciri-ciri teknis sebagai berikut :

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan

pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 10 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam

sekurang-kurangnya minus 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah

keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.

Sedangkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) mempunyai ciri-ciri teknis

sebagai berikut :

1) Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan

pedalaman dan perairan kepulauan;

2) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran

sekurang-kurangnya 3 GT;

3) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam

minus 2 m;

4) Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah

(21)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

PER/16/MEN/2006 ini setiap pelabuhan bisa ditingkatkan klas nya berdasarkan

kriteria teknis yang ada. Peningkatan klas pelabuhan perikanan yang dibangun

oleh Pemerintah diusulkan oleh Direktur Jenderal kepada Menteri setelah

mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota.

2.2 Konsep Dasar Sistem

2.2.1 Definisi sistem

Sistem merupakan seperangkat unsur yang teratur dan terdiri dari unsur

yang dapat dikenal, saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan atau sasaran

(Davis, 1984). Dent dan Blackie dalam Armando (2003), menyebutkan bahwa

penelitian sistem mencakup analisis komponen dan hubungannya, serta proses

sintesis yang mungkin membentuk sistem baru atau mengefisienkan sistem lama.

Sistem berasal dari kata systema dalam bahasa yunani yang berarti keseluruhan yang terdiri bagian-bagian. Secara umum sistem didefinisikan

sebagai suatu himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk

sebuah kesatuan yang kompleks. Sistem dapat berarti seperangkat aturan-aturan

yang membatasi, suatu set persamaan matematik atau suatu cara atau metode

untuk mencapai suatu tujuan (Dwi, 2003). Definisi yang lebih lengkap

diungkapkan oleh McLeod (2007) yang menyatakan bahwa sistem adalah

sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai

suatu tujuan. Sedangkan menurut Davis (1984) sistem adalah seperangkat

unsur-unsur yang terdiri dari manusia, alat, konsep dan prosedur yang dihimpun menjadi

satu untuk maksud dan tujuan bersama.

Hal terpenting dalam sebuah sistem adalah menentukan batas sistem, agar

dapat mengerti fungsi sistem tersebut. Pendekatan sistem memberikan metode

yang logis untuk penanganan masalah dan merupakan alat yang memungkinkan

untuk mengidentifikasi, menganalisis, mensimulasi, serta mendesain sistem secara

(22)

2.2.3 Karakteristik sistem

Menurut Jogiyanto (2005), suatu sistem mempunyai karakteristik atau

sifat-sifat tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batasan sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), pengeluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal).

1) Komponen sistem

Komponen atau elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau

bagian-bagian dari subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem

untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses secara

keseluruhan.

2) Batasan sistem

Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem

dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini

memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan.

3) Lingkungan luar sistem

Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batasan sistem yang

mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat

menguntungkan dan merugikan. Lingkungan luar sistem yang

menguntungkan merupakan energi dari sistem dan harus tetap dijaga dan

dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan

dikendalikan.

4) Penghubung sistem

Penghubung sistem merupakan media penghubung antara subsistem dengan

subsistem yang lain. Melalui penghubung ini memungkinkan sumberdaya

mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lain. Keluaran dari suatu

subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lain melalui suatu

penghubung. Penghubung suatu subsistem dapat berintegrasi dengan

subsistem lain dan membentuk satu kesatuan.

5) Masukan sistem

Masukan sistem adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem. Masukan

(23)

(signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Masukan sinyal adalah energi yang

diproses untuk mendapatkan keluaran.

6) Keluaran sistem

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan

menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran merupakan

masukan untuk subsistem yang lain atau suprasistem.

7) Pengolah sistem

Suatu sistem dapat menpunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah

masukan menjadi pengeluaran.

8) Sasaran sistem

Sasaran dari sistem sangat menentukan masukan yang dibutuhkan sistem

dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Sistem dikatakan berhasil bila

mengenai sasaran dan tujuannya.

Kedelapan komponen tersebut saling berkaitan seperti dijelaskan pada

Gambar 1 berikut :

Gambar 1 Karakteristik sistem (Jogiyanto, 2005)

2.2.3 Ciri pokok sistem

Menurut Amirin (2003), ada sembilan ciri pokok sistem, yaitu:

1) Setiap sistem mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya

mengarah pada tujuan tersebut.

I P O

Sub Sistem

Sub Sistem

Sub Sistem

Sub Sistem

Lingkungan Luar

Interface

Boundary

(24)

2) Setiap sistem mempunyai batas (boundaries) yang memisahkannya dari lingkungan.

3) Sistem bersifat terbuka atau pada umumnya bersifat terbuka. Boleh

dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup.

Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya dan

sebaliknya, dikatakan tertutup jika mengisolasikan diri dari pengaruh

apapun.

4) Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih subsistem. Setiap sistem terdiri dari

subsistem yang terbagi lagi ke dalam subsistem yang lebih kecil, begitu

seterusnya.

