• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap 6. Menyusun Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir 6.1 Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Preferensi Stakeholder

Persepsi stakeholder. Keberhasilan pembangunan di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh bentuk respon yang timbul dari para stakeholder, sehingga dapat diketahui apa dan bagaimana suatu kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan, siapa yang menjadi pelakunya, serta pada situasi dan kondisi yang bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Demikian halnya dengan pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa, akan berhasil dengan baik apabila mendapatkan dukungan respon yang positif dari para stakeholder. Para stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pengusaha, pemerintah, lembaga non pemerintah dan pihak akademisi merupakan pihak-pihak yang berperan dalam mendukung pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa.

Berdasarkan matriks analisa stakeholder (Tabel 14), masyarakat dan pengusaha (akomodasi) setempat merupakan stakeholder utama yang memiliki kepentingan secara langsung, yakni sebagai pelaku dan pemanfaat dari kegiatan ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini. Pemerintah daerah setempat, Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara merupakan stakeholder

kunci yang memiliki kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Sedangkan Dinas Pariwisata Propinsi dan instansi pemerintah lainnya serta LSM dan Akademisi merupakan stakeholder

sekunder, karena tidak memiliki kepedulian terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini.

Pemerintah daerah setempat, yaitu instansi pemerintah mulai dari tingkat desa sampai kecamatan berperan sebagai pengorganisir kegiatan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata

Kabupaten Maluku Tenggara, selain berperan sebagai pengorganisir juga sebagai pengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di kawasan ini. Instansi pemerintah yang lain serta LSM dan pihak akademisi juga hanya berperan sebagai pendukung kegiatan ekowisata di kawasan ini. Hasil identifikasi masing-masing stakeholder dideskripsikan berikut.

Masyarakat. Secara umum, masyarakat setempat merupakan penduduk asli Kei, dengan lama tinggal (60%) > 30 tahun. Rata-rata tingkat pendapatan per bulan bagi yang bukan PNS adalah sekitar Rp 300.00,00-Rp 600.000,00. Adapun matapencaharian responden dari unsur masyarakat ini tertera pada Lampiran 2. Salah satu faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan ekowisata di kawasan pesisir Nuhuroa adalah bagaimana sikap masyarakat setempat terhadap rencana tersebut. Secara umum masyarakat mempunyai sikap yang mendukung terhadap pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, sebesar 100% menyatakan bahwa mereka setuju dengan adanya ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa. Dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang istilah ekowisata hanya sekitar 35% yang mengetahui istilah ekowisata, yaitu mereka yang bermatapencaharian PNS yakni sebagai guru, pegawai kantor dan pensiunan. Sedangkan 65% lainnya, pernah mendengar dan sebagian lain memang tidak tahu tentang istilah ekowisata.

Masyarakat yang terlibat dalam aktifitas wisata masih terbatas pada mereka yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Keterlibatan mereka hanya sebatas berjualan makanan, menyewakan tempat duduk dan menyewakan bantal renang. Sedangkan keterlibatan untuk berpartisipasi aktif dalam hal perencanaan atau menentukan program-program yang dapat mendukung pembangunan wisata berbasis ekowisata masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di wilayah ini untuk berpartisipasi dapat disebabkan karena kurang aktifnya aparat setempat untuk melibatkan masyarakat dalam program-program yang berkaitan dengan wisata di daerah ini.

Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, tidak dijumpai adanya kegiatan perdagangan yang berkaitan khusus dengan kegiatan wisata, dalam arti belum

