• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Makassar mempunyai potensi dan daya tarik wisata yang beragam. Menurut data Dinas Pariwisata banyak objek wisata yang dapat dikembangkan. Beberapa diantaranya adalah objek wisata pulau dan pantai (26 objek), objek wisata budaya dan sejarah (11 objek), objek wisata pendidikan (8 objek) dan fasilitas olahraga 5 objek. Diantara objek-objek tersebut, yang masih sangat minim dan kurang dikembangkan adalah objek wisata pulau dan pantai, padahal objek tersebut memiliki potensi yang sangat tinggi. Hasil survei menunjukkan Kecamatan pesisir dengan objek wisata tertinggi adalah Kecamatan Ujung Tanah, Ujung Pandang, dan Tamalate (Lampiran 3.10)

Potensi wisata dimasukkan sebagai parameter pembentuk indeks sosial karena efek yang ditimbulkan bisa berdampak ganda. Daerah pariwisata bisa menjadi pemicu meledaknya timbulan sampah sekaligus menjadi lokasi yang rawan terhadap timbulan sampah. Menurut Barnes et al. (2009), penggunaan pantai merupakan salah satu faktor berpengaruh terhadap tingginya akumulasi sampah di perairan. Kawasan pariwisata akan selalu ramai didatangi pengunjung. Semakin padat pengunjung maka peluang terjadinya penumpukan sampah di wilayah tersebut menjadi semakin tinggi. Jika sampah mulai bertebaran di daerah pariwisata maka nilai estetika akan menurun. Hal ini juga bisa berefek kepada ekosistem dan biota laut yang ada disekitarnya. Kawasan pariwisata yang tercemar berpotensi

10.00 16.67 73.33 16.67 36.67 46.67 13.33 46.67 40.00 23.33 46.67 30.00 36.67 40.00 23.33 30.00 50.00 20.00 16.67 33.33 50.00 26.67 43.33 30.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

SD/sederajat Sekolah menengah (SMP –SMA) Perguruan tinggi

Per

senta

se (%

)

Tingkat pendidikan

Persentase tingkat pendidikan responden tiap kecamatan

Biringkanaya Tamalanrea Tallo Ujung Tanah Wajo Ujung Pandang Mariso Tamalate

29 menurunkan nilai ekonomi kawasan tersebut. Pendapatan para pelaku usaha pariwisata menurun karena kurangnya pengunjung yang datang.

Tingkat Kepekaan Wilayah Pesisir Kota Makassar terhadap Pencemaran Limbah Padat

Nilai Indeks Kerentanan (IK)

Hasil analisis menunjukkan nilai indeks kerentanan (IK) wilayah pesisir Kota Makassar berada pada kisaran 2,14 – 2,86 namun cukup bervariasi. Nilai IK tertinggi adalah Kecamatan Tallo sedangkan nilai IK terendah adalah Kecamatan Wajo dan Ujung Pandang. Kecamatan Wajo dan Ujung Pandang memiliki nilai indeks kerentanan yang sama (IK = 2,14) begitu juga dengan Kecamatan Tamalanrea dan Ujung Tanah (IK = 2,29). Kecamatan Wajo dan Ujung Pandang memiliki skor yang berbeda pada 2 parameter (kepadatan penduduk dan jumlah TPS) sedangkan Kecamatan Tamalanrea dan Ujung Tanah memiliki skor yang berbeda pada 3 parameter (volume sampah, saluran air, dan potensi daerah banjir) (Tabel 6).

Tabel 6 Nilai indeks kerentanan di wilayah pesisir Kota Makassar

Tabel 6 menunjukkan skor tertinggi untuk parameter kepadatan penduduk adalah Kecamatan Tallo dan Mariso (skor 3). Berdasarkan data yang didapatkan (Lampiran 3.2), Kecamatan Tallo dan Mariso memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Artinya jumlah penduduk yang ada di kecamatan tersebut sudah melebihi kapasitas luas wilayahnya. Semakin tinggi jumlah penduduk maka buangan/sampah yang dihasilkan juga meningkat. Skor 3 menandakan kedua kecamatan memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah dilihat dari parameter kepadatan penduduk. Menurut Wibowo dan Supriatna (2011), pencemaran dan tingkat kepekaan suatu wilayah akan semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya jumlah penduduk. Salah satu penyebab utama dari banyaknya sampah yang masuk ke lautan adalah populasi penduduk pesisir yang tinggi (Jambeck et al. 2015).

