• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi obyek wisata budaya dan sejarah di Bogor.

Wardiyanta 2006 Metode Penelitian Pariwisata Yogyakarta: Andi Pustaka.

Lampiran 2 Potensi obyek wisata budaya dan sejarah di Bogor.

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/ Penanggung Jawab Kawasan Desa - Kecamatan A. Kabupaten Bogor

1. Prasasti batu tulis Ciaruteun Daya tarik berupa prasasti bersejarah. Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.

Caruteun Ilir Cibungbulang Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

2. Prasasti Tapak Kaki Gajah Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu

Caruteun Ilir- Cibungbulang Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

55

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

3. Prasasti Pasir Jambu Prasasti Koleangkak terletak ± 24 km sebelah barat dari Kota Bogor, atau ± 10 km dari Kota Leuwiliang atau ± 14 km sebelah selatan Kota Kecamatan Nangung dengan ketinggian ± 485 m di atas permukaan air laut. Lokasi dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat atau kendaraan roda dua. Dari Kota Bogor menggunakan kendaraan umum Bogor – Leuwiliang, kemudian dilanjutkan anggkutan umum Leuwiliang-Nanggung, berhenti di Parakanmuncang (depan rumah kepala Desa Parakanmuncang). Dari sini berjalan kaki menyusuri jalan setapak sejauh ± 700 m melewati perkampungan, ladang, sawah menuju Bukit Koleangkak. Dahulu daerah itu termasuk tanah perkebunan Jambu sehingga prasasti itu dikenal dengan nama Prasasti Jambu. Sekarang ada yang menyebutnya Prasasti Pasir Koleangkak atau Prasasti Pasir Gintung menurut nama kampung di dekatnya. Penemuan prasasti ini pertama kali dilaporkan oleh J. Rigg pada tahun 1854. Kemudian Prasasti ini telah dialih aksara dan diterjemahkan oleh J.Ph. Vogel (1925) The Earliest Sanskrit Inscription of Java, dan oleh R.M. Ng. Poerbacaraka (1952) dalam bukunya Riwayat Indonesia I. Prasasti dipahatkan pada batu andesit, dengan bentuk segi tiga tidak sama sisi, berukuran tinggi 73 cm, sisi-sisinya berukuran 290 cm, 264 cm, 240 cm. Pada permukaan batu yang relatif sudah rata sebelumnya dan tidak melalui proses penghalusan terlebih dahulu, tertera inskripsi dua baris dengan huruf Palawa dan Bahasa Sangsakerta, di atas tulisan terdapat bentuk sepasang telapak kaki. Prasasti yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, berdiri pada area seluas ± 1500 m² dan dipagar kawat berduri setinggi 120 cm. Ditempatkan pada bangunan (cungkup) berukuran 6 x 7 m dengan atap ijuk, tiang menggunakan pilar cor menyerupai batang kayu, dan lantainya susunan batu kerakal yang disemen. Salah satu bagian sudut batu prasasti telah patah, tetapi telah disambung oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Areanya telah ditata baik dilengkapi dengan jalan setapak (cor semen). Pembangunan (cungkup) diresmikan pada 31 Maret 1990 oleh Drs. Uka tjandrasasmita (Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala). Dari

Batu Tulis- Nanggung Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

56

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

Bukit Koleangkak terlihat hamparan persawahan, pengunungan hijau, sungai Cikasungka, dan Kota Leuwiliang tentu menjadi daya tarik, bagi wisatawan. Selain itu prasasti dari masa Kerajaan Tarumanegara dari abad ke-4-5 yang cukup langka, maka sangat potensial apabila dijadikan sebagai objek wisata budaya dan wisata alam.

4. Situs Pasir Angin Situs ini terletak pada sebuah bukit kecil dengan ketinggian ± 210 di atas permukaan laut, terletak di sebelah utara Sungai Cianten. Di permukaan bukit ini terdapat sebuah monolit setinggi 1,20 m di ukur dari muka tanah. Batu tersebut mempunyai bidang datar dan yang terlebar berukuran ± 1 m, menghadap tepat ke arah timur.

