• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian risiko Para-Phenylenediamine (PPD) dalam pewarna rambut oksidatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian risiko Para-Phenylenediamine (PPD) dalam pewarna rambut oksidatif."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang kajian risiko terhadap penggunaan pewarna rambut

oksidatif merek “X” yang mengandung para-phenylenediamine(PPD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan PPD saat menggunakan pewarna rambut oksidatif dan nilai Margin Of Safety (MOS) dari risiko yang dapat ditimbulkan oleh senyawa PPD.

Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian observasional risiko. Metode yang dilakukan adalah pengumpulan data mengenai risiko yang dapat ditimbulkan saat terpapar oleh PPD. Sumber yang digunakan adalah Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS) (2012), Enviromentasl Protection Agency (EPA) (1992), dan International Agency for Research on Cancer (IARC) (1993).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPD dapat menimbulkan risiko berupa senstisasi yang ditunjukkan oleh nilai MOS kurang dari 100. Nilai No Observed Adverse Effect Level

(NOAEL) untuk sensitisasi PPD pada manusia adalah 7,5x10-3 mg/kg bw.hari. Senyawa PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada manusia yang ditunjukkkan oleh nilai MOS 125.

(2)

A study concerned the risk assessment on the use of oxidative hair dye brand “X”

containing para-phenylenediamine (PPD). This study aims to determine the risks when using oxidative hair dye contain PPD and value Margin of Safety (MOS) of PPD from risk that can be caused by compounds PPD.

This research is conducted with an observational study of risk. The method used is the collection of data on the risks that can arise when exposed to PPD. The literature used are Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS) (2012), Enviromentasl Protection Agency (EPA) (1992), International Agency for Research on Cancer (IARC) (1992) dan Enviromental Health Criteria (EHC) 235 (2006).

The result of this research shows PPD may pose a risk like sensitization that indicated by MOS value of less than 100. Value of No Observed Adverse Effect Level (NOAEL) for PPD sensitization in humans is 7,5x10-5 mg/kg bw.day. PPD does not cause carcinogenicity in humans. It is shown by the value of the MOS 125.

(3)

KAJIAN RISIKO

PARA-PHENYLENEDIAMINE

(PPD) DALAM

PEWARNA RAMBUT OKSIDATIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Rose Verginie Erita

NIM : 118114004

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus, kedua orang tuaku H. Tri Mulayanto dan T.H Sri Wulan, kakakku Maria Anna F.R, Sahabatku dan

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Risiko Para-phenylenediamine (PPD) dalam Pewarna Rambut Oksidatif” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D.., Apt., Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Prof. Dr. Sri. Noegrohati, Apt., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji skripsi ini atas segala kesabaran untuk selalu membimbing, memberikan masukan dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini

3. Bapak F. Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukkan kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(10)

viii

Laboratorium Fakultas Farmasi saat ini yang telah memberikan izin dalam penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.

6. Pak Sanjayadi selaku dosen pembimbing di laboratorium dan teman selama penelitian skripsi yang telah memberi arahan dan masukkan, diskusi, saran dan dukungan moral kepada penulis selama penelitian skripsi ini.

7. Pak Suparlan selaku laboran Laboratorium Kimia Organik, Pak Bimo Adithya selaku laboran Laboratorium Kimia Analisis Instrument, Pak Kunto selaku laboran Laboratorium Kimia Analisis dan Pak Mus selaku laboran Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Farmasi atas segala bantuan dan kerja sama selama di laboratorium.

8. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu yang diberikan.

9. Kedua orang tua penulis yang memberikan doa, kasih sayang, semangat dan telah mendanai sebagian besar penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Maria Anna Fidelia Riyanti, S.Si., selaku kakak dari penulis yang selalu

memberikan semangat dan doa untuk kesuksesan peneliti dalam skripsi ini. 11. Yoanes Kapistran Ervan Prasetio selaku sahabat dan orang tersayang dari

penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat untuk kesuksesan penulis dalam skripsi ini.

(11)

13. Sahabat terkasih Greta Paulina S.Farm., Dara Prabandari, Rinta, Trifonia Ingrid,Fransisca Andriani S.Farm., Ester Rina S.Farm., Lusia Drikti S.Farm., atas dukungan, perhatian dan motivasi dalam suka maupun duka selama ini. 14. Teman-teman FST A 2011, FSM A 2011 dan teman-teman Fakultas Farmasi

Sanata Dharma 2011 yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan masukan terhadap penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

15. Seluruh teman, baik di Fakultas Farmasi maupun teman-teman lain atas dukungannya dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan demi kemajuan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat sekecil apapun bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kefarmasian, serta semua pihak, baik mahasiswa, maupun masyarakat.

Yogyakarta, 8 Juni 2015

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI………. vi

PRAKATA ……… vii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ………. xiv

DAFTAR GAMBAR ………... xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

INTISARI ………. xvii

ABSTRACT ………... xviii

BAB 1. PENGANTAR ………. 1

A. Latar Belakang ………. 1

1. Rumusan Masalah ……… 4

2. Keaslian Penelitian ………... 4

3. Manfaat Penelitian ………... 5

a. Manfaat metodologis………. 5

b. Manfaat teoritis ……….………... 5

c. Manfaat praktis ……….…… 5

(13)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 6

A. Pewarna Rambut……...……… 6

B. Para-Phenylenediamine (PPD)………. 6

C. Kajian Paparan PPD.………. 7

a. Kajian Paparan PPD melalui Oral……….. 7

b. Kajian Paparan PPD melalui Topikal……….. 8

c. Kajian Paparan PPD melalui Inhalasi………. 8

D. Toksisitas PPD…… ………. 8

a. Toksisitas Akut……… 9

b. Toksisitias Sub-Kronis……… 9

c. Toksisitas Kronis……… 9

E. Hubungan Dosis terhadap Respon...………...………….. 10

a. Hubungan Dosis terhadap Respon Toksisitas Akut………… 10

b. Hubungan Dosis terhadap Respon Sensitisasi……… 10

c. Hubungan Dosis terhadap Respon Mutagenitas……… 11

d. Hubungan Dosis terhadap Respon Genotoksisitas…………. 14

e. Hubungan Dosis terhadap Respon Karsinogenitas…………. 16

F. Farmakokinetik dan Biotransformasi PPD ……..………... 17

a. Farmakokinetik PPD pada manusia……… 18

b. Biotransformasi in-vitro PPD pada manusia………. 20

G. Landasan Teori ………. 21

H. Hipotesis ………... 22

(14)

xii

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………... 23

B. Definisi Operasional ………... 22

C. Alat dan Bahan Penelitian ……….……….. 23

D. Tata Cara Penelitian ………. 24

1. Kajian Paparan PPD……..……... 24

2. Kajian Keberbahayaan PPD ………. 26

3. Evaluasi dan Karakterisasi Risiko ………..…… 26

4. Manajemen dan Karakterisasi Risiko………... 27

E. Analisis Hasil ………... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 29

A. Kajian Paparan PPD ………...………….. 29

a. Kadar PPD dalam Sampel Pewarna Rambut Oksidatif… 29 b. Total Dose Absorbed Per Day (DAt). ……….…….. 30

c. Nilai Dermally Absrobed Dose (DAD). …………...…… 33

B. Kajian Keberbahayaan PPD ………..………... 36

a. Sensitisasi PPD………. 36

b. Karsinogenitas PPD………. ………... 39

c. No Observed Adverse Effect Level (NOAEL) sensitisasi pada manusia………. 41 d. NOAEL karsinogenitas pada manusia...… 42

C. Evaluasi dan Karakterisasi Risiko 43 a. Nilai Margin of Safety (MOS) sensitisasi PPD…………. 44

b. Nilai Margin of Safety (MOS) karsinogenitas PPD…….. 45

(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 51

A. Kesimpulan ……….. 51

B. Saran ………. 51

DAFTAR PUSTAKA ………... 52

LAMPIRAN ………. 54

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hubungan dosis terhadap respon sensitisasi kulit………. 11 Tabel II. Hubungan dosis terhadap respon mutagenitas bakteri…………... 12 Tabel III. Hubungan konsentrasi terhadap respon genotoksisitas pada sel

limfosit manusia……….... 15 Tabel IV. Hubungan dosis terhadap respon karsinogenitas PPD…………... 17 Taebl V. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo………... 18 Tabel VI. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo dengan

konsentrasi PPD 1%...

19 TabelVII. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo dengan

konsentrasi PPD 2%...

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur PPD……… 7

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 1. Peraturan konsentrasi maksimum para-phenylenediamine menurut Annex 3 part 1……….

56 Lampiran 2. Lampiran 2. Tabel Skin Surface Area (SSA)……… 58 Lampiran 3. Lampiran 3. Perhitungan rata-rata nilai koefisien

permeabilitas (Kp), konsentrasi pembawa (Cv) dan lag time

(τ) PPD………..

59 Lampiran 4. Lampiran 4. Tabel penggolongan sensitisasi berdasarkan nilai

(19)

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang kajian risiko terhadap penggunaan pewarna rambut oksidatif merek “X” yang mengandung para-phenylenediamine(PPD). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan PPD saat menggunakan pewarna rambut oksidatif dan nilai Margin Of Safety (MOS) dari risiko yang dapat ditimbulkan oleh senyawa PPD.

Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian observasional risiko. Metode yang dilakukan adalah pengumpulan data mengenai risiko yang dapat ditimbulkan saat terpapar oleh PPD. Sumber yang digunakan adalah

Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS) (2012), Enviromentasl Protection Agency (EPA) (1992), dan International Agency for Research on Cancer (IARC) (1993).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPD dapat menimbulkan risiko berupa senstisasi yang ditunjukkan oleh nilai MOS kurang dari 100. Nilai No Observed Adverse Effect Level (NOAEL) untuk sensitisasi PPD pada manusia adalah 7,5x10-3 mg/kg bw.hari. Senyawa PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada manusia yang ditunjukkkan oleh nilai MOS 125.

(20)

xviii

ABSTRACT

A study concerned the risk assessment on the use of oxidative hair dye brand “X” containing para-phenylenediamine (PPD). This study aims to determine the risks when using oxidative hair dye contain PPD and value Margin of Safety (MOS) of PPD from risk that can be caused by compounds PPD.

This research is conducted with an observational study of risk. The method used is the collection of data on the risks that can arise when exposed to PPD. The literature used are Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS) (2012), Enviromentasl Protection Agency (EPA) (1992), International Agency for Research on Cancer (IARC) (1992) dan Enviromental Health Criteria (EHC) 235 (2006).

The result of this research shows PPD may pose a risk like sensitization that indicated by MOS value of less than 100. Value of No Observed Adverse Effect Level (NOAEL) for PPD sensitization in humans is 7,5x10-5 mg/kg bw.day. PPD does not cause carcinogenicity in humans. It is shown by the value of the MOS 125.

(21)

BAB 1 PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penampilan merupakan salah satu hal penting untuk terus diperhatikan. Hal ini dirasakan baik kaum pria maupun kamu wanita. Salah satu cara membuat penampilan menjadi terlihat lebih menarik, dewasa ini dengan pemakaian produk pewarna rambut. Maka perlunya masyarakat untuk mengetahui dampak atau kerugiaan yang dapat ditimbulkan apabila digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Salah satu komposisi yang terdapat dalam pewarna rambut yang terkenal cukup berbahaya apabila bersentuhan secara langsung dengan kulit adalah Para-Phenylenediamine (PPD) (Scheitza,. et al,, 2013). Menurut BPOM (2008) dan Annex 3 (2012), batas PPD dalam formulasi pewarna rambut yang mengandung agen peroksida dan senyawa pengkopling adalah 6%, sedangkan untuk PPD yang telah dicampurkan dengan agen peroksida memiliki batas sebesar 2%.

(22)

2012). Penetrasi kulit pada orang Asia lebih tinggi yaitu sebesar 28,9% dibandingkan pada orang kaukasia yaitu 1,2%, sehingga kajian risiko terhadap pewarna rambut oksidatif yang mengandung PPD di Indonesia perlu dilakukan.

Menurut Fukunaga et al (1996), seorang wanita setelah mengaplikasikan pewarna rambut oksidatif yang mengandung PPD selama 30 menit, merasakan adanya rasa gatal pada kepalanya, dan setelah 3 jam hilang. Namun setelah dilakukan pemakaian berulang, rasa gatal dirasakan pada seluruh badan, tejadi mual muntah dan gangguan pernapasan yang diikuti dengan keringat dingin. Selain itu, menurut Ahmed and Suwaidi (2010), seorang wanita setelah 15 menit mengaplikasikan pewarna rambut oksidatif sudah dapat merasakan reaksi hipersensitivitas seperti pembengkakan pada mata dan rasa gatal pada tangan.

Para-Phenylenediamine (PPD) sudah dikenal sebagai senyawa yang dapat menimbulkan sensitisasi yang kuat pada kulit jika digunakan dalam jangka waktu yang pendek yakni setelah pemakaian pewarna rambut. Apabila seseorang terpapar PPD yang terkandung dalam pewarna rambut oksidatif dapat menyebabkan alergi, dermatitis akut dan pembengkakan pada muka (SCCS, 2012). Selain itu, Menurut Intenational Agency for Research on Cancer (IARC) (1992), PPD dapat menimbukan kanker kandung kemih pada manusia untuk pemakaian jangka panjang.

(23)

itu, perlu diketahui jumlah PPD yang dapat masuk ke dalam kulit hingga menembus epidermis mencapai sistemik. Jumlah PPD yang masuk ke dalam kulit jika pemakaian dalam jangka waktu pendek ditunjukkan oleh total dose absorbed per day (DAt), sedangkan untuk jumlah PPD yang masuk ke dalam kulit dalam jangka waktu yang panjang ditunjukkan oleh nilai Dermally Absorbed Dose

(DAD). Kedua nilai tersebut menggambarkan jumlah paparan PPD melalui dermal.

Keberbahayaan pada manusia yang dapat ditimbulkan PPD melalui paparan pada kulit pada umumnya adalah sensitisasi (SCCS, 2012). Sensitisasi terjadi jika pemakaian pewarna rambut untuk jangka waktu pendek (tokisitas akut). Keberbahayaan lain yang masih mungkin terjadi adalah karsinogenitas (IARC, 1992) yang dapat terjadi untuk pemakaian jangka waktu panjang (toksisitas kronis). Oleh karena itu, perlu diketahui dosis pada manusia yang tidak menimbulkan respon sensitisasi dan karsinogenitas yang disebut No Observered Adverse Effect Level (NOAEL) sehingga dilakukan ekstrapolasi dari konsentrasi pada hewan uji ke manusia untuk mendapatkan nilai NOAEL pada manusia.

(24)

Nilai MOS tersebut menggambarkan nilai aman PPD dalam menimbulkan sensitisasi dan karsinogenitas. Apabila nilai MOS kurang dari 100, maka PPD dinyatakan tidak aman.

1. Permasalahan

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut adalah apakah pewarna rambut oksidatif yang mengandung para-phenylenediamine yang beredar di Indonesia aman untuk digunakan apabila ditinjau dari nilai MOS sensitisasi dan karsinogenitas yang dipengaruhi oleh nilai

total dose absorbed per day (DAt), Dermally Absorbed Dose (DAD), NOAEL sensitisasi dan karsinogenitas.

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran pustaka, penelitian mengenai pengkajian risiko PPD terhadap sensitisasi kulit pada manusia sudah pernah dilakukan oleh Ahmed and

Suwaidi (2010). Penelitian tersebut mengkaji hasil tes sensitisasi kulit pada manusia yang dipengaruhi oleh senyawa PPD yang bisa mengakibatkan kekuranagn glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Selain itu, ada pula kajian risiko terhadap efek PPD kepada ibu hamil (Uktis, 2013), namun pada penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya dampak bagi ibu hamil dan janinnya.

(25)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat metodologis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dari metode observasional mengenai kajian risiko dalam proses menentukan keamanan pemakaian pewarna rambut yang mengandung PPD.

b. Manfaat teoritis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait nilai MOS untuk karsinogenitas dan sensitisasi PPD.

c. Manfaat praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait aman atau tidaknya pewarna rambut yang mengandung PPD digunakan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitan ini adalah untuk mengetahui aman tidaknya pewarna rambut yang mengandung para-phenylenediamine (PPD) yang beredar di Indonesia apabila dilihat dari nilai nilai total dose absorbed per day (DAt),

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pewarna Rambut

Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetik yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut atau untuk mengembalikan warna rambut asalnya (Dirjen POM, 1985).

Pewarna rambut permanen juga dikenal sebagai pewarna rambut oksidatif, dan penyusun utamanya adalah paraphenyelenediamine atau para-aminophenol. Pada umumnya, pewarna ini terdiri dari dua komponen yang harus dicampurkan ketika akan digunakan. Dua komponen tersebut adalah alkaline agent (colorant) dan hidrogen peroksida (developer). Alkaline agent memiliki efek membuka lapisan rambut luar sehingga agen pengoksidasi dapat lebih mudah terpenetrasi pada batang rambut. Selain alkaline agent, juga terdapat material yang disebut prekursor warna, yang berguna untuk membentuk warna baru. Agen pengoksidasi akan bereaksi dengan prekursor warna, dimana reaksi ini dikatalisis oleh alkaline agent dan akan menghasilkan oksigen. Selanjutnya, agen pengoksidasi akan menghilangkan warna alami dan terjadi pembentukan molekul berwarna oleh prekursor warna dalam korteks rambut. Molekul ini resisten terhadap pencucian sehingga dapat memberikan warna permanen (Helmenstine, 2013).

B. Paraphenylenediamine (PPD)

(27)

memberikan hasil yang tampak alami, menguatkan warna yang gelap dan warnanya tahan lama (Pardede, Nababan, dan Mahadi, 2008). Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik (2011), kadar maksimum PPD yang diperbolehkan dalam pewarna rambut adalah 6%.

Gambar 1. Struktur PPD (SCCS, 2012).

PPD memiliki berat molekul 108,14 g/mol. Bentuk basa bebasnya memiliki rumus kimia C6H8N2, larut kurang dari 10% b/v dalam air dan etanol pada suhu 22oC, dan larut lebih dari 20% b/v dalam dimetil sulfoksida pada suhu 22oC. PPD memiliki log Pow sebesar -0,25 (NCBI, 2015), titik lebur 139-141oC, titik didih 267oC, panjang gelombang cahaya serapan 281,9 nm (COLIPA, 2006).