5) Walau sistem itu terdiri dari berbagai bagian, unsur-unsur atau komponen,

tidak berarti bahwa sistem itu merupakan sekedar kumpulan dari bagian,

unsur atau komponen tersebut, melainkan merupakan satu kebulatan yang

utuh dan padu.

6) Terdapat saling hubungan dan saling ketergantungan baik di dalam (intern) sistem, maupun antara sistem dengan lingkungannya.

7) Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Karena itu maka

sistem sering disebut sebagai “processor” atau “transformator”.

8) Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol dengan memanfaatkan

tersedianya umpan balik.

9) Karena adanya mekanisme kontrol itu maka sistem mempunyai kemampuan

mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau

keadaan secara otomatik (dengan sendirinya).

2.2.5 Klasifikasi sistem

Menurut Davis (1984), sistem diklasifikasikan kedalam sistem fisik dan

abstrak, sistem deterministik dan probabilistik, sistem tertutup dan terbuka, dan

sistem manusia atau mesin.

1) Sistem fisik dan abstrak

Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik, misalnya sistem

(25)

susunan yang teratur dari gagasan atau konsep yang saling tergantung, misalnya

sistem teologi.

2) Sistem deterministik dan probabilistik

Sistem deterministik beroperasi dalam cara yang dapat diramalkan secara

tepat. Interaksi antar bagian diketahui secara pasti sehingga keadaan sistem

selanjutnya dapat disebutkan secara tepat tanpa kesalahan, misalnya program

komputer. Sistem probabilistik dapat diuraikan dalam istilah perilaku yang

mungkin, tetapi selalu ada sedikit kesalahan atas ramalan jalannya sistem.

3) Sistem terbuka dan tertutup

Sistem tertutup atau secara relatif tertutup adalah sistem yang relatif

terisolasi dari lingkungannya tetapi tidak sama sekali tertutup dalam arti fisik.

Sistem terbuka mengadakan pertukaran informasi, materi atau energi dengan

lingkungannya.

4) Sistem manusia/ mesin

Sistem dapat menekankan pada manusia sehingga mesin hanya

melaksanakan peran pendukung seperti menyediakan perhitungan atau mencari

data.

2.2.5 Pengembangan sistem

Pengembangan sistem (system development) dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau

memperbaiki sistem yang telah ada (Jogiyanto, 2005). Perubahan pembukuan dari

manual menjadi komputerisasi menurut Tugiman diacu dalam Armando (2003)

menyebabkan terjadinya beberapa perubahan, seperti :

1. Dokumen dari bentuk kertas menjadi visual;

2. Sebagian besar data yang akan dianalisa tersimpan dalam file yang berupa disket, pita magnetik atau tape; dan

3. Cara pemeriksaan secara tradisional atau manual memerlukan banyak waktu

dan tenaga, sebaliknya pemeriksaan dengan cara komputerisasi jauh lebih

(26)

2.3 Penanggulangan kebakaran

2.3.1 Kewajiban menanggulangi kebakaran

Pengurus atau perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja (Kepmenaker

No.KEP.186/MEN/1999). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan

kebakaran di tempat kerja tersebut meliputi :

1) Pengendalian setiap bentuk energi

2) Penyediaan sarana deteksi, alarm, memadamkan kebakaran dan sarana

evakuasi

3) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas

4) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja

5) Menyelenggarakan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara

berkala

6) Memiliki buku rencana pnenanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi

tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga

kerja dan atau tempat yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.

2.3.2 Kegiatan penanggulangan kebakaran

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25/PRT/M/2008 yang

disahkan pada tanggal 30 Desember 2008 Penanggulangan Kebakaran adalah

berbagai kegiatan proteksi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk dapat

ditekannya semaksimal mungkin kerugian kebakaran termasuk korban jiwa dan

luka-luka. Kegiatan penanggulangan kebakaran tersebut antara lain :

1) Prakiraan Kebutuhan Air Kebakaran

Prakiraan kebutuhan air kebakaran berdasarkan analisis risiko kebakaran,

yaitu :

(1) Prakiraan kebutuhan total air kebakaran untuk wilayah yang dilindungi,

berdasarkan fungsi bangunan gedung yang mempunyai volume

terbesar;

(27)

(3) Memperhatikan kebutuhan air kebakaran untuk bangunan atau fasilitas

dengan potensial bahaya khusus.

2) Pembuatan Peta Risiko Kebakaran

Membuat peta risiko kebakarann meliputi kegiatan sebagai berikut;

(1) Membuat peta wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta/kabupaten/kota dengan skala 1: 20.000 atau lebih besar sesuai

kebutuhan;

(2) Memberikan tanda pos kebakaran yang ada pada peta wilayah

(3) Memperkirakan tanda pos kebakaran yang ada; dan

(4) Peta risiko kebakaran merupakan hasil analisis risiko yang dituliskan di

atas (overlay) peta wilayah yang ada. 3) Penentuan jumah dan penempatan pos kebakaran

Penentuan jumlah dan penempatan pos kebakaran didasarkan pada :

(1) Peta risiko;

(2) Waktu Tanggap (response time); dan (3) Letak sumber air

4) Membuat jangkauan sistem hidran

Membuat jangkauan sistem hidran yang ada meliputi hal sebagai berikut :

(1) Plot titik hidran yang ada pada peta risiko kebakaran (mengacu pada

Kepmen PU No. 11/KPTS/2000 dan/atau perubahannya)

(2) Bila sistem hidran tida/belum tersedia maka harus mempertimbangkan

sumber air lainnya.

