• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELIMPAHAN SERANGGA PREDATOR

V. POTENSI PREDATOR COCCINELLIDAE UNTUK PENGENDALIAN Bemisia tabaci (GENNADIUS)

(HEMIPTERA: ALEYRODIDAE): PEMANGSAAN,

PREFERENSI DAN TANGGAP FUNGSIONAL

(Potency of Predatory Coccinellidae for the Control of Bemisia tabaci (Gennadius)

(Hemiptera: Aleyrodidae): Predation, Preference and Functional Response)

Abstrak

Berdasarkan penelitian eksplorasi tahun 2009 ditemukan 5 dari 11 spesies predator penting B. tabaci, yang dominan yaitu Menochilus sexmaculatus,

Coccinella transversalis, Verania lineata, Curinus coeruleus (Coleoptera:

Coccinellidae), dan Paederus fuscipes (Coleoptera: Stapilinidae). Penelitian dilanjutkan dengan tujuan mendapatkan predator dari spesies Coccinellidae yang benar-benar efektif untuk mengendalikan B. tabaci pada pertanaman sayuran khususnya cabai merah. Kajian potensi Coccinelidae sebagai predator B. tabaci

dilaksanakan dengan 3 tahapan penelitian, yaitu uji pemangsaan, preferensi dan tanggap fungsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa predator M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata mempunyai daya pemangsaan yang sama tinggi terhadap B. tabaci yaitu berkisar 46 – 48 nimfa/hari atau 9 imago/hari. Predator V. lineata mempunyai tingkat kesukaan terhadap B. tabaci paling tinggi dibandingkan dengan M. sexmaculatus dan C. transversalis. Pengujian lebih lanjut dalam uji tanggap fungsional predator terhadap B. tabaci untuk V. lineata. Hasil analisis regresi logistik (koefisien linier P1 = - 0.1006, X2 = 34.99) predator

V. lineata memperlihatkan tanggap fungsional tipe II. Kerapatan mangsa B. tabaci

semakin meningkat maka semakin meningkat mangsa yang dikonsumsi, namun proporsi mangsa yang dikonsumsi semakin menurun. Hasil analisis dari persamaan cakram pada tanggap fungsional tipe II diperoleh nilai laju pencarian mangsa seketika (a) sebesar 0,3522/jam dan nilai masa penanganan mangsa (Th) sebesar 0.151jam (R2 = 0.9239). Daya pemangsaan maksimum predator V. lineata

adalah 6 nimfa/jam. Predator V. lineata masih mampu menemukan dan mengkonsumsi seluruh mangsa (100%) pada kerapatan mangsa rendah (1 sampai dengan 3 nimfa).

Kata Kunci: Coccineliedae, Bemisia tabaci, cabai merah, preferensi, pemangsaan, tanggap fungsional.

Abstract

Based on preliminary exploration conducted in 2009, 5 out of 11 predominant

predators species of B. tabaci was found, i.e. M. sexmaculatus, C. transversalis, V.

lineata, C. coeruleus (Coleoptera: Coccinellidae), P. fuscipes (Coleoptera: Stapilinidae). Further studies was undergone to determine the most effective predator species for controling B. tabaci in chllipepper. The potency of Coccinellidae as predator of B. tabaci was evaluated in 3 consecutive studies , i.e.

predation preference and functional response assay. Predation assay using B. tabaci as

the prey showed that M. sexmaculatus, C. Transversalis and V. lineata have similar

predation ability, i.e. 46 – 48 nymphs/day or 9 imagos/day . Preference assay using

aphids, thrips or B. tabacias the preys indicated that aphids (Aphids gossypii, Myzus

persicae), dan Thrips parvispinus and B. tabaci were each more preferable by M. sexmaculatus, C. Transversalis and V. lineata respectively. Functional response assay

was further studied for V. lineata using B. tabaci as its prey. Based on logistic

regression analysis (linier coefisien P1 = - 0.1006, X2 = 34.99) V. lineata showed

characteristic of type II functional response. V. lineata able to find and consume all prey (100%) on low prey density (1 – 3 nymphs). Based on Hollings disc equation of a type II functional response (R2 = 0.9239), the searching rate (a) and the handling time (Th) for nimpha B. tabaci were 0.3522/h and 0.151h. The maximum predation capability of V. lineata was 6 nymph / hour respectively.