Parameter volume sampah memiliki skor tertinggi (skor 3) pada 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, Mariso, dan Tamalate. Hasil analisis data menunjukkan volume sampah yang ada di 6 kecamatan tersebut mencapai > 5 l/orang/hari (Lampiran 3.3). Menurut aturan SNI

1 Biringkanaya 1 2 3 3 3 3 3 2.57 Tinggi 2 Tamalanrea 1 1 3 2 3 3 3 2.29 Tinggi

3 Tallo 3 3 3 2 3 3 3 2.86 Tinggi

4 Ujung Tanah 1 3 3 2 2 2 3 2.29 Tinggi

5 Wajo 2 3 1 2 2 2 3 2.14 Tinggi

6 Ujung Pandang 1 3 2 2 2 2 3 2.14 Tinggi

7 Mariso 3 3 2 2 2 2 3 2.43 Tinggi 8 Tamalate 1 3 3 3 3 3 3 2.71 Tinggi IK Tingkat kepekaan No Kecamatan Skor/Parameter Kepadatan penduduk Volume sampah Jumlah TPS Jadwal angkut sampah Saluran air Potensi daerah banjir Arus

30

19-3983-1995; nilai tersebut telah melebihi standar aman bagi lingkungan. Artinya bahwa ke 6 kecamatan memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah berdasarkan parameter volume sampah.

Parameter jumlah TPS memiliki skor tertinggi (skor 3) di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah, dan Tamalate. Total TPS yang ada di kecamatan pesisir Kota Makassar sejak tahun 2014 – 2016 sebanyak 95 kontainer yang tersebar di 8 kecamatan (Lampiran 3.4). Hasil analisis data menunjukkan, TPS yang ada di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah, dan Tamalate sudah melebihi kapasitas. Jumlah TPS yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan sampah masyarakat sehingga sebagian masyarakat beralih membuang sampah di tempat lain. Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 20% responden membuang sampah rumah tangga di lingkungan tempat tinggalnya. Sampah yang telah terbuang bebas ke lingkungan umumnya tidak dikelola dengan baik sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Kecamatan pesisir yang memiliki skor 3 menandakan kecamatan tersebut memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah berdasarkan jumlah TPS yang ada.

Parameter jadwal angkut sampah memiliki skor tertinggi di Kecamatan Biringkanaya dan Tamalate. Hasil analisis data menunjukkan rata-rata petugas kebersihan mengangkut sampah di kedua kecamataan tersebut sebanyak 1x dalam

sepekan (setiap ≥ 5 hari). Menurut aturan SNI 19-2454-2002; pengangkutan sampah yang aman sebaiknya dilakukan setiap hari namun untuk kondisi tertentu bisa dilakukan 3x pengangkutan dalam sepekan. Jika melewati batas tersebut maka dikhawatirkan akan menimbulkan pencemaran seperti bau yang menyengat dan menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit. Berdasarkan hasil wawancara bebas dengan responden ditemukan beberapa alasan masyarakat membuang sampah di lingkungan sekitar. Diantaranya terlalu lama menunggu sampah diangkut sampai menimbulkan bau dan dikerumuni lalat sehingga mau tidak mau harus segera dibuang; TPS yang ada sudah penuh sehingga dibuang ke tempat lain; jarak TPS terlalu jauh dari rumah warga sehingga memilih membuang sampah di tempat terdekat; tidak memiliki tempat sampah yang memadai. Secara tidak langsung jadwal pengangkutan sampah turut mempengaruhi pola perilaku masyarakat terhadap sampah. Hasil wawancara dengan pihak dinas terkait didapatkan bahwa jumlah petugas, anggaran serta sarana prasarana kebersihan masih terbatas untuk menjangkau beberapa daerah dengan kondisi tertentu sehingga ada beberapa daerah yang menjadi prioritas. Skor 3 untuk Kecamatan Biringkanaya dan Tamalate menandakan kedua kecamatan tersebut memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah berdasarkan parameter jadwal angkut sampah.