C. Kajian Paparan PPD

(28)

a. Kajian Paparan PPD melalui oral

Menurut Filali, et.al (2006), terjadi beberapa kasus PPD yang dapat masuk melalui oral pada populasi manusia di Afrika dan Asia. Hal ini terjadi jika mereka menggunakan henna sebagai tato temporer di jari-jari atau tangan mereka, dan tanpa sengaja tertelan dapat masuk ke dalam sistemik melalui oral. Kasus ini paling banyak dialami oleh wanita pada usia 24-35 tahun (54,3%). PPD dapat masuk ke saluran sistemik ditunjukkan dengan data pada hewan uji. Pada hewan uji konsentrasi tertinggi di dalam plasma tercapai pada 0,5 jam setelah pemberian peroral larutan PPD (SCCS, 2012).

b. Kajian Paparan PPD melalui topikal

PPD dapat masuk melalui topikal ke sistemik, ditunjukkan dengan data pada hewan uji. Pada tikus Spargue-Dawley yang dipaparkann larutan PPD dalam 40% etanol, setelah 4 jam ditemukan PPD di dalam plasma (SCCS, 2012).

c. Kajian Paparan PPD melalui inhalasi

(29)

D. Toksisitas PPD

Toksisitas adalah potensi yang dapat ditimbulkan oleh senyawa atau substansi dalam menimbulkan gangguan kesehatan manusia (SCCS, 2012).

a. Toksisitas akut PPD

Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek toksisitas yang dihasilkan dalam waktu singkat setelah mengalami paparan selama 24-96 jam (EPA 2013). Menurut (SCCS, 2012), toksisitas akut PPD melalui oral pada hewan uji menimbulkan kematian. Toksisitas akut PPD melalui oral pada manusia menimbulkan

angioneurotic oedema, rhambdomylosis, gagal ginjal dan myocarditis (SCCS, 2012).

b. Toksisitas sub-kronis PPD

Toksisitas subkronis adalah kapasitas suatu zat menyebabkan efek yang merugikan bagi kesehatan manusia akibat paparan sub-kronis (EPA, 2013). Menurut (SCCS, 2012), toksisitas subkronis PPD melalui oral pada tikus Sprague-Dawley dapat menyebabkan penggelapan pada warna urin. Penggelapan pada urin merupakan salah satu gejala klinis dari gangguan ginjal (Alam dan Hardbroto, 2007).

c. Toksisitas kronis PPD

(30)

paru-paru. Mencit betina galur A yang mengalami paparan PPD dapat menimbulkan tumor di paru-paru.

E. Hubungan antara dosis dan respon PPD

Hubungan antara dosis dan respon adalah tahapan untuk mengetahui hubungan dosis terhadap respon yang ditimbulkan ketika senyawa tertentu dipaparkan (EFSA, 2012).

a. Hubungan antara dosis dan respon toksisitas akut

Hubungan antara dosis dan respon toksisitas akut PPD dikaji melalui data pada tikus Sprague-Dawley menurut SCCS (2012), tentang toksisitas akut PPD. Tikus Sprague-Dawley diberi dosis 75 mg/kg bw PPD melalui oral yang dipaparkan selama tiga jam dan 100 mg/kg bw PPD yang dipaparkan selama 90 menit menimbulkan kematian, sehingga dapat diperoleh nilai LD50 pada tikus yakni 80-100 mg/kg bw.

b. Hubungan antara dosis dan respon sensitisasi kulit

(31)

Tabel I. Hubungan keterkaitan dosis dan respon sensitisasi PPD pada kulit

No. Dosis (µg) SI

1. 12,5 2,6 2. 62,5 10,4 3. 312,5 16,1

c. Hubungan antara dosis dan respon mutagenitas

Hubungan antara konsentrasi dan respon mutagenitas PPD dikaji dengan data SCCS (2012), tentang mutagenitas PPD. Mutagenitas PPD dilakukan berdasarkan uji mutagenitas pada gen bakteri dan uji mutagenitas gen sel mamalia. Uji mutasi gen pada bakteri dilakukan menggunakan uji Ames dengan mikroba uji Salmonella typhimurium galur mutan. Uji mutasi gen bakteri untuk PPD dengan konsentrasi 1-3000 µg PPD/plate menggunakan galur TA98 dan TA100. Metode yang digunakan adalah metode pra-inkubasi. Hasil yang diperoleh PPD tidak menimbulkan mutagenitas. Namun laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat Good Laboratory Practice

(GLP). Setiap laboratorium yang tidak memenuhi persyaratan GLP , dapat menurunkan tingkat kepercayaan dari data yang dikaji.

(32)

yang menyebabkan mutasi. Pada galur TA102 mengalami mutasi dengan atau tanpa S9, artinya PPD dapat mengalami mutasi sebelum dan sesudah mengalami metabolisme menjadi metabolit aktif. Pada galur TA100 mengalami mutasi tanpa S9, artinya PPD dapat menimbulkan mutasi tanpa perlu berubah menjadi metabolit aktif. Uji Ames tersebut telah dilakukan oleh laboratorium yang sudah memenuhi syarat GLP, sehingga peneliti dapat percaya pada data yang dikaji. Hubungan konsentrasi dan respon ditunjukkan pada tabel II.

Tabel II. Hubungan dosis terhadap respon mutagenitas pada bakteri.

No. Senyawa Uji Konsentrasi (µg/plate)

Ket :(-) tidak menimbulkan respon (+) menimbulkan respon

(33)

PPD yang dicampurkan H2O2 dengan adanya resorsinol yang diuji dengan metode dan konsentrasi yang sama, tidak menimbulkan mutagenitas . Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya resorsinol, PPD tidak bereaksi dengan H2O2 sehingga tidak terbentuk senyawa BB (BfR,2011) namun dapat membentuk senyawa turunan lainnya (Brody and Burns, 1968). Uji Ames untuk PPD yang dicampurkan dengan H2O2 tanpa dan dengan resorsinol tersebut dilakukan oleh laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP (SCCS, 2012).

Apabila PPD dicampur resorsinol dengan adanya H2O2 dapat menimbulkan respon mutagenitas pada rentang konsentrasi 0-2000 µg/plate. Uji tersebut dilakukan menggunakan laboratorium yang belum memenuhi syarat GLP. Uji yang dilakukan menggunakan galur TA98 dengan adanya S9. Hasil yang diperoleh menunjukkan galur TA98 mengalami mutasi setelah senyawa mengalami metabolisme fase I (oksidasi) (SCCS, 2012). Hal ini tejadi, karena hasil reaksi PPD, resorsinol dengan ada H2O2 dapat membentuk senyawa turunan PPD yang memiliki amin aromatik sekunder (Chandra and Kailash, 2003).

(34)

d. Hubungan antara dosis dan respon genotoksisitas

Hubungan antara konsentrasi dan respon genotoksisitas PPD dikaji dengan data SCCS (2012), tentang genotoksisitas PPD. Genotoksisitas PPD dilakukan dengan uji mikronukleus dan uji penyimpangan kromosom secara in-vitro. Uji mikronukleus dilakukan untuk senyawa PPD (99,3%), MAPPD dan DAPPD. Uji penyimpangan kromosom dilakukan untuk senyawa PPD murni, PPD bersama H2O2 dengan dan tanpa resorsinol (SCCS,2012).

Pada uji mikronukleus untuk PPD (99,3%) dilakukan menggunakan sel limfosit dari wanita sehat (tidak merokok) yang berusia di bawah 35 tahun dengan dan tanpa adanya sistem aktivasi metabolic exogoneus (S9) yang berasal dari hati tikus yang diinduksi oleh enzim Arcolor 1254. Uji yang menggunakan S9 dilakukan pada rentang konsentrasi 400-2000 µg/mL dengan lama pemaparan 45 jam, sedangkan uji yang tidak menggunakan S9 dilakukan pada rentang konsentrasi 50-125 µg/mL dengan lama pemaparan 28 jam. Hasil yang diperoleh PPD menimbulkan genotoksisitas pada sel limfosit manusia sebelum dan sesudah mengalami metabolisme faseI (SCCS,2012).

(35)

diberikan pemaparan hingga 28 jam. Hasil yang diperoleh adalah MAPPD dan DAPPD tidak menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia (SCCS, 2012).

Uji penyimpangan kromosom untuk PPD yang dicampurkan dengan H2O2 dilakukan pada sel limfosit manusia dari pria dan wanita dengan menggunakan S9. Konsentrasi yang digunakan adalah pada rentang 0,0149-0,060 µg PPD/mL dengan lama pemaparan 28 jam. Hasil yang diperoleh bahwa PPD yang dicampurkan H2O2 menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia setelah mengalami aktivasi metabolisme oleh hati. Namun, pengujian yang dilakukan untuk senyawa PPD yang dicampurkan H2O2 dengan adanya resorsinol tidak menimbulkan genotoksisitas pada limfosit manusia sebelum dan sesudah mengalami aktivasi metabolisme oleh hati pada konsentrasi dan lama pemaparan yang sama seperti pada uji tanpa resorsinol (SCCS,2012). Hubungan antara konsentrasi dan respon genotoksisitas yang ditimbulkan jika dilakukan pemberian PPD murni, metabolit PPD dan PPD yang direaksikan dengan H2O2 tanpa dan dengan resorsinol dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Hubungan konsentrasi terhadap respon genotoksisitas pada sel limfosit manusia.