Keywords : Coccinellidae, Bemisia tabaci, chilli pepper, predation, preferency,

functional response.

Pendahuluan

Studi musuh alami B. tabaci di Brazil menemukan sekitar 14 spesies predator (Gerling 1990). Dua spesies predator kumbang kubah (lady beetle),

Nephaspis hydra Gordon dan Delphastus davidsoni Gordon diketahui pertama

kali sebagai pemangsa B. tabaci (Olsen 2001). Sebagai negara yang memiliki iklim sama dengan Brazil yaitu iklim tropis, maka kemungkinan musuh-musuh alami B. tabaci tersebut juga dapat ditemukan di Indonesia, khususnya pada berbagai pertanman sayuran di sentra produksi cabai merah. Sudrajat (2009) melaporkan bahwa dari hasil eksplorasi musuh alami di Kabupaten Bandung dan Karawang pada tahun 2005 ditemukan beberapa spesies predator yang mempunyai potensi untuk mengendalikan hama kutukebul pada pertanaman sayuran. Spesies predator kutukebul yang ditemukan dan mempunyai potensi adalah beberapa spesies dari famili Coccinellidae (Menochilus sexmaculatus, Coccinella transfersalis, Harmonia sp, Curinus coeruleus dan Delphastus sp ) dan famili Staphylinidae (Paederus fusipes). Predator Coccinellidae ditemukan hampir di semua spesies pertanaman sayuran termasuk pada pertanaman cabai merah.

Penelitian pendahuluan yakni eksplorasi predator di daerah sentra produksi cabai merah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta pada tahun 2009 telah menemukan 11 spesies predator yang terdiri atas 8 spesies termasuk ordo Coleoptera, 1 spesies dari ordo Hemiptera, 1 spesies dari ordo Diptera dan 1

60

spesies dari ordo Neuroptera. Delapan spesies termasuk famili Coccinellidae yaitu; M. sexmaculatus, C. transversalis, Verania lineata Th., Illeis sp., C. coeruleus, Delphastus sp., Harmonia sp., Coelophora sp., dan 1 spesies dari famili Staphylinidae yaitu Paederus fuscipes. Predator ordo Hemiptera adalah

Compylomma sp. (Miridae), dan ordo Diptera adalah Condylostylus sp, sedangkan dari ordo Neuroptera adalah famili Hemerobiidae. Di antara 11 spesies predator tersebut diketahui ada 5 spesies yang dominan dan mempunyai distribusi yang paling luas (ditemukan di berbagai komoditas sayuran dan lokasi eksplorasi) yaitu

M. sexmaculatus, C. transversalis, V. lineata, C. coeruleus dan P. fuscipes. Penelitian pendahuluan (eksplorasi) telah menemukan 5 spesies predator yang berpotensi sebagai agens hayati untuk pengendalian B. tabaci, namun ke lima spesies predator tersebut perlu diuji lebih lanjut daya pemangsaannya dan preferensinya terhadap B. tabaci. Menurut deBach (1976), predator yang mempunyai potensi dan efektif sebagai agens hayati dicirikan oleh (1) daya pemangsaan dan kemampuan mencari yang tinggi, (2) preferensi (kesukaan) terhadap mangsa, (3) potensi reproduksinya tinggi dan (4) kisaran toleransi terhadap lingkungan lebar atau daya penyebaran yang luas. Price (1997) menambahkan bahwa pada umumnya predator termasuk Coccinellidae bersifat generalis (polifag atau oligofag), yaitu dapat memangsa beberapa spesies mangsa. Walaupun predator bersifat generalis, namun sebagai mahluk hidup tetap mempunyai preferensi terhadap mangsa tertentu, dan sampai saat ini belum ada yang melaporkan.