Situs Pasir Angin pernah diteliti dalam tahun 1970,1971,1972,1973, 1975 oleh Tim dari Puslitarkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) di bawah pimpinan R.P. Soejono, hasil ekskavasi menemukan artefak-artefak yang dibuat dari batu, besi, perunggu, tanah liat, obsidian, kaca, gerabah. Benda- benda temuan antara lain berupa beliung persegi, kapak corong dengan tangkai berbentuk ekor burung seriti, kapak perunggu berbentuk candrasa, tongkat perunggu, bandul kalung perunggu, manik-manik batu dan kaca, ujung tombak, kapak besi, gerabah serta alat-alat obsidian. Semua benda tersebut terdapat dalam satu konteks di sekitar monolit dan merupakan peninggalan prasejarah yang unik, hampir semua benda temuan menghadap ke arah bidang datar utama monolit yang menghadap ke timur. Hal ini berati bahwa kegiatan yeng mencakup benda-benda tersebut dipusatkan pada batu besar ini yang merupakan ciri aspek kepercayaan megalitik yang telah berkembang pada tingkat neolitik dengan masyarakat yang hidup dengan bercocok tanam. Dengan membandingkan jumlah dan tipe benda-benda temuan, diperkirakan bahwa Pasir Angin merupakan sebuah situs yang pernah dihuni pada masa Logam Awal (perundagian) di Indonesia pada 600- 200 Sebelum Masehi. Hasil sementara analisa C-14 terhadap arang yang didapatkan disini. Dari 12 contoh arang yang telah dikirim ke ANU (Australia National University) di Canberra untuk analisa C-14, 4 buah

Leuwimekar- Leuwiliang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

57

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

contoh telah menghasilkan pertanggalan absolut yang berkisar 1000 Sebelum Masehi-1000 Masehi. Hal ini berati bahwa dalam masa kurang lebih 2000 tahun, situs Pasir Angin menjadi penting karena selama prasejarah, proto-sejarah dan masa sejarah, upacara megalitik terus diselenggarakan.

5. Kampung Adat Urug Masyarakat Kampung Urug merupakan masyarakat yang mempertahankan budaya sunda wiwitan. Mereka menganggap bahwa mereka berasal dari keturunan Prabu Siliwangi, raja di kerajaan Pajajaran Jawa Barat. Bukti dari anggapan tersebut di antaranya menurut seorang ahli yang pernah memeriksa konstruksi bangunan rumah tradisional di Kampung Urug, ditemukan sambungan kayu tersebut sama dengan sambungan kayu yang terdapat pada salah satu bangunan di Cirebon yang merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran. Kata Urug dijadikan nama kampung, karena menurut mereka berasal dari kata "Guru", yakni dengan mengubah cara membaca yang biasanya dari kiri sekarang dibaca dari sebelah kanan. Kata "Guru" berdasarkan etimologi rakyat atau kirata basa adalah akronim dari digugu ditiru. Jadi seorang guru haruslah "digugu dan "ditiru", artinya dipatuhi dan diteladani segala pengajaran dan petuahnya. Jarak tempuh Kampung Urug dari Ibukota provinsi Jawa Barat lebih kurang 165 kilometer ke arah barat. Jarak dari Ibukota Kabupaten Bogor lebih kurang 48 kilometer, dari kota kecamatan Sukajaya lebih kurang 6 kilometer, sedangkan dari kantor Desa Kiarapandak lebih kurang 1,2 kilometer. Ke lokasi dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Adapun menggunakan angkutan umum dari pertigaan Jasinga-¬Leuwiliang menuju ke Cipatat. Dipertigaan jalan raya Cipatat dan jalan desa bisa menggunakan ojeg sampai ke kampung Urug, atau bisa juga menggunakan mobil Carry dari Jasinga - Leuwiliang sampai ke kampung Urug.

