• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Pangan Fungsional .1 Keanekaragaman spesies

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Pangan dan Pangan Fungsional .1 Keanekaragaman spesies

Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara dengan responden, ditemukan jumlah spesies tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebanyak 45 spesies dari 25 famili dan jumlah terbanyak dari famili Fabaceae sebanyak 9 spesies. Famili Solanaceae dan Poaceae banyak pula dimanfaatkan, masing-masing sebanyak 4 spesies dan 3 spesies. Daftar famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedangkan daftar spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa famili Fabaceae memiliki keanekaragaman spesies tertinggi yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dibandingkan famili lainnya. Menurut Bennet (2006), Fabaceae terdiri dari kacang-kacangan dan merupakan sumber makanan penting.

Teridentifikasi jumlah spesies tumbuhan yang memiliki kegunaan lain sebagai pangan, yaitu kegunaan sebagai obat, sering disebut dengan pangan fungsional. Pemanfaatan tumbuhan pangan fungsional sebanyak 46 spesies dari 28 famili. Jumlah famili yang paling mendominasi yaitu famili Euphorbiaceae dan Zingiberaceae, masing-masing sebanyak 4 spesies. Selanjutnya famili Arecacea dan Solanaceae masing-masing sebanyak 3 spesies. Daftar famili selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Sedangkan daftar spesies selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Berdasarkan identifikasi tumbuhan dan wawancara dengan responden, tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat sebanyak 5 spesies, vitamin dan mineral sebanyak 66 spesies, protein dan bahan minuman masing-masing sebanyak 4 spesies dan 6 spesies, serta bahan pelengkap/rempah/penyedap (bumbu dan rempah) sebanyak 15 spesies (Tabel 7). Menurut Suhardjo (1989), zat-zat gizi dapat ditemukan dalam bentuk makanan pokok (sumber karbohidrat), sayur-sayuran dan buah-buahan (sumber vitamin dan mineral), kacang-kacangan (sumber protein), dan lain-lain. Keterangan lengkap

berdasarkan informasi dari masyarakat dan pustaka mengenai pemanfaatan tumbuhan pangan dan pangan fungsional dapat dilihat pada Lampiran 10.

Tabel 7 Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan kandungan nutrisi No. Keanekaragaman

Kandungan Nutrisi Contoh Spesies

1. Sumber karbohidrat Padi (Oryza sativa); jagung (Zea mays); singkong (Manihot utilissima); dan lain-lain

2. Sumber vitamin dan mineral Sayur-sayuran: adas (Foeniculum vulgare); bakung (Crynum asiaticum); cantik manis (Portulaca grandiflora); jengkol (Pithecollobium lobatum); pegaga (Centella asiatica); santigi (Pemphis acidula); sintrong (Crassocephalum crepidioides); dan lain-lain

Buah-buahan: duku (Lansium domesticum); durian (Durio zibethinus); kakao (Theobroma cacao); kokosan (Lansium var. aqueum ); lansat (Lansium var. pubescens); tupa (Baccaurea dulcis); dan lain-lain 3. Sumber protein Kacang hijau (Vigna radiata); kacang panjang (Vigna

sinensis); kacang tanah (Arachis Hypogaea); dan lain-lain

4. Bahan minuman Asam jawa (Tamarindus indica); jeruk nipis (Citrus aurantifolia); kunyit (Curcuma domestica); dan lain-lain 5. Bahan pelengkap/penyedap Bumbu: bawang merah (Allium cepa); bawang putih (Allium sativum); cabai merah (Capsicum annum); cabai rawit (Capsicum frutescens); luba-lubi (Flacourtia inermis) dan lain-lain