Oleh karena itu dalam kajian predator sebagai agens hayati lebih ditujukan untuk mengetahui daya pemangsaan dan preferensi beberapa spesies predator dari famili Coccinellidae terhadap berbagai spesies mangsa hama pertanaman cabai merah yaitu; B. tabaci, Aphids gossypii, Myzus persicae dan Thrips parvispinus, serta tanggap fungsional terhadap B. tabaci. Target dari penelitian ini adalah menemukan minimal lebih dari satu spesies Coccinellidae yang mempunyai daya pemangsaan dan preferensi lebih tinggi terhadap B. tabaci dibandingkan terhadap mangsa lain pada pertanaman cabai merah.

Menurut Doutt (1973), penelitian tanggap fungsional merupakan salah satu ukuran untuk menentukan keefektifan suatu predator/parasitoid sebagai agens

pengendalian hayati. Target penelitian ini adalah diketahui minimal satu spesies predator yang mempunyai tanggap fungsional yang tinggi terhadap B. tabaci, dan ini berarti diperoleh predator yang efektif dan mempunyai potensi tinggi sebagai agens hayati untuk pengendalian B. tabaci khususnya pada pertanaman cabai merah dan umumnya pada pertanaman sayuran.

Predator yang dikaji potensinya terhadap B. tabaci adalah predator yang mempunyai preferensi paling tinggi terhadap B. tabaci dibanding hama cabai merah lainnya yaitu T. parvispinus, A. gossypii dan M. persicae dari hasil uji preferensi. Setelah diketahui minimal satu spesies predator mempunyai preferensi paling tinggi terhadap B. tabaci, maka dilanjutkan dengan kajian tanggap fungsional predator tersebut terhadap B. tabaci.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Desember 2010 di laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) di Lembang, di rumah kasa Kebun Percobaan Balitsa di Kramat, Brebes, dan Laboratorium Taxonomi Departemen Proteksi Tanaman, IPB.

Uji Pemangsaan Berbagai Imago Predator terhadap Nimfa dan Imago

B. tabaci

Predator yang diuji pemangsaannya terhadap B. tabaci adalah beberapa predator yang banyak ditemukan dan mempunyai sebaran yang luas dari hasil kegiatan penelitian pendahuluan (eksplorasi). Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), terdiri atas 5 perlakuan dan diulang 10 kali. Perlakuan terdiri atas jenis predator yaitu M. sexmaculatus, C. transversalis, V. lineata, C. coeruleus, dan P. fuscipes. Setiap perlakuan stadia menggunakan 50 ekor. Setiap predator diujikan pada nimfa dan imago B. tabaci. Daun tanaman yang mengandung 50 nimfa atau imago dimasukkan secara terpisah ke dalam toples plastik berdiameter 15 cm dan tinggi 4 cm (Lampiran 5.b). Ke dalam setiap toples diinfestasikan masing-masing jenis predator sebanyak satu ekor imago betina yang telah dipuasakan selama 24 jam. Pengamatan jumlah

62

perlakuan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam. Jika terdapat perbedaan antar perlakuan, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen.

Preferensi Predator (Coccinellidae) terhadap Berbagai Spesies Hama Kutudaun, Kutukebul dan Trips pada Tanaman Cabai Merah

Predator yang diuji preferensinya terhadap B. tabaci dan berbagai kutudaun cabai adalah beberapa predator (M. sexmaculatus, C. transversalis, V. lineata) yang mempunyai daya pemangsaan tinggi terhadap B. tabaci pada percobaan daya pemangsaan. Uji preferensi dilakukan dengan metode uji pilihan bebas (free-

choice test). Perlakuan spesies mangsa yang diuji adalah nimfa B. tabaci, M.

