• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Pra Tindakan

Sebelum dilaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melakukan pengamatan atau observasi. Pada observasi ditemukan di antaranya, siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok kurang ditekankan pada tanggung jawab bersama. Siswa yang mampu selalu mendominasi penyelesaian tugas, sementara siswa yang kurang mampu menjadi kurang berpartisipasi. Aktivitas diskusi kelompok terbatas pada kegiatan menyelesaikan tugas kelompok secara semu. Sikap kerja sama siswa rendah. Siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya baik pada saat diberi pertanyaan oleh guru maupun dalam diskusi kelompok. Komunikasi siswa untuk bertukar pendapat atau ide dalam pembahasan materi pelajaran rendah. Sebagian besar siswa kurang percaya terhadap kemampuan teman dalam kelompoknya. Kondisi demikan menjadikan siswa merasa masa bodoh pada saat menyelesaikan tugas. Sikap siswa

suka memaksakan pendapatnya sendiri sebagai pendapat yang paling benar, sehingga pada saat dimintai tanggapan menyebabkan anggota kelompok tidak dapat berpartisipasi. Sebagian siswa kurang terbuka terhadap gagasan yang disampaikan temannya. Kondisi belajar yang demikian menjadikan hasil belajarnya rendah.

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang dihadapai tersebut adalah rendahnya sikap sosial siswa. Guru sebagai peneliti dan kolaborator bersepakat menemukan solusi agar sikap sosial siswa meningkat. Upaya untuk menemukan pemecahan masalah tersebut, guru perlu memperhatikan bahwa mata pelajaran IPS di sekolah dasar merupakan pelajaran guna mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan kajian geogarafi, ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Pembelajaran IPS seharusnya mendorong siswa mampu menelaah dan memahami interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Proses pembelajaran harus dapat mengembangkan sikap sosial siswa untuk bekerja sama, berkomunikasi, beradaptasi, dan bersinergi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara yang baik. Selanjutnya guru yang sekaligus peneliti dengan kolaborator bersepakat untuk mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai upaya untuk meningkatkan sikap sosial.

Untuk mengetahui sikap sosial siswa sebelum dilakukan tindakan, peneliti membagikan angket kepada 24 siswa kelas V. Skor hasil angket kemudian dikonversikan ke dalam rentang 1 sampai dengan 100. Nilai siswa selanjutnya dikelompokkan dalam kategori sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah. Hasil angket pra tindakan menurut kategori sikap sosial siswa kelas V Sekolah Dasar Mengunan, kecamatan Dlingo, kabupaten Bantul dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Bergolong Sikap Sosial Pra Tindakan

No Interval Frekuensi Frekuensi

Komulatif Persentase Komulatif (%) 1. 85–89 3 3 12,50 2. 80–84 2 5 20,83 3. 75–79 5 10 41,67 4. 70–74 2 12 50 5. 65–69 3 15 62,5 6. 60–64 3 18 75 7. 55–59 5 23 95,83 8. 50–54 0 23 95,83 9. 45–49 1 24 100 Total 24 - -

Perolehan nilai siswa kemudian didistribusikan ke dalam rentang nilai seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Rentang Nilai Pra Tindakan

Interval Nilai Kategori Jumlah Persentase

86-100 Sangat Tinggi 1 4,17%

70-85 Tinggi 11 45,83%

50-69 Sedang 11 45,83%

30-49 Rendah 1 4,17%

Berdasarka tahap pra tindakan a

Dari data di 30 - 49 sebanyak (45,83%), nilai 70 86 – 100 sebanya memperoleh nilai seluruh siswa. 2. Siklus 1 Data yang acuan dalam mela agar diperoleh sua yang dilaksanakan p 0 2 4 6 8 10 12 Sangat Tinggi Ju m la h S is w a

kan kriteria tersebut, maka gambaran sikap sosi an adalah sebagai berikut.