tersedianya pusat-pusat kerajinan tangan atau art shop. Pusat kerajinan tangan berupa toko souvenir hanya terdapat di Tual, yang menjual aneka kerajinan dari kulit kerang, tenunan, aneka kerajinan dari bambu dan mutiara. Hasil pengamatan hanya dijumpai satu kegiatan yang berkaitan dengan wisata yaitu seniman lukis sekaligus pengelola penginapan yang terdapat di Pantai Ngurbloat. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan seniman tersebut, usaha lukisannya tidak berkembang karena kurangnya pemodalan dan terbatasnya akses pemasaran.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, tentu perlu adanya keterlibatan dari instansi terkait, misalnya Dinas Pariwisata serta Dinas Industri Kecil dan Menengah untuk melakukan pembinaan, baik dalam hal dukungan fasilitasi permodalan maupun akses pemasarannya. Sehingga diharapkan pengembangan kawasan ekowisata di daerah ini juga dapat menciptakan diversifikasi lapangan kerja bagi masyarakatnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Guna meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan ekosistem sumberdaya laut yang merupakan asset bagi pengembangan ekowisata di Nuhuroa, maka perlu adanya sosialisasi oleh instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan dan TNI AL di tingkat Kabupaten kepada aparat setempat melalui pertemuan-pertemuan koordinasi yang melibatkan kelompok masyarakat dan pihak swasta yang mengelola usaha wisata di lokasi ini. Masyarakat juga perlu dilibatkan untuk secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perlindungan sumberdaya alam. Peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ekosistem sumberdaya laut tersebut harus diikuti dengan upaya peningkatan ketrampilan masyarakat agar dapat memiliki alternatif pekerjaan terutama yang berkaitan dengan kegiatan wisata. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem laut juga sangat penting dilakukan, misalnya penangkapan ikan dan biota laut lainnya menggunakan cara-cara yang ramah lingkungan.

Keberlanjutan kawasan ekowisata di Nuhuroa, berkaitan dengan upaya pengelolaan berbasis perlindungan terhadap ekosistem pesisir dan laut secara menyeluruh, yang hanya dapat dilakukan apabila diiringi oleh upaya peningkatan

pengembangan sosial ekonomi masyarakatnya. Karena tanpa hal tersebut upaya pengelolaan yang dilakukan akan sia-sia, dimana masyarakat sekitar maupun di luar wilayah yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang buruk akan sangat berpotensi merusak lingkungan pesisir dan laut. Apabila lingkungan pesisir dan laut di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini hilang tentu akan berakhir pula daya tarik kawasan ini sebagai daerah ekowisata.

Pengusaha. Identifikasi peranan stakeholder pada para pemilik usaha yang berada di lokasi penelitian, didapatkan hasil bahwa berdasarkan bidang usaha yang dilakukan, terdapat dua jenis pengusaha yang terdapat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, yaitu yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata dan yang tidak berkaitan secara langsung. Yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah para pengusaha yang bergerak di bidang sarana akomodasi wisatawan seperti penginapan. Sedangkan pengusaha yang tidak berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah pengusaha yang mempunyai usaha di lokasi penelitian namun tidak berhubungan secara langsung untuk melayani kebutuhan wisatawan, misalnya pengusaha budidaya mutiara.

Usaha budidaya ini dalam skala menengah, namun untuk pengolahannya menjadi aneka aksesoris tidak dilakukan di kawasan ini. Keberadaan para pengusaha ini tentu sangat membantu masyarakat setempat karena mendapatkan peluang pekerjaan. Namun untuk saat ini peluang tersebut masih sangat terbatas karena para pengusaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan wisatawan, yakni para pemilik sarana akomodasi masih merupakan skala kecil sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga relatif sedikit. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pegawai umumnya berasal dari masyarakat setempat dan merupakan anggota keluarga dari pemilik usaha.

LSM. Identifikasi lembaga swadaya masyarakat diperoleh bahwa terdapat salah satu LSM yaitu LSM siran yang bergerak dibidang lingkungan hidup dan sosial. Kegiatan yang dilakukan LSM ini diantaranya perlindungan penyu belimbing di Perairan Kei sejak tahun 2003. Penyu belimbing (Dermochelyscoriacea) merupakan satu-satunya jenis penyu yang berasal dari famili Dermochelidae.

Tabel 14 Matriks analisis stakeholder pengembangan ekowisata pesisir di Kabupaten Maluku Tenggara.