Rempah: (Aleurites moluccana); lada (Piper nigrum); dan lain-lain

1) Sumber karbohidrat

Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, yaitu padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), singkong (Manihot utilissima), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan kentang (Solanum tuberosum). Beras merupakan makanan pokok yang dijadikan kebutuhan pokok oleh masyarakat suku Lampung Pesisir. Mayoritas masyarakat memperoleh beras dari hasil panen lahan garapan sawah. Menurut Khumaidi (1989), bahan pangan biji-bijian atau serelia (beras, jagung, gandum, sorgum) apabila dalam pola pangan dipergunakan sebagai bahan pangan pokok, maka selain sebagai sumber karbohidrat juga sebagai sumber protein bagi tubuh. Belum dominannya keanekaragaman pangan pada masyarakat, masyarakat fokus memanfaatkan beras sebagai pangan pokok atau kurang menganekaragamkan pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Zuhud (2011), penganekaragaman kembali pangan lokal pada masing-masing wilayah (rediversifikasi pangan lokal) mutlak dilakukan dengan menggunakan hasil-hasil penelitian etnobiologi pada

masing-masing tempat. Penganekaragaman pangan dari sumberdaya lokal yang sudah dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai dengan eko-fisiologi dan budaya masyrakat setempat. Sangat perlu dukungan masyarakat, peran perguruan tinggi, IPTEKS, secara bersama-sama dalam upaya menekan sekecil mungkin ancaman yang menyebabkan kerusakan habitat alam, terutama hutan hujan tropika Indonesia. Pengrusakan lahan produktif dan pengrusakan kawasan hutan alam yang masih berlangsung, harus dihentikan sehingga sumber-sumber plasma nutfah untuk rediversifikasi pangan lokal dapat dikembangkan dan dilestarikan.

Upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari baik jumlah maupun kualitas penting untuk diterapkan, mengingat banyaknya sumberdaya alam yang tersedia di Dusun Margadalom. Pemenuhan karbohidrat tidak saja harus terpaku pada beras, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan terdapat spesies tumbuhan pangan lainnya yang mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap sumber energi. Pemenuhan kebutuhan ini tentunya terkait dengan produktivitas kehidupan masyarakat yang berpengaruh erat dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat itu sendiri.

2) Sumber vitamin dan mineral

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan sebagai sumber vitamin dan mineral dalam bentuk sayuran dan buah-buahan. Pemanfaatan sayur-sayuran untuk menu makanan, seperti gulai pekhos asin (sayur bening), sayur asam, sayur santan, dan tumisan. Spesies tumbuhan yang digunakan dalam pembuatan menu-menu tersebut kurang lebih sama, diantaranya yaitu, bakung

(Crynum asiaticum), pegaga (Centella asiatica), sintrong (Crassocephalum crepidioides), bayam (Amaranthus tricolor), katuk (Sauropus androgynus), pakis sayur (Diplazium esculentum), takokak (Solanum torvum), melinjo (Gnetum gnemon), dan lain-lain. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan terdapat tanaman budidaya yang ditanam pada lahan pekarangan. Selain sayur-sayuran, masyarakat memanfaatkan buah-buahan, seperti kakao (Theobroma cacao), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var.

3) Sumber protein

Menurut Almatsier (2009), protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan pangan sebagai sumber protein dalam bentuk kacang-kacangan, diantaranya yaitu kacang panjang (Vigna sinensis), kacang tanah (Arachis Hypogaea), dan lain-lain. Spesies-spesies tersebut merupakan bahan pangan yang sering pula dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pembuatan menu makanan dalam pemenuhan kebutuhan keseharian.

4) Bahan minuman

Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan, aren (Arenga pinnata), asam jawa (Tamarindus indica), jahe (Zingiber officinale), jeruk nipis

(Citrus aurantifolia), dan kopi (Coffea arabica), merupakan spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai bahan minuman. Bagian yang dimanfaatkan masyarakat untuk bahan minuman, masing-masing dari spesies tumbuhan tersebut di atas, yaitu air nira, buah, rimpang, buah, dan biji. Selain sebagai bahan minuman, spesies-spesies tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu contohnya, yaitu aren (Arenga pinnata), menurut Endeswari (2004) selain umbut, biji, air nira dapat dikonsumsi, dapat mengobati demam, menambah nafsu makan, dan sebagai diuretik.