Parameter saluran air dan parameter potensi banjir masing-masing memiliki skor yang sama untuk semua kecamatan. Skor tertinggi berada di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, dan Tamalate. Secara geografis ke 4 kecamatan dilalui sungai (Lampiran 3.5). Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan fungsi utama sungai-sungai tersebut sudah terganggu. Hal ini disebabkan beberapa spot tertentu telah terjadi penumpukan sampah dalam badan air terutama yang dekat dengan pemukiman. Selain itu didapatkan beberapa kanal yang tidak berfungsi maksimal. Salah satunya adalah Kanal Jongaya yang ada di Kecamatan Tamalate. Hal yang sama juga terjadi pada beberapa drainase yang ada dimasing-masing kecamatan (Lampiran 5). Sekitar 30% saluran air yang ada di kecamatan pesisir

31 Kota Makassar (terutama Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, dan Tamalate) tidak berfungsi dengan baik (Gambar 4).

Hasil survei dan studi literatur juga menunjukkan ke 4 kecamatan tersebut merupakan daerah yang paling sering terkena banjir setiap kali terjadi hujan (Lampiran 3.6). Hal ini menandakan parameter saluran air dan parameter potensi banjir saling terkait. Saluran air yang berfungsi dengan baik dapat mencegah terjadinya banjir karena air yang tergenang di permukaan tanah dapat segera dialirkan ke tempat yang lebih rendah. Namun sebaliknya jika saluran air tidak berfungsi maksimal maka akan memicu terjadinya banjir. Saluran air yang tersumbat dapat menyebabkan air meluap dan menambah genangan di permukaan sehingga lama kelamaan akan terjadi banjir. Disisi lain air yang meluap akan membawa tumpukan sampah didalamnya. Kondisi demikian dapat memicu berkembangnya bibit penyakit. Hal inilah yang menjadikan daerah dengan kondisi saluran air tidak berfungsi maksimal dan rawan banjir memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran limbah padat.

Parameter arus mempunyai skor yang sama untuk semua kecamatan. Secara umum kondisi arus dalam suatu wilayah memang relatif sama. Kecepatan arus yang didapatkan pada lokasi penelitian rata-rata 0,10 m/s (Lampiran 3.7). Kecepatan arus ini digolongkan pada kecepatan arus lambat. Menurut Law et al. (2010), akumulasi sampah tertinggi ditemukan pada wilayah dengan kecepatan arus permukaan < 2 cm/s. Dampak yang ditimbulkan jika kecepatan arus perairan lambat yaitu terjadi penimbunan sampah yang dapat merusak nilai estetika, menimbulkan bau menyengat, menjadi sarang berkembangnya bibit penyakit, serta menganggu pelayaran. Oleh karena itu, parameter arus memiliki skor 3 untuk semua kecamatan yang berarti tingkat kepekaan tinggi (sangat peka) terhadap pencemaran sampah. Nilai Indeks Ekologi (IE)

Nilai indeks ekologi yang didapatkan untuk wilayah pesisir Kota Makassar mulai dari 2 – 3. Kecamatan dengan nilai IE tertinggi adalah Kecamatan Biringkanaya dan yang terendah adalah Kecamatan Mariso. Selain itu ditemukan kecamatan dengan nilai indeks ekologi yang sama, yaitu: Kecamatan Tamalanrea dan Tamalate (IE = 2,20) serta Kecamatan Tallo, Ujung Tanah, dan Ujung Pandang (IE = 2,60) (Tabel 7).

Kecamatan Biringkanaya memiliki skor 3 untuk semua parameter. Berdasarkan indeks ekologi Kecamatan Biringkanaya memiliki tingkat kepekaan yang sangat tinggi terhadap pencemaran sampah. Hal ini turut dipengaruhi oleh adanya Sungai Mandai yang bermuara di kecamatan tersebut. Selain itu pelabuhan perikanan nusantara dan pemukiman juga turut berpengaruh terhadap keberadaan sampah di wilayah tersebut. Kecamatan Ujung Tanah dan Ujung Pandang juga memiliki skor yang sama untuk semua parameter dimana parameter jarak ekosistem dari sungai masing-masing bernilai 1. Artinya bahwa kedua kecamatan tidak dilalui sungai.