persicae, A. gossypii dan T. parvispinus. Percobaan ini dilakukan dengan

menggunakan metode seperti yang dikemukakan oleh Legaspi et al. (2006). Pelaksanaan percobaan adalah sebagai berikut : Cawan petri dibagi menjadi 4 ruangan yang sama besar (perlakuan 4) dan antar ruangan diberi pembatas (Lampiran 5d). Ke dalam setiap ruangan diinokulasikan masing-masing daun cabai yang telah mengandung nimfa B. tabaci, M. persicae, A. gossypii dan T. parvispinus (hasil biakan masal di laboratorium, kecuali T. parvispinus diambil dari lapang yang bebas pestisida) masing-masing sebanyak 50 nimfa. Ujung tangkai daun cabai merah diberi kapas basah agar tidak cepat layu. Selanjutnya, dilepaskan 1 ekor imago V. lineata betina (Lampiran 6.a) tepat di tengah-tengah cawan petri tersebut, yang sebelumnya telah dipuasakan selama 6 jam (Lampiran 5.d). Semua perlakuan dalam percobaan diulang sebanyak 10 kali. Khusus untuk inokulasi B. tabaci dilakukan sebagai berikut: dua puluh ekor (sepuluh pasang) imago B. tabaci yang umurnya relatif seragam (hasil pembiakan masal di rumah kasa) diinfestasikan ke dalam tanaman cabai yang berumur 6 - 8 minggu setelah tanam pada polibag berukuran 25cm x 35cm yang disungkup dengan kurungan plastik-kasa (sifon)(Lampiran 5.a). Setelah kepadatan populasi nimfa B. tabaci

cukup tinggi, maka dipilih beberapa daun yang mempunyai kepadatan nimfa tersebut sesuai yang diinginkan (50 nimfa/daun) kemudian daun dipetik lalu dimasukkan ke dalam cawan petri.

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah nimfa B. tabaci, M. persicae, A.

gossypii dan T. parvispinus yang tersisa pada 3, 6, 12 dan 24 jam setelah

pelepasan predator. Derajat kesukaannya (indeks preferensi) terhadap mangsa dihitung dengan rumus: Li = ri - pi , dengan Li index pemilihan mangsa, ri proporsi mangsa yang dimangsa oleh predator dan pi proporsi mangsa yang tersedia. Nilai Li berkisar antara (– 1) hingga (+ 1). Preferensi maximum terjadi bila ri = 1 dan pi = 0 , dan penghindaran (penolakan) maksimum ri = 0 dan pi = 1. Jika nilai indeks preferensi (Li ) positif dan mendekati satu maka preferensi maksimum, dan sebaliknya jika nilainya negatif maka penghindaran (penolakan) terhadap mangsa maksimum.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan ANOVA menggunakan program SAS 90. Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.

Tanggap Fungsional Predator V. lineata terhadap Hama Kutukebul pada Cabai Merah

Rancangan percobaan

Untuk menguji potensi predator digunakan metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 10 perlakuan tingkat kepadatan mangsa, masing masing perlakuan diulang 10 kali. Kesepuluh perlakuan tersebut adalah pelepasan imago betina predator pada berbagai kepadatan nimfa B. tabaci: 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 22, 28 nimfa B. tabaci.

Pelaksanaan percobaan.

Daun cabai merah yang mengandung nimfa B. tabaci instar 2-3 (dari hasil biakan pada tanaman cabai merah) dengan masing-masing taraf kepadatan mangsa sesuai dengan perlakuan dimasukkan ke dalam cawan petri berdiameter 10 cm dan tinggi 1.5 cm. Setelah itu dimasukkan satu imago predator betina yang telah dipuasakan selama 24 jam. Percobaan dilakukan dengan 10 imago predator sebagai ulangan untuk masing masing kepadatan mangsa (Lampiran 5.c). Pengamatan dilakukan 3 jam sekali selama 24 jam terhadap jumlah nimfa yang

64

termangsa. Pada setiap pengamatan mangsa yang hilang atau terbunuh oleh predator ditambahkan kembali sehingga jumlah mangsa tetap sesuai dengan perlakuan.