(36)

e. Hubungan antara dosis dan respon karsinogenitas

Hubungan antara konsentrasi dan respon karsinogenitas PPD dikaji dengan data SCCS (2012), tentang karsinogenitas PPD. Uji karsinogenitas yang dilakukan untuk senyawa PPD, PPD dengan H2O2 dan senyawa PPD yang dicampur resorsinol dengan adanya H2O2.

Pengujian pada senyawa PPD dilakukan dengan beberapa rute (topikal, oral, injeksi intraperitonal (i.p)) dan uji khusus untuk transplasenta dan neonatal. Uji melalui topikal dilakukan pada mencit Swiss betina. Dosis yang digunakan 50 mg/mL dan 100 mg/mL dalam aseton yang dipaparkan 2x seminggu hingga 85 minggu. Hasil yang diperoleh adalah PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada mencit betina dengan pemejanan kronis. Laboratorium dalam penelitian ini belum memenuhi syarat GLP (SCCS,2012).

(37)

Uji pada mencit galur A jantan dan betina melalui rute injeksi i.p. Uji tersebut belum menggunakan laboratorium yang memenuhi syarat GLP. Dosis yang diberikan 25 mg/kg bw dengan lama pemaparan tiga kali seminggu hingga delapan minggu. Hasil yang diperoleh ditemukan tumor di paru-paru, sehingga PPD dapat menimbulkan karsinogenitas dengan pemejanan sub-kronis (SCCS,2012). Hubungan antara dosis dan respon karsinogenitas ditunjukkan pada Tabel IV.

Tabel IV. Hubungan keterkaitan dosis dan respon yang menimbulkan karsinogenitas untuk senyawa PPD.

No. Subyek uji Jalur Dosis Karsinogenitas

1. Mencit Swiss Topikal 50 mg/mL dan 100

Ket :(-) tidak menimbulkan respon (+) menimbulkan respon

F. Farmakokinetik dan Biotransformasi PPD

(38)

Pada studi pustaka akan dikaji data mengenai farmakokinetik PPD pada hewan uji dan manusia, serta biotransformasi yang terjadi pada manusia menurut laporan penelitan dari SCCS (2012) tentang toxicokinetic dan metabolisme PPD.

a. Farmakokinetik PPD pada manusia

Uji yang dilakukan untuk melihat metabolit PPD yang diekskresikan melalui urin ketika PPD dipaparkan secara topikal dilakukan secara in-vivo. Uji ini dilakukan pada manusia (pria), 80 mL (1600 mg) PPD yang berlabel radioaktif digunakan untuk mewarnai rambut. Cara pengujiannya berupa rambut volunteer

dipotong sesuai standar, lalu di warnai menggunakan PPD selama 15-30 menit setelah itu dicuci lalu dikeringkan, dan rambut dipotong kembali.Air bilasan kulit kepala, rambut yang habis dipotong, sarung tangan, handuk dan air bilasan kulit kepala pada jam ke-24 dianalisis untuk ditetapkan kadarnya dalam menentukan total recovery (SCCS,2012). Data farmakokinetik yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo.

Cmax mean

(39)

label radioaktif. Campuran tersebut digunakan untuk mewarani rambut dan teroleskan pada kulit kepala yang dipaparkan selama 30 menit. Plasma darah diperoleh pada jam ke 2, 4, 6, 10, 24, dan 48. Data farmakokinetik ditunjukkan pada Tabel VI. Menurut data tersebut, konsentrasi PPD dalam bentuk senyawa induk maupun dalam bentuk metabolit tertinggi saat di plasma terjadi pada jam ke-2 dan mampu tereliminasi pada jam ke 8. PPD ditemukan pada urin sebanyak 0,42-1,34% (SCCP, 2012). PPD dapat masuk ke dalam tubuh setelah dipaparkan secara topikal sebanyak 1% selama 30 menit dengan absorbsi dermal dan dapat diekskresikan dalam bentuk metabolit maupun senyawa induknya dilihat dari nilai

mass balance yang diperoleh 94,64-97,78% yang mendekati 100% (SCCP, 2012).

Tabel VI. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo dengan konsentrasi PPD 1%.

Cmax mean (ng/mL) Tmax (jam) T1/2 (jam) AUC0-24h (ng*hr/mL)

97,4 2 7,8 391-1541

(40)

Tabel VII. Farmakokinetik PPD pada manusia secara in-vivo dengan konsentrasi PPD 2%.

Cmax mean (ng/mL) Tmax (jam) T1/2 (jam) AUC0-24h (ng*hr/mL)

132,6 2 7,8 823-2007

b.Biotransformasi in-vitro PPD pada manusia

Kajian biotransformasi PPD pada sel hati manusia pentingnya dilakukan untuk mengetahui, nasib PPD ketika tanpa sengaja tertelan dan masuk ke dalam sistemik dan mengalami metabolisme oleh sel hati. Hasil uji yang dilakukan pada sel hati manusia PPD menunjukkan bahwa dapat dimetabolisme di sel hati manusia oleh enzim N-acetyltransferase (NAT 2). Enzim ini berperan dalam metabolisme pada fase II. Metabolit yang ditemukan yaitu turunan N-acetylated

berupa N-acetyl- p-phenylenediamine dan N,N´-diacetyl-p-phenylenediamine

namun tidak ditemukan metabolit mono-oxygenated. Metabolit yang ditemukan tersebut adalah metabolit inaktif (Hoofth., et.al., 2011).

Kajian biotransformasi PPD pada sel epidermis manusia pentingnya dilakukan untuk mengetahui nasib PPD yang tanpa sengaja memberi paparan di kulit. Menurut uji yang dilakukan pada sel epidermis manusia, hasil yang diperoleh didapatkan metabolit N-acetyl-p-phenylenediamine sebanyak 10,5% dan

(41)

G. Landasan teori

Pewarna rambut merupakan produk kosmetik yang sering digunakan dalam tatarias rambut untuk memperbaiki penampilan. Salah satu kandungan yang terdapat pada pewarna rambut oksidatif yang bersifat permanen adalah

Para-Phenylenediamine (PPD) yang cukup berbahaya (BPOM, 2011). Paparan PPD yang paling sering terjadi adalah melalui topikal yang dapat menimbulkan toksisitas berupa sensitisasi dan karsinogenitas. Menurut BPOM (2008) dan Annex 3(2012) konsentrasi maksimum PPD adalah 6 % .

PPD dapat masuk ke sistemik melalui paparan oral, topikal dan inhalasi. Efek berbahaya yang dapat ditimbulkan PPD adalah sensitisasi kulit pada manusia. Jika pada hewan uji PPD dapat menyebabkan kematian untuk toksisitas akut dan penggelapan pada urin untuk toksisitas subkronis. Selain itu PPD dapat menimbulkan mutagenitas pada uji Ames yang menggunakan Salmonella typhimurium galur mutan. Uji karsinogenitas pada hewan uji juga menunjukkan bahwa PPD dapat menmbulkan tumor di kelenjar paru-paru mencit betina galur A.

PPD yang masuk ke sistemik dapat mengalami biotransformasi oleh enzim NAT 1 di sel epidermis dan NAT 2 di sel hati manusia. Hasil metabolit dari PPD bersifat inaktif. PPD dan metabolitnya dapat tereliminasi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, dan PPD tidak akan terakumulasi di dalam tubuh yang ditunjukkan oleh mass balance mendekati 100%.

(42)

H. Hipotesis

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional risiko pewarna rambut, karena dilakukan metode pengumpulan data dari beberapa sumber pustaka yang akan diolah dan dianalisis untuk menentukan tingkat keamanan penggunaan senyawa.

B. Definisi Operasional 1. Definisi Operasional

a. PPD merupakan senyawa PPD yang dilarutkan dalam air atau DMSO. b. Dose Absorbed Event (DAevent) adalah dosis PPD yang terabsorbsi saat pemakaian.

c. Total Dose Absorbed Per Day (DAt) adalah jumlah dosis PPD yang terabsorbsi dari paparan melalui topikal per hari.

d. Dermally Abosorbed Dose (DAD) adalah nilai rata-rata paparan PPD per hari selama seumur hidup.

e. Sensitisasi PPD adalah suatu kejadian terjadinya kontak pertama kali antara allergen dengan kulit yang selanjutnya alergen tersebut akan dikenal dan di respon oleh limfosit T.

(44)

g. No Observed Advere Effect Level (NOAEL) adalah dosis yang menggambarkan tidak teramati efek yang merugikan akan senyawa tertentu pada hewan uji atau manusia.

h. Margin of Safety (MOS) adalah batas antara dosis secara teoritis yang diperoleh dari nilai NOAEL dan dosis yang diperoleh dari paparan yang ditimbulkan.

C. Bahan Penelitian

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS) (2012), Enviromental Protection Agency (EPA) (1992), International Agency for Research on Cancer (IARC) (1992).

D. Tata Cara Penelitian 1. Kajian Paparan PPD

a. Kadar PPD dalam sampel pewarna rambut oksidatif.

b.

Kadar PPD dalam pewarna rambut oksidatif dikaji dengan menggunakan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Feliana (2015) dan dibandingkan dengan batas aman dari jumlah PPD dalam sampel pewarna rambut Henna menurut Bundesinstitut für Risikobewertung (BfR).

