• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESISIR NUHUROA, MALUKU TENGGARA

SANTI P.T RAHANTOKNAM

Tesis

Sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Judul Tesis : Kajian Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Untuk Pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa,

Maluku Tenggara Nama Mahasiswa : Santi P.T Rahantoknam

NIM : P052050231

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. Dr. Ir. Fredinan Yulianda, MSc Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa hidup ini adalah berkat dan anugerah Tuhan sebagai hikmat dan pengetahuan, maka penulis menaikkan hormat, pujian dan kemuliaan kehadiratNya karena atas kasih dan kemurahanNya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Kajian Potensi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Untuk Pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa” Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, oleh karena berkatNyalah penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih disertai penghargaaan kepada :

1 Dosen pembimbing saya Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA dan Dr. Ir. Fredinan Yulianda, MSc yang telah membimbing penulis dengan baik.

2 Dosen penguji luar komisi Prof. Dr. Ir. Alex S.W. Retraubun, MSc yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi kesempurnaan tesis ini.

3 Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo dan Dr. Ir. Etty Riani, selaku pimpinan PSL beserta staf.

4 Pimpinan dan staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Malra, Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan Malra, BAPPEDA Malra, Politeknik Perikanan Negeri Tual, Stasiun Perikanan dan Pelabuhan Nusantara Tual, TNI AL Malra, Dinas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prop. Maluku dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prop. Maluku yang membantu penulis dalam pengumpulan data dan peminjaman alat.

5 Camat Dullah Utara, Dullah Selatan, PP. Kei Kecil, Kei Kecil Barat, Kei Kecil Timur, Kepala Desa Evu, Sathean, Rumadian, Ngilngof, Ohoililir, Ohoidertawun dan Labetawi yang membantu penulis dalam pengumpulan data.

6 Ir. Noke Rijoli yang membantu penulis dalam penyelaman, Heri Warbal SPi dan saudara-saudaraku Lopianus Ngabalin, SH, Melki, Beni, Roni dan Simson yang setia menemani dalam pengambilan data.

7 Mama ani, mama ama, mama ona, muda, ka oce Rahayaan dan keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas segala perhatiannya.

8 Temanku Dini Rosmalia ST, MSi, Sherly Jocom, SP, MSi, Inggrid Moniaga ST, MSi, Early Mamusung SPi, Msi dan Christi Warongan, SIK terimakasih atas perhatian yang diberikan selama ini.

9 Teman-teman Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), Sumberdaya Pesisir dan Kelautan (SPL) dan Arsiktektur Lanskap (ARL), terimakasih atas segala kebersamaan selama kuliah.

Sebagai perwujudan rasa cinta, maka tesis ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang dengan kasihNya menyertai saya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Kedua orang tuaku (terimakasih Papa Mama), kakak-kakakku tersayang Alberth M.S Rahantoknam, ST, Yohanis S Rahantoknam, SPi, Revermond L Rahantoknam dan adikku Zeresy Rahantoknam yang selalu memberikan dorongan dan motivasi secara moral dan spiritual sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Desember 2008

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tual pada 21 September 1982 dari Ayah Zadrak Rahantoknam, SPd dan Ibu Rosia Rahabeat, SPd. Penulis merupakan putri keempat dari lima bersaudara.

Tahun 2000 penulis menyelesaikan sekolah di SMU Negeri 1 Tual dan melanjutkan studi ke Universitas Sam Ratulangi Manado, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan Strata-2 di Sekolah Pascasarjana IPB dengan program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xvii DAFTAR LAMPIRAN ... xix I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 4 1.3 Kerangka Pemikiran ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7 2.1 Ekowisata ... 7 2.2 Sumberdaya Pesisir dan Laut ... 9 2.3 Perencanaan Pengembangan Ekowisata Pesisir ... 11 2.4 Daya Dukung ... 13 2.5 Indeks Kepekaan Lingkungan ... 14 2.6 Sistem Informasi Geografi ... 15 2.7 Analisis Stakeholder ... 20

III. METODOLOGI ... 23 3.1 Tempat dan Waktu ... 23 3.2 Formulasi Permasalahan ... 23 3.3 Rancangan Penelitian ... 25

Tahap 1. Mengindetifikasi dan Menganalisis Potensi Pengunjung dalam Pengembangan Ekowisata ... 25

