• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Penyerapan CO2 Cagar Biosfer Cibodas

NPP di zona tersebut. Hal ini berkaitan dengan perubahan persentase luas dari kisaran nilai NDVI dan fAPAR karena nilai NPP didapatkan dengan memasukan nilai fPAR sebagai input kedalam persamaannya. Perubahan luas vegetasi hutan untuk digunakan sebagai areal vegetasi non hutan (dalam penelitian ini menjadi perkebunan, ladang, dan sawah) seperti yang terjadi pada zona penyangga dan zona transisi akan menurunkan produktivitas primer dari Cagar Biosfer Cibodas.

4.6. Potensi Penyerapan CO2 Cagar Biosfer Cibodas

Penyerapan CO2 merupakan sifat alami dari vegetasi yang berada di permukaan bumi. Penyerapan CO2 yang dilakukan oleh vegetasi pada dasarnya adalah menyeimbangkan konsentrasi CO2 yang berlebihan sebagai hasil dari aktifitas manusia. Berkaitan dengan usaha mitigasi perubahan iklim yang dilakukan pemerintah, Cagar Biosfer Cibodas sebagai salah satu kawasan konservasi yang berada disekitar Ibukota Negara memiliki jasa lingkungan untuk menyeimbangkan karbon yang dihasilkan dari kegiatan manusia.

Potensi penyerapan CO2 Cagar Biosfer Cibodas merupakan salah satu jasa lingkungan yang dapat dilakukan oleh kawasan konservasi ini. Nilai dari potensi penyerapan CO2 didapatkan dengan mengkonversi nilai fluks karbon yang digambarkan sebagai nilai

NPP menjadi nilai karbon yang setara dengan penyerapan CO2.

Hasil pendugaan nilai penyerapan CO2 di Cagar Biosfer Cibodas memasukan unsur luas dalam penghitungannya. Luas yang digunakan dalam menghitung penyerapan CO2 di Cagar Biosfer Cibodas adalah luas untuk lahan vegetasi. Pada zona inti diasumsikan seluruh luas zona inti adalah tutupan lahan vegetasi. Selain karena 98% luas tutupan lahan zona inti adalah tutupan lahan vegetasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi pengaruh dari penutupan awan dan data rusak yang terjadi pada data citra di tahun – tahun kajian tertentu. Tabel 12 memperlihatkan nilai dari potensi penyerapan karbon dan penyerapan CO2 di Cagar Biosfer Cibodas selama empat tahun kajian.

Dinamika nilai NPP di zona inti merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan perubahan nilai penyerapan karbon dan CO2 antar tahun kajian di Cagar Biosfer Cibodas. Hal ini karena nilai luas lahan vegetasi di zona inti dibuat sama dan nilai konversi karbon menjadi CO2 sebesar 3.67 sama untuk setiap zona dan tahun kajian. Pada zona inti nilai penyerapan CO2 terbesar

terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,473,572.4 ton/tahun. Nilai penyerapan CO2 terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 998,526.71ton/tahun. Kecenderungan nilai dugaan penyerapan CO2 di zona inti Cagar Biosfer Cibodas mengikuti pola dari nilai NPP yang telah dibahas sebelumnya.

Pada zona penyangga, dimana luasan untuk tutupan lahan vegetasi berbeda setiap tahun, Nilai dari penyerapan CO2 menjadi lebih dinamis dibandingkan dengan zona inti. Nilai penyerapan CO2 pada tahun 2010 sebesar 458,777.9 ton/tahun merupakan nilai penyerapan terkecil diantara tahun kajian lain di zona yang sama. Selain karena luas tutupan lahan vegetasi yang lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2001 dan 2006, pada tahun 2010 nilai NPP merupakan nilai NPP terkecil pada zona penyangga. Nilai dugaan penyerapan CO2 pada tahun 1991 juga kecil disebabkan oleh luas tutupan lahan vegetasi yang lebih rendah. Tutupan lahan vegetasi yang rendah ini disebabkan karena adanya tutupan awan dan bayangan awan pada tahun tersebut yang mengurangi luas lahan vegetasi di tahun yang sama.