Urug- Sukajaya Masyarakat/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

58

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

6. Mausoleum Van Motman Mausoleum ini adalah makan keluarga Van Motman, ada 32 jenazah dikuburkan di tempat ini dengan pilar berjumlah sekitar 12 atau 13.Nisan- nisan tersebut tercatat sebagai nisan keluarga Van Motman, seorang keluarga penguasa tanah masa kompeni berkuasa di Nusantara. Keluarga Van Motman hidup di Indonesia sejak tahun 1773 dan merupakan pria penyandang nama Van Motman pertama yang menjejakan kaki di Bogor. Pemakaman ini sendiri pertama kali digunakan pada tanggal 8 Desember 1811, ketika Gerrit Willem Casimir van Motman memakamkan putrinya yang bernama Maria Henrietta van Motman. Komplek makam ini sendiri dijadikan sebuah Mausoleum van Motman pada kurun waktu 1890 -1911 oleh Pieter Reinier Van Motman, seorang Van Motman generasi ke-3. Total ada 33 makam di komplek pemakaman keluarga ini, dengan 4 mumi van Motman yang disimpan dalam sebuah bangunan berbentuk huruf T dengan kubah replika dari kubah Gereja St.Petrus Roma dan pada bagian atas pintu masuk bertuliskan FAM. P.R. van Motman. Komplek makam ini tak lagi bertuan sejak keturuan van Motman terakhir pergi dari Indonesia pada tahun 1950. Pada tahun 1974, pemakaman ini dijarah. Semua marmer, harta mumi dan benda-benda yang berharga telah menjadi barang dagangan, mumi keluarga Motman sendiri hilang entah kemana.

Sibanteng- Leuwisadeng Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

7. Situs Arca Domas Arca Domas sebenarnya merupakan beberapa batu-batuan yang tersusun rapi, dan dipercaya sudah ada sejak jaman Megalithikum. Luas areal situs tersebut kurang lebih sekitar 1 hektar, hingga saat ini keadaannya masih rapi

dan terawat dengan baik. DI pintu gerbang situs tersebut tertulis nama “Bale Kambang”, tempat ini dipercaya dulunya sebagai tempat penasehat- penasehat Pajajaran berunding dan bermusyawarah menyusun strategi. Kata Arca Domas sendiri berasal dari bahasa Sunda Kuno yang berarti “800

Patung”, namun belum ada yang menghitung jumlah batu-batuan yang berada di sekitar situs ini. Diantara batu-batu tersebut ada beberapa batu yang memiliki tulisan-tulisan yang belum terpecahkan secara pasti mengenai arti dari tulisan tersebut. Di tengah area ini ada batu tegak berbentuk segitiga

Tapos 1- Tenjolaya Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kab. Bogor

59

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

yang melambangkan Gunung Salak, disekelilingnya dilingkari batu-batu yang terhampar melingkari batu segitiga, dibagian belakang pusar ada 3 batu lagi berdiri tegak berbentuk segi empat memanjang, di depannya sedikit ditemukan pula 3 buah batu, ada dua batu tegak berdampingan berbentuk segitiga, melambangkan dua buah gunung, yang emmang lokasinya berdekatan, yaitu gunung Salak dan Gunung Pangrango. Arca Domas – Cibalay masih dalam wilayah Kecamatan Tenjolaya. Di kaki Gunung Salak, untuk mencapai Arca Domas, kita harus mendaki pegunungan dari jalan aspal sekitar kurang lebih 1,5 Km.

8. Situs Pasir Awi Prasasti Pasir Awi terletak di lereng selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah- buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.