Tahap 2. Mengidentifikasi dan Menganalisis Preferensi

Stakeholder ... 28 Tahap 3. Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kepekaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan ... 28 Tahap 4. Identifikasi dan Analisis Sarana Pendukung

Tahap 5. Identifikasi dan Analisis Sumberdaya masyarakat Lokal 36 Tahap 6. Menyusun Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir ... 36 3.4 Batasan dan Asumsi ... 37 3.5 Definisi Operasional ... 37

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 39 4.1 Kondisi Geografi ... 39 4.2 Kondisi Iklim ... 39 4.3 Kondisi Hidrologi ... 41 4.4 Kondisi Hidrooceanografi ... 42 4.5 Kondisi Ekologis Ekosistem Pesisir ... 42 4.6 Kondisi Sosial ... 46 4.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Transportasi ... 46 4.8 Kondisi Prasarana Listrik, Air dan Komunikasi ... 48

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50 5.1 Identifikasi Potensi Pengunjung ... 50 5.2 Preferensi Stakeholder ... 55 5.3 Identifikasi Potensi Ekologis ... 62 5.4 Identifikasi Sarana Pendukung Pengembangan

Kawasan Ekowisata ... 88 5.5 Identifikasi Sumberdaya Masyarakat Lokal ... 93 5.6 Rencana Pengembangan Kawasan Ekowisata Pesisir Nuhuroa ... 100

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107 6.1 Kesimpulan ... 107 6.2 Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Lokasi penelitian ... 23 2 Jenis data dalam penelitian ... 27 3 Tingkat kepekaan berdasarkan KIKL ... 32 4 Sungai dan danau menurut letaknya di Nuhuroa ... 42 5 Nilai parameter fisik dan kimia air laut di Nuhuroa ... 43 6 Kondisi umum oceanografi di Nuhuroa ... 43 7 Distribusi, luas dan persen tutupan bakau di Nuhuroa ... 44 8 Distribusi, luas dan persen tutupan lamun di Nuhuroa ... 45 9 Jumlah jenis dan persen tutupan karang di Nuhuroa 45 10 Penduduk 15 tahun keatas yang bekerja selama seminggu, menurut

lapangan pekerjaan ... 46 11 Jenis jalan di Nuhuroa ... 47 12 Jumlah pelanggan dan produksi listrik yang diusahakan oleh

PT. PLN Cabang Tual 2001-2005 ... 48 13 Banyaknya pelanggan, produksi dan nilai produksi air minum yang diusahakan oleh PDAM Cabang Tual 2001-2005 ... 49 14 Matriks stakeholder pengembangan ekowisata pesisir

di Nuhuroa ... 59 15 Kondisi pantai berpasir ... 64 16 Kondisi mangrove ... 67 17 Kondisi lamun ... 70 18 Kondisi terumbu karang ... 72 19 Rekapitulasi potensi ekologis ... 76 20 Luas kesesuaian obyek dan atraksi wisata ... 77 21 Aktifitas wisata pada wisata pantai ... 80 22 Aktifitas wisata pada wisata mangrove ... 80 23 Aktifitas wisata pada wisata lamun ... 82 24 Daya dukung kawasan ... 86 25 Data hotel dan penginapan di Nuhuroa ... 88

26 Data rumah makan di Nuhuroa ... 91 27 Deskripsi identifikasi sumberdaya masyarakat ... 95 28 Komponen utama dan prosentase keragaman ... 96 29 Cluster membership ... 97 30 Rekapitulasi komponen pengembang ekowisata ... 103

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka pikir penelitian ... 6 2 Lokasi penelitian ... 24 3 Bagan alir penelitian ... 26 4 Curah hujan ... 40 5 Suhu rata-rata ... 40 6 Penyinaran matahari ... 41 7 Kelembaban udara ... 41 8 Jenis aktifitas wisatawan ... 53 9 Dynamic sensitivity ... 60 10 Performance sensitivity ... 61 11 Two dimensional sensitivity ... 62 12 Peta sebaran pantai berpasir ... 65 13 Peta sebaran mangrove ... 68 14 Peta sebaran lamun ... 69 15 Peta sebaran terumbu karang ... 73 16 Persentase tutupan komunitas karang ... 75 17 Peta kesesuaian wisata ... 79 18 Peta kesesuaian Pulau Bair ... 83 19 Peta kesesuaian Pulau Adranan ... 83 20 Peta kesesuaian Pantai Difur dan Nam indah ... 84 21 Peta kesesuaian Pantai Nadiun ohoidertawun ... 84 22 Peta kesesuaian Pantai Ngurbloat dan Ngursarnadan ... 84 23 Peta kesesuaian Pulau Haeh ... 84 24 Peta kesesuaian Teluk Sorbai ... 85 25 Peta kesesuaian Teluk Tamngil ... 85 26 Peta kepekaan lingkungan ... 87 27 Ketersediaan RS, puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu . 90 28 Peta transportasi Nuhuroa ... 92 29 Perkembangan penduduk Nuhuroa tahun 2004-2006 ... 93