Tabel 10 Nilai potensi penyerapan CO2 berdasarkan zonasi Cagar Biosfer Cibodas tahun 1991 – 2010

Tahun Zona Luas Area (Ha) Luas Area (m2) NPP (gC/m2/tahun) Potensi penyerapan C (Ton C/Tahun) Potensi penyerapan CO2 (Ton/tahun) 1991 Inti 23,790 237,909,600 1,442.6 343,211.8 1,258,442.8 2001 23,790 237,909,600 1,392.3 331,237.2 1,214,536.3 2006 23,790 237,909,600 1,689.2 401,883.4 1,473,572.4 2010 23,790 237,909,600 1,144.7 272,325.5 998,526.7 1991 Penyangga 10,425 104,249,740 1,355.3 141,292.6 518,072.7 2001 11,680 116,799,880 1,271.1 148,465.7 544,374.2 2006 12,460 124,596,000 1,543.4 192,299 705,096.4 2010 11,543 115,434,500 1,083.9 125,121.2 458,777.9 1991 Transisi 24,946 249,462,532 1,132.7 282,564.4 1,036,069.6 2001 23,735 237,351,060 1,117.4 265,215.4 972,456.5 2006 21,797 217,971,000 1,197.3 260,983.8 956,940.6 2010 20,937 209,374,675 797.9 167,062 612,560.5

Penyerapan CO2 di zona transisi lebih banyak dilakukan oleh tanaman perkebunan dan pertanian lahan kering seperti ladang. Pada zona ini, terjadi dinamika perubahan luas tutupan lahan vegetasi. Selain itu pada zona transisi juga terjadi perubahan nilai NPP antar tahun kajian. Nilai dugaan penyerapan CO2

pada zona transisi cenderung menurun selama tahun 1991 hingga 2010. Nilai penyerapan CO2 terbesar terjadi pada tahun 1991 sebesar 1,036,069.6 ton/tahun. Nilai penyerapan CO2

yang tinggi di tahun ini mengindikasikan bahwa keadaan vegetasi di zona transisi pada tahun 1991 masih baik dibandingkan dengan tahun kajian lain. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai penyerapan CO2 yang terus terjadi selama tahun 2001 hinggga 2010.

Penelitian tentang potensi penyerapan karbon dilakukan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) oleh June et al. (2006). Penelitian tersebut menghasilkan nilai dugaan untuk penyerapan karbon TNGHS sebesar 237,390 tonC/tahun, jika nilainya dikonversi ke dalam nilai penyerapan CO2

menjadi 870,430 ton/tahun. Nilai dugaan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian ini karena luas TNGHS sebesar 15,196 ha lebih kecil dibandingkan dengan luas TNGP.

Jasa lingkungan penyerapan karbon dan CO2 yang telah dilakukan oleh kawasan konservasi seperti Cagar Biosfer Cibodas mengalami dinamika perubahan yang dipengaruhi oleh keberadaan luas tutupan lahan vegetasi. Usaha pelestarian hutan sebagai salah satu tutupan lahan vegetasi terbesar di kawasan Cagar Biosfer Cibodas harus tetap dilakukan untuk menjamin keseimbangan karbon di wilayah ini khususnya dan wilayah di sekitar Cagar Biosfer Cibodas seperti Jakarta. Luas hutan yang masih terdapat di zona transisi Cagar Biosfer Cibodas harus tetap dipertahankan keberadaannya sebagai salah satu upaya menjaga kesimbangan karbon. Seperti diketahui, zona transisi merupakan zona pada cagar biosfer yang konversi lahan vegetasi menjadi lahan non vegetasi nya terbesar dibandingkan dengan zona cagar biosfer lain. Oleh karena itu usaha untuk tetap mempertahankan keberadaan vegetasi hutan di zona ini perlu dilakukan .

Pemanfaatan zona sesuai peruntukkannya juga perlu dilakukan. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa zona inti merupakan kawasan konservasi yang keberadaanya dilindungi, sehingga konversi lahan vegetasi menjadi lahan non vegetasi

sangat dihindari. Pada zona penyangga, konversi lahan vegetasi dimungkinkan terjadi, namun jenis vegetasi yang diizinkan adalah jenis vegetasi yang menyerupai vegetasi pada zona inti. Zona terakhir, yakni zona transisi merupakan kawasan pembangunan berkelanjutan artinya setiap pembangunan yang terjadi harus tetap mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, mempertahankan sebagian lahan vegetasi hutan di zona ini perlu dilakukan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Luas tutupan lahan vegetasi yang relatif stabil selama empat tahun kajian adalah luas vegetasi hutan. Luas vegetasi hutan pada zona inti selama tahun kajian relatif stabil dengan luas sekitar 18,000 ha atau 76% dari total luas zona inti. Pada zona penyangga dan zona transisi luas vegetasi hutan mengalami penurunan antar zona namun cenderung stabil antar tahun dengan luas berturut – turut sebesar 3,500 ha dan 1,600 ha.