Sukamakmur Sukamakmur Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang/Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kab. Bogor

9. Tugu Makam Jerman dan Arca Domas Tugu Pahlawan Jerman, Arca Domas adalah sebuah kompleks yang terdiri dari sebuah tugu dan tanah pekuburan di lereng Gunung Pangrango, sekitar 15 km dari Gadog, Ciawi, Jawa Barat. Jalan menuju makam ini sangat sulit dan sempit. Kompleks ini memiliki dengan sepuluh makam tentara Jerman

Sukaresmi Megamendung Organisasi Perawatan Taman Makam Pahlawan Jerman (Kedutaan

60

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

dengan nisan berbentuk salib besi (Eisernes Kreuz) berwarna putih salju. Delapan nisan masih dikenal namanya, sementara dua lagi sudah tidak dapat dikenali dan tidak bernama. Dari batu-batu nisan ini dapat diketahui bahwa para tentara Jerman yang dimakamkan di situ meninggal dunia pada 1945. Bentuk salib nisannya menyerupai tanda tambah dan sangat besar dan berbeda dengan salib Belanda. Kompleks pekuburan kecil ini dinaungi sebuah pohon besar yang tinggi dan sangat rindang. Para prajurit yang dikuburkan di situ adalah para pelaut muda pada masa Perang Dunia II yang datang ke Jawa dengan menggunakan kapal selam (U-Boat). Tanah tempat dibangunnya makam tentara Jerman ini mulanya adalah milik dua orang Jerman bersaudara, yaitu Emil dan Theodor Hellferich. Mereka membeli tanah seluas 900 hektare di situ dan kemudian dan membangun pabrik dengan keuntungan dari perkebunan teh. Pabrik teh yang dibangun di sini dilengkapi dengan kabel pengangkut untuk membawa daun teh dari perkebunan ke pabrik. Jerman di Jakarta)/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

10. Desa Cimande Desa wisata Cimande merupakan potensi objek wisata budaya yang sedang dikembangkan. Daya tarik yang dimiliki oleh wisata budaya ini antara lain adalah Pencak Silat Cimande, Pengobatan Patah Tulang Cimande, dan Ziarah Cimande. Padepokan pencak silat Cimande berada di Kampung Tarikolot, Desa Cimande, Kecamatan Caringin. Pencak Silat aliran Cimande merupakan salah satu peninggalan budaya seni tradisional yang tertua di Indonesia. Aliran yang dimulai pada abad XVIII dan dirintis oleh Eyang Khair ini hingga kini masih aktif dan lestari, bahkan penyebarannya sudah mencapai beberapa negara, diantaranya Malaysia, Singapura, Inggris, Belanda, Perancis, dan Amerika. Pada tahun 1996 didirikan padepokan pencak silat Cimande dan organisasi IKBC (Ikatan Keluarga Besar Cimande). Tujuan dibentuknya organisasi ini antara lain untuk meluruskan budaya dan seni pencak silat aliran Cimande yang sudah tersebar. Organisasi ini dipimpin oleh H. Gufron. Seni pencak silat Cimande mempunyai taleg atau norma-norma yang harus dipatuhi setiap anggotanya. Waktu latihan

Cimande- Caringin Masyarakat/Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor

61

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

biasanya diadakan pada hari Sabtu malam dan Minggu pagi, dan peserta yang menjadi anggota harus dimulai dari umur 7-15 tahun. Seni pencak silat ini diwariskan kepada warga sekitar Desa Wisata Cimande. Pengobatan patah tulang Cimande sudah sangat terkenal, baik di lingkungan masyarakat umum, maupun di lingkungan pengobatan secara medis. Hampir seluruh warga yang tinggal di Cimande memiliki keahlian mengobati patah tulang. Awalnya, pengobatan patah tulang tersebut pertama kali dilakukan oleh K.H. Syarif yang kemudian diteruskan oleh keturunannya hingga saat ini. Dalam pengobatan patah tulang tersebut digunakan minyak Cimande atau disebut balur pencak yang digunakan untuk mengurut bagian tulang yang patah. Minyak Cimande atau balur pencak terbuat dari bahan alami yaitu tebu kuning dan minyak kelapa, serta dilengkapi dengan doa-doa khusus yang dibacakan pada saat pembuatannya. Pembuatan minyak Cimande ini biasanya dilakukan pada tanggal 12-14 Maulid yang disertai dengan tradisi Ngabungbang. Namun sayang saat ini sudah tidak aktif lagi segala aktivitas di Desa Wisata Cimande karena jumlah kunjungan yang semakin menurun. Selain dikenal dengan pengobatan alternatif patah tulang dan kesenian pencak silat, Cimande juga dikenal dengan lokasi ziarahnya. Terdapat beberapa makam yang cukup terkenal yaitu Mbah Rangga dan Mbah Ace yang merupakan leluhur Desa Cimande. Makam ini sering dikunjungi setiap hari Kamis malam, sekitar bulan Maulid dan bulan Rajab. Apabila hendak berziarah, terlebih dahulu harus meminta izin kepada juru kunci makam tersebut yang merupakan keluarga almarhum.

