• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Nyande dalam Perspektif Hukum Islam

BAB III GAMBARAN UMUM

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Nyande di Desa Geramat Kecamatan

3. Praktik Nyande dalam Perspektif Hukum Islam

Berdasarkan penjelasan diatas, tidak ditemukan keterangan mengenai masalah gadai menggadai barang-barang berharga, yang ada hanyalah

mengenai masalah gadai hewan. Menggadaikan barang berharga tidak dapat di qiyaskan terhadap hewan. Menurut para ulama, mengenai akad yang ada didalam praktik nyande adalah akad hutang piutang sehingga menurut para ulama tidak boleh mengambil manfaat dari akad hutang piutang, sehingga untuk proses nyande yang ada di masyarakat Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat termasuk ke dalam jenis muamalah yang dilarang atau tidak diperbolehkan.

Melihat tinjauan penulis mengenai praktik transaksi nyande yang terjadi di Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat, nyande memiliki karakteristik yang berbeda dengan gadai konvensional pada umumnya yang mana gadai pada umumnya menggadaikan BPKB motor atau mobil, emas, sertifikat rumah dan lain sebagainya. Muamalah harus dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dengan cara melakukan kegiatan atas dasar yang menghadirkan manfaat dan menjauhi mudharat dalam kehidupan bermasyarakat. Mudharat yang harus dihilangkan dalam praktik nyande ialah pemegang sande memanfaatkan barang sandean yang menyebabkan kerugian bagi pemilik barang atau pihak penyande padahal barang yang disandekan ialah sumber pencaharian bagi pihak penyande.

Adapun mekanisme transaksi nyande yang ada di masyarakat Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat, ialah:

a. Rahin (Penyande) mendatangi Murtahin (Penerima Sande) untuk meminjam uang yang dibutuhkan untuk suatu keperluan (bisa keperluan sehari-hari atau keperluan mendadak yang mendesak) dengan menunjukan barang yang akan di jadikan barang sandean kepada Murtahin.

b. Murtahin (Penerima Sande) memeriksa dan menaksir prakiraan harga barang yang dijaminkan oleh Rahin (Penyande)

c. Setelah persyaratan sudah terpenuhi, maka Rahin dan Murtahin melakukan akad Nyande disaksikan oleh Saksi yang berjumlah minimal dua orang dan disaksikan juga oleh perangkat Desa (Kepala Desa atau Sekretaris Desa atau perangkat Desa lainnya).

d. Setelah akad dilakukan, maka Murtahin (Penerima Sandean) memberikan sejumlah uang yang akan dipinjamkan kepada Rahin (Penyande), lalu setelah uang diterima dan barang sandean (Marhun) telah dipegang oleh Murtahin, akad nyande sudah terlaksana dan Marhun sudah bisa dimanfaatkan oleh Murtahin.

Sesuai dengan apa yang peneliti temui di lapangan, seharusnya marhun (barang sandean) tetap menjadi milik Rahin baik dari segi pengelolaan, maupun pengambilan manfaat, maka sebaiknya sejak awal berlakunya akad antara Rahin (penyande) dengan Murtahin (Penerima Barang Sandean) sudah menetapakan pembagian hasil dari pemanfaatan barang yang disandekan.

Seharusnya juga akad yang dipakai dalam praktik nyande seharusnya ialah akad mudharabah yang dimana Rahin bisa terus mengelola Marhun dan hasil dari pengelolaan tersebut dapat dibagi sesuai dengan pemanfaatannya. Penyetujuan akad nyande diawal akad ialah dengan cara musyawarah antara kedua belah pihak bentuknya mengikat, adapun isinya ialah bahwa Murtahin (Penerima sandean) memberikan sejumlah uang kepada Rahin (Penyande) dengan jaminan berupa barang berharga yang di jaminkan oleh Rahin dengan menggunakan sistem akad Mudharabah selama jangka waktu yang disepakati oleh masing-masing pihak dan para pihak juga berkewajiban mengelola dan hasilnya dibagi rata sesuai dengan kesepakatan bersama, jadi kedua pihak sama-sama siap menanggung ruginya juga dari setiap langkah pengelolaan yang yang dilakukan bersama.

Perihal menggadaikan dan pemanfaatan rumah sebagai barang jaminan (marhun), hal tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai hukum Islam, karena pemanfaatan yang dilakukan oleh Murtahin (Pemegang Sandean) sama halnya seperti memiliki langsung rumah tersebut. Kemudian perihal pengambilan bunga atau uang lebih dari jumlah pinjaman disaat pelunasan hutang sangat tidak diperbolehkan karena itu sudah jelas sebagai riba.

Dari beberapa kesimpulan yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa didalam transaksi nyande ini masih terdapat unsur riba, karena sudah jelas terdapat hal yang dikatakan riba meskipun nilai-nilai muamalah sudah terdapat didalam transaksi nyande ini. Seharusnya praktik transaksi nyande ini menggunakan akad mudharabah (bagi hasil) sebagai landasan praktinya, dimana pemilik atau penyande mengelola langsung barang sandean dan hasil dari pengelolaan tersebut akan dibagi sesuai kesepakatan yang tercapai diawal sampai pinjamannya lunas dan unsur pertambahan nilai nominal hutangnya dihilangkan sehingga terbentuklah praktik transaksi nyande yang sesuai dengan Muamalah Hukum Islam.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam transaksi Nyande yang ada di Suku Besemah khususnya yang ada di Desa Geramat, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat terdapat 2 jenis barang yang biasa dijadikan objek sandean atau barang jaminan, yaitu:

a. Barang tidak Bergerak, yang cara penjaminannya cukup memegang Surat Kepemilikannya seperti Kebun, sawah, dan rumah.

b. Barang Bergerak yaitu handphone, kendaraan bermotor dan sejenisnya.

Dalam transaksi tersebut, baik barang sandean nya berupa barang yang tidak bergerak maupun barang bergerak, pihak Murtahin atau Pemegang barang sandean memperoleh keuntungan dari memegang barang sandean tersebut karena selain bebas memanfaatkan barang sandean tersebut, pemegang sandean juga menerima bunga seperti perjanjian diawal yang mana ketika pembayaran hutang tersebut penyande atau murtahin harus mengembalikan uang tersebut melebihi nominal hutang atau pinjaman yang diterima.

Dalam transaksi nyande, ketika telah sampai jatuh tempo waktu pelunasan hutang dan penyande belum bisa melunasi hutangnya tersebut maka dapat mengajukan perpanjangan waktu pelunasan hutang yang mana waktunya kadang sampai bertahun-tahun sesuai kesepakatan kedua belah pihak dan apabila pihak penyande atau rahin tidak menyetujuinya maka barang sandean tersebut menjadi milik pemegang sande atau murtahin.

Faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan transaksi nyande umumnya adalah karena pihak penyande atau rahin tidak memiliki uang ketika memiliki keperluan yang mendesak dan pihak penyande atau rahin juga tidak mau menjual lalu kehilangan barang berharganya.

2. Transaksi Nyande yang berlaku atau biasa dilakukan oleh Suku Besemah khususnya masyarakat Desa Geramat Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat ditinjau menurut Hukum Islamnya adalah:

a. Transaksi Nyande ini belum sesuai dengan Hukum Islam dikarenakan didalam transaksi nyande ini terdapat unsur pemerasan terhadap pihak yang kurang mampu dan sedang mengalami kesusahan, yang mana unsur tersebut menyebabkan hilangnya hal yang pokok yang ada dalam

Dokumen terkait