5) Analisis/evaluasi tingkat kemampuan aliran air menerus

(1) Menghitung potensi pengangkutan air untuk pemadaman dengan

memperhitungkan sumber air alami maupun buatan yang ada, serta

jumlah dan kapasitas mobil tangki yang dipunyai;

(2) Membuat table kemampuan aliran air menerus (continous flow capabilities) untuk setiap kapasistas mobil tangki yang dimiliki;

(3) Plot jangkauan dan kemampuan aliran air menerus mobil tangki pada

peta risiko kebakaran; dan

(4) Membuat evaluasi kemampuan pasokan air keseluruhan termasuk untuk

(28)

6) Sarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa kendaraan dan

peralatan pemadam, peralatan perorangan dan peralatan komunikasi.

7) Prasarana penanggulangan kebakaran antara lain berupa bangunan

stasiun/pos kebakaran, bangunan penampung air, bangunan asrama,

bangunan bengkel, bangunan diklas, jaringan jalan dan sistem komunikasi.

8) SDM penanggulangan kebakaran antara lain terdiri dari pemadam

kebakaran termasuk para perwiranya, penyelamat, operator mobil pemadam,

operator komunikasi, dan montir mobil pemadam.

2.3.3 Penanggulangan Kebakaran Lingkungan

Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Setiap lingkungan bangunan yang

berada dalam satu lingkungan dengan kepemilikan yang sama dan dalam

pengelolaan lingkungan yang sama diwajibkan menerapkan Manajemen

Penanggulangan Kebakaran (MPK).

Lingkungan dimaksud meliputi lingkungan perdagangan, superblok, hunian

padat, dan hunian di atas air.Lingkungan khusus, seperti lingkungan industri,

lingkungan dalam pangkalan-pangkalan Militer (darat, laut, dan udara), diatur

dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran khusus.

1) Prasarana penanggulangan kebakaran

Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan ini harus dilengkapi

dengan prasarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:

(1) Pasokan air.

Untuk keperluan pemadaman kebakaran, pasokan air diperoleh dari sumber

alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tangki air,

kolam renang, reservoir air, mobil tangki air dan hidran).

(2) Jalan lingkungan.

Jalan lingkungan dengan lebar jalan minimum 3,5 meter, yang pada saat

terjadi kebakaran harus bebas dari segala hambatan apapun yang dapat

mempersulit masuk keluarnya mobil pemadam kebakaran.

(3) Sarana Komunikasi.

Terdiri dari telepon umum dan alat-alat lain yang dapat dipakai untuk

(29)

2) Sarana penanggulangan kebakaran

Manajemen penanggulangan kebakaran lingkungan harus juga dilengkapi

dengan sarana penanggulangan kebakaran yang antara lain terdiri dari:

(1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

(2) Mobil pompa.

(3) Mobil tangga.

3) Alat pertolongan pertama pada kecelakaan

Tersedianya alat pertolongan pertama pada kecelakaan, khususnya

kebakaran sebagai upaya pertolongan darurat bagi korban kebakaran.

2.3.4 Penanggulangan kebakaran gedung

Menurut Kep.MenPU No.11/KPTS/2000 Bangunan industri yang memiliki

luas bangunan minimal 5.000 m2, atau dengan beban hunian 500 orang, atau

dengan luas areal/site minimal 5.000 m2, atau terdapat bahan berbahaya yang

mudah terbakar diwajibkan menerapkan Manajemen Penanggulangan Kebakaran

(MPK).

Bangunan gedung melalui penerapan MPK harus mampu mengatasi

kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem

proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran,

sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran tiba.

1) Prasarana Penanggulangan Kebakaran

(1) Cukup tersedianya sumber air sehingga memudahkan pemadaman

apiapabila terjadi kebakaran,

(2) Jalan evakuasi dalam bangunan yang tidak terhalang, sehingga dalam

keadaan darurat evakuasi dapat dilakukan tanpa hambatan,

(3) Akses mobil kebakaran yang cukup sehingga memudahkan mobil

pemadam kebakaran bersirkulasi tanpa hambatan,

(4) Berfungsinya alat komunikasi internal di dalam bangunan seperti PA

(30)

2) Sarana Penanggulangan Kebakaran

(1) Sistem deteksi dan alarm kebakaran.

Sistem deteksi dan alarm kebakaran yang digunakan mengacu pada

ketentuan/SNI yang berlaku.