30 Distribusi penduduk putus sekolah ... 95 31 Peta identifikasi sumberdaya masyarakat lokal ... 98 32 Partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata ... 99 33 Peta rencana pengembangan ekowisata ... 102 34 Program pengembangan ekowisata terintegrasi ... 105

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Jumlah kunjungan wisatawan ke Maluku per bulan

Tahun 2005-2006 ... 112 2 Responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 113 3 Komponen matriks ... 113 4 Obyek dan atraksi Pesisir Nuhuroa ... 114

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia merupakan pulau-pulau kecil yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 10.000 pulau. Kawasan pulau-pulau kecil tersebut memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan (enviromental services) yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan Indonesia (Anonimous, 2006). Beragam potensi jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pulau-pulau kecil menunjukkan bahwa pariwisata berbasis pulau-pulau kecil merupakan potensi yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Menurut Nurifdinsyah dan Pakpahan (1998), salah satu industri yang berkembang pesat di dunia sejak Perang Dunia II adalah pariwisata pesisir (bahari). Hampir semua negara mengembangkan pulau-pulau kecil dan potensi pesisirnya untuk mengembangkan potensi pariwisatanya.

Namun, pulau-pulau kecil tersebut selain merupakan ekosistem yang unik serta keindahan alamnya, juga merupakan ekosistem yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan terutama bila dikembangkan untuk kegiatan pembangunan fisik seperti pengembangan kepariwisataan dan rekreasi. Pengembangan kawasan pulau-pulau kecil merupakan suatu proses yang akan membawa suatu perubahan pada ekosistemnya. Semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumberdaya maka semakin tinggi pula perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di kawasan pulau-pulau kecil (Anonimous, 2006).

Menurut Soeriaatmadja 1997 dalam Aryanto (2003) secara strategik, pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan dapat dikembangkan dan diwaspadai dampaknya dengan memasukan rencana manajemen lingkungan dan pemantauannya ke dalam satu rencana yang terpadu dan pelaksanaannya yang kemudian dimasukan dalam tahap perancangan pariwisata tersebut. Konsep wisata pesisir di dasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah (Aryanto, 2003). Selanjutnya dikatakan bahwa aspek kultural dan fisikal merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi yang saling mendukung sebagai suatu kawasan wisata pesisir.

Pengembangan kawasan wisata pesisir pulau-pulau kecil merupakan kegiatan yang memadukan antara dua sistem yang kompleks, yaitu sistem pariwisata yang didominasi oleh kegiatan manusia dan sistem alam pesisir (Nurifdinsyah dan Pakpahan (1998). Dengan demikian pengembangan kawasan wisata pulau kecil sangat bergantung pada sumberdaya alam, ini berarti bahwa keberhasilan yang berkelanjutan dari pariwisata pesisir sangat ditentukan oleh integritas dan kualitas ekosistem alamnya. Gunn (1994) mengemukakan bahwa suatu kawasan wisata yang baik dan berhasil bila secara optimal didasarkan kepada empat aspek yaitu mempertahankan kelestarian lingkungannya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut, menjamin kepuasan pengunjung, dan meningkatkan keterpaduan dan unity pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan zona pengembangannya

Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus direncanakan secara terpadu dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam ekosistem pulau dan disinerjikan dengan pembangunan berbagai sektor. Pengembangan pariwisata di pulau-pulau kecil harus juga disesuaikan dengan dinamika sosial budaya masyarakat setempat, dinamika ekologis pulau tersebut dengan daerah sekitarnya. Untuk mendukung hal ini maka diperlukan suatu penelitian yang lebih terpadu yang memperhatikan seluruh aspek pengembangan agar pengelolaan wisata pesisir berhasil dan memenuhi komponen yang terkait dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya (Nurisyah, 2001). Disamping itu pengembangan pariwisata sebagai salah satu bagian dari pembangunan, harus disesuaikan dengan kerangka pembangunan daerah (Anonimous, 2006).