Total Dose Absorbed Per Day (DAt).

DAt = DAevent x A x EV

DAt diperoleh menurut EPA (1992) berdasarkan rumus :

Di mana,

(45)

A = Luas permukaan kulit yang mengalami paparan (cm2). EV = Jumlah pemakaian dalam 1 hari ( event/hari).

Nilai DAevent diperoleh menurut EPA (1992) dari perhitungan :

������� = 2 ×��×��× �

6�������

Di mana, nilai koefisien permeabilitas (Kp), konsentrasi pembawa (Cv) dan lag time (τ) diperoleh dari penelitian Sudirman (2015) mengenai kinetika penetrasi PPD dalam pewarna rambut oksidatif pada kulit manusia. Penelitian yang digunakan dengan uji in-vitro menggunakan apparatus Franz Diffusion Cell

(FDC). Nilai tevent menunjukkan waktu paparan yang diberikan saat pemakaian. c. Nilai Dermally Abosorbed Dose (DAD).

��� = DAevent x ����������

�����

Nilai DAD diperoleh menurut EPA (1992) berdasarkan rumus:

Di mana,

DAD = Dosis yang diabsorbsi secara dermal (mg/kg-day). DAevent = Dosis yang diabsorbsi tiap pemakaian (mg/cm2-event). A = Luas permukaan kulit yang mengalami paparan (cm2). EV = Frekuensi pemakaian (events/hari).

EF = Frekuensi paparan (hari/tahun). ED = Durasi paparan (tahun).

BW = Berat badan manusia (kg).

(46)

2. Kajian Keberbahyaan PPD a. Sensitisasi PPD.

b.

Kajian keberbahayaan PPD dalam menimbulkan sensitisasi dan uji yang dilakukan pada hewan uji secara in-vivo dengan menggunakan metode LLNA.

Karsinogenitas PPD.

c.

Kajian keberbahayaan PPD dalam menimbulkan karsinogenitas dilakukan pada hewan uji dengan adanya uji karsinogenitas menurut SCCS (2012).

No Observed Advere Effect Level (NOAEL) PPD untuk sensitisasi pada manusia.

d.

Nilai NOAEL untuk sensitisasi PPD pada manusia diperoleh berdasarkan nilai konsentrasi EC3 dalam metode LLNA yang diekstrapolasi dari hewan uji ke manusia.

NOAEL PPD untuk karsinogenitas pada manusia.

3. Evaluasi dan Karakterisasi Risiko

Nilai NOAEL untuk karsinogenitas PPD pada manusia diperoleh berdasarkan uji karsinogenitas pada hewan uji. Dosis yang dapat menyebabkan tumor pada hewan uji digunakan sebagai nilai NOAEL pada hewan uji yang akan diekstrapolasi ke manusia.

a. Perhitungan nilai Margin Of Safety (MOS) untuk senitisasi PPD.

MOS = �����

DA t

100

Nilai MOS untuk sensitisasi PPD diperoleh dari nilai NOAEL sensitisasi PPD pada manusia dan nilai DAt. Perhitungan nilai MOS :

(47)

MOS = �����

DA D

100

Apabila nilai MOS kurang dari 100, maka PPD tidak aman, sehingga dapat dinyatakan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi dan karsinogenitas, sedangkan jika MOS lebih atau sama dengan 100, maka dinyatakan bahwa PPD aman. Jalur pengkajian risiko PPD dapat dilihat pada gambar 2.

4. Manajemen dan Komunikasi Risiko. E. Analisis Hasil

Kajian paparan PPD dilakukan dengan menghitung nilai DAt dan DAD. Nilai DAt untuk mengkaji risiko paparan PPD dalam jangka waktu yang pendek sedangakan nilai DAD untuk mengkaji risiko paparan PPD dalam jangka waktu yang panjang. Kajian keberbahayaan PPD dilakukan dengan menghitung nilai NOAEL pada manusia yang mengalami sensitisasi PPD dalam jangka waktu yang pendek dan karsinogenitas dalam jangka waktu yang panjang.

(48)

Gambar 2. Alur Kajian Risiko

Kajian Paparan Kajian Keberbahayaan

Senyawa Berbahaya

Kadar PPD dalam Sampel Sensitisasi dan karsinogenitas

DAt NOAEL pada LLNA

DAD NOAEL karsinogenitas

Evaluasi dan Karakterisasi Risiko

MOS ≥100

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Paparan PPD

Kajian paparan adalah tahapan untuk mengetahui jumlah dan frekuensi manusia yang mungkin akan terpapar oleh suatu senyawa yang memiliki efek berbahaya (SCCS, 2012). Salah satu senyawa yang memiliki efek berbahaya menurut BPOM (2008) dan Annex 3 (2012) adalah para-phenylenediamine

(PPD). Senyawa ini dapat ditemukan dalam pewarna rambut oksidatif. Menurut penelusuran pustaka, paparan yang paling sering dilakukan untuk pewarna rambut melalui topikal.

a. Kadar PPD dalam pewarna rambut oksidatif

Pewarna rambut oksidatif merupakan produk kosmetik yang cukup sering digunakan oleh masyarakat. Namun sering dijumpai adanya senyawa PPD dalam produk kosmetik tersebut. PPD dalam pewarna rambut oksidatif biasanya digunakan untuk membuat warna terlihat lebih gelap. Keberadaan senyawa PPD dalam pewarna rambut perlu dikaji, karena menurut penelusuran pustaka PPD memiliki potensi untuk menimbulkan sensitisasi dan karsinogenitas.

Pada sampel pewarna rambut oksidatif merek “X”, PPD tidak bersama dengan senyawa coupler namun terdapat agen pengoksidasi yaitu sodium perborate. Menurut BfR (2011), hal ini yang menjadi tinjauan, bahwa PPD dalam pewarna rambut oksidatif merek “X” dapat berbahaya. PPD dapat mengalami

(50)

adalah quinonediimine (QDI) yang mampu bereaksi kembali dengan PPD berlebih dan membentuk senyawa Bandrowski’s Base (BB). Menurut Ames 1975, BB dapat menimbulkan mutasi yang berdampak pada sensitisasi dan karsinogenitas,jikaditemukan dalam sisemik karena BB sangat reaktif. Apabila dalam pewarna rambut oksidatif terdapat senyawa coupler, maka PPD tidak akan membentuk senyawa BB (Brody dan Burns, 1968). Hasil reaksi antara QDI dan senyawa coupler sulit untuk masuk terabsorbsi ke dalam kulit karena memiliki tingkat penetrasi yang rendah (<0,05%), sehingga tidak mudah masuk ke sistemik dibandingkan BB (Goebel,2009). Sedangkan tingkat penetrasi BB ke dalam kulit cukup tinggi (50%), sehingga lebih mudah mengalami absorbsi (Goebel,2009). Oleh karena itu, menurut BfR (2011), batas maksimum konsentrasi PPD yang sudah dicampurkan dengan agen pengoksidasi tanpa ada senyawa coupler adalah 2% sedangkan menurut BPOM (2011) PPD dalam formulasi pewarna rambut memiliki batas konsentrasi sebesar 6%.

Menurut Feliana (2015), jumlah PPD dalam sampel pewarna rambut oksidatif merek “X” sebanyak 4,57%, sehingga dapat dikatakan pewarna rambut merek “X” telah sesuai dengan aturan menurut BPOM (2011). PPD dalam pewarna rambut oksidatif merek “X” tidak mengandung jumlah PPD yang berlebih.

b.Total Dose Absorbed Per Day (DAt)

(51)

PPD dioleskan pada rambut hingga mengenai kulit kepala. Senyawa PPD yang mengalami absorbsi dermal dapat menuju sirkulasi sistemik, hal ini yang dapat memberikan efek berbahaya pada manusia. Oleh karena itu, perlu diketahui Total Dose Absorbed Per Day (DAt) yaitu jumlah keseluruhan senyawa PPD yang dapat terabsorbsi masuk ke dalam kulit melalui paparan topikal selama pemakaian tertentu.

Nilai DAt dipengaruhi oleh DAevent, luas permukaan kulit dan frekuensi pemakaian. DAevent menyatakan dosis yang terabsorbsi pada kulit saat pemakaian. Frekuensi pemakaian menyatakan jumlah pemakaian dalam per hari. Luas permukaan kulit menyatakan luas permukaan kulit yang terpapar oleh PPD.

Pada penelitian ini digunakan dua nilai DAevent yaitu DAevent untuk paparan selama delapan jam dan satu jam. Menurut Sudirman (2015) nilai DAevent untuk paparan delapan jam adalah 0,045 mg/cm2-event. Peneliti mengasumsikan PPD yang terlapisi di kulit kepala tidak dibilas hingga bersih sehingga masih memberikan paparan lebih dari waktu pemakaian.

(52)

Peneliti mengasumsikan waktu lamanya paparan selama 1 jam tiap pemakaian, sehingga nilai tevent yang digunakan adalah 1 jam/event kemudia nilai DAevent dapat diperoleh dengan perhitungan :

������� = 2 ×��×��× �

Luas permukaan kulit yang peneliti gunakan menurut SCCS (2012) dalam tabel

skin surface area (SSA) (terlampir) yaitu 580 cm2. Menurut SCCS (2012) penggunaan pewarna rambut oksidastif yang mengandung PPD dilakukan selama sebulan sekali (1 event/hari).

