• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prefiks {ma-}

Dalam dokumen Afiksasi Dalam Bahasa Nias (Halaman 41-49)

BAB IV PEMBAHASAN

4.3 Proses Afiksasi, Fungsi, dan Arti/Nosi Afiks dalam Bahasa Nias 30

4.3.1.1 Prefiks {ma-}

Prefiks {ma-} memiliki beberapa bentuk apabila melekat pada bentuk dasar sesuai dengan fonem awal bentuk dasar tersebut. Bentuk-bentuk ini terdiri atas {mang-}, {mam}, {man-}, {mom-}, {mond-}, {mol-}, {wa-} atau {wo-}.

1. Prefiks {ma-} menjadi {mang-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal vokal. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi vokal yang terletak di awal bentuk dasar menyebabkan penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ di depan bentuk dasar tersebut.

Contoh :

{ma-} + elifi ‘kutuk’  mangelifi ‘mengutuk’ {ma-} + ebua ‘besar’  mangebua ‘membesar’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar elifi

(kutuk) terjadi penambahan fonem /ŋ/ sehingga bentuknya menjadi

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ebua

(besar) terjadi penambahan fonem /ŋ/ sehingga bentuknya menjadi

mangebua (membesar).

2. Prefiks {ma-} menjadi {mam-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan /b/ atau /f/. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara /b/ dan bunyi konsonan frikatif labiodental tidak bersuara /f/ menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal bilabial /m/.

Contoh :

{ma-} + bokai ‘buka’  mamokai ‘membuka’ {ma-} + fotu ‘nasihat’  mamotu ‘menasihati’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar bokai

(buka) terjadi pelesapan fonem /b/ dan digantikan oleh fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi mamokai (membuka).

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar fotu

(nasihat) terjadi pelesapan fonem /f/ dan digantikan oleh fonem /m/ sehingga bentuknya menjadi mamotu (menasihati).

3. Prefiks {ma-} menjadi {man-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan /s/ atau /t/. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi konsonan frikatif alveolar /s/ dan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara /t/ menyebabkan bunyi konsonan yang berada di awal bentuk dasar tersebut berubah menjadi bunyi konsonan nasal alveolar /n/.

Contoh :

{ma-} + sasai ‘cuci’  manasai ‘mencuci’ {ma-} + taha ‘tahan’  manaha ‘menahan’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar sasai

(cuci) terjadi pelesapan fonem /s/ dan digantikan oleh fonem /n/ sehingga bentuknya menjadi manasai (mencuci).

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar taha

(tahan) terjadi pelesapan fonem /t/ dan digantikan oleh fonem /n/ sehingga bentuknya menjadi manaha (menahan).

4. Prefiks {ma-} menjadi {mom-} apabila melekat pada bentuk dasar yang suku awalnya berfonem /ba/. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi konsonan bilabial bersuara /b/ menyebabkan penambahan bunyi konsonan nasal bilabial /m/ di depan bunyi konsonan suku awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal /a/ pada prefiks {ma-} berubah menjadi vokal /o/.

Contoh :

{ma-} + bala ‘babat’  mombala ‘membabat’ {ma-} + baloi ‘tunggu’  mombaloi ‘menunggu’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar bala

(babat) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-} dan penambahan fonem /m/ di depan suku awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mombala (membabat).

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar baloi

(tunggu) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-}dan penambahan fonem /m/ di depan suku awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mombaloi (menunggu).

5. Prefiks {ma-} menjadi {mond-} apabila melekat pada bentuk dasar yang berfonem awal konsonan /r/. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi

konsonan getar alveolar /r/ menyebabkan penambahan bunyi gugus konsonan dental (nd) di awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal /a/ pada prefiks {ma-} berubah menjadi bunyi vokal /o/.

Contoh :

{ma-} + ra’u ‘tangkap’  mondra’u ‘menangkap’ {ma-} + ra’a ‘iris’  mondra’a ‘mengiris’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ra’u

(tangkap) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-} dan penambahan gugus fonem /nd/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mondra’u (menangkap).

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ra’a (iris) terjadi perubahan fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-} dan penambahan gugus fonem /nd/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi mondra’a (mengiris).

6. Prefiks {ma-} menjadi {mol-} apabila melekat pada bentuk dasar berupa kata kerja intransitif yang berfonem awal vokal /o/. Penggabungan prefiks {ma-} dengan bunyi vokal /o/ menyebabkan penambahan bunyi konsonan lateral alveolar /l/ di awal bentuk dasar tersebut, sedangkan bunyi vokal /a/ pada prefiks {ma-} berubah menjadi bunyi vokal /o/.

Contoh :

{ma-} + osi ‘hapus’  molosi ‘menghapus’ {ma-} + ohe ‘bawa’  molohe ‘membawa’

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar osi (hapus) terjadi pergantian fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-} dan

penambahan fonem /l/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi molosi (menghapus).

• Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar ohe (bawa) terjadi pergantian fonem /a/ menjadi fonem /o/ pada prefiks {ma-}dan penambahan fonem /l/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi molohe (membawa).