Analisis data

Pengaruh banyaknya mangsa tersedia terhadap rerata banyaknya mangsa yang dikonsumsi dianalisis dengan sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Untuk menentukan tipe tanggap fungsional predator terhadap nimfa B. tabaci diperiksa dengan regresi logistik antara kerapatan mangsa yang tersedia (No) dan proporsi mangsa yang dikonsumsi (Ne/No) dengan persamaan sebagai berikut (Juliano 1993):

Ne = exp ( Po + P1No + P2No2 + P3No3 No 1 + exp ( Po + P1No + P2No

) 2

+ P3No3

Dengan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan adalah titik potong, koefisien linier, kuadratik dan kubik. Keempat parameter ini diduga dengan metode kemungkinan maksimum dengan prosedur PROC CATMOD SAS (SAS Institute 1990). Jika koefisien linier (P1) tidak berbeda nyata dengan 0, proporsi mangsa yang dikonsumsi konstan dengan meningkatnya mangsa tersedia, maka model tanggap fungsional yang sesuai adalah tipe I. Jika P1 bernilai negatif (P1 < 0), proporsi mangsa yang dikonsumsi menurun sejak awal seiring dengan meningkatnya mangsa tersedia, hal ini mencirikan bentuk tanggap fungsional tipe II. Bila P1 bernilai positif (P1 > 0), proporsi mangsa yang dikonsumsi awalnya meningkat dan kemudian menurun, hal ini mencirikan tanggal fungsional tipe III (Juliano, 1993 ).

)

Untuk memperoleh parameter tanggap fungsional laju pencarian mangsa seketika (a) dan waktu penanganan mangsa (Th) digunakan model persamaan cakram dari Holling (1959) atau persamaan acak dari Rogres (1972). Untuk tanggap fungsional tipe I adalah: Persamaan cakram Ne = aN0 + b; Persaman acak Ne = aT.No. Untuk tanggap fungsional tipe II adalah: Persamaan cakram Ne = a.T.N0/(1+a.Th.N0); Persamaan acak Ne = N0

{1–exp[a(Th.Ne–T)]} . Untuk tanggap fungsional tipe III adalah: Persamaan cakram Ne = a.T.N02/(1+cN0+b.Th.N02); Persamaan acak Ne = N0 {1– exp

[(d+bN0)(Th.Ne–T)/(1+cN0)]}. Ne adalah banyaknya mangsa yang dimakan oleh per individu predator, N0 banyaknya mangsa yang tersedia, T lama waktu mangsa terpapar pada predator waktu pencarian mangsa, Th waktu penanganan mangsa, a laju pencarian seketika (penyerangan) dan b, c dan d adalah konstan yang diturunkan dari parameter a (Hassell et al. 1977).

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan tanggap fungsional tipe II dan selama percobaan mangsa yang dikonsumsi predator diganti sesuai dengan kerapatan semula, maka untuk memperoleh parameter tanggap fungsional laju pencarian mangsa seketika (a) dan waktu penanganan mangsa (Th) digunakan model persamaan cakram dari Holling (1959), sebagai berikut :

Ne = a.T.N0/(1+a.Th.N0)

Nilai penduga parameter (a dan Th) dari persamaan tersebut di atas diperoleh melalui regresi non linier menggunakan prosedur PROC NLIN SAS (SAS Institute 1990) seperti yang dilakukan oleh Juliano (1993).

Hasil dan Pembahasan

Pemangsaan Berbagai Predator terhadap Nimfa dan Imago B. tabaci

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kelima spesies predator yang diuji lebih memilih nimfa daripada imago B. tabaci (Tabel 5.1). Hal ini berhubungan dengan perilaku B. tabaci, pada saat stadia nimfa pasif (tidak bergerak) menempel di permukaan bagian bawah daun kecuali instar satu awal, sebaliknya imagonya sangat aktif sehingga sulit untuk ditangkap oleh predator. Van Alpen dan Jervis (1996) menyatakan bahwa walaupun tingkat penerimaan terhadap dua spesies mangsa sama, tetapi karena kemampuan menghindar dari kedua mangsa tersebut berbeda maka frekuensi pertemuan predator dan mangsa dapat berbeda, akibatnya preferensi terhadap kedua mangsa tersebut berbeda. Houck (1986) menambahkan bahwa preferensi predator terhadap mangsa dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan salah satunya adalah pertahanan dari mangsa yang lemah.