(2) Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran dalam gedung terdiri dari Alat Pemadam

Api Ringan (APAR), sistem hidran kebakaran, sistem sprinkler kebakaran, sistem pengendalian asap, dan lain-lain. Perencanaan,

pemasangan dan pengoperasiannya mengacu pada ketentuan/SNI yang

berlaku.

2.4 Unit Penanggulangan Kebakaran

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.186/MEN/1999 untuk

menanggulangi kebakaran diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang

memadahi, petugas penanggulangan yang ditunjuk khusus untuk itu, serta

dilaksanakannya prosedur penanggulangan keadaan darurat.

Unit/petugas penanggulangan kebakaran adalah unit kerja yang dibentuk

dan ditugasi untuk menangani masalah penanggulangan kebakaran di tempat kerja

yang meliputi kegiatan administrasi, identifikasi sumber-sumber bahaya,

pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan sistem proteksi kebakaran.

Unit Penanggulangan Kebakaran terbagi atas empat, yaitu (1) Petugas

Peran Penanggulangan Kebakaran, (2) Regu Penanggulangan Kebakaran, (3)

Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran, (4) Ahli K3 spesialis

penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis. Petugas peran

penanggulangan kebakaran ialah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas

tambahan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan melaksanakan

upaya-upaya penanggulangan kebakaran. Jumlah petugas peran penanggulangan

kebakaran sekurang-kurangnya 2 (dua) orang untuk setiap 25 (dua puluh lima)

orang tenaga kerja.

Regu penanggulangan kebakaran ialah satuan tugas yang mempunyai

tugas khusus fungsional di bidang penanggulangan kebakaran. Ahli Keselamatan

(31)

kebakaran dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga

Kerja. Regu penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis penanggulangan

kebakaran ditetapkan untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran ringan

dan sedang I yang mempekerjakan tenga kerja 300 (tiga ratus) orang, atau lebih,

atau setiap tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II, sedang III dan

berat.

Koordinator unit penanggulangan kebakaran ditetapkan sebagai berikut :

(1) Untuk tempat kerja tingkat risiko bahaya kebakaran ringan dan sedang I,

sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap jumlah tenaga kerja 100

(seratus) orang.

(2) Untuk tempat kerja tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II dan sedang

III dan berat, sekurang-kurangnya 1 (satu) orang untuk setiap unit kerja.

2.4.1 Tugas unit penanggulangan kebakaran

Tugas unit penanggulangan kebakaran Menurut Kepmenaker

No.Kep.186/MEN/1999 terdapat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Tugas unit penanggulangan kebakaran

Unit Penanggulangan

Kebakaran Tugas Unit Penanggulangan Kebakaran Petugas Peran Kebakaran 1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya

faktor yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal;

3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 4. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 5. Mengamankan lokasi kebakaran.

Regu Penanggulangan Kebakaran

1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat Menimbulkan bahaya kebakaran; 2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran; 3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan

kebakaran pada tahap awal;

4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat kebakaran;

5. Memadamkan kebakaran;

6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang; 7. Mengadakan koordinasi dengan instasi terkait; 8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan; 9. Mengamankan lokasi tempat kerja;

(32)

Lanjutan Tabel 1

1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 2. Menyusun progarm kerja dan kegiatan tentang cara

penanggulangan kebakaran;

3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada pengurus. Ahli K3 1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang penanggulangan kebakaran

2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi yang dapat berhubungan dengan jabatannya;

4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari instansi yang berwenang; 5. Menyusun program kerja atau kegiatan

penanggulangan kebakaran;

6. Melakukan koordianasi dengan instansi yang terkait.

Dalam melaksanakan tug`asnya Ahli K3 Spesialis penanggulangan

kebakaran mempunyai wewenang :

1) Memerintahkan menghentikdan dan menolak pelaksanaan pekerjaan yang

dapat menimbulkan kebakaran atau peledakan

2) Meminta keterangan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-syarat K3

dibidang kebakaran di tempat kerja.

2.4.2 Rasio jumlah minimum personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja

Dalam Kepmen No.186/MEN/1999 yang ditetapkan pada 29 September

1999 dijelaskan rasio jumlah minimum klasifikasi, kualifikasi dan kompetensi

personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja dikaitkan dengan resiko

bahaya seperti pada Tabel 2 berikut. Misalkan saja tempat kerja dengan jumlah

tenaga kerja hingga 25 orang pada tingkat resiko bahaya kebakaran berat harus

mempunyai personil penanggulangan kebakaran dengan komposisi 5 (lima) orang

personil petugas peran kebakaran, 4 (empat) orang personil regu penanggulangan

kebakaran, 1 (satu) orang sebagai koordinator regu penanggulangan kebakaran,

(33)

adalah tempat kerja yang mempunyai jumlah karyawan di atas 300 (tiga ratus)

orang dengan tingkat resiko kebakaran tinggi harus mempunyai 42 (empat puluh

dua) orang petugas peran kebakaran, 9 (sembilan) orang personil regu

penanggualangan kebakaran, 3 (tiga) orang koordinator regu penanggulangan

kebakaran, dan 1 (satu) orang ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran.

