• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian Intern Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Parok

3. Praktik yang Sehat

a ) Pencatatan transaksi dalam BKDP, BBTT, BTST dan BTSG dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki sesuai dengan urut tanggal.

b ) Nomor urut bukti tanda terima dibuat tercetak dan dicetak rangkap tiga dan bila rusak (sobek, salah tulis, dan lain-lain) harus diarsipkan.

c ) Warna blanko tanda terima, BKM, BKK, BBM dan BBK dibuat dan dicetak dengan warna yang berbeda.

d ) Dewan paroki memberikan ucapan terimakasih secara tertulis kepada donatur atau mengumumkan melalui media Paroki sebagai mekanisme check dan recheck.

e ) BKM dan BBM dibuat per tanggal, bernomor urut tercetak, tanda tangan di dalamnya harus lengkap dan bila rusak (sobek, salah tulis, dan lain-lain) harus diarsipkan.

f ) Petugas penghitung kolekte, penghitung hasil kotak parkir, penghitung hasil panduan misa, penghitung hasil kotak lilin dan penghitung kotak persembahan gereja masing-masing dilakukan minimal oleh dua orang dan masing-masing petugas tersebut membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

g ) Setiap penerimaan kas yang telah dicatat pada CKPTL harus segera diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki dengan dilampiri BKM.

3. Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

a. Fungsi yang Terkait dengan Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Fungsi-fungsi yang terkait dengan sistem akuntansi pengeluaran kas (Mulyadi, 2001: 455) terdiri dari fungsi yang memerlukan kas, fungsi pengeluaran kas, fungsi akuntansi dan fungsi pemeriksaan intern. Fungsi yang memerlukan kas berkaitan dengan pihak yang mengajukan permintaan pengeluaran kas kepada fungsi akuntansi. Fungsi kas bertanggung jawab dalam menyerahkan kas kepada pihak yang mengajukan permintaan pengeluaran kas. Fungsi akuntansi bertanggung jawab atas pencatatan pengeluaran kas ke dalam dokumen dan catatan akuntansi pengeluaran kas. Sedangkan fungsi pemeriksa intern bertanggung jawab untuk melakukan penghitungan kas secara periodik dan mencocokkan hasil penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi.

b. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Menurut Ketentuan PTKAP

Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas terdiri dari bukti kas keluar, cek dan permintaan cek. Teori pendukung tentang dokumen terkait yang disarankan Keuskupan (PTKAP, 2008: 176) antara lain: Dokumen Tanda Bayar harus terdapat dalam sistem pengeluaran kas. Tanda bayar secara tunai/wesel/Cek/BG, berfungsi sebagai media otorisasi Pastor Paroki serta Bendahara Dewan Paroki atas pengeluaran uang yang dilakukan dan sebagai bukti eksternal.

Selain itu ada Bon Sementara yang berfungsi sebagai bukti pengeluaran uang yang bersifat masih sementara, sehingga belum dicatat/dibebankan sebagai beban/biaya/pengeluaran lainnya dalam Buku Kas Dewan Paroki. Pertanggungjawaban Bon Sementara harus diatur secara tegas dalam Pedoman Pelaksanaan Keuangan dan Akuntansi Paroki (PPKAP).

BKK (Bukti Kas Keluar) dan BBK (Bukti Bank Keluar) merupakan bukti penting yang digunakan sebagai bukti intern untuk mencatat semua pengeluaran uang oleh Kasir dalam rangka memudahkan pengelompokan dan penginputan transaksi ke dalam program aplikasi akuntansi. Bukti Kas Keluar dibuat per tanggal dan mencantumkan kode rekening/pos, keterangan transaski, jumlah uang yang diterima, tanda tangan Pastor Paroki, Bendahara Dewan Paroki,

Kasir, dan Operator. Bukti Kas Keluar dibuat oleh Kasir, sedangkan Bukti Bank Keluar dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki.

c. Catatan dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Menurut Ketentuan PTKAP

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi pengeluaran kas adalah jurnal pengeluaran kas dan register cek. Teori pendukung tentang catatan akuntansi terkait yang disarankan Keuskupan (PTKAP, 2008: 154, 158, 162) adalah BKDP (Bukti Kas Dewan Paroki) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi kas keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi yang terjadi dan saldo kas yang dimiliki. Buku Kas Dewan Paroki memudahkan pemeriksaan transaksi pengeluaran kas yang terjadi dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Kas Dewan Paroki dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

Selain itu terdapat Bukti Bank Tidak Terikat (BBTT) yang digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat keluar yang terjadi dan saldo bank tidak terikat yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat keluar dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan.