5) Bahan pelengkap/penyedap

Selain ditemukannya tumbuhan pangan sebagai penghasil minuman, Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan sebagai bumbu, yaitu bawang merah

(Allium cepa), bawang putih (Allium sativum), cabai merah (Capsicum annum), cabai rawit (Capsicum frutescens), dan lain-lain. Menurut Nurani (2010), bumbu adalah bahan-bahan sebagai penyedap makanan yang berfungsi untuk membangkitkan selera makan, yang digunakan dalam keadaan segar atau basah. Bumbu ini berasal dari bahan makanan hewani maupun dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan rempah adalah bahan aromatik yang digunakan untuk memasak berasal dari tumbuhan dan pada umumnya dalam keadaan kering. Masyarakat memanfaatkan pula tumbuhan pangan sebagai rempah dalam pelengkap

pembuatan menu makanan yang mereka olah, yaitu kemiri (Aleurites moluccana), lada (Piper nigrum), dan lain-lain.

5.1.2 Keanekaragaman habitus

Klasifikasi tumbuhan pangan menurut habitusnya dapat dibagi menjadi enam habitus yaitu paku-pakuan, liana, herba, perdu, semak, dan pohon. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada kelompok habitus herba yaitu sebesar 44% (20 spesies), sedangkan jumlah spesies terendah terdapat pada habitus paku-pakuan sebesar 2% (1 spesies) (Tabel 8).

Tabel 8 Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan habitus

No. Habitus Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Paku-pakuan 1 2 2. Liana 2 5 3. Herba 20 44 4. Perdu 6 13 5. Semak 2 5 6. Pohon 14 31 Total 45 100

Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan, tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan jika ditinjau dari habitusnya dikategorikan ke dalam tujuh kategori, yaitu rumpun, palem, liana, herba, semak, perdu, dan pohon. Habitus yang paling banyak digunakan adalah habitus herba sebanyak 17 spesies (37%). Sedangkan habitus yang paling sedikit digunakan adalah rumpun sebanyak 1 spesies (2%) (Tabel 9).

Tabel 9 Persentase jumlah spesies tumbuhan pangan fungsional berdasarkan habitus

No. Habitus Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Rumpun 1 2 2. Palem 3 7 3. Liana 2 4 4. Herba 17 37 5. Semak 2 4 6. Perdu 6 13 7. Pohon 15 33 Total 46 100

5.1.3 Keanekaragaman bagian yang digunakan

Berdasarkan bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan maka dikelompokkan menjadi lima kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu buah sebanyak 28 spesies (56%), bagian tumbuhan

lainnya yaitu daun dimanfaatkan sebanyak 11 spesies (22%). Sedangkan yang dimanfaatkan paling sedikit yaitu umbi dan umbut masing-masing sebanyak 1 spesies (2%) (Gambar 3).

Gambar 3 Persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan.

Spesies-spesies tumbuhan yang digunakan buahnya sebagai pangan, antara lain kakao (Theobroma cacao), tupa (Baccaurea dulcis), asam jawa (Tamarindus indica), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium domesticum), lansat (Lansium domesticum var. pubescens), kokosan (Lansium domesticum var. aqueum), dan lain-lain.

Bagian tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok bagian tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu buah sebanyak 28 spesies (37%), bagian tumbuhan lainnya yaitu daun dimanfaatkan pula sebanyak 20 spesies (27%). Sedangkan yang dimanfaatkan paling sedikit yaitu getah dan rebung masing-masing sebanyak 1 spesies (2%) (Tabel 10).

Tabel 10 Persentase bagian tumbuhan pangan fungsional yang digunakan No. Bagian yang Digunakan Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Akar 4 5 2. Daun 20 27 3. Buah 28 37 4. Biji 5 7 5. Batang 2 3 6. Kulit batang 5 7 7. Getah 1 1 8. Rebung 1 1 9. Rimpang 4 5 10. Umbi 5 7 Total 75 100 18% 56% 22% 2% 2%

Biji Buah Daun

5.1.4 Keanekaragaman tipe habitat

Sebagian besar tumbuhan dapat hidup pada beberapa habitat dan hanya sebagian kecil yang hidup pada satu habitat, hal tersebut terkait dengan lingkungan tempat tumbuh dimana tumbuhan dapat hidup dan berkembang secara alami. Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat berasal dari pekarangan sebesar 53%, selanjutnya sebanyak 2% merupakan spesies tumbuhan dari hutan (Tabel 11). Keterangan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Spesies tumbuhan yang dapat ditemukan di hutan yaitu julang-jaling (Archidendron microcarpum)

dan pakis sayur (Pteredium aqualium). Menurut Sosef et al. (1998), penyebaran

Archidendron microcarpum diketahui terbatas di Indonesia hanya ditemukan di Sumatra. Jenis ini belum banyak dibudidayakan seperti kerabatnya, yaitu jengkol