Tabel 2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di tempat kerja

 Tingkat D = Petugas Peran Kebakaran

 Tingkat C = Regu Penanggulangan Kebakaran

 Tingkat B = Koordinator Unit Penanggulangan Kebakaran

(34)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010-Februari 2011 di

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey yaitu dengan

mengamati dan menganalisis aspek-aspek yang berkaitan dengan penanggulangan

kebakaran di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data

primer berasal dari pengumpulan data yang didapatkan melalui wawancara

terhadap responden dengan menggunkan kuisioner. Kuisioner diperuntukkan bagi

Pengelola PPS Nizam Zachman (UPT) dan kepada petugas penanggulangan

kebakaran yang ada di PPS Nizam Zachman, Dinas Kebakaran DKI Jakarta serta

pengusaha perikanan. Kuisioner tersebut digunakan untuk mengetahui bagaimana

kondisi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana serta peraturan atau tata

operasional yang mendukung manajemen penanggulangan kebakaran di wilayah

kerja masing-masing

Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dengan pengambilan data yang

bersumber dari Dinas Kebakaran setempat, kementerian Tenaga Kerja, UPT

pelabuhan, Kementrian Kelautan Dan Perikanan, skripsi serta studi literatur dari

internet. Data yang diambil adalah terkait standar keselamatan suatu wilayah

terutama yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran yang meliputi

sarana dan prasarana, jumlah dan kompetensi sumberdaya manusia hingga

sumber-sumber potensial yang dapat mengakibatkan bencana kebakaran di suatu

wilayah.

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk

(35)

adalah mengingat yang menjadi responden harus mengetahui dan memahami

keadaan di lapangan sehingga memudahkan dalam mendapatkan data yang ingin

diperoleh dari pengisian kuisioner ini. Proses pemilihan sampling adalah dengan

mengkonsultasikan kepada pihak pengelola pelabuhan terutama bagian

operasional pelabuhan terkait perusahaan mana yang dapat dengan mudah

dikunjungi terutama oleh mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di PPS

Nizam Zachman.

3.2.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis-jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat dari Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Jenis data penelitian yang dikumpulkan

No Kelompok

Data Data yang diambil

Cara

 Jumlah SDM dan Kompetensi SDM yang menangani

 Penyebab umum kebakaran di

suatu wilayah wawancara

 Jumlah kapal yang bersandar di kolam pelabuhan

 Peta PPSJ

 Data rekam kasus kebakaran di PPSJ

 Fasilitas yang dikelola oleh UPT pelabuhan

Studi

literatur PPSJ

 Jumlah SDM dan kompetensi SDM ideal yang

menanggulangi kebakaran  Sarana dan Prasarana standar

(36)

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui sistem manajemen penanggulangan kebakaran PPS

Nizam Zachman Jakarta dilakukan analisis secara deskriptif. Data yang

didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dideskripsikan agar tergambar

kondisi aktual dari sistem manajemen penanggulangan kebakaran di PPS Nizam

Zachman tersebut. Data tersebut meliputi kondisi SDM, peraturan atau tata

operasional, sarana dan prasarana pendukung penanggulangan kebakaran serta

sumber-sumber potensi terjadinya kebakaran di PPS Nizam Zachman.

3.3.2 Analisis Sistem

Alat analisis sistem yang digunakan adalah diagram sebab akibat Ishikawa. Menurut Herjanto (2007) diagram sebab akibat ini merupakan sebuah alat

pengendali mutu yang menggambarkan hubungan antara suatu efek (masalah)

dengan penyebab potensialnya. Diagram ini digunakan untuk mengembangkan

variasi yang luas atas suatu topik dan hubungannya, termasuk untuk pengujian

suatu proses maupun perencanaan suatu kegiatan. Proses dalam membangun

diagram membantu menstimulasi pemikiran mengenai suatu isu, membantu

berpikir rasional, dan mengundang diskusi.

Diagram sebab akibat dikenal juga dengan berbagai nama, misalnya CE

diagram (cause and effect diagram), diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya yang menyerupai tulang ikan, dan diagram Ishikawa untuk menghormati penemunya.

Format diagram sebab akibat secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2

berikut.

Sebab Akibat

(37)

Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam menyusun diagram sebab dan

akibat :

1) Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam

kotak yang menggambarkan kepala ikan yaitu berada di ujung utama (garis

horizontal)

2) Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin

menjadi penyebab masalah itu dan tuliskan masing-masing pada kotak yang

berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas untur

material, peralatan (mesin), metoda kerja (manusia) dan pengukuran

(inspeksi). Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis

proses.

3) Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat

menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab

ini berupa ranting, yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke

dalam anak ranting.

4) Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan

untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat

diketahui penyebab utama yang mengakibatknan terjadinya masalah mutu

(38)

4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta terletak di

Muara Baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, yaitu berada

di 06o25’ LS dan 106o5’ BT. Luas areal secara keseluruhan ± 98 ha. Luas tersebut dibagi kedalam tiga areal yaitu kawasan industri 48 ha, areal fasilitas Perum dan

UPT PPSNZJ 10 ha dan kolam pelabuhan 40 ha. Letak pelabuhan ini berbatasan

langsung dengan Laut Jawa (Teluk Jakarta) di sebelah utara, Pelabuhan Sunda

Kelapa di sebelah timur, Penjaringan di sebelah selatan dan Pantai Seruni

Kawasan Waduk Pluit di sebelah barat.

Gambar 3 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta merupakan

Unit PelaksananTeknis Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

Pelabuhan ini diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Pada tahun 1970, pelabuhan

6o0’0”S 5o

55’0”S

6o

5’0”S 107o0’0”E

106o

55’0”E 106o40’0”E 106o

(39)

perikanan yang ada tidak mempunyai cukup kapasitas untuk menampung

produk-produk perikanan untuk kota Jakarta dan sistem pemasaran perikanan di Jakarta

masih sangat sederhana. Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta

dimulai sejak tahun 1972 dengan meminta kepada pemerintah Jepang untuk

memimpin pembangunan pelabuhan perikanan di Jakarta termasuk

fasilitas-fasilitas di dalamnya melalui overseas technical cooperation agency (OTCA) of Japan sekarang dikenal dengan Japanese International Cooperation Agency (JICA). Setelah layak untuk dibangun, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia dan

Jepang mencapai kesepakatan untuk membiayai pembangunan ini bersama-sama.

Biaya pembangunan pelabuhan bersumber pada biaya pemerintah (APBN) dan

dana bantuan pinjaman lunak dari Jepang melalui Overseas Economic Cooperation Fund (OECF). Perencanaan teknis pelabuhan dilaksanankan oleh Pasific Consultans International dari Jepang yang bekerja sama dengan PT. Inconeb dari Indonesia.

Semula PPS Nizam Zachman Jakarta berbentuk Project Manajement Unit (PMU) seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa pelabuhan, maka

pada tahun 1990 dibentuk Perum Prasarana Perikanan Samudera yang mempunyai

wewenang dan tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di

pelabuhan.

Pembangunan awal PPS Nizam Zachman Jakarta dilaksanakan dalam

beberapa tahapan pembangunan. Tahap-tahap pembangunan itu adalah :

1. Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980-31 Desember 1982)

Pekerjaan pembangunan ini meliputi pembangunan fasilitas dasar yaitu

pengerukan kolam pelabuhan, dermaga, penahan gelombang (Breakwater), lampu navigasi, turap reklamasi tanah.

2. Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 – 31 Maret 1984)

Pembangunan pada tahap ini meliputi pembangunan fasilitas fungsional

yaitu gedung pelelangan ikan, cold storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga tempat bongkar muat ikan, mesin-mesin pendingin, pembangkit listrik, galangan

(40)

3. Pembangunan Tahap III (Pembangunan Sistem Rantai Dingin)

Pembangunan fasilitas penunjang yaitu pada tahun 1984-1988 dibangun pos

polisi, jalan kompleks PPS Nizam Zachman, Perkantoran dan hotel, masjid,

pertokoan dan tempat proses ikan. Pada tahun 1988-1992 dibangun perpanjangan

dermaga (150 m), perluasan cold storage, kantor cabang Perum PPS Nizam Zachman Jakarta, gedung pemasaran ikan, tempat penginapan, 2 transit sheds, MCK, induksi pengolanan ikan.

4. Pembangunan Tahap IV (1984-1997)

Pembangunan IV lebih ditujukan pada peningkatan kebersihan dan

hygienitas di kawasan pelabuhan guna meningkatkan mutu produksi hasil perikanan, pengantisipasian jumlah kapal yang semakin meningkat, dan

pemberian pelayanan jasa yang lebih baik pada konsumen. Pekerjaan pada tahap

ini meliputi:

1) Fasilitas pelabuhan, seperti : Pembersihan air kolam, perbaikan reventment, reklamasi, pembuatan dermaga dengan kedalaman 7,5 m, pengerukan kolam

pelabuhan, perbaikan tanah kawasan pelabuhan, dan pengadaan slipways. 2) Bangunan dan sarana lainnya, antara lain : rehabilitasi gedung TPI,

pembangunan kantor UPT, menara kontrol, kamar mandi dan WC,

perbaikan bangunan yang ada, jalan, tempat parkir, penghijauan, drainase, penanganan limbah, instalasi air laut, penampungan sampah, instalasi listrik

dan penerangan jalan, suplai air dari penampungan, dan tempat perbaikan

jaring dan penjemuran.

3) Perlengkapan sarana seperti box sampah, battery forklift, dissel forklift, crane, truck, dan komputer.

4.3 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta dikelola oleh

Unit Pelayanan Terpadu (UPT), Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan

Samudera Jakarta dan Instansi terkait lainnya. Instansi tersebut saling bekerjasama

dalam menjalankan kegiatan operasional pelabuhan, memfungsikan,

(41)

fasilitas pelabuhan yang ada baik fasilitas pokok, fasilitas penunjang serta

pendukungnya.

