• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Desa Sidareja Banjarnegara – Jawa Tengah PRAMONO BENYAMIN, IWAN KOSWARA

SRI PRATIW

Universitas Potensi Utama Jl. Yos Sudarso Medan pratiwi853@gmail.com

ABSTRAK

Pilkada atau pemilihan kepala daerah yang akan dilaksanakan secara serentak pada tahun 2017 akan menghadapi kemungkinan konflik berbau sara, hal ini akan membawa dampak negatif bagi satu kesatuan bangsa. Indonesia memiliki beragam budaya yang menghasilkan nilai kearifan lokal sehingga dapat menjadi satu kekuatan. Kekuatan dari nilai yang dimiliki oleh budaya kita ini dapat dijadikan satu media persuasif dalam mengajak masyarakat kita untuk mengendalikan emosi dalam diri. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dapat menjadi kekuatan dalam meredam konflik isu sara, sekaligus untuk mengetahui media yang tepat dalam mengkomunikasikan kepada publik tentang pentingnya nilai kearifan lokal.

Peneliti melakukan penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan fokus pada nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Indonesia, kemudian media apa yang digunakan dalam mengkomunikasikan kepada publik tentang nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa kita sehingga dapat meredam isu sara yang kerap terjadi dalam pesta demokrasi. Data dikumpulkan melalui wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian berada di kota Medan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa (1) nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat berdasarkan pada nilai yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika dan juga Pancasila, dan (2) media yang efektif yang dapat digunakan dalam mengkomunikasikan kepada publik tentang pentingnya nilai kearifan lokal melalui pagelaran budaya, pembelajaran di sekolah, media film yang mengangkat unsur budaya, dan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kemendikbud.

Kata Kunci: nilai kearifan lokal, media persuasif, konflik, isu sara, Pilkada

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang terbentuk dari pulau-pulau yang berdaulat menjadi satu kesatuan. Kebudayaan sudah berjalan secara turun temurun sehingga kebudayaan telah terkonsep dalam kehidupan masyarakat dan menimbulkan nilai-nilai yang dipercayai dan sulit untuk dihilangkan. Dalam bahasa asing kearifan lokal disebut juga dengan local wisdom, Haryati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal adalah suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri. Menurut Rahyono, kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut (Wahyuningsih,

masyarakat sehingga dapat menjadi kekuatan dalam meredam konflik isu sara, sekaligus untuk mengetahui media yang tepat dalam mengkomunikasikan kepada publik tentang pentingnya nilai kearifan lokal.

Jati diri sebuah bangsa tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses dan perjuangan yang panjang. Pengolahan lokalitas menjadi nasionalitas adalah pengolahan identitas suku, agama dan golongan yang pluralis menyatu sebagai sebuah bangsa dalam proses menjadi budaya “bhineka tunggal ika” yang berhasil diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikian, sebagai sebuah nation-state, sebetulnya kesadaran kebangsaan telah ada sejak tahun 1928, ketika Sumpah Pemuda diikrarkan yang menyatakan bahwa: satu bangsa, satu tanah air dan menjujung bahasa persatuan yaitu Indonesia. Di sinilah proses menjadi Indonesia dimulai (Alfian, 2012: 1). Menurut Fuad Hasan, budaya Nusantara yang plural merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari. Kebinekaan ini harus dipersandingkan bukan dipertentangkan. Keberagaman ini merupakan manifestasi gagasan dan nilai sehingga saling menguat dan untuk meningkatkan wawasan dalam saling apresiasi. Kebinekaannya menjadi bahan perbandingan untuk menemukan persamaan pandangan hidup yang berkaitan dengan nilai kebajikan dan kebijaksanaan (virtue and wisdom)30.