(Pithecellobium lobatum). Masyarakat mengkonsumsi biji julang-jaling

(Archidendron microcarpum) sebagai penambah nafsu makan, namun Menurut Burkill (1935) diacu dalam Rahayu et al. (2007) jika berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan organ ginjal. Selain bijinya yang dimakan, menurut Perry dan Metzger (1980) diacu dalam Rahayu et al. (2007) menyatakan bahwa kulit kayu julang-jaling (Archidendron microcarpum) berkhasiat mengobati sakit panas/obat demam. Julang-jaling (Archidendron microcarpum)

yang ada di lokasi penelitian jarang sekali ditemukan, pada suatu kebun biasanya belum tentu ada. Menurut keterangan masyarakat, belum tentu dalam 10 Ha ditemukan satu atau dua batang pohon.

Tabel 11 Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan

No. Habitus Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Hutan 2 4

2. Pekarangan 24 53

3. Pekarangan, kebun 7 16

4. Sawah 2 5

5. Sekitar jalan, pekarangan 10 22

Total 45 100

Pekarangan memegang peranan yang cukup besar di pedesaan dalam kegiatan pemanfaatan lahan untuk menghasilkan bahan pangan, Masyarakat memelihara berbagai tanaman yang dianggap berguna untuk hidupnya di pekarangan. Oleh sebab itu tidak jarang pekarangan dianggap sebagai warung hidup atau lumbung hidup (Sastrapradja et al. 1980). Spesies tumbuhan yang ada

di kebun ataupun di pekarangan sebagian besar merupakan tumbuhan yang sering dimanfaatkan dan adanya campur tangan masyarakat, serta adanya nilai ekonomi dari tumbuhan-tumbuhan tersebut (Gambar 4).

Gambar 4 Pekarangan.

Sebanyak 91% tumbuhan pangan dibudidayakan dan sebanyak 9% tumbuhan pangan tersebut tumbuh liar. Spesies tumbuhan yang hidup secara liar, yaitu kekara (Phaseolus lunatus), pakis sayur (Diplazium esculentum), petai cina

(Leucaena glauca), dan sintrong/jinakh (Crassocephalum crepidioides). Menurut Wijaya et al. (2011), Crassocephalum crepidioides digunakan sebagai antioksidan, anti inflamasi, sitotoksisitas dan memilik sifat sitoprotektif dari ekstrak heksana, etil asetat, etanol dan air. Ekstrak etanol mengandung senyawa fenolik dan flavonoid. Daun sintrong dapat digunakan sebagai lalaban. Selain sebagai pangan, daun dan batangnya berkhasiat mengobati gangguan perut, sakit kepala, dan luka (Heyne 1987). Selain memiliki khasiat seperti tersebut di atas, menurut Kongsaeree (2002) daun sintrong/jinakh (Crassocephalum crepidioides)

merupakan salah satu obat anti malaria.

Tumbuhan pangan fungsional yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari pekarangan sebanyak 56%, adapula tumbuhan yang dapat ditemukan di sekitar jalan yaitu sebesar 7% (Tabel 12). Tumbuhan pangan fungsional telah banyak dibudidayakan yaitu sebesar 93%. Sedangkan untuk tumbuhan yang ditemukan secara liar sebesar 7%. Tumbuhan pangan fungsional yang hidup

secara liar, yaitu ciplukan (Physalis angulata), rampai (Solanum nigrum), dan lain-lain. Keterangan lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 12 Keanekaragaman tipe habitat tumbuhan pangan fungsional

No. Habitus Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Kebun, pekarangan 7 15

2. Pekarangan 26 56

3. Sekitar jalan, pekarangan 10 22

4. Sekitar jalan 3 7

Total 46 100

5.2Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Obat