4.3.1 Unit Pelaksana Teknis

Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor

PER.06/MEN/2007 Pelabuhan Perikanan adalah unit pelaksana teknis di bidang

pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Pelabuhan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan

pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumber daya

ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta

pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, Pelabuhan Perikanan

menyelenggarakan fungsi:

1. Perencanaan, pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan

pengendalian serta pendayagunaan sarana dan prasarana pelabuhan

perikanan;

2. Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan

perikanan;

3. Pelayanan jasa dan fasilitasi usaha perikanan;

4. Pengembangan dan fasilitasi penyuluhan serta pemberdayaan masyarakat

perikanan;

5. Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan;

6. Pelaksanaan fasilitasi publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil

perikanan di wilayahnya;

7. Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari;

8. Pelaksanaan pengawasan penangkapan sumber daya ikan, dan penanganan,

pengolahan, pemasaran, serta pengendalian mutu hasil perikanan;

9. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, serta

(42)

10. Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan kebersihan

kawasan pelabuhan perikanan;

11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Struktur Organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta

Gambar 4 Struktur Organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta

4.3.2 Perusahaan Umum

Perusahaan umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera mempunyai misi

sebagai pelayanan umum dalam bidang penyediaan jasa sarana dan prasarana

pelabuhan perikanan. Perum Prasarana Perikanan Samudera berpusat di Muara

Baru Jakarta dengan cabang-cabangnya di sembilan pelabuhan perikanan sesuai

pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1990 bahwa hanya (9) sembilan

pelabuhan perikanan yang fasilitas komersialnya untuk sementara akan

diusahakan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu: PPS Nizam

Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Umum

Bidang Pengembangan

Seksi Sarana

Kelompok Jabatan Fungsional

Bidang Tata Operasional

Seksi Kesyahbandaran Perikanan

Seksi Pemasaran dan Informasi Kepala Pelabuhan

Bagian Tata Usaha

(43)

Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Belawan, dan

Berondong serta sisanya 5 pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai yang

masing-masing adalah Lampullo (Aceh), Pemangkat, Banjarmasin, Tarakan, dan Prigi.

Kegiatan pelayanan pada PPS Nizam Zachman Jakarta yang bersifat komersil

merupakan tanggung jawab dan wewenang dari Perum Prasarana Samudera

cabang Jakarta.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2000, maksud dan tujuan

dibentuknya Perum adalah:

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan

perbaikan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan;

2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta merangsang dan atau

mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil tangkapan;

3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil

perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan industri bidang

perikanan;

4) Menumbuhkembangkan kegiatan perikanan sebagai komponen kegiatan

nelayan dan masyarakat perikanan.

Strategi yang telah ditetapkan oleh Perum Prasarana Pelabuhan Perikanan

adalah:

1) Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana yang telah tersedia dan

mengembangkan sarana, prasarana baru dalam rangka meningkatkan

pelayanan dan menangkap peluang usaha baru;

2) Melengkapi beberapa pelabuhan perikanan dengan sarana pendukung yang

memungkinkan diselenggarakannya secara baik dan lancar kegiatan

pelayanan ekspor hasil perikanan langsung dari pelabuhan tersebut;

3) Membentuk anak perusahaan dalam rangka memperluas jaringan usaha

terutama untuk menangkap peluang-peluang usaha baru diluar usaha pokok

perusahaan;

4) Mengevaluasi pelabuhan-pelabuhan yang ekonomis sudah layak dan

(44)

5) Melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga dalam upaya memenuhi

kebutuhan pelayanan yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan dan

memanfaatkan peluang usaha baru yang saling menguntungkan;

6) Memperkuat struktur permodalan khususnya untuk investasi berupa

pinjaman jangka panjang dari lembaga pemerintah atau sektor perbankan

dengan tingkat bunga yang dinilai saling menguntungkan;

7) Mengupayakan terwujudnya tambahan Penyertaan Modal Pemerintah

(PMP) dalam mendukung pengembangan perusahaan.

4.4 Visi, Misi dan Tujuan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Visi PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan bagian internal dari visi

Departemen Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama

antara seluruh staff, instansi terkait dan swasta yang beroperasional di kawasan

pelabuhan.

Adapun visi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah “Terwujudnya Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta sebagai pusat pertumbuhan dan

pengembangan ekonomi terpadu “. Sedangkan Misi PPS Nizam Zachman Jakarta adalah sebagai berikut :

1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif;

2) Pemberdayaan masyarakat perikanan;

3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan, dan nilai tambah produk perikanan;

4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan;

5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan.

PPS Nizam Zachman Jakarta ini dibangun untuk memenuhi tujuan berikut :

1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera;

2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara

dari sektor non migas;

3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah produksi perikanan;

(45)

5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam

Zachman Jakarta melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti

pertokoan, perbekalan, dan lainnya;

6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan data statistik perikanan dalam

rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi dan publikasi

perikanan; dan

7) Meningkatkan pengawasan, keamanan dan ketertiban di kawasan pelabuhan.