Di antara lima spesies predator yang diuji, ternyata tiga predator mempunyai daya pemangsaan sama tinggi baik terhadap nimfa maupun imago B. tabaci, yaitu

66

V. lineata, C. transversalis dan M. sexmaculatus. Ketiga predator tersebut

mampu memangsa berkisar 46 – 48 nimfa B. tabaci per hari atau sekitar 90%.

Tabel 5.1 Daya pemangsaan beberapa predator terhadap nimfa dan imago B. tabaci di laboratorium

Spesies Predator

Rerata jumlah nimfa yang dimangsa dalam 24 jam

setelah infestasi

Rerata jumlah imago yang dimangsa dalam 24 jam setelah infestasi

Jumlah (%) Jumlah (%) C. transversalis 48.33 a* 96.67 9.20 a 18.40 M. sexmaculatus 47.14 a 94.28 9.11 a 18.22 V. lineata 46.67 a 93.33 8.87 a 17.74 C. coereuleus 41.30 b 82.67 5.33 b 10.66 P. fuscipes 41.70 b 83.55 4.98 b 9.96 *

Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

Setiawati et al. (2006) dan Sudrajat (2009) juga melaporkan bahwa pada taraf percobaan laboratorium spesies predator yang potensial dikembangkan untuk pengendalian B. tabaci adalah dari famili Coccinellidae yaitu M. sexmaculatus, C. transversalis, Harmonia sp, dan Curinus sp, dengan daya pemangsaan rata-rata berkisar 65 %. Dilain pihak Prabaningrum et al. (2005) melaporkan bahwa predator C. tranversalis mampu memangsa sebanyak 55–70 nimfa/imago T.

parvispinus per hari pada taraf percobaan rumah kasa. Selanjutnya dari hasil

penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa Coccinellidae merupakan musuh alami yang penting untuk beberapa spesies hama, seperti kutukebul (Gerling 1990), kutudaun (Hodek 1973: Frazer 1988), mealybugs (Hodek 1973), scales (De Bach 1976; Drea dan Gordin 1990) dan tungau (Hodek 1973). Berdasarkan kenyataan ini tampak bahwa Coccinellidae bersifat generalis, hal ini sesuai dengan pendapat Price (1997), bahwa pada umumnya predator bersifat generalis (polifag atau oligofag), yaitu dapat memangsa beberapa spesies mangsa. Walaupun predator (Coccinellidae) bersifat generalis, namun sebagai mahluk hidup tetap mempunyai

preferensi terhadap mangsa tertentu, dan sampai saat ini belum ada yang melaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai preferensi beberapa spesies predator dari famili Coccinelidae terhadap berbagai spesies mangsa hama pada pertanaman cabai merah (B. tabaci, A. gossypii dan T. parvispinus).

Preferensi Predator (Coccinellidae) terhadap Berbagai Spesies Hama (Kutudaun, Kutukebul dan Trips) pada Tanaman Cabai Merah

Berdasarkan data jumlah hama kutudaun yang dimangsa dan indeks preferensi pada Tabel 5.2. tampak bahwa predator V. lineata mempunyai preferensi tertinggi (lebih menyukai) terhadap B. tabaci dibandingkan M. persicae, T. parvispinus dan A. gossypii. Predator M. sexmaculatus lebih menyukai A. gossypii dan M. persicae., sedangkan predator C. transversalis lebih menyukai T. parvispinus dari pada hama hama cabai lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun ketiga predator tersebut bersifat generalis, namun ketiga predator tersebut mempunyai preferensi yang berbeda terhadap mangsanya. Menurut de Bach (1976) predator akan menyeleksi kecocokan mangsanya, dan seleksi tersebut berlangsung secara alamiah. Beberapa komponen yang berpengaruh pada preferensi predator terhadap mangsa adalah ketertarikan dan kesesuaian terhadap mangsa, pengenalan terhadap mangsa, keputusan untuk menyerang atau tidak, menangkap serta mengkonsumsi mangsa (Cisnero dan Rosenheim 1998). Selain itu, tingkat preferensi predator terhadap mangsa dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor fisik seperti cahaya, warna, bentuk dan ukuran (Tarumingkeng 1994; van Alpen dan Jervis 1996), dan faktor kimia yang berupa bau yang merangsang predator untuk menemukan mangsa (Vinson 1991; Vet dan Dicke 1992; Tarumingkeng 1994).