32

Tabel 7 Nilai indeks ekologi di wilayah pesisir Kota Makassar

Parameter jarak ekosistem dari pemukiman memiliki skor tertinggi pada 6 kecamatan (Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah, Wajo, dan Ujung Pandang). Umumnya pemukiman warga yang dijumpai berada di pinggir pantai bahkan ada beberapa pemukiman yang berada diatas badan air. Dengan kondisi tersebut maka tidak mengherankan jika terlihat banyak sampah di perairan. Hal inilah yang menjadikan ekosistem yang ada di kecamatan tersebut memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah. Menurut Barnes et al. (2009) dan Wahyudiono (2009), kedekatan pemukiman perkotaan merupakan salah satu penyebab bervariasinya sampah di perairan dan penekan kepekaan terbesar pada ekosistem pesisir, terutama ekosistem terumbu karang.

Parameter jarak ekosistem dari sungai memiliki skor tertinggi pada Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, dan Tamalate. Keempat kecamatan dilalui sungai sehingga jarak ekosistem dari sungai sangat dekat (Lampiran 3.8). Aliran sungai umumnya membawa limbah rumah tangga dan lumpur yang dapat membahayakan ekosistem pesisir serta menimbulkan kematian organisme yang berasosiasi didalamnya. Sampah yang tertimbun di area pantai terbawa arus atau gelombang dan akan masuk ke ekosistem pesisir. Dampak negatif yang ditimbulkan dapat menghambat proses fotosintesis, menghalangi pertumbuhan batang mangrove karena terlilit sampah (± 2 ha lahan mangrove di Surabaya rusak parah akibat terlilit sampah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon), menutup pneumatophor mangrove yang berakibat pada kematian, mengurangi kadar oksigen di perairan, menyebabkan sedimentasi dan eutrofikasi, serta kematian pada organisme lain, seperti plankton, ikan, kerang, dan bentos (Dahuri

et al. 2001; Farida et al. 2015). Oleh karena itu ekosistem yang ada di kecamatan tersebut memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap pencemaran sampah.

Parameter jarak ekosistem dari pelabuhan memiliki skor tertinggi pada Kecamatan Biringkanaya. Selanjutnya Kecamatan Ujung Tanah, Wajo dan Ujung Pandang memiliki skor 2. Kecamatan tersebut merupakan kawasan pelabuhan sehingga jarak ekosistem dari pelabuhan lebih dekat dibanding kecamatan lainnya (Lampiran 3.8). Berbagai macam aktivitas di pelabuhan memicu banyak pengunjung sehingga tumpukan sampah di tempat ini tidak terhindarkan. Berdasarkan data Dinas Kebersihan Kota Makassar 2015, pelabuhan turut menyumbang sampah sebesar 2.71% dari total sampah yang ada. Selain sampah kawasan pelabuhan juga identik dengan minyak. Oleh karena itu ekosistem yang

Jarak ekosistem dari pemukiman Jarak ekosistem dari sungai Jarak ekosistem dari pelabuhan /dermaga Keberadaan sampah di perairan Kecerahan perairan 1 Biringkanaya 3 3 3 3 3 3.00 Tinggi 2 Tamalanrea 3 3 1 2 2 2.20 Tinggi 3 Tallo 3 3 1 3 3 2.60 Tinggi

4 Ujung Tanah 3 1 2 3 3 2.40 Tinggi

5 Wajo 3 1 2 3 3 2.40 Tinggi

6 Ujung Pandang 3 1 2 3 3 2.40 Tinggi

7 Mariso 2 1 1 3 3 2.00 Sedang 8 Tamalate 2 3 1 3 2 2.20 Tinggi Tingkat kepekaan IE No Kecamatan Skor/Parameter

33 dekat dengan kawasan pelabuhan berpotensi tinggi mengalami kerusakan sehingga tingkat kepekaan juga tinggi.