Keseluruhan jumlah senyawa PPD yang masuk selama pemakain sebulan sekali ditunjukkan oleh nilai DAt. Nilai DAt yang dihitung untuk paparan PPD selama delapan jam dan satu jam. Nilai DAt untuk paparan delapan jam dihitung dengan:

DAt = DAevent x A x EV

= 0,045 mg/cm2-eventx 580 cm2x 1 event/hari = 26,2 mg/hari

DAt yang ditemukan sebesar 26,2 mg/ hari atau 0,435 mg/kg BB manusia, artinya dosis PPD sebanyak 0,435 mg/kg BB dapat masuk ke sistemik melalui kulit kepala untuk paparan delapan jam.

(53)

diperoleh nilai DAt sebesar 8,7 mg/hari, artinya dalam pemakaian pewarna rambut selama satu jam yang dilakukan sebulan sekali, PPD yang dapat masuk sebanyak 8,7 mg melalui paparan di kulit kepala. Dosis yang terpapar untuk manusia (dengan berat 60 kg) jika melakukan pewarnaan rambut selama satu jam dalam sebulan sekali adalah 0,145 mg/kg BB.hari. Nilai DAt diperlukan untuk mengetahui jumlah paparan PPD yang dapat menimbulkan sensitisasi pada kulit dengan cepat setelah pemakaian selama satu jam dan paparan selama delapan jam.

PPD yang masuk ke dalam kulit akan mengalami biotransformasi sebanyak 79,6% di sel epidermis kulit menjadi metabolit N-acety-phenylenediamine dan N,N’-diacetyl-p-phenylenediamine oleh enzim N-acetyltransferase (NAT 1) (SCCS, 2012) tetapi sebanyak 20,4% PPD yang tidak mengalami metabolisme dapat masuk ke dalam sistemik dan 2,4% PPD dapat melakukan ikatan kovalen dengan protein. Menurut Scheitza, et.al., (2013) protein yang paling banyak untuk dapat berikatan dengan PPD atau p-benzoquinones

adalah sistein.

PPD yang tidak mengalami metabolisme oleh sel epidermis kulit akan masuk ke sistemik yang ditunjukkan oleh nilai AUC tertinggi saat jam ke-2 setelah pemakaian pewarna rambut. PPD dan hasil metabolitnya yang dapat masuk ke sistemik akan mengalami eliminasi pada jam ke-8 dan tidak akan mengalami akumulasi di dalam tubuh yang ditunjukkan oleh nilai mass balance

(54)

dapat tereliminasi dan mengalami eksresi hampir 100% dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, namun sensitisasi kulit dapat tetap terjadi karena reaksi PPD dalam menimbulkan sensitisasi sangat cepat.

c. Nilai Dermally Abosorbed Dose (DAD)

PPD yang dipaparkan melalui topikal dengan pengolesan di kulit kepala dapat masuk secara dermal menuju sistemik dalam pemakain pewarna rambut selama sebulan sekali yang ditunjukkan oleh nilai DAt. Namun apabila pemakaian pewarna rambut secara terus-menerus hingga jangka waktu yang lama, perlu diperhatikan risiko yang ditimbulkan. Risiko yang dapat ditimbulkan kemungkinan adalah karsinogenitas. Pengukuran risiko tersebut dilakukan dengan menghitung nilai Dermally Abosorbed Dose (DAD). Nilai DAD menyatakan dosis yang diabsorbsi secara dermal setelah pemakaian jangka panjang.

(55)

menimbulkan risiko kanker yaitu selama 30 tahun, yang dipertimbangkan jika pemakaian pewarna rambut oksidatif dilakukan mulai umur 45 tahun hingga 75 tahun. Frekuensi paparan diperoleh dari jumlah pemakaian pewarna rambut selama setahun. Menurut SCCS (2012) pemakaian pewarna rambut dilakukan sebulan sekali, sehingga frekuensi paparan yang diperoleh selama 12 hari/tahun. Menurut EPA (1992) berat badan manusia pada umumnya yaitu 60 kg dan nilai AT (Averaging Time) untuk pengkajian risiko kanker adalah 70 tahun atau 25,550 hari, karena rata-rata nilai yang sama dengan seumur hidup. Perhitungan nilai DAD dengan menggunakan DAevent untuk paparan delapan jam adalah :

Nilai DAD yang diperoleh sebesar 0,0062 mg/kg-hari, artinya PPD dapat berada di sistemik selama pemakaian jangka panjang (30 tahun) dengan lama paparan delapan jam selama sebulan sekali di kulit kepala adalah 0,0062 mg/kg-hari Jumlah PPD yang masuk ke sistemik melalui absorbsi secara dermal sebesar 0,0062 mg/kg-hari.

(56)

pemakaian jangka panjang (30 tahun) dengan lama paparan satu jam selama sebulan sekali sebesar 0,002 mg/kg-hari.

PPD yang masuk ke kulit mengalami biotransformasi oleh enzim N-acetyltransferase (NAT 1) di sel epidermis manusia menjadi bentuk metabolit yang tidak aktif. Hasil metabolit dan PPD yang tidak mengalami metabolisme, menuju sistemik yang ditunjukkan pada nilai AUC tertinggi saat jam ke-2 setelah pemakaian.

Enzim NAT 1 dapat mengalami kejenuhan dalam artian tidak mampu lagi dalam mengubah PPD menjadi bentuk metabolit tidak aktif, jika PPD yang dipaparkan dalam jumlah yang banyak atau PPD yang dipaparkan dalam jangka waktu yang panjang (Scheitza., et al., 2013). Hal ini yang perlu diperhatikan dalam pengakajian risiko kanker yang dapat ditimbulkan PPD.

Penentuan nilai DAD yang dipengaruhi dari hasil uji in-vitro

menggunakan apparatus FDC adalah jumlah yang mengasumsikan bahwa PPD masuk ke dalam sistemik tanpa melibatkan adanya biotransformasi. Asumsi tersebut menyatakan bahwa PPD yang dipaparkan melalui topikal masuk ke sistemik sebanyak 0,002 mg dapat berikatan dengan reseptor yang mungkin akan menyebabkan karsinogenitas.

B. Kajian Keberbahayaan PPD

(57)

adalah keberbahayaan berupa sensitisasi PPD yang terjadi melalui paparan secara topikal. Selain itu, menurut studi pustaka sebelumnya PPD yang diuji pada bakteri secara in-vitro dengan menggunakan uji Ames memberikan respon mutagenitas, dan menurut IARC (1992) PPD dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada manusia yang ditunjukkan oleh nilai ORs lebih besar dari 1 (1,27) dari studi case-control di New Jersey, sehingga salah satu toksisitas lainnya adalah karsinogenitas yang akan peneliti kaji.

Pada penelitian ini, akan dikaji hubungan dosis dan respon sensitisasi dan karsinogenitas yang ditunjukkan oleh nilai NOAEL untuk sensitisasi dan nilai NOAEL untuk karsinogenitas pada manusia.

a. Sensitisasi PPD

(58)

sel efektor dan sel memori. Pada paparan yang berulang, sel memori akan mengeluarkan sitokin yang akan mengakibatkan alergi (Scheitza, et.al., 2013).

Peneliti memilih untuk mengkaji efek berbahaya PPD berupa sensitisasi kulit, karena telah banyak kasus yang ditemukan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi kulit berupa alergi. Oleh karena itu, peneliti mengkaji uji in-vivo dengan metode LLNA pada mencit betina galur CBA/J, untuk melihat PPD dalam menimbulkan respon sensitisasi yang dilihat dari proliferasi sel T pada kelenjar getah bening mencit.

Metode LLNA didasarkan jika sensitisasi terjadi maka dapat menginduksi proliferasi limfosit di kelenjar getah bening. Peningkatan proliferasi tersebut sebanding dengan dosis dari PPD yang diaplikasikan. Oleh karena itu, dalam metode LLNA dapat dilihat hubungan antara dosis dan respon sensitisasi yang ditunjukkan oleh poliferasi limfosit. Nilai Stimulation Index (SI) dalam metode LLNA menunjukkan rasio proliferasi setelah senyawa PPD diaplikasikan yang dibandingkan dengan control. Batas bawah nilai SI dalam menimbulkan sensitisasi adalah SI≥3 (SCCS, 2006). Menurut (SCCS, 2012) hasil uji dari metode LLNA memberikan nilai SI lebih besar dari 3 yaitu 10,4. Nilai tersebut menyatakan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi pada kulit, karena semakin tinggi nilai SI, maka semakin besar pula senyawa dapat menimbulkan proliferasi limfosit yang memicu terjadinya alergi.

(59)

konsentrasi yang menyatakan senyawa tersebut dapat menyebabkan peningkaan SI sebanyak tiga kali dibanding control (CAESAR, 2015). Menurut (SCCS, 2012) nilai EC3 PPD adalah 0,06% yang menunjukkan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi yang kuat (CAESAR, 2015).