B Kota Bogor

11. Istana Bogor Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan faunanya. Salah satunya adalah keberadaan rusa-rusa yang didatangkan langsung dari Nepal dan tetap terjaga dari dulu sampai sekarang. Saat ini sudah menjadi trend warga Bogor dan sekitarnya setiap hari Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya berjalan-jalan di seputaran Istana

Paledang Bogor Tengah

Pemerintah Pusat (Kesekretariatan Negara RI)

62

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

Bogor sambil memberi makan rusa-rusa indah yang hidup di halaman Istana Bogor dengan wortel yang diperoleh dari petani-petani tradisional warga Bogor yang selalu siap sedia menjajakan wortel-wortel tersebut setiap hari libur. Seperti namanya, istana ini terletak di Bogor, Jawa Barat. Walaupun berbagai kegiatan kenegaraan sudah tidak dilakukan lagi, khalayak umum diperbolehkan mengunjungi secara rombongan, dengan sebelumnya meminta izin ke Sekretaris Negara, c.q. Kepala Rumah Tangga Kepresidenan.

12. Museum Zoologi Museum Zoologi Bogor adalah museum yang terletak di Bogor, memiliki koleksi yang berkaitan dengan dunia satwa seperti berbagai spesimen yang diawetkan maupun fosil hewan. Museum ini terbagi menjadi dua, salah satunya dibuka setiap hari untuk umum yang berisi ruang pameran terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 9 Bogor, museum yang satu lagi berfungsi sebagai tempat koleksi dan hanya dibuka untuk umum setahun sekali pada bulan Oktober, berada di Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong tepatnya di Jalan Raya Jakarta - Bogor Km.46 Cibinong, Bogor.Kedua bagian museum ini dikelola oleh Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Awal berdirinya Museum Zoologi Bogor merupakan laboratorium zoologi dengan nama Landbouw Zoologisch Laboratorium yang didirikan pada tahun 1894 gagasan dari J. C. Koningsberger ahli botani berkebangsaan Jerman, laboratorium ini didirikan sebagai sarana penelitian yang berkaitan dengan pertanian dan zoologi. Pada tahun 1906 namanya berubah menjadi Zoologisch Museum and Wekplaats, pada tahun 1910 kemudian berubah lagi menjadi Zoologisch Museum en Laboratorium. Antara tahun 1945-1947 tempat ini dikenal dengan nama Museum Zoologicum Bogoriense, dan akhirnya sampai sekarang menjadi Museum Zoologi Bogor.Tempat koleksi museum ini memiliki 24 ruangan koleksi dan baru ditempati pada 1997, dengan pembangunan yang didanai dari dana hibah Bank Dunia dan Jepang.

Paledang Bogor Tengah

63

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

Koleksi ilmiah yang dimiliki museum ini meliputi kategori antara lain: mamalia, ikan, burung, reptil dan amphibi, moluska, serangga, dan invertebrata lain yang bukan moluska dan serangga. Koleksi Museum Zoologi yang berada di gedung Widyasatwaloka, Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong meliputi 3,5% jumlah jenis fauna yang terdapat di Indonesia, dan dari keberagaman fauna di Indonesia hanya 0,05% contoh binatang (spesimen) yang dimiliki oleh Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI.