Terdapat juga BTST (Buku Bank Terikat Sementara- Tabungan). BBST digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar yang terjadi dan saldo bank tidak terikat sementara-tabungan keluar yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan, memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat sementara-tabungan keluar dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Tabungan dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

BTSG (Buku Bank Terikat Sementara-Giro) adalah catatan yang digunakan untuk mencatat semua transaksi bank tidak terikat sementara-giro keluar secara kronologis (urut tanggal) dengan tujuan untuk mengetahui secara cepat transaksi bank tidak terikat sementara- giro keluar yang terjadi dan saldo bank tidak terikat sementara-giro keluar yang dimiliki. Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Giro, memudahkan pemeriksaan transaksi bank tidak terikat sementara-giro keluar dan memudahkan entry data ke dalam program aplikasi akuntansi yang digunakan. Pencatatan Buku Bank Tidak Terikat Sementara-Giro dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki.

Catatan lain yaitu LKKP (Laporan Kas Kecil Dewan Paroki). LKKP digunakan oleh Kasir untuk mencatat semua transaksi

pengeluaran kas sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKD (Laporan Kas Kecil Devosionalia) yang digunakan oleh Kasir Devosionalia untuk mencatat semua transaksi pengeluaran kas devosionalia sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKW (Laporan Kas Kecil Wisma Paroki) digunakan oleh Kasir Wisma Paroki untuk mencatat semua transaksi pengeluaran kas Wisma Paroki sehari-hari dengan jumlah yang relatif kecil atau sejumlah pembatasan yang ditetapkan oleh Dewan Paroki. LKKP, LKKD dan LKKW dicatat dengan metode Saldo Dana Tetap (Imprest Fund

System) dan dipertanggungjawabkan setiap akhir periode tertentu

(mingguan, dua minggu sekali, setiap dana yang ada kurang dari setengah saldo dana yang ditetapkan).

Catatan Bon Sementara (CTBS). CTBS ini dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki untuk mencatat pengeluaran Bon Sementara dan Bon Sementara yang telah dipertanggungjawabkan. Bon Sementara yang belum dipertanggungjawabkan sampai dengan akhir bulan, harus dipindahkan ke dalam CBTS sampai dengan bulan berikutnya.

d. Prosedur Pencatatan Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan prosedur sistem akuntansi penerimaan kas, prosedur sistem akuntansi pengeluaran kas dilakukan untuk mencatat transaksi pengeluaran kas dapat mencerminkan adanya sistem pengendalian intern yang memadai. Prosedur sistem pengeluaran kas yang terdapat dalam organisasi nonprofit khususnya Paroki terdiri dari:

1) prosedur pencatatan pengeluaran biaya tim kerja

Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Tim Kerja menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008) sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a. Tim Kerja wajib membuat proposal kegiatan sebelum meminta uang dari Bendahara Dewan Paroki.

b. Proposal kegiatan minimal mencakup tujuan kegiatan, target atau sasaran peserta yang mencakup kelompok peserta yang dituju dan jumlah peserta yang diharapkan, penanggung jawab, pelaksana kegiatan, waktu atau lama penyelenggaraan, tempat kegiatan, teknis pelaksanaan, rancangan anggaran penerimaan dan biaya kegiatan, ditandatangani oleh koordinator tim kerja dan ketua bidang.

c. Proposal dibuat rangkap 2 (dua) dan diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kegiatan dilaksanakan serta disimpan sebagai arsip. d. Proposal kegiatan harus mendapat persetujuan tertulis dari

Ketua dan Bendahara Dewan Paroki.

e. Bendahara Dewan Paroki memerikasa apakah kegiatan yang akan dilaksanakan terdapat dalam program kegiatan yang telah disahkan dalam rapat Bendahara Dewan Paroki Pleno. f. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat langsung

memberikan persetujuan proposal kegiatan, apabila proposal kegiatan tersebut tercantum dalam program kerja yang telah disahkan dan anggaran baiaya dalam proposal kegiatan sama atau lebih kecil daripada RAPB Paroki.

g. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat memberikan persetujuan proposal kegiatan setelah melalui rapat Dewan Paroki Harian, apabila proposal kegiatan tersebut tidak tercantum dalam program kerja yang telah disahkan atau anggaran biaya dalam proposal kegiatan lebih besar daripada RAPB Paroki.

h. Setelah proposal kegiatan disetujui, pelaksana kegiatan dapat menerima uang yang diperlukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

i. Untuk menerima uang, pelaksana kegiatan mengajukan permintaan dengan mengisi bon sementara rangkap 2 (dua). j. Bendahara Dewan Paroki menyerahkan uang dan tindasan

bon sementara ke kepada pelaksana kegiatan.