PPD merupakan senyawa yang sangat mudah mengalami oksidasi sehingga sensitisasi dapat terjadi jika PPD lebih dahulu mengalami oksidasi menjadi p-benzoquinonediimine (p-BQDI) dan membentuk Bandrowoski’s base (BB). Senyawa p-BQDI merupakan elektrofilik yang mampu berikatan spesifik dengan protein yaitu sistein membentuk kompleks hapten-protein yang dapat memodifikasi protein. Hasil modifikasi protein mampu mengaktivasi sel dendrit dan THP-1 juga meningkatkan proliferasi sel T, yang akan menimbulkan imunopatologik yakni reaksi hipersensistivitas. Menurut Scheitza, et al (2013), reaksi hipersensitivitas yang timbul dapat terjadi secara cepat. Tidak hanya senyawa p-BQDI yang mampu membentuk ikatan kovalen dengan protein, namun juga p-benzoquinone (p-BQI) dan BB.

Menurut mekanisme tersebut, sensitisasi kulit yang terjadi merupakan sensitisasi sistemik, karena senyawa turunan hasil oksidasi PPD dapat terbentuk saat di permukaan kulit maupun saat di sistemik. PPD yang tidak dimetabolisme di epidermis akan masuk ke dermis dan senyawa turunan hasil oksidasi PPD (BB) dapat terbentuk (Scheitza, et al 2013). Sedangkan PPD yang sudah mengalami oksidasi di permukaan kulit membentuk senyawa BB, dapat masuk ke sistemik dan menyebabkan sensitisasi.

(60)

Salah satu toksisitas PPD yang peneliti kaji adalah karsinogenitas karena masih sedikitnya kajian mengenai karsinogenitas yang dapat ditimbulkan PPD, sedangkan menurut (SCCS, 2012) uji Ames yang dilakukan untuk PPD dapat menimbulkan mutagenitas pada Salmonella typhimurium

galur TA98 dan menurut IARC (1993) dalam studi case-control di New Jersey, PPD dapat memberikan risiko kanker kandung kemih yang ditunjukkan oleh nilai ORs lebih dari 1 yaitu 1,27 sehingga secara pengamatan PPD dapat menimbulkan karsinogenitas. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji uji karsinogenitas PPD yang dilakukan pada hewan uji.

Uji Ames pada bakteri galur TA98 dilakukan menggunakan laboratorium yang telah memenuhi syarat GLP. Metode uji yang digunakan adalah pra-inkubasi (lama pemaparan 72 jam; waktu pra inkubasi 60 menit). Konsentrasi yang diberikan sebanyak 5000 µg/plate. Respon mutagenitas ditunjukkan oleh galur TA98 dengan adanya S9, artinya PPD yang telah mengalami metabolisme fase I yakni reaksi oksidasi dapat menimbulkan mutagenitas pada bakteri TA98 (SCCS, 2012).

Uji karsinogenitas pada hewan uji dilakukan pada mencit galurA jantan dan betina melalui rute injeksi i.p. Dosis yang diberikan 25 mg/kg bw dengan lama pemaparan tiga kali seminggu hingga delapan minggu. Hasil yang diperoleh ditemukan tumor di paru-paru, (SCCS,2012) sehingga PPD dapat menimbulkan karsinogenitas dengan pemejanan sub-kronis.

(61)

dan karsinogenitas PPD. PPD merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, sehingga apabila PPD dilarutkan dalam air sudah dapat membentuk senyawa turunan lainnya berupa senyawa BB (ditunjukkan pada Gambar 3). BB dapat melakukan subsitusi basa nitrogen pada DNA jika PPD sudah berada dalam sistemik, sehingga dapat menimbulkan mutasi yang akan menimbulkan tumor (Robbins, 2012).

Gambar 3. Bandrowoski’s base (BB) (Robbins, 2012).

c. No Observed Advere Effect Level (NOAEL) Sensitisasi PPD pada manusia

Paparan PPD secara topikal dapat menimbulkan sensitisasi kulit yang telah ditunjukkan dengan uji LLNA pada hewan uji. Menurut uji LLNA pada mencit betina galur CBA/J, nilai EC3 yang dihasilkan dalam uji tersebut adalah 0,06%. PPD sebanyak 15 µg dapat menginduksi poliferasi limfosit sebanyak 3x dibanding kontrol pada kelenjar getah bening. Konsentrasi tersebut menjadi batas nilai PPD untuk menimbulkan sensitisasi kulit, oleh karena itu dapat dianggap apabila jumlah PPD yang diberikan kurang dari 15 µg tidak teramati efek sensitisas kulit pada mencit betina.

(62)

Menurut The Jackon Laboratory (2014), berat mencit betina galur CBA/J adalah 20 gr (0,02 kg), sehingga nilai NOAEL untuk mencit adalah 0,75 µg/g BB.hari. Pada kajian risiko perlu dilakukan ekstrapolasi dari nilai NOAEL sensitisasi pada hewan uji ke manusia. Ekstrapolasi dilakukan dengan menbagi nilai NOAEL dengan Uncertainly Factor (UF). UF adalah faktor keamanan untuk menentukan asupan harian yang dapat diterima, untuk data dari hewan yang akan digunakan ke manusia memiliki UF sebesar 100 yang didapat dari 10x10, angka 10 pertama merupakan konversi dari hewan uji ke manusia dan angka 10 kedua merupakan konversi dari manusia ke subpopulasi manusia. NOAEL yang digunakan adalah 0,75 µg/g BB.hari, sehingga diperoleh NOAEL pada manusia 7,5x10-3 mg/kg BB.hari. NOAEL pada manusia diperoleh menurut perhitungan di bawah :

����������������=��3

d.NOAEL karsinogenitas PPD pada manusia

Pada pengkajian risiko, masih sedikitnya pengkajian mengenai karsinogenitas PPD sehingga dalam sub bab ini peneliti akan mengkaji mengenai batas nilai PPD hingga tidak menimbulkan respon karsinogenitas yang ditunjukkan oleh uji karsinogenitas pada hewan uji.

(63)

melalui injeksi intraperitoneal (i.p) dan pada dosis tersebut dapat menimbulkan tumor di paru-paru. PPD yang dipaparkan melalui injeksi i.p dapat dengan cepat menuju sistemik tanpa perlu mengalami metabolisme di hati, sehingga PPD dan hasil oksidasinya dapat dengan cepat berada dalam sistemik dan diasumsikan dapat berikatan dengan reseptor tertentu dan menimbulkan tumor di paru-paru pada mencit galur A. Peneliti memilih nilai NOAEL yang digunakan untuk hewan uji adalah 25 mg/kg BB, karena peneliti mengasumsikan skenario terburuk jika PPD tidak mengalami metabolisme menjadi inaktif di dalam tubuh dan terdapat di sistemik.

Pada kajian risiko perlu adanya ekstrapolasi ke manusia. Ekstrapolasi yang dilakukan menggunakan nilai UF. UF yang digunakan adalah 100 yang didapat dari 10x10, angka 10 pertama merupakan konversi dari hewan uji ke manusia, angka 10 kedua merupakan konversi dari manusia ke subpopulasi manusia. Nilai NOAEL dari uji karsinoegnitas akan diekstrapolasi ke manusia dengan menggunakan Uncertainly Factor (UF) dan didapatkan 0,25 mg/kg BB.hari. NOAEL untuk manusia diperoleh menurut perhitungan di bawah:

����������������= ���������ℎ�������

C. Evaluasi dan Karakterisasi Risiko PPD

Evaluasi risiko adalah tahapan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa aman batas risiko dari senyawa tersebut yang dikaji melalui nilai Margin of Safety

(64)

sensitisasi kulit dan karsinogenitas yang ditimbulkan oleh PPD. Evaluasi risiko dilakukan dengan menghitung nilai MOS untuk masing-masing risiko tersebut.

Karakterisasi risiko adalah tahapan yang dilakukan setelah melakukan evaluasi risiko, yang bertujuan untuk mengkarakterisasi besar kecilnya risiko yang ditimbulkan. Nilai MOS yang didapat dari evaluasi risiko dapat digunakan untuk melakukan karakterisasi risiko. Jika nilai MOS yang diperoleh kurang dari 100 maka dinyatakan bahwa PPD dalam pewarna rambut tidak aman, sedangkan apabila nilai MOS yang diperoleh lebih atau sama dengan 100 maka dinyatakan bahwa PPD dalam pewarna rambut aman.

Pada evaluasi risiko dalam penelitian ini akan dikaji dua nilai MOS, yakni MOS untuk sensitisasi kulit dan MOS untuk karsinogenitas. Setelah didapatkan nilai MOS, peneliti akan melakukan karaterisasi risiko dengan memberikan keterangan aman atau tidaknya PPD dalam pewarna rambut oksidatif.

a. Nilai Margin of Safety (MOS) untuk sensitisasi PPD

Sensitisasi kulit yang dapat ditimbulkan oleh PPD melalui paparan topikal dapat terjadi saat melakukan pewarnaan rambut. Toksisitas tersebut termasuk dalam toksisitas akut, karena sensitisasi dapat terjadi dalam jangka waktu yang pendek.