Berdasarkan sifat sumberdaya dan ekosistem pesisir pulau-pulau kecil yang rentan dan dibatasi oleh daya dukung maka pengembangan pariwisata di pulau- pulau kecil seharusnya dikembangkan berbasis ekowisata. Konsep pengelolaan ekowisata merupakan suatu konsep pengelolaan yang memprioritaskan kelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya masyarakat yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata (Yulianda, 2007). Selanjutnya menurut Yulianda (2007), konsep pengelolaan ekowisata tidak

hanya berorientasi pada keberlanjutan lingkungan tetapi juga mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia.

Kabupaten Maluku Tenggara adalah kabupaten yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yaitu gugusan Kepulauan Kei yang terdiri atas Kepulauan Kei Kecil (Nuhuroa) dengan luas 2.468 km2 dan Pulau Kei Besar (Nuhuyut) dengan luas 581 km2 (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten. Malra, 2005). Berdasarkan peta hasil analisis citra satelit Landsat ETM 7+, secara keseluruhan jumlah pulau di Kabupaten Maluku Tenggara adalah sebanyak 112 pulau dengan luas 930.221 ha dan panjang garis pantai 5.639 km. Luas lautan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah 96.109 km2 dan luas daratan adalah 9.302 km2 (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku, 2004). Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara sebagai daerah penghasil perikanan, daerah pendidikan, perdagangan dan pariwisata yang kompetitif, salah satu program pembangunan yang dilakukan adalah pengembangan pariwisata bahari (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malra, 2005).

Kabupaten Maluku Tenggara (Kabupaten Malra) yang lebih dikenal dengan kepulauan Kei sering disebut “fantastic island”. Kepulauan Kei ini memiliki potensi alam yang menawarkan keanekaragaman wisata, baik berbentuk wisata alam maupun wisata budaya. Kabupaten Maluku Tenggara juga memiliki kekayaan kultural yaitu merupakan daerah peninggalan sejarah pada masa lalu dengan terdapatnya makam raja, upacara adat, kesenian tradisional serta adat istiadat suku Kei, dengan representasi adat asli suku Kei yang tergolong masih ada hanya terdapat di Tanimbar Kei. Selain itu masyarakat yang mendiami kawasan kepulauan Kei merupakan masyarakat adat dengan corak budaya yang khas yaitu Masyarakat Kei (Suku Kei).

Kepulauan Kei Kecil (Nuhuroa) merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terdiri dari Pulau Kei Kecil, Dullah, Dullah Laut dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pesisir Kepulauan Kei Kecil umumnya merupakan pantai berpasir dan berkarang, terutama di wilayah pantai Barat pulau Kei Kecil dan pulau-pulau kecil di wilayah pantai Barat. Berdasarkan rencana tata ruang wilayah (RTRW 2005- 2010), prioritas pengembangan wilayah di Kepulauan Kei Kecil adalah perikanan, pariwisata serta industri kerajinan rakyat.

Fakta menunjukan bahwa banyak daerah tujuan wisata di dalam negeri, termasuk Kabupaten Maluku Tenggara, belum sepenuhnya mengantisipasi perkembangan pariwisata yaitu permintaan terhadap produk dan layanan yang berkualitas, baik melalui penyiapan pengembangan kawasan yang atraktif dengan obyek dan atraksi yang menarik maupun sarana prasarana pariwisata yang sesuai. Di satu sisi keinginan daerah Maluku Tenggara untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan pembangunan, namun di sisi lain upaya-upaya konkrit dan terukur yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut relatif masih sangat terbatas, padahal kesiapan secara optimal sangat dibutuhkan untuk menuju tujuan yang diinginkan. Sebab itu, diperlukan suatu kajian untuk pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berdasarkan potensi sumberdaya alam sesuai dengan kaidah-kaidah keberlanjutan lingkungan. Pearce (1989), menekankan pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata karena tanpa perencanaan dan pengendalian yang baik, pengembangan pariwisata hanya merupakan penghancuran terhadap sumber-sumber daya pembangun pariwisata itu sendiri. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka diperlukan suatu kajian tentang potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang terdapat di Kepulauan Kei Kecil (Nuhuroa) Kabupaten Maluku Tenggara untuk pengembangan ekowisata pesisir.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya alam dan lingkungan untuk pengembangan ekowisata pesisir di Kepulauan Kei Kecil