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan ekowisata

Kelompok stakeholder Peran dalam ekowisata

Pengaruh ekowisata terhadap kepentingan

stakeholder Tahap penyiapan Tahap pelaksanaan

Bappeda Pengorganisir dan

pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Malra

Pengorganisir, pelaksana

dan pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Malra

Pendukung 2 2 2

DPRD Kab. Malra Pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Propinsi Maluku

Pendukung dan

pengontrol 3 3 3

Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Maluku

Pendukung 2 2 2

Masyarakat setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4

Pengusaha setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4

Pemerintah tingkat Desa/Kecamatan

Pengorganisir 5 5 5

Akademisi Pendukung 2 2 2

LSM Pendukung 2 2 2 Keterangan : 1 = sedikit/tidak penting

2 = agak penting 3 = sedang

4 = sangat penting 5 = pemain kunci

0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5

55.7% Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan 24.2% Peningkatan Ekonomi

20.1% Penurunan Konflik

44.5% Ekowisata 37.8% Budidaya 17.7% Penangkapan

Hasil penelitian tentang keberadaan tabob (penyu belimbing) di Perairan Kei yang dilakukan Suarez & Starbird (1995) dalam WWF (2004), menunjukan bahwa pada bulan September-Februari setiap tahun, ubur-ubur yang merupakan makanan tabob melimpah di Perairan Kei khususnya di perairan Kecamatan Kei Kecil Barat (Nu fit). Perairan sebelah barat Kepulauan Kei ini mendapat pengaruh upwelling dari Laut Banda, yang sangat sesuai untuk perkembangan ubur-ubur. Program yang dilakukan oleh LSM ini untuk menyelamatkan tabob di Perairan Kei diantaranya mengurangi tingkat kematian tabob dan meningkatkan kemampuan masyarakat Nu-fit agar mandiri dalam mengelola sumberdaya alamnya secara arif. Upaya perlindungan tabob ini dilakukan berbasis masyarakat (community based) di Nu fit.

Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Uji sensitivitas dinamik analisis hirarki proses stakeholder (Gambar 9) menunjukan bahwa 55.7% tujuan pembangunan untuk kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dengan alternatif kegiatan ekowisata pesisir 44.5%.

Gambar 9 Dynamic sensitivity

Ini menunjukan bahwa ekowisata merupakan salah satu program pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan perekonomian daerah, juga menjamin kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Uji performance sensitivity

(Gambar 10), menunjukan bahwa ekowisata dapat menjaga kelestarian SDAL 90%, peningkatan ekonomi 75% dan penurunan konflik dalam pemanfaatan sumberdaya 98%. Sensitivity performance, terlihat bahwa alternatif ekowisata merupakan salah satu pilihan program pembangunan yang dapat menjamin kelestarian SDAL,

.00 .10 .20 .30 .40 .50 .60 .70 .80 .90 .00 .10 .20 .30 .40 .50 Crit% Alt% Penangkapan Budidaya Ekowisata

Kelestarian Peningkatan Penurunan Ko OVERALL

meningkatkan kesejahteraan dan dapat mencegah atau mengurangi konflik khususnya konflik ruang dengan multi pemanfaatan.

Sedangkan two dimensional sensitivity (Gambar 11), menunjukan bahwa ketiga alternatif kegiatan dapat mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta peningkatan ekonomi yaitu ekowisata pesisir (45:42), budidaya (38:43) dan penangkapan (17:20). Hasil ini terlihat bahwa kegiatan ekowisata merupakan salah satu program pembangurnan yang dapat menjaga kelestarian SDAL serta meningkatkan perekonomian.

Gambar 10 Performance sensitivity

Hasil analisis dan preferensi stakeholder menunjukkan bahwa setiap

stakeholder memiliki peran dan tanggungjawab demi tercapainya keberhasilan pengembangan ekowisata pesisir di Nuhuroa. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekowisata antara lain menyediakan infrastruktur, koordinasi antar aparatur pemerintah dengan pihak swasta, regulasi mencakup lesensi, perencana, klasifikasi sistem dan pengupahan dan promosi.

Penangkapan Ekowisata Budidaya .00 .10 .20 .30 .40 .50 Peningkatan Ekonomi .00 .10 .20 .30 .40 .50

Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Gambar 11 Two dimensional sensitivity

Intansi terkait yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta pihak swasta merupakan pelaksana dalam pengembangan ekowisata, sedangkan lembaga swadaya masyarakat dan Akademisi berperan sebagai pengawas dan pengendali. Dengannya adanya kolaborasi stakeholder ini maka diharapkan pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa dapat berkembang dengan baik.

5.3 Identifikasi Potensi Ekologis