k. Berdasarkan bon sementara asli, Bendahara Dewan Paroki mencatat pada catatan bon sementara.

l. Bon sementara harus dipertanggungjawabkan oleh pelaksana kegiatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan.

m. Setelah selesai dilakukan, pelaksana kegiatan wajib membuat laporan pertanggungjawaban yang mencakup laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan anggaran penerimaan dan biaya kegiatan yang disertai dengan bukti-bukti.

n. Bardasarkan laporan pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Dewan Paroki membuat dan menandatangani BKK untuk semua kegiatan yang dikeluarkan, membuat dan menandatangani BKK untuk semua penerimaan yang diperoleh dari kegiatan tersebut, membukukan atau mencatat transaksi tersebut dalam BKD, mengembalikan bon sementara asli kepada pelaksana kegiatan dan mencatat realiasasi pada cartatan bon sementara asli.

o. Berdasarkan BKK dab BKM yang telah ditandatangani oleh Pastor paroki dan bukti-bukti pendukungnya, Operator

Akuntansi Paroki memasukkan atau entry data ke dalam komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan

p. Operator Akuntansi Paroki menyimpan BKK dan BKM beserta bukti-bukti pendukungnya.

Gambar 2.9

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya tim kerja Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

Gambar 2.10

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya tim kerja (Lanjutan) Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

Gambar 2.11

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya tim kerja (Lanjutan) Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

2) Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Kepanitiaan

Prosedur Pencatatan Pengeluaran Biaya Kepanitiaan menurut Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki Keuskupan Agung Semarang (2008) sebuah paroki harus melakukan bebarapa hal yaitu :

a. Panitia, yang dibentuk oleh Bendahara Dewan Paroki wajib membuat proposal kegiatan kepanitiaan sebelum meminta uang dari Bendahara Dewan Paroki.

b. Proposal kegiatan kepanitian minimal mencakup, tujuan kegiatan, target atau sasaran peserta yang mencakup kelompok peserta yang dituju dan jumlah peserta yang di harapkan, susunan panitia, waktu atau lama penyelenggaraan, tempat kegiatan, teknis pelaksanaan (misalnya dengan mengundang pembicara dari luar paroki), rancangan anggaran penerimaan dan biaya kegiatan, ditandatangani oleh ketua dan bendahara panitia.

c. Proposal kegiatan kepanitiaan dibuat rangkap 2 (dua) dan diserahkan kepada Bendahara Dewan Paroki paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum kegiatan dilaksanakan serta disimpan sebagai arsip.

d. Proposal kegiatan kepanitiaan harus mendapat persetujuan tertulis dari ketua dan Bendahara Dewan Paroki.

e. Bendahara Dewan Paroki memeriksa apakah kegiatan kepaniatian yang akan dilaksanakan terdapat dalam program kegiatan yang telah disahkan dalam rapar Dewan Paroki Pleno. f. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat langsung memberikan persetujuan proposal kegiatan kepanitiaan, apabila proposal kegiatan kepanitiaan tersebut tercantum dalam program kerja yang telah disahkan dan anggaran baiaya dalam proposal kegiatan kepanitiaan sama atau lebih kecil daripada RAPB Paroki.

g. Ketua dan Bendahara Dewan Paroki dapat memberikan persetujuan proposal kegiatan kepanitiaan setelah melalui rapat Dewan Paroki Harian, apabila proposal kegiatan kepanitiaan tersebut tidak tercantum dalam program kerja yang telah disahkan atau anggaran biaya dalam proposal kegiatan kepanitiaan lebih besar daripada RAPB Paroki.

h. Setelah proposal kegiatan kepanitiaan disetujui, pelaksana kegiatan dapat menerima uang yang diperlukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

i. Untuk menerima uang, bendahara panitia mengajukan permintaan dengan mengisi bon sementara rangkap 2 (dua). j. Bendahara Dewan Paroki menyerahkan uang dan tindasan bon

k. Berdasarkan bon sementara asli, Bendahara Dewan Paroki mencatat pada catatan bon sementara.

l. Bon sementara harus dipertanggungjawabkan oleh panitia kegiatan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan tersebut selesai dilakukan.

m.Setelah selesai dilakukan, ketua panitia wajib membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan yang mencakup laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan realisasi anggaran dan biaya kegiatan yang disertai dengan bukti-bukti pendukung dengan batas waktu sesuai yang ditetapkan dan diserahkan kepada Dewan Paroki

n. Laporan Pertanggungjawaban panitia dibahas secara khusus dalam rapat yang dihadiri Dewan Paroki Harian dan Panitia untuk memutuskan penerimaan atau penolakan atas laporan pertanggungjawanban panitia.