Parameter keberadaan sampah perairan memiliki skor tertinggi pada 7 kecamatan (Kecamatan Biringkanaya, Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, Mariso, dan Tamalate). Parameter ini turut dipengaruhi oleh parameter lainnya dan merupakan bentuk validasi dari parameter sebelumnya. Keberadaan sampah perairan mengindikasikan kualitas perairan yang buruk karena dapat menyebabkan perubahan warna, bau, dan rasa perairan. Banyaknya sampah diperairan bisa disebabkan oleh pembuangan secara langsung dan melalui proses run off (saluran air). Pembuangan secara langsung erat kaitannya dengan kedekatan pemukiman dan pelabuhan sedangkan kedekatan sungai mempengaruhi proses run off.

Parameter kecerahan perairan memiliki skor tertinggi pada 6 kecamatan (Kecamatan Biringkanaya, Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, dan Mariso). Kecerahan perairan juga bisa digunakan untuk mengetahui kualitas perairan. Semakin rendah tingkat kecerahan perairan maka kualitas perairan juga menurun. Tingkat kecerahan perairan dipengaruhi oleh faktor sedimentasi dan berbagai macam material/partikel yang ada diperairan.

Nilai Indeks Sosial (IS)

Nilai indeks sosial (IS) wilayah pesisir Kota Makassar berada pada kisaran 1,67 – 2,33. Nilai IS tertinggi adalah Kecamatan Ujung Tanah, Ujung Pandang, dan Tamalate sedangkan nilai IS terendah adalah Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Wajo, dan Mariso. Kecamatan dengan nilai IS tertinggi maupun terendah masing-masing memiliki skor yang sama untuk semua parameter kecuali Kecamatan Wajo (Tabel 8). Dari semua parameter IS yang ada hanya paramaeter potensi wisata yang memiliki skor tertinggi (skor 3) yaitu pada Kecamatan Ujung Tanah, Ujung Pandang, dan Tamalate.

Tabel 8 menunjukkan parameter tingkat pendapatan memiliki skor yang sama (skor 2) untuk semua kecamatan. Skor 2 menandakan tingkat kepekaan terhadap pencemaran sampah termasuk sedang. Penghasilan rata-rata masyarakat pesisir Kota Makassar berada pada kategori sedang (1,5 juta – 3,5 juta rupiah) (Gambar 6). Secara tidak langsung tingkat pendapatan masyarakat turut mempengaruhi terjadinya pencemaran sampah di lingkungan. Umumnya masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki pola konsumsi dan gaya hidup yang tinggi. Daya beli terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi meningkat. Hal tersebut turut mempengaruhi peningkatan jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga. Selain itu tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kemampuan secara financial untuk memenuhi ketersediaan pewadahan individual yang memenuhi standar sebagai langkah awal pengelolaan sampah rumah tangga.

34

Tabel 8 Nilai indeks sosial di wilayah pesisir Kota Makassar

Parameter persepsi masyarakat terhadap sampah memiliki skor 1 pada 3 kecamatan (Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, dan Mariso) dan skor 2 pada 5 kecamatan (Kecamatan Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, dan Tamalate). Secara umum persepsi masyarakat terhadap sampah berada pada kategori cukup baik sampai baik (Lampiran 3.10). Skor 1 menandakan tingkat kepekaan terhadap pencemaran sampah termasuk rendah, dimana persepsi masyarakat terhadap sampah berada pada kategori baik. Skor 2 menandakan tingkat kepekaan terhadap pencemaran sampah termasuk sedang, dimana persepsi masyarakat terhadap sampah berada pada kategori cukup baik. Berdasarkan hasil analisis kuisioner parameter persepsi masyarakat terhadap sampah turut dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka persepsi masyarakaat terhadap sampah juga semakin baik.

Parameter potensi wisata memiliki skor tertinggi di Kecamatan Ujung Tanah, Ujung Pandang, dan Tamalate sedangkan skor terendah di Kecamatan Wajo. Skor 3 menandakan potensi wisata di wilayah tersebut tinggi sehingga tingkat kepekaan terhadap pencemaran sampah menjadi tinggi. Sebaliknya Skor 1 menandakan wilayah tersebut tidak memiliki tempat wisata sehingga tingkat kepekaan rendah. Umumnya potensi wisata yang ada di kecamatan pesisir didominasi wisata bahari (pantai dan pulau) (Lampiran 3.11). Daerah pariwisata bisa menjadi pemicu meledaknya timbulan sampah sekaligus menjadi lokasi yang rawan terhadap timbulan sampah. Semakin beragam dan ramai kawasan pariwisata maka peluang terjadinya penumpukan sampah di wilayah tersebut menjadi semakin tinggi. Jika sampah mulai bertebaran di daerah pariwisata maka nilai estetika akan menurun. Hal ini juga bisa berefek kepada ekosistem dan biota laut yang ada disekitarnya.. Kawasan pariwisata yang tercemar berpotensi menurunkan nilai ekonomi kawasan tersebut. Pendapatan para pelaku usaha pariwisata dapat menurun karena kurangnya pengunjung yang datang.

Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)

Nilai IKL yang diperoleh untuk wilayah pesisir Kota Makassar cukup bervariasi mulai dari 8,10 – 14,86. Namun nilai-nilai tersebut hanya mewakili satu

Tingkat pendapatan Persepsi masyarakat terhadap sampah Potensi wisata 1 Biringkanaya 2 1 2 1.67 Sedang 2 Tamalanrea 2 1 2 1.67 Sedang 3 Tallo 2 2 2 2.00 Sedang

4 Ujung Tanah 2 2 3 2.33 Tinggi

5 Wajo 2 2 1 1.67 Sedang

6 Ujung Pandang 2 2 3 2.33 Tinggi

7 Mariso 2 1 2 1.67 Sedang 8 Tamalate 2 2 3 2.33 Tinggi IS Skor/Parameter Tingkat kepekaan No Kecamatan

35 kelas kepekaan yaitu kelas sangat peka. Hasil analisis menunjukkan 8 kecamatan pesisir Kota Makassar termasuk kategori sangat peka terhadap pencemaran sampah. Nilai IKL tertinggi didapatkan pada Kecamatan Tallo dan yang terendah adalah Kecamatan Mariso. Nilai IK tertinggi adalah Kecamatan Tallo, nilai IE tertinggi Kecamatan Biringkanaya, dan nilai IS tertinggi adalah Kecamatan Ujung Tanah, Ujung Pandang, dan Tamalate (Tabel 9).

Tabel 9 Nilai indeks kepekaan lingkungan di wilayah pesisir Kota Makassar

Walaupun keseluruhan kecamatan pesisir Kota Makassar termasuk kategori sangat peka terhadap pencemaran sampah namun Kecamatan Tamalanrea, Wajo, dan Mariso memiliki nilai IKL lebih rendah dibanding kecamatan lainnya (Tabel 9). Hal ini turut dipengaruhi oleh nilai indeks ekologi dan indeks sosial yang juga rendah untuk ketiga kecamatan tersebut. Berdasarkan indeks ekologi dan sosial ketiga kecamatan memiliki tingkat kerugian lebih rendah dibanding kecamatan lainnya.

Kecamatan dengan kelas IKL sangat peka merupakan kecamatan yang paling berpotensi mengalami kerugian baik dari sisi fisik, ekonomi maupun ekologi serta sosial akibat pencemaran limbah padat (sampah). Menurut Wibowo dan Supriatna (2011), Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir di Indonesia yang lingkungan pantainya termasuk kategori sangat peka jika dilihat dari kepadatan penduduk, indeks sungai, dan tata guna lahannya.

Hasil Analisis Spasial Tingkat Kepekaan Wilayah Pesisir Kota Makassar terhadap Pencemaran Limbah Padat

Output yang dihasilkan dari analisis spasial berupa peta. Peta tersebut merupakan hasil overlay dari masing-masing parameter pembentuk indeks seperti yang tertera pada Gambar 7 - 12. Hasil overlay dari ketiga indeks (indeks kerentanan, ekologi, dan sosial) menghasilkan peta indeks kepekaan lingkungan (IKL) pesisir terhadap pencemaran limbah padat (sampah). Overlay yang dilakukan menggunakan operasi matematis pers 1 - 4. Peta IKL yang dihasilkan akan menunjukkan warna kepekaan masing-masing wilayah terhadap pencemaran sampah. Warna kepekaan yang digunakan adalah merah (sangat peka), kuning (peka), dan hijau (tidak peka).