13. Gedung karisidenan Kota Bogor Sebagai bekas ibu kota Karesidenan Bogor, Kota Bogor masih memiliki sebuah bangunan peninggalan semasa kolonial yang dulunya merupakan rumah dinas bagi asisten residen dan sekaligus sebagai tempat kerjanya, yang sekarang dikenal sebagai Gedung Karesidenan Bogor. Gedung ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 4 Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi gedung cukup strategis karena berada di jalur wisata bangunan bersejarah yang ada di Kota Bogor, yang bersebelahan dengan Kantor Kejaksaan Negeri Bogor. Awalnya gedung yang dibangun pada tahun 1800-an ini terdiri atas satu lantai, kemudian pada tahun 1870 bangunan ini dirombak menjadi dua lantai di mana lantai satu berfungsi sebagai kantor sementara dan lantai dua untuk tempat tinggal asisten residen. Tidak seperti bangunan megah lain semasanya yang dirancang oleh arsitek terkenal, gedung ini didesain oleh insinyur sipil dari Departemen Pekerjaan Sipil (waterstaat) yang terlihat kesederhanaan bentuknya, dan formal. Tembok-temboknya yang tebal dengan tiang-tiang besar pada bangunan serta jendela yang berbentuk setengah lingkaran mendapat pengaruh kuat dari gaya arsitektur Neo Klasik. Bangunan yang memiliki denah persegi panjang ini, di sebelah kiri kanan bangunan terdapat tangga masuk, atap bangunan berbentuk limas, dan di depannya terdapat halaman yang cukup luas menghadap ke Istana Bogor. Pada tahun 1928, gedung ini berubah fungsi menjadi Kantor Pembantu Gubernur hingga tahun 1976. Kemudian semenjak digulirkan otonomi

Pabaton Bogor Tengah

Pemerintah Daerah Kota Bogor

64

NO. Oyek Wisata Daya tarik

Lokasi Pengelola/

Penanggung Jawab Kawasan Desa -

Kecamatan

daerah, pada tahun 2000 gedung ini diambil oleh Pemerintah Kota Bogor untuk difungsikan sebagai Kantor Badan Koordinasi Wilayah Bogor atau yang biasa dikenal dengan singkatan Bakorwil. Gedung ini memiliki luas bangunan 808 m² di atas lahan seluas 25.120 m², dan status kepemilikannya adalah milik pemerintah. Kandungan nilai historis dari bangunan ini menjadi modal untuk menyambut kedatangan para wisatawan yang meminati masalah bangunan kuno di Kota Bogor, terlebih lokasinya yang sederetan dengan bangunan bersejarah yang ada di sekitarnya, menjadikan bangunan gedung ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan.

14. Gereja Katedral Awal sejarah berdirinya Gereja Katedral Bogor tidak bisa kita lepaskan dari peranan dua tokoh perintis umat kota Bogor, yaitu Mgr. AC. Claessens, Pr dan Pastor MYD Claessens, Pr. Pada tahun 1881 Mgr. AC. Claessens membeli sebuah rumah dengan pekarangan yang cukup luas (sekarang meliputi kompleks Gereja, Pastoran, Seminari, Sekolah, dan Bruderan Budi Mulia). Semula tempat itu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan Misa Kudus para tamu dari Jakarta. Namun, dengan dimilikinya rumah tersebut, juga menjadi awal umat Katolik memisahkan diri dari penggunaan Gereja Simultan/ekumene sebelumnya. Pada tahun itu pula pastor MYD. Claessen mulai menetap di Bogor. Pada tahun 1886 MYD. Claessen memulai karya pastoralnya untuk mendirikan Panti Asuhan untuk anak-anak. Saat itu bangunan rumah Panti Asuhan tersebut baru bisa menampung 6 orang anak. Usaha pastoral itu kemudian di kembangkan hingga menjadi Yayasan Vincentius pada tahun 1887, sehingga pada tahun 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun 1889 Pemerintah Hindia Belanda secara resmi mengakui dan menyatakan bahwa Bogor menjadi Stasi misi tetap Batavia. Tahun 1896 (setahun setelah Mgr. AC.

Dokumen terkait