o. Kepanitiaan dibubarkan setelah laporan pertanggungjawaban kegiatan diterima oleh Dewan Paroki.

p. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban tersebut, Bendahara Dewan Paroki membuat dan menandatangani BKK untuk semua kegiatan yang dikeluarkan, membuat dan menandatangani BKK untuk semua penerimaan yang diperoleh dari kegiatan tersebut, membukukan/ mencatat transaksi tersebut dalam BKD, mengembalikan bon sementara asli

kepada bendahara panitia dan mencatat realiasasi pada catatan bon sementara .

q. Berdasarkan BKK dab BKM yang telah ditandatangani oleh Pastor paroki dan bukti-bukti pendukungnya, Operator Akuntansi Paroki memasukkan atau entry data ke dalam komputer dengan menggunakan program akuntansi yang telah disediakan.

r. Operator Akuntansi Paroki menyimpan BKK dan BKM beserta bukti-bukti pendukungnya.

Gambar 2.12

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya kepanitiaan Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

Gambar 2.13

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya kepanitiaan (Lanjutan) Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

Gambar 2.14

Prosedur pencatatan pengeluaran biaya kepanitiaan (Lanjutan) Sumber: Petunjuk Teknis Keuangan dan Akuntansi Paroki

e. Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas 1) Struktur Organisasi

a ) Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh bagian kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi lain.

b ) Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.

c ) Transaksi pengeluaran kas harus dilaksanakan oleh fungsi pengeluaran kas, fungsi kas, dan fungsi akuntansi.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a ) Pencatatan transaksi pengeluaran kas dalam BBTT, BTST, CBTS dan BTSG dilakukan oleh Bendahara Dewan Paroki. b ) Pencatatan transaksi LKKP, LKKD dan LKKW dilakukan

oleh kasir dari masing-masing bagian.

c ) Pembatasan jumlah kas kecil dilakukan atas persetujuan Dewan Paroki.

d ) Tanda bayar harus ditandatangani oleh Pastor Paroki, Bendahara Dewan Paroki, Kasir dan Penerima.

3) Praktik yang Sehat

a ) Dewan Paroki menetapkan jumlah Kas Kecil Dewan Paroki, jumlah Kas Kecil Devosionalia, jumlah Kas Kecil Wisma Paroki yang diperkenankan dan melakukan pemeriksaan mendadak pada saldo Kas Kecil Paroki.

b ) Tanda bayar dan bon sementara dibuat rangkap dua dan bernomor urut bukti tercetak. Jika tanda bayar rusak (sobek, salah tulis, dan lain-lain) harus tetap diarsipkan.

c ) BKK dan BBK dibuat oleh Bendahara Dewan Paroki, bernomor urut tercetak dan tanda tangan harus lengkap.

D. Organisasi Non Profit

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya, sarana dan prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

Sumber pendapatan pada organisasi yang berorientasi pada laba berasal dari penjualan barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan, pada organisasi nonprofit sumber pendapatannya tergantung pada sumbangan dari para donator. Organisasi nirlaba mendapatkan sumber daya dari berbagai sumber, dan bukan hanya dari pihak yang diberi pelayanan. Untuk mempertahankan kondisi keuangannya maka organisasi nirlaba akan mencari sponsor.

Mahsun (2006: 185) menjelaskan pengertian dari organisasi nonprofit adalah sebagai berikut:

Organisasi nonprofit mempunyai ciri ciri yaitu sumber daya entitas berasal dari penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan; menghasilkan barang dan atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para pendiri atau

pemilik entitas tersebut; tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumberdaya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas. Organisasi nonprofit atau organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu entitas pemerintah dan entitas nirlaba nonpemerintah (Mahsun, 2006: 185). Paroki termasuk dalam entitas nirlaba atau nonprofit nonpemerintah. Organisasi nonprofit atau nirlaba seringkali memfokuskan sumberdayanya kepada pelayanan tertentu dengan inti yang berlapis dari dalam ke luar, berturut-turut melalui: falsafah pelayanan; budaya pelayanan; citra pelayanan yang dirangkum menjadi; manajemen pelayanan yang meliputi; alasan pelayanan; siapa yang dilayani; apa bentuk pelayanan, di mana, kapan, dan bagaimana cara melayani (Mahsun, 2006: 188). Organisasi nirlaba atau nonprofit pada umumnya memilih pengurus, pemimpin, atau penanggungjawab yang menerima amar dari para anggotanya, sehingga terkait dengan konsep akuntabilitas dan agency theory. Dengan demikian, akuntansi sebagai salah satu sarana akuntabilitas merupakan bagian integral dari organisasi, dan pemahaman terhadap akuntansi suatu entitas selalu menuju kepada pemahaman yang lebih tentang entitas tersebut (Mahsun, 2006: 188- 186).