4.5 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman tergolong dalam

Pelabuhan Perikanan tipe A sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.16 tahun

2006. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh PPS Nizam Zachman Jakarta terbagi

menjadi 3 yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

Adapun rincian fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam PPS Nizam Zachman

tercantum dalam Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 berikut :

Tabel 4 Fasilitas Pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Dermaga + Jetty

27.584.70 m2

Dilakukan peninggian setinggi ± 1,2 m dari eksisking seluas 17084,7 m2

Kolam pelabuhan (40ha) 400.000 m2 - `

Pemecah gelombang 1.041 m2

Dilakukan peninggian setinggi ± 30 cm dari eksisting.

Turap sisi barat, timur, dan selatan

3.259 m2 Dilakukan peninggian setinggi ± 90 cm. Jalan kawasan

pelabuhan

83.100 m2 Dilakukan peninggian ± 80 cm dari eksisting oleh Hutama Karya 22.833 m2 + penyewa lahan 6.519 m2.

Saluran pembuangan air 16.029 m2 Dilakukan peninggian sepanjang ± 900 m, lebar 1m di Jln Tuna Raya menuju kolam penampung banjir

(46)

Tabel 5. Fasilitas Fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Gedung administrasi perikanan

1. 106, 25 m2 Penggantian pagar keliling (panjang 181 m, tinggi 2 m), pembuatan taman kantor (298m), perawatan kantor (1176M2). Tempat pelelangan ikan

(TPI)

3.182 m2 Kondisi sebagian struktur lantai atap dan pagar TPI mengalami kerusakan.

Pusat Pemasaran ikan (PPI) 9.856 m2 Kondisi sebagian struktur lantai, atap, dan drainase mengalami kerusakan.

Lampu navigasi 2 unit 1 unit rusak/mati. Unit pengolahan limbah

(UPL) cair (1000 M3)

995,40 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik.

Tempat pembakaran sampah dan peralatannya (Incinerator)

880 m2 Perawatan gedung, perawatan mesin, dan kondisi baik.

Penerangan jalan diluar kawasan industri

158 titik Lampu jalan mati karena kerusakan jaringan bawah tanah.

Jaringan air limbah

6.575 m2

Sedang dalam proses pekerjaan sepanjang 5.325 M.

Work Shop 60 m2 Penggantian pintu, kondisi baik. Kantor pelayanan terpadu 690 m2 Dalam proses pekerjaan paket I.

Sumber: Data tahunan PPS Nizam Zachman 2010

Tabel 6. Fasilitas Penunjang di PPS Nizam Zachman, Jakarta

Nama Fasilitas Luas/Volume Keterangan

Balai penyuluhan nelayan 234 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Pos keamanan 118,50 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Pos kamla 69,50 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mess operator 1 150 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mess operator 2 124,5 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Musholla (2 unit) 150,53 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Mesjid 440,90 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Kantor polisi KP3 400 m2 Kondisi baik

Mess loligo 249 m2 Perawatan rutin dan kondisi baik Bangunan MCK 439 m2 Perawatan 6 unit MCK dan kondisi baik Tempat penampungan sampah

sementara (TPS)

1.500 m2 Kondisi pagar rusak Jaringan air laut (Seawater

Intake)

42,64 m2 Terjadi kerusakan karena penurunan tanah. Kolam pengelontoran air laut

(Foul Sea Water Disposal)

Gambar

Tabel 2 Rasio jumlah dan tingkat keahlian personil penanggulangan kebakaran di  tempat kerja
Gambar 4 Struktur Organisasi UPT PPS Nizam Zachman Jakarta
Tabel 4 Fasilitas Pokok di PPS Nizam Zachman, Jakarta
Tabel 5. Fasilitas Fungsional di PPS Nizam Zachman, Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pembiayaan Usaha Perikanan

Saat ini di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman (PPS Nizam Zachman) terdapat 10 macam kelembagaan. Sekalipun telah diterbitkan SK Menteri Pertanian

Pada awalnya pelabuhan ini berbentuk Project Manajement Unit (PMU) namun seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992 dibentuk menjadi Perusahaan

Hal tersebut dapat terjadi karena didukung oleh tingkat pencapaian yang cukup tinggi pada tahun 2008 oleh PPS Nizam Zachman Jakarta yang terdiri dari nilai parameter

2 tahun 1990 bahwa hanya 9 (sembilan) pelabuhan perikanan yang fasilitas komersialnya untuk sementara akan diusahakan oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera yaitu : PPS Nizam

Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan, Belawan, dan Berondong serta sisanya 5 pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai yang masing- masing adalah

01/MEN/2007 tentang pengendalian sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: 264/DPT.0/PI.540.54/1/9 tentang

disebutkan untuk ukuran PPS. Sehingga Nilai parameter penyediaan perbekalan melaut berupa es perlu ditingkatkan lagi karena memiliki nilai di bawah standar yang diberlakukan