50

Tabel 5.2 Rerata jumlah berbagai serangga hama yang dimangsa oleh berbagai spesies predator Coccinellidae dan index preferensii berbagai spesies predator terhadap berbagai spesies kutudaun cabai merah

Spesies predator Spesies mangsa Jumlah serangga hama yang dimangsa (JM) dan indeks preferensi (Li) (JSP)*

3 6 12 24 JM** Li*** JM Li JM Li JM Li M. sexmaculatus M. persicae 18.7 b 0.20 25.2 c 0.20 28.0 c 0.18 37.5 c 0.13 T.parvispinus 4.0 a -0.15 5.2 a -0.16 7.7 a -0.13 15.5 a -0.09 A. gossypii 14.8 b 0.11 19.6 b 0.10 21.9 b 0.08 29.4 b 0.05 B. tabaci 4.1 a -0.15 5.5 a -0.15 8.0 a -0.13 16.0 a -0.09 V. lineata M. persicae 4.2 a -0.11 5.4 a -0.11 7.75 a -0.09 16.0 a -0.06 T.parvispinus 5.7 a -0.06 7.6 a -0.06 10.9 b -0.03 23.1 b 0.02 A. gossypii 3.1 a -0.15 3.7 a -0.16 5.4 a -0.14 11.2 a -0.12 B. tabaci 17.3 b 0.32 22.5 b 0.33 25.6 c 0.27 33.9 c 0.15 C. transversalis M. persicae 5.2 a -0.10 6.6 a -0.10 10.0 a -0.08 20.0 a -0.05 T.parvispinus 18.7 b 0.29 24.5 b 0.29 27.6 b 0.22 36.9 b 0.12 A. gossypii 5.9 a -0.08 7.5 a -0.08 11.3 a -0.06 23.0 a -0.02 B. tabaci 4.7 a -0.11 6.7 a -0.10 9.3 a -0.09 19.0 a -0.06

* JSP = jam setelah perlakuan: ** JM = jumlah kutudaun yang dimangsa: ***Li = indeks preferensi (pemilihan mangsa)

Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 %.

66

Di antara ketiga predator yang diuji ternyata yang mempunyai preferensi tertinggi terhadap B. tabaci adalah V. lineata (Tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa V. lineata sangat berpotensi untuk dikembangkan dan efektif sebagai agens hayati untuk mengendalikan B. tabaci pada pertanaman sayuran khususnya cabai merah. Menurut Tarumingkeng (1994), terdapat beberapa faktor yang berperan dalam menentukan laju pemangsaan (konsumsi) oleh suatu predator diantaranya preferensi terhadap mangsa.

Tanggap Fungsional Predator V. lineata pada Beberapa Kerapatan Mangsa (B.tabaci)

Rerata banyaknya mangsa yang dikonsumsi meningkat secara nyata dengan bertambahnya kerapatan mangsa (Tabel 5.3). Hal ini menunjukkan bahwa kumbang predator V. lineata memperlihatkan tanggap fungsional terhadap nimfa

B. tabaci. Pada kerapatan mangsa rendah (1 sampai 3 nimfa) seluruh mangsa

dikonsumsi (100%), kemudian banyaknya mangsa yang dikonsumsi terus meningkat dan pada kerapatan 28 nimfa jumlah mangsa yang dikonsumsi 19 nimfa. Hal ini diduga karena kerapatan mangsa yang diuji masih rendah, sehingga tingkat pemangsaan masih meningkat.

