• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.10 Potensi Karbon

5.10.3 Potensi Karbon Bahan Organik Mati

Berdasarkan hasil potensi karbon nekromasa dan serasah dari setiap kondisi hutan gambut, maka dapat diperoleh total potensi karbon bahan organik mati. Perbandingan potensi karbon pada bahan organik mati dari setiap kondisi hutan gambut dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 32.

Gambar 15 Histogram perbandingan potensi karbon pada bahan organik mati di setiap kondisi hutan gambut.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 Primary Forest LOA Secondary Forest Degraded Forest 9.22 38.93 24.25 24.42 4.00 3.73 2.14 2.85 Potensi Karbon (tonC/ha) Kondisi Hutan Nekromasa Serasah

Tabel 32 Potensi karbon bahan organik mati di setiap kondisi hutan gambut

No Kondisi Hutan Potensi Karbon (tonC/ha) Total

(tonC/ha) Nekromasa Serasah 1 Primary forest 9.22 4.00 13.22 2 LOA 38.93 3.73 42.66 3 Secondary forest 24.32 2.14 26.46 4 Degradded forest 24.42 2.85 27.28 Rata-rata (tonC/ha) 24.22 3.18 27.40

Berdasarkan Gambar 15 dan Tabel 32 menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati yang tertinggi terdapat pada logged over area sebesar 42.66 tonC/ha, sedangkan potensi karbon terendah terdapat pada primary forest sebesar 13.22 tonC/ha. Nilai potensi karbon berbanding lurus dengan nilai biomassanya, dimana pada logged over area/LOA memiliki nilai biomasa tertinggi sehingga potensi karbon tersimpannya pun paling tinggi dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya.

Potensi karbon bahan organik mati yang terdapat pada nekromasa dan serasah di setiap kondisi hutan gambut yang paling tinggi terdapat pada nekromasa. Hal ini dikarenakan produksi nekromasa lebih besar dibandingkan serasah terutama pada kondisi hutan bekas tebangan. Kegiatan pemanenan hutan pada hutan bekas tebangan menyebabkan banyaknya tegakan tinggal yang rusak dan mati. Selain itu lantai hutan menjadi terbuka sehingga cahaya matahari yang masuk lebih besar dibandingkan hutan primer yang akan mempercepat proses perombakan pada serasah.

Total potensi karbon tersimpan pada bahan organik mati (nekromasa dan serasah) pada setiap kondisi hutan gambut yang berarti bahwa jumlah karbon yang tersimpan pada tegakan di setiap kondisi hutan tersebut berkurang sebesar total potensi karbonnya dari masing-masing kondisi hutan meski tanpa pembakaran dan hal itu berarti bahwa secara tidak langsung telah melepaskan CO2 ke udara tanpa pembakaran.

Hasil potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati (nekromasa dan serasah) di berbagai kondisi hutan gambut dapat dilihat perbandingannya dengan penelitian yang sama tentang potensi karbon tersimpan pada bahan organik mati dengan beberapa tipe kondisi hutan gambut dan lokasi penelitian yang berbeda yaitu pada hutan kerangas lahan gambut di Kalimantan Barat

(Onrizal 2004), hutan gambut di Papua (Maulana 2009), hutan gambut merang bekas terbakar di Sumatera Selatan (Widyasari 2010), dan hutan tanaman kayu serat lahan gambut di Riau (Yuniawati 2011).

Pada penelitian Onrizal (2004), pengukuran potensi karbon bahan organik mati tidak dilakukan pada tingkat nekromasa hanya pada tingkat serasah saja. Pengambilan contoh serasah dilakukan pada petak contoh ukuran 2 m x 2 m secara destruktif, kemudian diambil dan ditimbang contoh serasah berdasarkan bagian-bagiannya yaitu batang busuk, cabang busuk dan daun untuk mendapatkan berat basah total di lapangan. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan konsentrasi/kadar karbon hasil pengujian di laboratorium, sehingga nilai potensi karbon serasahnya sebesar 2.77 tonC/ha.

Pengukuran potensi karbon pada penelitian Maulana (2009) dilakukan dengan metode citra penginderaan jauh (Landsat ETM+, ALOS-PALSAR, DEM-ASTER) dengan metode penarikan contoh “Systematic Random Sampling” pada plot pengukuran hutan rawa rapat dan sedang. Pada pengukuran serasah tidak memisahkan berdasarkan dekomposisi serasah kasar dan halus, sedangkan pada nekromasa berdasarkan pada pohon bercabang dan tidak bercabang. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan berat massanya (biomassa) dengan konsentrasi karbon 46% menurut Hairiah dan Rahayu (2007). Hasil potensi karbon nekromasa dan serasah pada hutan rawa rapat adalah sebesar 17.45 tonC/ha dan 1.86 tonC/ha. Sedangkan potensi karbon pada hutan rawa sedang adalah 14.52 tonC/ha untuk nekromasa dan serasah sebesar 1.41 tonC/ha.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Widyasari (2010), dimana pengukuran sampel bahan organik mati (nekromasa dan serasah) di lapangan dilakukan dengan metode destruktif pada plot 2 m x 2 m, dimana tidak dilakukan pengukuran dimensi nekromasa (panjang dan diameter) melainkan melakukan penimbangan total berat basah nekromasa. Selain itu, nekromasa tidak berdasarkan dekomposisi melainkan berdasarkan nekromasa batang, cabang, dan ranting. Sama halnya dengan pengukuran serasah yang tidak berdasarkan dekomposisi (kasar dan halus). Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan konsentrasi/kadar karbon hasil pengujian di laboratorium. Sehingga nilai potensi karbon untuk nekromasa sebesar 12.90 tonC/ha dan serasah sebesar 1.80 tonC/ha.

Penelitian potensi karbon bahan organik mati yang dilakukan oleh Yuniawati (2011) terdiri dari nekromasa dan serasah Pengukuran nekromasa dikelompokan berdasarkan limbah hasil kegiatan pemanenan yaitu dalam bentuk batang, tunggak, cabang, dan sortimen pada petak ukur 100 m x 100 m di LOA 0 tahun (KU 0) serta dilakukan pengukuran dimensinya untuk menghitung volume. Hasil potensi karbon nekromasa sebesar 14.68 tonC/ha. Pada pengukuran serasah pada sub plot contoh 0.5 m x 0.5 m dari setiap kelas umur tegakan 0–5 tahun dan tanpa adanya pengelompokan berdasarkan dekomposisi kasar dan halus. Rata-rata karbon serasah terendah pada KU 0 sebesar 0.32 tonC/ha dan KU 5 sebesar 2.72 tonC/ha. Hal tersebut dikarenakan pada KU 0 telah dilakukan pemanenan kayu sehingga banyak serasah yang rusak serta adanya laju traktor penyarad. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan kadar konsentrasi/kadar karbon dari hasil pengujian di laboratorium.

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas terdapat perbedaan nilai potensi karbon bahan organik mati dengan penelitian ini, dimana potensi karbon yang tersimpan pada nekromasa di setiap kondisi hutan gambut berkisar antara 9.22 tonC/ha–38.93 tonC/ha dan pada serasah berkisar antara 2.14 tonC/ha–4 tonC/ha. Hasil ini menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan penelitian pada (Onrizal 2004), (Maulana 2009), (Widyasari 2010), dan (Yuniawati 2011). Perbedaan potensi karbon ini dikarenakan banyaknya terdapat perbedaan di dalam metode penelitiannya.

5.11 Analisis Data