(65)

paparan selama delapan jam dihitung menggunakan nilai NOAEL sebesar 7,5 7,5x10-3 mg/kg BB.hari dan nilai DAt sebesar 0,435 mg/kg.hari. Perhitungan MOS sensitisasi kulit untuk paparan delapan jam:

��� = �����

MOS sensitisasi kulit untuk paparan satu jam dihitung menggunakan nilai NOAEL 7,5x10-3 mg/kg BB.hari dan nilai DAt sebesar 0,145 mg/kg.hari. Perhitungan MOS sensitisasi kulit untuk paparan satu jam:

��� = �����

Nilai MOS sensitisasi yang ditemukan untuk paparan PPD selama delapan jam dan satu jam adalah kurang dari 100, artinya PPD yang masuk ke dalam kulit saat pemakaian pewarna rambut tidak aman yakni menimbulkan sensitisasi kulit. b.Nilai Margin of Safety (MOS) untuk karsinogenitas PPD

Karsinogenitas PPD dapat terjadi jika PPD yang dipaparkan dapat menuju sistemik, melalui epidermis dengan absrobsi dermal. Karsinogenitas merupakan toksisitas yang terjadi jika pemakaian pewarna rambut dalam jangka waktu yang panjang atau terus-menerus.

(66)

selama 30 tahun (DAD). NOAEL karsinogenitas yang digunakan adalah 0,25 mg/kg BB.hari dan nilai DAD yang didapatkan untuk paparan PPD selama delapan jam dan satu jam berturut-turut adalah 0,0062 mg/kg-hari dan 0,002 mg/kg BB-hari. Potensi PPD untuk menimbulkan karsinogenitas dilihat dari nilai

Margin of Safety (MOS). Nilai MOS karsinogenitas untuk paparan PPD selama delapan jam yang diperoleh:

Nilai MOS tersebut kurang dari 100, artinya PPD yang masuk ke dalam kulit secara terus menerus selama 30 tahun untuk paparan delapan jam dinyatakan tidak aman yaitu dapat menimbulkan karsinogenitas dalam pemakaian jangka panjang.

Nilai MOS karsinogenitas untuk paparan PPD satu jam dalam sebulan sekali pada jangka waktu pemakaian yang panjang (30 tahun) diperoleh adalah:

��� = �����

Nilai MOS yang diperoleh lebih dari 100, artinya PPD yang dipaparkan dalam waktu yang lebih singkat yaitu satu jam dalam sebulan sekali selama pemakaian jangka panjang tidak menimbulkan karsinogenitas pada manusia.

(67)

sensitisasi kulit baik untuk paparan delapan jam dan satu jam namun tidak dapat menimbulkan karsinogenitas untuk paparan selama satu jam dalam pemakaian pewarna rambut jangka panjang. Apabila dibandingkan dengan nilai MOS dari SCCS (2012), PPD aman digunakan dengan tidak menimbulkan risiko penambahan berat pada organ hati dan ginjal yang ditunjukkan oleh nilai MOS sebesar 200. Namun PPD dapat menimbulkan sensitisasi pada manusia yang ditunjukkan oleh nilai MOS kurang dari 100.

Nilai MOS dalam penelitian ini dipengaruhi dari hasil uji yang dilakukan secara in-vitro menggunakan apparatus FDC dari penelitian Sudirman (2015). Penelitian tersebut menyatakan bahwa PPD dapat masuk ke kompartemen akseptor artinya PPD dapat menembus kulit dan masuk ke sistemik. PPD dapat teroksidasi membentuk senyawa BB. Apabila BB berada di sistemik, maka dapat menimbulkan DNA adduct pada pasangan basa DNA. DNA adduct dapat menyebabkan mutasi hingga karsinogen (Philip., et al, 2000).

(68)

permukaan kulit menjadi BB. Oleh karena itu, perlu hati-hati dalam menentukan aman atau tidaknya PPD dalam meimbulkan sensitisasi kulit, karena nilai MOS untuk sensitisasi PPD dalam penelitian ini diperoleh dari uji in-vitro

menggunakan FDC tanpa melihat metabolisme PPD.

PPD tidak menimbulkan karsinogenitas pada manusia dalam pemakaian jangka panjang yang ditunjukkan oleh nilai MOS lebih besar dari 100. Jika dilihat dari metabolisme dan farmakokinetik PPD, di dalam tubuh PPD dapat mengalami biotransformasi oleh enzim NAT 1 di sel epidermis dan NAT 2 di sel hati, kedua enzim ini dapat memetabolisme PPD menjadi bentuk inaktif yang mudah mengalami ekskresi melalui urin. Selain itu, waktu eliminasi PPD dan hasil metabolitnya adalah 8 jam, sehingga PPD dan hasil metabolitnya akan terekskresi dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. PPD juga tidak akan mengalami akumulasi dalam tubuh karena memiliki nilai mass balance yang mendekati 100%. Menurut pernyataan tersebut, dapat dikatakan pula PPD tidak berbahaya dalam menimbulkan karsinogenitas karena mudah diekskresikan.

D. Manajemen dan Komunikasi Risiko

(69)

konsumen yang terbiasa menggunakan pewarna rambut agar risiko sensitisasi dapat dihindari.

Manajemen risiko adalah pendekatan struktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan risiko tertentu. Pada manajemen risiko untuk senyawa PPD yang ditemukan dalam pewarna rambut, risiko perlu dilaporkan kepada BPOM untuk mengatasi dampak kesehatan berupa sensitisasi setelah pemakaian pewarna rambut, sehingga BPOM dapat bertindak dalam memberikan pengawasan terhadap produk pewarna rambut yang beredar. Pengawasan yang dilakukan BPOM dapat berupa pengawasan terhadap jumlah PPD dalam pewarna rambut, tidak melebihi batas 6% (jika terdapat agen peroksida dan senyawa pengkopling) dan 2% (jika tidak terdapat senyawa pengkopling hanya agen peroksida dan PPD yang telah dicampur agen peroksida) menurut Annex 3 Part 1 (2012). Selain itu, perlu juga disampaikan ke bagian manajemen risiko mengenai tingkat sensitisasi PPD pada tiap individu berbeda-beda, oleh karena itu BPOM dapat memberikan aturan pada produk pewarna rambut untuk adanya tes sensitivitas pada kulit terlebih dahlu sebelum menggunakan produk pewarna rambut.

(70)
(71)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pewarna rambut oksidatif yang mengandung para-phenylenediamine

(PPD) yang beredar di Indonesia tidak aman untuk digunakan jika ditinjau dari nilai MOS sensitisasi yang kurang dari 100 apabila paparan terjadi pada jam pertama dan delapan. PPD tidak menimbulkan karsinogenitas jika ditinjau dari nilai MOS karsinogenitas yang lebih dari 100 pada paparan satu jam.

B. Saran

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A and Suwaidi, A., 2010, Determination of para-Phenylenediamine (PPD) in Henna in the United Arab Emirates, Int.J. Envirom. Res.Public Health, 7, 1691-1693.

Alam, S. dan Hadibroto, I., 2007, Gagal Ginjal, Gramedia, Jakarta, hal. 16. Ames, H., Bruce, N., Kammen, Yamasaki E., 1975, Hair Dyes Are Mutagenic:

Identification of a Variety of Mutagenic Ingredients, Proc. Nat. Acad.Sci, 72 (6), 3-4.

Annex III, 2012, List of Substances which Cosmetic Products must not Contain Except Subject to Restrictionsand Condition Laid Down, ASEAN Cosmetic Documents, Singapore, pp. 6-7.

Brody, F and Burns, M., 1967, Studies Concerning the Reactions of Oxidation Dye Intermediates, J. Soc. Cosemtic Chemist, 19, 365-369. Bundesinstitut für Risikobewertung (BfR), 2011,Henna-Haarfärbemittel mit

p-Phenylendiamin (PPD) stellen ein Gesundheitsrisiko dar, Symposium Haarfarben, Germany, pp. 2-7.

Chandra, S.N. and Kailash, C.S., 2003, Hair Dye With Anti Dandruff Property, India National, Maharashtra, pp. 9-10.

Computer Assisted Evaluation of Industrial Chemical Substances According to Regulations tanggal 28 April 2015.

Departement of Health and Senior Services, 1999, Hazardous Substances Fact Sheet, Trenton, New Jersey, p.3.

Dirjen POM RI, 1985, Formularium Kosmetika Indonesia, Jakarta, hal. 208, 213. Dirjen POM RI, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik, Jakarta, hal. 200.

European Food Safety Authority (EFSA), 2012, Low-Dose-Response in Toxicology and Risk Assessment, vol 17, Parma, Italy, p. 43. Feliana, 2015, Validasi Metode Analisis para-phenylenediamine (PPD) dalam

Formulasi Pewarna Rambut Oksidatif, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Filali. A., Semlali, I., Ottaviano, V., Furnari, C., Corradini., Soulaymani, 2006, A Retrospective Study of Acute Systemic Poisoning of Para-Phenylenediamine (Occidental Takawt) inMorocco, African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicines.(3), 142-149.

Fukunaga, T., Kawagoe ,R., Hozumi, H., Kanzaki T, 1996, Contact anaphylaxis due to para-phenylenediamine, Contact Dermatitis, (35), 185-186. Goebel, C., 2009, Contact Allergy to Hair Dyes Using PPD as example: The Role

of Oxidation, Skin Metabolism and Exposure for the Induction of an Immnune, The Procter & Gamble Service GmbH, Germany.pp

Gambar

Tabel I. Hubungan dosis terhadap respon sensitisasi kulit………………….
Gambar 1. Struktur PPD………………………………………………………
Gambar 1. Struktur PPD (SCCS, 2012).
Tabel I. Hubungan keterkaitan dosis dan respon sensitisasi PPD pada kulit
+7

Referensi

Dokumen terkait