Gambar 4. Grafik Sikap Sosial Pra Tindakan a di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memperol

ak 1 siswa (4,17%), nilai 50 – 69 sebanyak 70 – 85 sebanyak sebanyak 11 siswa (45,83%), nyak 1 siswa (4,17%). Jadi dapat diketahui sisw

ai minimal 70 sebanyak 12 siswa atau 50% dar

ng diperoleh pada tahap pra tindakan dijadikan elaksanakan tindakan pada siklus pertama, denga suatu peningkatan sikap sosial siswa. Kegiatan kan pada siklus I adalah sebagai berikut.

gat ggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Kategori

Sikap Sosial Pra Tindakan

Nila 86 70 50 30 >30 sosial pada peroleh nilai k 11 siswa ), dan nilai siswa yang dari jumlah kan sebagai ngan tujuan tan-kegiatan Nilai 86-100 70-85 50-69 30-49 >30

a. Perencanaan

Setelah diperoleh gambaran jelas tentang keadaan kelas, maka peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan sikap sosial siswa kelas V Mangunan, persiapannya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Menentukan dan mempersiapkan materi atau bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang akan dipelajari.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS.

3) Menyiapkan media pembelajaran 4) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

5) Membuat lembar pengamatan untuk memantau aktivitas guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

6) Membuat lembar angket tentang peningkatan sikap sosial siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rancangan tindakan yang telah disusun, berupa pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Penelitian tindakan ini dilaksanakan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti. Tindakan siklus I ini dilaksanakan pada minggu kedua dan ketiga di bulan Mei. Siklus I

dilakukan 2 kali pertemuan yang menyesuaikan dengan materi dan silabus.

1) Pertemuan I

Pertemuan I siklus I (1 Mei 2013), setelah segala persiapan dilakukan, guru memulai melaksanakan penelitian dengan terlebih dahulu membuka pelajaran, mempersiapkan materi yang akan dipelajari, kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran beserta prosedur pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT yang akan dilakukan. Tahap-tahap pembelajaran melalui model kooperatif tipe NHT yang dilakukan adalah sebagai berikut.

Guru membuka pelajaran dengan salam. Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu yang berjudul “Garuda Pancasila”. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT. Pada pertemuan I ini, guru memperkenalkan apa itu pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Mulai dari pembentukan kelompok, pembagian nomer, pemberian pertanyaan, sampai kepada pemanggilan nomer.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota kelompok 4 orang. Pembagian kelompok berdasarkan letak tempat duduk yang saling berhadapan. Selanjutnya guru menyuruh siswa

untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Siswa ada yang antusias langsung menghampiri temannya, tetapi ada juga yang kecewa karena tidak satu kelompok dengan teman dekatnya. Kemudian, anggota dari tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-4 dan diminta untuk memasangkan pada kepala mereka masing-masing. Setiap siswa mendapat nomor-nomor kepala.

Guru memberikan motivasi kepada siswa. Siswa aktif melakukan tanya jawab dengan guru tentang“Apa lambang Negara Indonesia?. “Apa tulisan yang dicengkeram burung garuda?”, coba kalian sebutkan isi pancasila? Kemudian siswa mengamati video yang diputar dan gambar-gambar melalui slide. Gambar dan video yang ditunjukkan adalah tokoh pahlawan yang merumuskan dasar negara, dan video pembacaan pancasila.

Kegiatan selanjutnya, siswa mendapatkan LKS dari guru. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar LKS untuk dikerjakan bersama secara berkelompok. Siswa berdiskusi dengan melihat gambar untuk menjawab pertanyaan di LKS yang telah dibagikan oleh guru. Dalam melakukan diskusi kelompok, ada siswa yang langsung melihat tugas dan mencermatinya, ada yang dilihat bersama-sama, tetapi ada juga siswa yang hanya diam saja tidak langsung mencermati LKS yang diberikan oleh guru.

Siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya dalam menyelesaikan soal LKS secara berkelompok. Ada beberapa siswa yang pandai terlihat mendominasi diskusi kelompoknya, sehingga teman yang lain kurang mendapatkan kesempatan untuk ikut menjawab LKS. Siswa yang diam dalam diskusi lebih dikarenakan malu satu kelompok dengan anak laki-laki. Saat berdiskusi, terlihat satu kelompok yang sedang berdebat dan salah satu anggotanya memaksakan kehendak bahwa jawabannya yang paling benar, sehingga teman yang lainnya hanya menuruti perintahnya. Akan tetapi ada juga kelompok lain yang terlihat kompak dan saling bekerja sama dalam mengerjakan LKS. Setiap siswa mengerjakan soal LKS secara bergantian, karena soal LKS hanya ada satu dalam kelompoknya, sehingga membuat siswa yang satu dengan yang lain saling menunggu giliran. Guru membimbing siswa dalam diskusi. Guru berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya untuk memantau proses diskusi siswa serta menanyakan apakah siswa mengalami kesulitan atau tidak.

Setelah selesai diskusi, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu di tiap kelompok secara acak. Siswa yang nomernya dipanggil mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan dari guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan

kelas. Guru memanggil nomer kepala satu dari kelompok Muh Yamin untuk membacakan hasil diskusi. Kemudian, dilanjutkan guru memanggil kapala nomer dua dari kelompok Soepomo untuk menjawab soal nomor dua, begitu seterusnya. Pada saat pemanggilan nomer, ada nomer kepala lain yang tidak dipanggil justru ikut menjawab pertanyaan dari guru, sehingga ini mengganggu konsentrasi siswa yang nomer kepalanya dipanggil.

Guru memberi kesempatan kepada siswa di kelompok lain untuk berpendapat, bertanya terhadap hasil diskusi kelompok yang sedang maju presentasi. Saat kepala nomer satu membacakan hasil diskusi kelompoknya, dengan spontan dari kelompok lain ada yang mengangkat tangannya untuk menanggapi jawaban dari kepala nomer satu tersebut. Mereka berkata bahwa jawaban mereka tidak sepenuhnnya sama dengan yang dibacakan oleh kepala nomer satu dari kelompok Muh Yamin. Siswa bersama-sama dengan guru mendiskusikan jawabannya dengan menyuruh siswa untuk mencari jawaban yang paling tepat di buku paket dan melihat gambar. Ternyata, setelah mencari jawabannya, jawaban kelompok Muh Yamin yang benar, sehingga kelompok yang lain belum tepat.

Kegiatan pada saat guru membahas soal nomer empat, guru memanggil kepala nomer tiga untuk menjawab soal nomer empat, siswa tersebut kaget dan bingung. Setelah dibimbing oleh guru,

siswa dapat menjawab soal nomer empat itu. Dari hal ini, guru dapat menilai sejauh mana kesiapan siswa. Ternyata masih banyak siswa yang belum siap jika nomer kepalanya dipanggil. Terlihat siswa yang menanggapi dan bertanya hanya siswa yang sama dan sudah berkali-kali menanggapi, sedangkan siswa yang lain belum terlihat aktif menanggapi ataupun bertanya. Guru mengamati hasil diskusi yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil menyelesaikan dengan benar. Guru memberikan penguatan berupa tepukan bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.

Pada kegiatan akhir, siswa bersama-sama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Guru melakukan refleksi dengan menunjukkan teks pancasila dan gambar garuda sambil melakukan tanya jawab seputar materi yang telah dipelajari. Siswa diberi soal latihan berbentuk soal pilihan ganda sebagai pemantapan dari materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pesan moral kepada siswa untuk senantiasa rukun dengan teman dan tidak boleh saling mengejek antar teman.

2) Pertemuan ke 2

Pertemuan 2 siklus I (tanggal 3 Mei 2013). Pertemuan ke 2

Dokumen terkait