Pesta demokrasi harusnya menjadi satu moment dimana rakyat melakukan pemilihan secara bebas tanpa syarat, dan tanpa paksaan dari pihak manapun terhadap pemimpin yang akan dipilihnya. Namun selama proses pesta demokrasi berlangsung terdapat beberapa pihak yang dengan sengaja menghembuskan beberapa isu yang dapat menimbulkan konflik. Hal ini dapat kita perhatikan contoh dari permasalahan pemilihan umum sebelumnya yakni; pada saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014, pada saat itu Jokowi dicap sebagai keturunan Cina, komunis, dan lainnya. Dan saat ini permasalahan yang sedang terjadi konflik isu SARA berhembus kembali terutama pada Pilgub DKI 2017. Terbukti, saat ini diberbagai media sosial beredar berbagai diskusi yang mengeksploitasi soal isu SARA. Politik identitas itu sangat membuat prihatin. Pasalnya, menurut Andar, munculnya tema identitas seperti Muslim, kafir, Cina, diajang politik Tanah Air justru akan merobek kembali tenunan kebersamaan yang selama ini dirajut. Menurut Andar, politik identitas bersifat anomali dan berbarengan dengan Pilgub DKI. Yang lebih memprihatinkan, ada pihak-pihak yang malah melakukan kapitalisasi terhadap politik identitas tersebut. Dia mencontohkan, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) justru seringkali menikmati sasaran tembak isu sara dan malah menggunakannya untuk menyerang lawan. Ahok pernah melontarkan pernyataan, "meski saya kafir, saya tidak korupsi". Pernyataan ini bukannya meredam, sebaliknya semakin membuat panas kondisi perpolitikan menjelang Pilgub DKI 201731.

Namun, yang mengkhawatirkan adalah konten dari perang opini tersebut yang sering diisi dengan isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Hal ini bisa dilihat dalam berbagai postingan di media online dan media sosial seperti twitter dan facebook. Bahkan, beberapa waktu lalu sebuah kelompok menggelar konvensi untuk mencari Calon Gubernur muslim guna menantang Gubernur DKI saat ini yang beragama Kristen, Basuki Tjahaja Purnama pada pilgub 2017 mendatang. Beredarnya isu-isu SARA untuk menyerang kelompok lain menjelang pemilukada DKI 2017 ini tentu saja tidak sehat bagi perkembangan demokrasi di jakarta dan indonesia. Bahkan itu bisa mengancam relasi sosial dan kemanan 30 http://dgi-indonesia.com/wp-content/uploads/2009/02/menggalikearifanlokalnusantara1.pdf 31 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/16/05/10/o6ybdo282-isu-sara-di- pilgub-dki-2017-semakin-menggila

sosial. Konflik sosial bahkan konflik fisik bisa saja terjadi. Pada 1-12 April 2016 lalu, IndoStrategi melakukan survei preferensi sosial politik dengan melibatkan 1200 responden yang dipilih secara acak di empat kota dan satu kabupaten di Provinsi DKI Jakarta. Adapun tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap isu-isu SARA yang saat ini mudah ditemui. Hasilnya, survei menunjukkan kecenderungan hubungan yang baik antara warga DKI. Masyarakat jakarta adalah masyarakat yang cukup dewasa dalam melihat perbedaan etnik, agama, dan bangsa. Dalam hal beragama, mereka memiliki sikap yang inklusif dan moderat, meski memiliki paham keagamaan yang cenderung normatif- konservatif. Menurut Direktur IndoStrategy, Andar Nubowo DEA, masih terdapat potensi konflik akibat isu-isu SARA dalam kampanye Pilgub DKI 2017. Sebanyak kira-kira 29% responden yakin bahwa masyarakat DKI Jakarta bisa terbelah oleh isu-isu SARA. Sedangkan yang menentang keyakinan ini adalah sebanyak 59% dan sisanya sebanyak 10% adalah ragu- ragu. Mengenai kemungkinan terjadinya kerusuhan seperti Mei 1998 melalui momen Pilkada DKI 2017, mayoritas warga DKI menampik kemungkinan ini (62,25%), berlawanan dengan minoritas yang berpandangan sebaliknya (24,2%), dan sisanya ragu-ragu (14,6%). "Meski dari segi prosentasi jumlahnya kecil, tetapi hal ini harus mendapatkan perhatian semua pihak. Jika tidak, masyarakat Indonesia yang inklusif, moderat dan terbuka kepada perbedaan tersebut akan bisa berubah menjadi masyarakat yang beringan jika terus menerus digempur dengan isu-isu SARA," ujar Andar Nubowo saat menggelar diskusi publik bertajuk "Potensi Konflik Sosial Menjelang Pilgub DKI Jakarta 2017" di Hotel Alia, Cikini, Selasa (10/5). Oleh karena itu, Andar menyarankan kepada para kandidat dan tim harus membuat program kampanye yang sejuk dan tidak menggunakan isu kampanye SARA yang belum tentu efektif dalam mempengaruhi pilihan politik. Malahan, justru bisa berakibat buruk kepada persatuan masyarakat DKI Jakarta. "Akhir-akhir ini, setidaknya muncul isu-isu identitas yang berpotensi membelah kebhinekaan, persatuan dan kesatuan bangsa, yakni soal agama, etnik, ras golongan dan bangkitnya komunisme. Isu ini sensitif, karena menyentuh dan menyinggung sentimen publik. Apalagi, Indonesia di masa lalu pernah terjerembab dalam konflik-konflik itu. Maka, Pilkada DKI seyogyanya mencerminkan sebuah panggung demokrasi yang sehat, berkeadilan dan memantapkan demokratisasi dan Indonesia untuk semua,"32.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pelaksanaan pemilihan kepala daerah