Tabel 5.3 Rerata mangsa B. tabaci yang dikonsumsi (x ± SD) predator V. lineata

pada berbagai kerapatan mangsa

Kerapatan mangsa (nimfa) Rerata mangsa yang dikonsumsi*)

1 1.00±0.00a 2 2.00±0.00b 3 3.00±0.00c 4 3.80±0.42d 6 5.50±0.53e 8 7.10±0.74f 12 10.20±0.79g 16 13.20±0.79h 22 17.30±0.82i 28 19.20±0.79j *)

Angka rerata dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

70

Hasil analisis regresi logistik dengan menggunakan persamaan linear diperoleh koefisien linear (P1 = - 0.1006, X2 = 34.99) yang bernilai negatif dan secara nyata < 0, artinya bahwa proporsi mangsa yang dikonsumsi menurun dengan meningkatnya kerapatan mangsa, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1. Hal ini menunjukkan bahwa tanggap fungsional predator V. lineata terhadap nimfa B. tabaci tergolong tipe II (Gambar 5.2), dengan karakter proporsi mangsa yang dikonsumsi menurun dengan bertambahnya kerapatan mangsa (Juliano 1993)

Gambar 5.1 Rerata nilai pengamatan proporsi mangsa yang dikonsumsi (titik) dan penduga (garis) berdasarkan hasil analisis regresi logistik

Gambar 5.2 Kurva tanggap fungsional predator V. lineata terhadap peningkatan kerapatan mangsa B. tabaci

Tanggap fungsional tipe II umum terjadi pada percobaan di laboratorium dengan satu spesies mangsa yang disediakan. Hal ini terkait dengan kemudahan predator menemukan mangsanya, karena predator dan mangsa berada pada ruang terbatas (van Alpen dan Jervis 1996). Keefektifan predator, secara parsial dapat diukur dari kemampuannya untuk menemukan mangsa pada saat kerapatan mangsa rendah dan mengkonsumsi banyak mangsa pada saat populasi mangsa tinggi (Kharboutli dan Mack 1993).

Pengaruh kerapatan mangsa terhadap parameter tanggap fungsional dari predator V. lineata digunakan model tipe II dengan persamaan cakram. Dua parameter penting dari model ini adalah laju pencarian mangsa (a) dan masa penanganan mangsa (Th). Laju pencarian mangsa menunjukkan proporsi dari total area yang dijelajahi predator per unit waktu jelajah, dan laju pencarian predator V.

lineata terhadap nimfa B. tabaci (a = 0.3522 jam-1, R2 = 0.92) . Masa

penanganan mangsa adalah lamanya predator mengenali, mengejar dan memakan serta kegiatan lain yang terkait dengan pemangsaan seperti membersihkan alat mulut dan beristirahat sebelum bergerak mencari inang yang lain (Holling 1965). Nilai masa penanganan mangsa (Th) dari predator V. lineata terhadap nimfa B. tabaci adalah 0.151 jam dengan R2 = 0.92. Berdasarkan nilai Th ini, maka dalam keadaan mangsa yang berlimpah, jumlah nimfa maksimum yang dapat dimangsa adalah 6 nimfa per jam.

Simpulan

Predator M. sexmaculatus, C. transversalis dan V. lineata mempunyai daya pemangsaan yang sama tinggi terhadap B. tabaci yaitu berkisar 46 – 48 nimfa/hari atau 9 imago/hari. Predator M. sexmaculatus lebih menyukai (preference) A. gossypii dan M. persicae, dan predator C. transversalis lebih menyukai T. parvispinus, sedangkan V. lineata lebih menyukai B. tabaci. Hasil analisis regresi logistik (koefisien linier P1 = - 0.1006, X2 = 34.99) predator V. lineata memperlihatkan tanggap fungsional tipe II. Kerapatan mangsa B. tabaci semakin meningkat maka mangsa yang dikonsumsi oleh V. lineata semakin meningkat, namun proporsi mangsa yang dikonsumsi semakin menurun. Hasil analisis dari persamaan cakram pada tanggap fungsional tipe II (R2 = 0.9239) diperoleh nilai