(Nuhuroa) Kabupaten Maluku Tenggara, dan tujuan khususnya yaitu:

1) Mengidentifikasi dan menganalisis potensi pengunjung untuk pengembangan ekowisata.

2) Mengidentifikasi dan menganalisis preferensi stakeholder untuk pengembangan ekowisata.

3) Mengidentifikasi dan menganalisis potensi obyek dan atraksi wisata serta kepekaan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir untuk pengembangan ekowisata.

4) Mengidentifikasi dan menganalisis sarana dan prasarana pendukung pengembangan ekowisata.

5) Mengidentifikasi dan menganalisis sumberdaya masyarakat lokal untuk pengembangan ekowisata.

6) Menyusun rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir

1.3 Kerangka Pemikiran

Kepulauan Kei Kecil (Nuhuroa) merupakan wilayah pengembangan yang diprioritaskan oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tenggara diantaranya untuk pengembangan pariwisata. Kepulauan Kei Kecil merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau kecil dengan luas 2.468 km2. Mengingat karakteristik pulau-pulau kecil yang antara lain terbatas dari segi ukuran geografis dan sumberdaya (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia), tingkat keanekaragaman yang rendah namun memiliki jenis-jenis endemik yang lebih tinggi, maka pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap suatu perubahan.

Clark (1996), mengemukakan bahwa dalam mengantisipasi atau meminimalkan perubahan-perubahan dan ancaman-ancaman pengembangan pulau-pulau kecil, maka sangat diperlukan identifikasi dan evaluasi sumberdaya serta dampak potensial yang dapat ditimbulkan. Berdasarkan karateristik internal terutama potensi sumberdaya alamnya, maka salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di pulau-pulau kecil adalah pariwisata. Sebab itu strategi pengembangan wisata pulau-pulau kecil seyogyanya menganut konsep ekowisata sebagai salah satu misi strategis pengembangan pulau-pulau kecil. Ekowisata pulau-pulau kecil merupakan wisata berbasis konservasi sumberdaya dan lingkungan alami serta masyarakat lokal di pulau-pulau kecil tersebut.

Untuk mendukung pengembangan ekowisata pulau-pulau kecil maka diperlukan kajian potensi dan kepekaan sumberdaya alam dan lingkungan serta komponen utama pendukung pengembangan ekowisata. Berdasarkan pemikiran tersebut maka perlu dilakukan kajian potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang terdapat di Kepulauan Kei Kecil sehingga diperoleh karakteristik pulau sebagai input bagi pengembangan ekowisata yaitu yang sesuai dengan kaidah- kaidah keberlanjutan lingkungan. Bagan alir penelitian kajian potensi sumberdaya alam dan lingkungan untuk pengembangan ekowisata pesisir di Nuhuroa, Kabupaten Maluku Tenggara tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai manfaat sebagai berikut: 1) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat di sekitar lokasi penelitian untuk

memahami potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimilikinya untuk mendukung pengembangan ekowisata pesisir

2) Arahan pengembangan kawasan berdasarkan potensi dan kepekaan sumberdaya alam dan lingkungan

3) Arahan pengembangan tata ruang kawasan wisata berbasis ekowisata di Kepulauan Kei Kecil (Nuhuroa) bagi penentu kebijakan;

4) Bagi wisatawan agar dapat menikmati dan memperoleh kepuasan wisata 5) Dapat dijadikan panduan untuk pengembangan pariwisata berbasis

ekowisata pada pulau-pulau kecil lainnya.

