• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prefiks {fa-}

Dalam dokumen Afiksasi Dalam Bahasa Nias (Halaman 60-69)

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Proses Afiksasi, Fungsi, dan Arti/Nosi Afiks dalam Bahasa Nias 30

4.3.1.7 Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} terdiri dari dua bagian, yaitu prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk dan prefiks {fa-} yang tidak mengalami perubahan bentuk.

a.1 Prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk

Prefiks {fa-} terbagi atas {fang-}, {fam-}, {fan-}, {fondr-}, {fond-}, dan {fo-}. 1. Prefiks {fa-} menjadi {fang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang

berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi vokal yang terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ di depan bentuk dasar tersebut.

Contoh:

{fa-} + okafu ‘dingin’  fangokafu ‘pendingin’ {fa-} + aukhu ‘panas’  fangaukhu ‘pemanas’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar okafu

(dingin) terjadi penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ sehingga bentuknya menjadi fangokafu (pendingin).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar aukhu

(panas) terjadi penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ sehingga bentuknya menjadi fangaukhu (pemanas).

2. Prefiks {fa-} menjadi {fam-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan /b/ atau /f/. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara /b/ dan bunyi konsonan frikatif labiodental tidak bersuara /f/ menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial /m/.

Contoh:

{fa-} + bunu ‘bunuh’  famunu ‘pembunuh’ {fa-} + fana ‘tembak’  famana ‘penembak’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar bunu

(bunuh) terjadi pelesapan fonem /b/ dan digantikan oleh fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi famunu (pembunuh).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar fana

(tembak) terjadi pelesapan fonem /f/ dan digantikan oleh fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi famana (penembak).

3. Prefiks {fa-} menjadi {fan-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan /s/ atau /t/. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar /s/ dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara /t/ menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar /n/.

Contoh:

{fa-} + su’a ‘ukur’  fanu’a ‘pengukur’ {fa-} + tandra ‘tanda’  fanandra ‘penanda’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar su’a (ukur) terjadi pelesapan fonem /s/ dan digantikan oleh fonem /n/ sehingga bentuknya menjadi fanu’a (pengukur).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar tandra

(tanda) terjadi pelesapan fonem /t/ dan digantikan oleh fonem /n/ sehingga bentuknya menjadi fanandra (penanda).

4. Prefiks {fa-} menjadi {fondr-} apabila melekat pada bentuk dasar yang fonem awalnya berupa konsonan /d/. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan hambat alveolar /d/ menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi gugus konsonan dento-hambat alveolar bersuara /ndr/.

Contoh:

{fa-} + dekha ‘asah’  fondrekha ‘pengasah’ {fa-} + dukhu ‘gosok’  fondrukhu ‘penggosok’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar dekha

(asah) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks { fa-} dan perubahan fonem /d/ menjadi gugus fonem /ndr/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondrekha (pengasah).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar dukhu

(gosok) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks { fa-} dan perubahan fonem /d/ menjadi gugus fonem /ndr/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondrukhu (pengasah).

5. Prefiks {fa-} menjadi {fond-} apabila melekat pada bentuk dasar yang fonem awalnya berupa konsonan /r/. Penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan getar alveolar /r/ menyebabkan penambahan bunyi gugus konsonan dental /nd/ di awal bentuk dasar tersebut.

Contoh:

{fa-} + ra’u ‘tangkap’  fondra’u ‘penangkap’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar ra’a (iris) terjadi pergantian fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem /nd/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondra’a (pengiris).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar ra’u

(tangkap) terjadi pergantian fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {fa-}dan penambahan gugus fonem /nd/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fondra’u (penangkap).

6. Prefiks {fa-} menjadi {fo-} apabila melekat pada kata benda dan kata bilangan. Penggabungan prefiks {fa-} dengan kata benda atau kata bilangan menyebabkan perubahan bunyi vokal /a/ pada prefiks {fa-} menjadi bunyi vokal /o/.

Contoh:

{fa-} + baru ‘baju’  fobaru ‘pakaikan baju’ {fa-} + öfa ‘empat’  fo’öfa ‘jadikan empat’

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar baru (baju) terjadi perubahan fonem /a/ pada prefiks tersebut menjadi fonem /o/ sehingga bentuknya menjadi fobaru (pakaikan baju).

• Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar öfa (empat) terjadi perubahan fonem /a/ pada prefiks tersebut menjadi fonem /o/ sehingga bentuknya menjadi fo’öfa (jadikan empat).

Berdasarkan distribusinya prefiks {fa-} yang mengalami perubahan bentuk dapat melekat pada:

Contoh:

{fa-} + tunu ‘bakar’  fanunu ‘pembakaran’ {fa-} + boto ‘pecahkan’  famoto ‘pemecah’ 2. Kata Benda

Contoh:

{fa-} + sarewa ‘celana’  fosarewa ‘pakaikan celana’ {fa-} + baru ‘baju’  fobaru ‘pakaikan baju’ 3. Kata Sifat

Contoh:

{fa-} + a’usö ‘kuning’  fanga’usö ‘penguning’ {fa-} + aukhu ‘panas’  fangaukhu ‘pemanas’

b. Fungsi Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} berfungsi untuk membentuk kata kerja dan kata benda. 1. Kata kerja

Contoh:

{fa-} + baru ‘baju’  fobaru ‘pakaikan baju’ Dalam kalimat:

Fobaru nakhimö nogu

Pakaikan baju adikmu nak ‘Pakaikan baju pada adikmu, nak’

Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda (baru ‘baju’) menjadi kelas kata kerja (fobaru ‘pakaikan baju’).