E. Paroki

Paroki adalah komunitas kaum beriman yang dibentuk secara tetap dengan batas-batas kewilayahan tertentu dalam Keuskupan (Gereja Partikular). Sebagaimana Gereja terutama adalah himpunan umat beriman, bukan gedung, maka pengertian Paroki pun pertama-tama adalah himpunan orang, bukan sekedar wilayah, walaupun sifat kewilayahan sebagai aspek yang tetap juga inheren padanya (Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik, kanon 515 art. 1). Menurut Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004, Paroki adalah persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari keuskupan dalam batas-batas wilayah tertentu yang sudah memiliki Pastor Kepala, yang berdomisili di parokinya sendiri. Paroki yang didirikan secara legitim dengan sendirinya memiliki status badan hukum (bdk. Kan. 515: Staatsblad tahun 1927, nomor 155, 156 dan 532, Keputusan Menteri Agama RI, nomor 162, tahun 1970, juncto Keputusan Dirjen Agraria dan Transmigrasi, tanggal 13 Pebruari 1967, nomor SK. 1/Dd.At/Agr/67).

Sedangkan Mahsun (2006: 212-213) memberikan pengertian Paroki sebagai berikut:

Paroki sebagai suatu organisasi nonprofit perlu membuat laporan keuangan dengan berbagai alasan. Dilihat dari sisi manajemen perusahaan, laporan keungan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan .

Paroki di Yogyakarta dapat dikategorikan sebagai organisasi nonprofit atau nirlaba karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan para anggota atau umat dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari Paroki (Mahsun, 2006: 213).

Dewan Paroki adalah persekutuan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan-biarawati (bila ada) sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalampewartaan dan penggembalaan (Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004). Dewan inti adalah ketua koordinasi kategorial masuk dalam dewan ini, sejauh ada koordinasi kelompok kategorial. Dewan Pleno adalah himpunan umum Katholik yang memiliki AD/ART. Tokoh-tokoh adalah pribadi yang mempunyai pengaruh dalam hidup gereja dan masyarakat tetapi tidak masuk dalam kategori kepengurusan Paroki.

1. Tujuan, Fungsi, Wewenang, dan Tanggungjawab dalam Struktur Organisasi

Dewan Paroki bertujuan menyelenggarakan taat penggembalaan yang melibatkan pengembangan dan pemberdayaan seluruh umat Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji serta membangun kerjasama dan persaudaraan dengan siapapun yang berkehendak baik dalam hubungan antar umat beragama. Fungsi Dewan Paroki adalah sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh umat dalam melaksanakan

panggilan tugas perutusan Gereja seperti fungsi pelayanan, fungsi kepemimpinan, fungsi representasi, dan fungsi penggerak. Dewan Paroki berwenang dalam pengambilan keputusan reksa pastoral dalam kesatuan dengan arah Pastoral Keuskupan dan bertanggungjawab atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki serta Uskup.

Dewan harian bertugas menangani masalah sehari-hari yang muncul dalam kehidupan umat beriman, mempersiapkan rapat-rapat untuk membentuk panitia, mengundang rapat Dewan Inti setiap dua bulan sekali dan atau Dewan Pleno setiap enam bulan sekali serta menyampaikan laporan keuangan dan nonkeuangan tahunan kepada Uskup.

Dewan inti bertugas menjabarkan prioritas reksa pastoral Paroki dalam program kerja dalam bentuk program kerja, menyusun rencana program kerja panjang tiga tahun dan jangka pendek tahunan serta menyampaikannya kepada Dewan Pleno, melaksanakan program kerja yang telah disahkan Dewab Pleno, dan melaporkan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kerja kepada Dewan Pleno setiap bulan Desember.

Dewan Pleno bertugas menentukan prioritas reksa pastoral, mengesahkan rencana program kerja (mencakup pengesahan rencana anggaran pendapatan dan belanja Paroki) Dewan Inti menjadi program kerja Dewan Paroki dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja Dewan Paroki setiap bulan Desember.

2. Harta Benda dan Keuangan Paroki

Pengelolaan harta benda Paroki ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Santo Fransiskus Xaverius Kidul Loji yang telah disahkan oleh Uskup. Keuangan Paroki diatur dalam pasal 21 terdiri dari :

a. Dewan Paroki menyerahkan RAPB Paroki kepada Keuskupan setiap awal tahun paling lambat minggu pertama dalam bulan Febuari.

Dokumen terkait