• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELAAHAN PUSTAKA A.Pewarna Rambut

E. Hubungan antara dosis dan respon PPD

3. PPD + H2O2 + resorsinol

0,0003-0,0595 TA98 _ 4. PPD + resorsinol + H2O2 0-2000 TA98 + 5. MAPPD dan DAPPD (>95%) 1,6-5000 TA98,TA100 TA102,TA1535 TA1537 -

Ket :(-) tidak menimbulkan respon (+) menimbulkan respon

Jika senyawa yang diuji PPD yang dicampurkan dengan H2O2, PPD dapat menimbulkan respon mutagenitas. Uji yang dilakukan pada galur TA98 dengan adanya S9. Metode uji yang digunakan adalah incorporated method (lama pemaparan 14 hari) dengan pemberian konsentrasi PPD 0,3 ng/plate – 59,5 ng/plate. Hasil yang diperoleh PPD dapat menimbulkan mutagenitas dalam bentuk metabolit aktif (SCCS, 2012).

PPD yang dicampurkan H2O2 dengan adanya resorsinol yang diuji dengan metode dan konsentrasi yang sama, tidak menimbulkan mutagenitas . Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya resorsinol, PPD tidak bereaksi dengan H2O2 sehingga tidak terbentuk senyawa BB (BfR,2011) namun dapat membentuk senyawa turunan lainnya (Brody and Burns, 1968). Uji Ames untuk PPD yang dicampurkan dengan H2O2 tanpa dan dengan resorsinol tersebut dilakukan oleh laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP (SCCS, 2012).

Apabila PPD dicampur resorsinol dengan adanya H2O2 dapat menimbulkan respon mutagenitas pada rentang konsentrasi 0-2000 µg/plate. Uji tersebut dilakukan menggunakan laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP. Uji yang dilakukan menggunakan galur TA98 dengan adanya S9. Hasil yang diperoleh menunjukkan galur TA98 mengalami mutasi setelah senyawa mengalami metabolisme fase I (oksidasi) (SCCS, 2012). Hal ini tejadi, karena hasil reaksi PPD, resorsinol dengan ada H2O2 dapat membentuk senyawa turunan PPD yang memiliki amin aromatik sekunder (Chandra and Kailash, 2003).

Uji mutasi gen bakteri juga telah dilakukan untuk hasil metabolit tidak aktif (setelah mengalami fase II) dari PPD yaitu N-monoacetyl-para-phenylenediamine (MAPPD) dan N.N’-diacetyl-para-phenylenediamine (DAPPD) (>95%) pada galur TA98, TA100, TA102, TA1535 dan TA1537 tanpa adanya S9. Uji tersebut dilakukan dalam laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP. Metode uji yang dilakukan adalah incorporated method (lama pemaparan 72 jam) dengan konsentrasi 1,6-5000 µg/plate. Hasil yang diperoleh pada galur tersebut tidak mengalami mutasi (SCCS, 2012).

d. Hubungan antara dosis dan respon genotoksisitas

Hubungan antara konsentrasi dan respon genotoksisitas PPD dikaji dengan data SCCS (2012), tentang genotoksisitas PPD. Genotoksisitas PPD dilakukan dengan uji mikronukleus dan uji penyimpangan kromosom secara in-vitro. Uji mikronukleus dilakukan untuk senyawa PPD (99,3%), MAPPD dan DAPPD. Uji penyimpangan kromosom dilakukan untuk senyawa PPD murni, PPD bersama H2O2 dengan dan tanpa resorsinol (SCCS,2012).

Pada uji mikronukleus untuk PPD (99,3%) dilakukan menggunakan sel limfosit dari wanita sehat (tidak merokok) yang berusia di bawah 35 tahun dengan dan tanpa adanya sistem aktivasi metabolic exogoneus (S9) yang berasal dari hati tikus yang diinduksi oleh enzim Arcolor 1254. Uji yang menggunakan S9 dilakukan pada rentang konsentrasi 400-2000 µg/mL dengan lama pemaparan 45 jam, sedangkan uji yang tidak menggunakan S9 dilakukan pada rentang konsentrasi 50-125 µg/mL dengan lama pemaparan 28 jam. Hasil yang diperoleh PPD menimbulkan genotoksisitas pada sel limfosit manusia sebelum dan sesudah mengalami metabolisme faseI (SCCS,2012).

Pengujian untuk senyawa MAPPD dan DAPPD (>95%) dilakukan menggunakan sel limfosit wanita sehat (tidak merokok) yang berusia di bawah 35 tahun tanpa adanya S9. Uji untuk senyawa MAPPD dilakukan pada rentang konsentrasi 769 -1502 µg/mL, sedangkan uji untuk senyawa DAPPD dilakukan pada rentang konsentrasi 384-700 µg/mL. Pada kedua uji senyawa tersebut

diberikan pemaparan hingga 28 jam. Hasil yang diperoleh adalah MAPPD dan DAPPD tidak menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia (SCCS, 2012).