No Nama

kecamatan IK IE IS IKL

Kelas kepekaan 1 Biringkanaya 2.57 3.00 1.67 12.86 Sangat peka 2 Tamalanrea 2.29 2.20 1.67 8.38 Sangat peka 3 Tallo 2.86 2.60 2.00 14.86 Sangat peka 4 Ujung Tanah 2.29 2.40 2.33 12.81 Sangat peka 5 Wajo 2.14 2.40 1.67 8.57 Sangat peka 6 Ujung Pandang 2.14 2.40 2.33 11.97 Sangat peka 7 Mariso 2.43 2.00 1.67 8.10 Sangat peka 8 Tamalate 2.71 2.20 2.33 13.93 Sangat peka

36

Indeks Kerentanan (IK)

Peta indeks kerentanan menggunakan gradasi warna merah sebagai warna tingkat kerentanan. Warna merah menunjukkan tingkat kerentanan tinggi. Warna merah muda menunjukkan tingkat kerentanan sedang dan warna merah muda terang menunjukkan tingkat kerentanan rendah. Berdasarkan hasil analisis spasial (Gambar 7), peta indeks kerentanan hanya menunjukkan satu warna kerentanan yaitu merah. Secara umum kecamatan pesisir Kota Makassar memiliki tingkat kerentanan yang tinggi (sangat peka) terhadap pencemaran sampah.

Gambar 7 Peta indeks kerentanan (IK) wilayah pesisir Kota Makassar Kepadatan penduduk merupakan salah satu parameter penting dalam menentukan kerentanan suatu wilayah terhadap pencemaran limbah padat (sampah). Umumnya, pencemaran sampah timbul karena aktivitas manusia yang semakin variatif. Setiap individu menghasilkan buangan/sampah dan jumlahnya sebanding dengan tingkat konsumsinya terhadap barang/material yang digunakan. Gambar 7 menunjukkan, kecamatan yang tergolong padat penduduk adalah Kecamatan Tallo dan Mariso. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kedua kecamatan dekat dengan kawasan pendidikan dan perkantoran serta pusat kota sehingga menjadi kawasan strategis untuk bermukim. Selain itu luas wilayah Kecamatan Tallo hanya 5,83 km2

dan Kecamatan Mariso 1,82 km2.

Kecamatan dengan volume sampah individu tertinggi adalah Kecamatan Tallo, Ujung Tanah, Wajo, Ujung Pandang, Mariso, dan Tamalate. Salah satu pemicu tingginya volume sampah adalah faktor penduduk. Berdasarkan data kepadatan penduduk (Lampiran 3.2), 6 kecamatan tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi dibanding 2 kecamatan lainnya. Namun besar

37 kecilnya volume sampah individu turut dipengaruhi oleh perubahan pola konsumsi, gaya hidup dan daya beli masyarakat terhadap barang kebutuhan (Suarna 2008). Semakin tinggi gaya hidup dan daya beli masyarakat maka sampah yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam. Hasil analisis data (Lampiran 3.3) menunjukkan masyarakat di kecamatan tersebut rata-rata menghasilkan sampah >5 liter/orang/hari dimana nilai tersebut telah melebihi standar aman bagi lingkungan (SNI 19-3983-1995).

Kecamatan dengan jumlah TPS sangat kurang adalah Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Tallo, Ujung Tanah, dan Tamalate. Jumlah TPS yang ada di kecamatan tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sampah masyarakat ± 1/3 dari jumlah penduduk yang ada (Hasil analisis data 2016; Lampiran 3.4). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak terkait, selama beberapa tahun terakhir tidak ada penambahan TPS di Kota Makassar. Jumlah TPS yang sangat kurang berpotensi tinggi menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu sifat dasar manusia adalah kebutuhan yang tidak terpenuhi akan berdampak pada perubahan sikap dan perilaku. Kekurangan TPS akan membentuk perilaku masyarakat untuk membuang sampah rumah tangganya di tempat lain. Sampah yang terbuang bebas ke lingkungan tidak akan dikelola dengan baik sehingga dapat mencemari lingkungan.

Jadwal pengangkutan sampah oleh petugas kebersihan di Kecamatan Biringkanaya dan Tamalate termasuk jarang. Rata-rata petugas kebersihan

Dokumen terkait