(pilkada) serentak gelombang kedua pada 15 Februari 2017. Pilkada diikuti 101 daerah dari

tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Daerah yang akan menyelenggarakan pilkada tersebut terdiri atas 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota. Ketujuh provinsi tersebut yaitu Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Provinsi Aceh merupakan daerah yang akan paling banyak menggelar pilkada pada 2017, yakni satu pemilihan gubernur dan 20 pemilihan bupati dan wali kota.33

Media merupakan suatu alat yang digunakan sebagai penyalur ide atau gagasan agar dapat mempengaruhi khalayak. Agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat efektif maka media yang digunakan harus selektif atau harus mampu menyesuaikan keadaan serta kondisi dari khalayak yang akan dituju. Istilah persuasi atau dalam bahasa Inggris persuasion

berasal dari kata Latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau hal meyakinkan (Efendy 1991:103). Menurut Kenneth Anderson, mendefinisikan

32

http://politikindonesia.co/rubrik/1645/Survei-IndoStrategy-Terdapat-Potensi-Konflik-Akibat-Isu-SARA- Menjelang-Pilgub.html

persuasi adalah : “A process of interpersonal communicatiaon in which the communicator seeks trough the use of symbols of effect the cognitions of receiver and thus effect a voluntary change in attitude or action desired by the communicator” (Suatu proses komunikasi

antarpersona dimana komunikator berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator) (Efendy 1991:103).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. “Metode deskriptif kualitatif secara signifikan dapat mempengaruhi substansi penelitian. Artinya bahwa metode kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan, objek dan subjek penelitian” (Sugiyono, 2008: 3).

Subjek penelitian merupakan orang, benda, ataupun lembaga yang akan diteliti dan akan dijadikan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah rakyat Indonesia yang berada di kota Medan. Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Sesuai dengan pengertian objek penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008: 38) bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun objek penelitian dalam tulisan ini meliputi: kekuatan nilai kearifan lokal yang dapat meredam konflik isu SARA.

Berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka sumber data yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2003: 53). Dalam penelitian ini, peneliti kriteria dalam pemilihan informan, yaitu: informan merupakan orang yang mengikuti perkembangan berita Pilkada 2017 yang bersedia untuk diwawancarai dan berpartisipasi dalam penelitian ini. pada penelitian ini peneliti telah mewawancarai dan telah mendapatkan jawaban sampai pada data jenuh yang telah dikemukakan oleh empat orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: wawancara mendalam (depth interview), dan dokumentasi. “Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan pemarikan kesimpulan" (Sugiyono 2008: 333- 345).