Uji penyimpangan kromosom untuk PPD yang dicampurkan dengan H2O2 dilakukan pada sel limfosit manusia dari pria dan wanita dengan menggunakan S9. Konsentrasi yang digunakan adalah pada rentang 0,0149-0,060 µg PPD/mL dengan lama pemaparan 28 jam. Hasil yang diperoleh bahwa PPD yang dicampurkan H2O2 menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia setelah mengalami aktivasi metabolisme oleh hati. Namun, pengujian yang dilakukan untuk senyawa PPD yang dicampurkan H2O2 dengan adanya resorsinol tidak menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia sebelum dan sesudah mengalami aktivasi metabolisme oleh hati pada konsentrasi dan lama pemaparan yang sama seperti pada uji tanpa resorsinol (SCCS,2012). Hubungan antara konsentrasi dan respon genotoksisitas yang ditimbulkan jika dilakukan pemberian PPD murni, metabolit PPD dan PPD yang direaksikan dengan H2O2 tanpa dan dengan resorsinol dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Hubungan konsentrasi terhadap respon genotoksisitas pada sel limfosit manusia.

No. Senyawa Uji Konsentrasi (µg/mL) Genotoksisitas 1. PPD (99,3%) 50-125 400-2000 * ** + 2. MAPPD (>95%) 769-1502 * _ 3. DAPPD (>95%) 384-700 * _ 4. PPD + H2O2 0,0149-0,60 ** + 5. PPD + H2O2 + resorsinol 0,0149-0,60 */** _

Ket :(-) tidak menimbulkan respon *tanpa S9 (+) menimbulkan respon **dengan S9

e. Hubungan antara dosis dan respon karsinogenitas

Hubungan antara konsentrasi dan respon karsinogenitas PPD dikaji dengan data SCCS (2012), tentang karsinogenitas PPD. Uji karsinogenitas yang dilakukan untuk senyawa PPD, PPD dengan H2O2 dan senyawa PPD yang dicampur resorsinol dengan adanya H2O2.

Pengujian pada senyawa PPD dilakukan dengan beberapa rute (topikal, oral, injeksi intraperitonal (i.p)) dan uji khusus untuk transplasenta dan neonatal. Uji melalui topikal dilakukan pada mencit Swiss betina. Dosis yang digunakan 50 mg/mL dan 100 mg/mL dalam aseton yang dipaparkan 2x seminggu hingga 85 minggu. Hasil yang diperoleh adalah PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada mencit betina dengan pemejanan kronis. Laboratorium dalam penelitian ini belum memenuhi syarat GLP (SCCS,2012).

Pada uji karsinogenitas yang dilakukan pada tikus F344 diet dengan dosis 625-1250 ppm yang dipaparkan selama 105 minggu tidak menimbulkan karsinogenitas. Uji karsinogenitas masih dilakukan pada tikus F344 untuk melihat pengaruh dari jenis kelamin dapat menjadi faktor timbulnya karsinogenitas dari PPD. Tikus F344 diberikan dosis 0,05% dan 0,1% dengan lama pemaparan 80 minggu. Hasil yang diperoleh PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada tikus F344 jantan maupun betina dengan pemejanan kronis. Kedua uji tersebut dilakukan di laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP (SCCS,2012).

Uji pada mencit galur A jantan dan betina melalui rute injeksi i.p. Uji tersebut belum menggunakan laboratorium yang memenuhi syarat GLP. Dosis yang diberikan 25 mg/kg bw dengan lama pemaparan tiga kali seminggu hingga delapan minggu. Hasil yang diperoleh ditemukan tumor di paru-paru, sehingga PPD dapat menimbulkan karsinogenitas dengan pemejanan sub-kronis (SCCS,2012). Hubungan antara dosis dan respon karsinogenitas ditunjukkan pada Tabel IV.

Tabel IV. Hubungan keterkaitan dosis dan respon yang menimbulkan karsinogenitas untuk senyawa PPD.

No. Subyek uji Jalur Dosis Karsinogenitas

1. Mencit Swiss Topikal 50 mg/mL dan 100 mg/mL dalam aseton - 2. Tikus F344 Oral 625-1250 ppm - Oral 0,5 mg/mL dan 1 mg/mL - 3. Mencit galur A Injeksi i.p 25 mg/kg bw +

Ket :(-) tidak menimbulkan respon (+) menimbulkan respon

Dokumen terkait