Perubahan vegetasi yang terjadi baik yang bertambah atau berkurang mempengaruhi nilai NDVI pada setiap zona Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum nilai NDVI untuk zona inti lebih besar dibandingkan dengan zona penyangga, dan zona transisi memiliki nilai NDVI terkecil. Hal yang sama juga terjadi pada nilai fAPAR yang diturunkan dari nilai NDVI.

Nilai NPP diketahui mengikuti pola nilai NDVI dan fAPAR. Zona inti memiliki nilai NPP terbesar dibanding dengan zona penyangga dan zona transisi. Nilai NPP terbesar pada zona inti, penyangga, dan transisi terjadi pada tahun 2006 yang berturut-turut sebesar 1,689.2 gC/m2/tahun, 1,543.4 gC/m2/tahun, dan 1,197.3gC/m2/tahun.

Potensi penyerapan CO2 pada zona inti tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,473,572.4 ton/tahun, pada zona penyangga juga terjadi pada tahun 2006 sebesar 705,096.4 ton/tahun, dan pada zona transisi terjadi pada tahun 1991 sebesar 1,036,069.6 ton/tahun.

Penetapan wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai zona inti Cagar Biosfer Cibodas beserta zona penyangga dan zona transisinya sebagai salah satu cagar biosfer di Indonesia membuat luas vegetasi hutan terjaga stabil.

5.2. Saran

Pendugaan nilai NPP dan potensi penyerapan CO2 di Cagar Biosfer Cibodas yang dilakukan dalam penelitian ini belum memuaskan karena masih terdapat beberapa kekurangan dalam teknis pengolahan data seperti pengambilan sampel lahan (daerah contoh) dalam proses klasifikasi lahan yang tidak mewakili setiap kelas tutupan lahan sehingga ada beberapa piksel data yang tidak terklasifikasi.

Kekurangan data pembanding terjadi dalam proses analisa hubungan antara stok dan fluks karbon sehingga dalam penelitian ini hanya dilakukan penghitungan nilai fluks karbon tanpa dapat melakukan proses analisa hubungan dengan nilai stok karbon. Hal ini terjadi karena data inventori stok karbon di kawasan Cagar Biosfer Cibodas tidak tersedia lengkap setiap tahun.

Usaha perbaikan dalam teknis pengolahan data perlu dilakukan. Diantara usaha – usaha tersebut adalah melakukan survei lapang terhadap semua kelas tutupan lahan yang tidak dapat dilakukan dalam penelitian ini karena keterbatasan logistik dalam proses penelitian. Data inventori stok karbon di Cagar Biosfer Cibodas bisa didapatkan dengan menggunakan data pengukuran langsung yang kemudian menggunakan persamaan allometric untuk menghitungnya. Hal ini tidak dilakukan dalam penelitian ini karena dalam penelitian data inventori stok karbon dicari berdasarkan hasil studi literatur yang tidak semua lembaga penelitian dapat memberikan informasi tersebut.

Penambahan data iklim dari stasiun lain disekitar Cagar Biosfer Cibodas perlu dilakukan seperti pengadaan Automatic Weather System (AWS) di setiap zona Cagar Biosfer Cibodas agar dapat lebih menggambarkan kondisi iklim sebenarnya di setiap zona Cagar Biosfer Cibodas. Selain itu diperlukan data citra yang memiliki kualitas yang lebih baik dengan tutupan oleh awan memiliki persentase yang lebih kecil atau bebas dari gangguan awan. Penambahan data citra yang diperoleh dari penginderaan jauh oleh radar juga dapat dilakukan karena data citra ini memiliki kekuatan untuk menembus awan.

Penelitian lebih lanjut terhadap penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan data inventori yang lengkap tidak hanya pada data inventori penyerapan CO2 di tanaman melainkan juga data inventori penyerapan CO2 didalam tanah.

Dokumen terkait