Pengembangan Pariwisata Pesisir Nuhuroa Berbasis Ekowisata

Potensi dan Kepekaan Ekologis Kawasan Pesisir

Potensi dan Kepekaan Pengembangan Kawasan Wisata

Kondisi Ekologis Ekologis

Sosial

Ekonomi

Zona Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Ekowisata

Tujuan

Pengumpulan

data

dan

analisis

Sintesis dan perencanaan kawasan

Tingkat Kepekaan

RENCANA PENGEMBANGAN EKOWISATA PESISIR

Zonasi Pengembangan Wisata Zonasi Kepekaan Sumberdaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekowisata

Istilah ekowisata pertama kali diperkenalkan oleh Hector Cebalos-Lascurian pada tahun 1983 yang mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan ke daerah- daerah yang lingkungan alamnya masih asli atau relatif masih sedikit sekali terganggu untuk tujuan mempelajari, mengagumi dan bersenang-senang sambil menikmati pemandangan dengan berbagai tanaman dan hewan liar serta mengamati budaya setempat (Fennel, 2005). Goodwinn (1996) dalam Fennel (2005), menyatakan bahwa ekowisata adalah wisata alam yang berdampak rendah yang berkonstribusi langsung pada pemeliharaan spesies dan habitat baik secara langsung melalui konservasi dan/atau secara tidak langsung melalui penyediaan pendapatan bagi masyarakat lokal dan melindungi wilayah warisan satwa sebagai sumber pendapatan. Sedangkan Clark (1996), menyatakan bahwa ekowisata merupakan kontrol pembangunan yang diperlukan berdasarkan daya dukung untuk menjamin sumberdaya alam agar tidak dimanfaatkan berlebihan oleh pengunjung.

Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Meta, 2002). Dari beberapa definisi tersebut, jelas bahwa konsep pengembangan ekowisata sejalan dengan misi pengelolaan konservasi yang mempunyai tujuan: (1) menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan, (2) melindungi keanekaragaman hayati, (3) menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya, dan (4) memberikan konstribusi kepada kesejahteraan masyarakat (Yulianda, 2007). Selanjutnya menurut Yulianda (2007), konsep pengembangan ekowisata hendaknya dilandasi pada prinsip dasar ekowisata yang meliputi:

1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.

2. Pendidikan konservasi lingkungan; Mendidik pengunjung dan masyarakat akan pentingnya konservasi.

3. Pendapatan langsung untuk kawasan; Restribusi atau pajak konservasi (conservation tax) dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan.

4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan; Merangsang masyarakat agar terlibat dalam perencanaan dan pengawasan kawasan.

5. Penghasilan bagi masyarakat; Masyarakat mendapat keuntungan ekonomi sehingga terdorong untuk menjaga kelestarian kawasan.

6. Menjaga keharmonisan dengan alam; Kegiatan dan pengembangan fasilitas tetap mempertahankan keserasian dan keaslian alam.

7. Daya dukung sebagai batas pemanfaatan; Daya tampung dan pengembangan fasilitas hendaknya mempertimbangkan daya dukung lingkungan.

8. Konstribusi pendapatan bagi negara (pemerintah daerah dan pusat).

Menurut Yulianda (2007) ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut yang memanfaatkan karakter sumberdaya pesisir dan laut. Pengelolaan ekowista bahari merupakan suatu konsep pengelolaan yang memprioritaskan kelestarian dan memanfaatkan sumberdaya alam dan budaya masyarakat. Konsep pengelolaan ekowisata tidak hanya berorientasi pada keberlanjutan tetapi lebih daripada itu, yaitu mempertahankan nilai sumberdaya alam dan manusia. Agar nilai-nilai tersebut terjaga maka pengusahaan ekowisata tidak melakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan budaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, pengetahuan dan psikologis pengunjung. Dengan demikian ekowisata bukan menjual tempat (destinasi) atau kawasan melainkan menjual filosofi. Hal inilah yang membuat ekowisata mempunyai nilai lestari dan tidak akan mengenal kejenuhan pasar.

Obyek ekowisata bahari dapat dikelompokkan berdasarkan komoditi, ekosistem dan kegiatan. Obyek komoditi terdiri dari potensi spesies biota laut dan material non hayati yang mempunyai daya tarik wisata. Obyek ekosistem terdiri dari ekosistem pesisir yang mempunyai daya tarik habitat dan lingkungan. Sedangkan obyek kegiatan merupakan kegiatan yang terintegrasi di dalam kawasan yang mempunyai daya tarik wisata. Kegiatan yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokan menjadi wisata pantai dan wisata bahari.

Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut.

2.2 Sumberdaya Pesisir dan Laut