2. Kata benda Contoh:

{fa-} + su’a ‘ukur’  fanu’a ‘pengukur’ Dalam kalimat:

Hezo ösetagö fanua’a mböra mege

Dimana kamu letakkan pengukur beras tadi ‘Di mana kamu letakkan pengukur beras tadi’

Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata kerja (su’a ‘ukur) menjadi kelas kata benda (fanu’a ‘pengukur’).

c. Arti/nosi Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} memiliki arti sebagai berikut:

1. Menyatakan penyebab sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dasar. Contoh:

{fa-} + a’usö ‘kuning’  fanga’usö ‘penguning’

Fanga’usö gö zi so ba dete meza da’ö

Penguning makanan yang ada di atas meja itu ‘Yang terletak di atas meja itu adalah penguning makanan’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar a’usö (kuning) yang fonem awalnya berupa bunyi vokal terjadi penambahan bunyi konsonan nasal velar /ŋ / di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fanga’usö(penguning).

2. Menyatakan alat. Contoh:

{fa-} + taböi ‘usir’  fanaböi ‘pengusir’

Ihaogö fanaböi ndri duagu

Dibuat pengusir nyamuk kakekku

‘Alat pengusir nyamuk dibuat oleh kakekku’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar taböi (usir) terjadi perubahan bunyi konsonan hambat alveolar /t/ menjadi bunyi konsonan nasal alveolar /n/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi fanaboi (pengusir).

3. Memakaikan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

Folaeduru nonomö fatua lö mofanö ami

Pakaikan cincin anakmu sebelum pergi kalian ‘Pakaikan cincin pada anakmu sebelum kalian pergi’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar laeduru

(cincin) yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan lateral alveolar /l/, terjadi perubahan bunyi vokal /a/ pada prefiks {fa-} menjadi bunyi vokal /o/ sehingga bentuknya menjadi folaeduru (pakaikan cincin).

a.2 Prefiks {fa-} yang tidak mengalami perubahan bentuk

Prefiks {fa-} dapat melekat pada kata kerja, kata benda, kata sifat, dan kata bilangan.

1. Kata Kerja Contoh:

{fa-} + sifa ’sepak’  fasifa ‘saling menyepak’ {fa-} + söbi ‘tarik’  fasöbi ‘saling menarik’ 2. Kata Benda

Contoh:

{fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ {fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’ 3. Kata Sifat

Contoh:

{fa-} + abakha ‘dalam’  fa’abakha ‘kedalaman’ {fa-} + ebolo ‘luas’  fa’ebolo ‘luasnya’ 4. Kata Bilangan

Contoh:

{fa-} + dua ‘dua’  fadua ‘kira-kira dua’ {fa-} + önö ‘enam’  fa’önö ‘kira-kira enam’

Pada contoh di atas, diketahui bahwa penggabungan prefiks {fa-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar /s/, bunyi konsonan hambat velar /k/, bunyi konsonan hambat alveolar /t/ dan /d/, serta bunyi vokal tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

b. Fungsi Prefiks {fa-}

Prefiks {fa-} berfungsi untuk membentuk kata kerja dan kata sifat. 1. Kata kerja

Contoh:

{fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ Dalam kalimat:

Fakureta ndra’aga ba newali

Bersepeda kami di halaman ‘Kami bersepeda di halaman’

Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda (kureta ‘sepeda’) menjadi kelas kata kerja (fakureta ‘bersepeda’).

2. Kata sifat Contoh:

{fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’ Dalam kalimat:

Hana fatambu gahemö?

Mengapa berlumpur kakimu? ‘Mengapa kakimu berlumpur?’

Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda (tambu ‘lumpur’) menjadi kelas kata sifat (fatambu ‘berlumpur’).

c. Arti/nosi Prefiks {fa-}

1. Menyatakan makna saling melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar.

Contoh:

{fa-} + tabe ‘salam’  fatabe ‘bersalaman’ Dalam kalimat:

Fatabe ira fatua lö fabali

Bersalaman mereka sebelum berpisah ‘Mereka bersalaman sebelum berpisah’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar tabe

(bersalaman) yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan hambat alveolar /t/ tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

2. Memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{fa-} + kureta ‘sepeda’  fakureta ‘bersepeda’ Dalam kalimat:

Fakureta ndra’aga ba newali

Bersepeda kami di halaman ‘Kami bersepeda di halaman’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar kureta

(sepeda) yang fonem awalnya berupa bunyi konsonan hambat velar /k/ tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

3. Menyatakan ukuran yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{fa-} + anau ‘panjang’  fa’anau ‘panjangnya’ Dalam kalimat:

Fa’anau tali da’ö irugi lima mete

Panjang tali itu mencapai lima meter ‘Panjang tali itu mencapai lima meter’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar anau

(panjang) yang fonem awalnya berupa bunyi vokal /a/ tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

4. Menyatakan jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{fa-} + walu ‘delapan’  fawalu ‘kira-kira delapan’ Dalam kalimat:

Fawalu ngawua lasöndra duria satoru

Kira-kira delapan buah mereka dapatkan durian yang jatuh ‘Mereka mendapatkan durian jatuh kira-kira delapan buah’

Pada proses pembubuhan prefiks {fa-} terhadap bentuk dasar walu

(delapan) yang fonem awalnya berupa bunyi semivokal bilabial /w/ tidak menyebabkan perubahan fonem pada bentuk dasar.

5. Menyatakan dikenai oleh apa yang tersebut pada bentuk dasar Contoh:

{fa-} + tambu ‘lumpur’  fatambu ‘berlumpur’

Dalam dokumen Afiksasi Dalam Bahasa Nias (Halaman 60-69)

Dokumen terkait