7. Prefiks {ma-} menjadi {wa-} atau {wo-} apabila bentuk dasar yang mendapat imbuhan prefiks {ma-} dipakai dalam hubungan kalimat. Namun, aturan ini tidak berlaku jika bentuk dasar tersebut terletak di awal kalimat atau didahului oleh kata no ‘sudah’ atau ‘tidak’. Perubahan prefiks {ma-} menjadi {wa-} atau {wo-} disesuaikan dengan bentuk dasar yang telah mendapatkan imbuhan tersebut. Perubahan tersebut menyebabkan bunyi konsonan nasal bilabial /m/ menjadi bunyi konsonan semivokal bilabial /w/. Contoh :

{ma-} + sasai ‘cuci’  manasai ‘mencuci’ Manasai  wanasai ‘mencuci’

Dalam kalimat:

Möi ia wanasai nukha ba hele

Pergi dia mencuci kain di sumur ‘dia pergi mencuci kain di sumur’

Pada proses perubahan prefiks {ma-} menjadi {wa-} terhadap bentuk

manasai (mencuci) terjadi perubahan fonem /m/ menjadi fonem /w/ sehingga bentuknya menjadi wanasai (mencuci).

{ma-} + ohe ‘bawa’  molohe ‘membawa’

Molohe  wolohe ‘membawa’

Tohare ia ma’ifutö ba wolohe dalu-dalu da’ö

Datang dia sebentar lagi untuk membawa obat itu ‘Dia datang membawa obat itu sebentar lagi’

Pada proses perubahan prefiks {ma-} menjadi {wo-} terhadap bentuk molohe

(membawa) terjadi perubahan fonem /m/ menjadi fonem /w/ sehingga bentuknya menjadi wolohe (membawa).

Berdasarkan distribusinya, prefiks {ma-} dapat melekat pada: 1. Kata kerja

Contoh :

{ma-} + bözini ‘sapu’  mamözini ‘menyapu’ 2. Kata benda

Contoh:

{ma-} + adulo ‘telur’  mangadulo ‘bertelur’ 3. Kata sifat

Contoh:

{ma-}+ a’usö ‘kuning’  manga’usö ‘menguning’

b. Fungsi Prefiks {ma-}

Prefiks {ma-} berfungsi untuk membentuk kata kerja. Contoh:

{ma-} + faku ‘cangkul’  mamaku ‘mencangkul’ Dalam kalimat:

Möi ndra’aga mamaku laza

Pergi kami mencangkul sawah ‘Kami pergi mencangkul sawah’

Pada contoh di atas terjadi perubahan kelas kata benda (faku ‘cangkul’) menjadi kelas kata kerja (mamaku ‘mencangkul’).

c. Arti/nosi Prefiks {ma-}

Prefiks {ma-} mempunyai arti sebagai berikut:

1. Melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{ma-} + su’a ‘ukur’  manu’a ‘mengukur’ Dalam kalimat:

Manu’a wa’alawa mboto nono ga’ania

Mengukur tinggi badan anak kakaknya ‘Dia sedang mengukur tinggi badan anak kakaknya’

Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar su’a (ukur) terjadi perubahan bunyi konsonan frikatif alveolar /s/ menjadi bunyi konsonan alveolar nasal /n/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi manu’a (mengukur).

{ma-} + tagö ‘curi’  managö ‘mencuri’ Dalam kalimat:

Asese managö sandala ia ba nomoma

Sering mencuri sandal dia di rumah kami ‘Dia sering mencuri sandal di rumah kami’

Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar tagö (curi) terjadi perubahan bunyi konsonan hambat alveolar tidak bersuara /t/ menjadi bunyi konsonan nasal alveolar /n/ di awal bentuk dasar tersebut sehingga bentuknya menjadi managö (mencuri).

2. Menjadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{ma-} + afusi ‘putih’  mangafusi ‘memutih’ Dalam kalimat:

Mangafusi mbawara me larongo duria da’ö

Memutih wajah mereka ketika mereka dengar berita itu ‘Wajah mereka memutih (memucat) ketika mendengar berita itu’

Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar afusi (putih) terjadi penambahan penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ di depan bentuk dasar yang berfonem awal vokal tersebut sehingga bentuknya menjadi

mangafusi (memutih).

{ma-} + aitö ‘hitam’  mangaitö ‘menghitam’ Dalam kalimat:

Itugu ara, itugu mangaitö gulinia

Semakin lama, semakin menghitam kulitnya ‘Semakin lama, kulitnya semakin menghitam’

Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar aitö (hitam) terjadi penambahan penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ di depan bentuk dasar yang berfonem awal vokal tersebut sehingga bentuknya menjadi

mangaitö (menghitam).

3. Menghasilkan apa yang tersebut pada bentuk dasar. Contoh:

{ma-} + adulo ‘telur’  mangadulo ‘bertelur’ Dalam kalimat:

No mangadulo manugu

Sudah bertelur ayamku ‘Ayamku sudah bertelur’

Pada proses pembubuhan prefiks {ma-} terhadap bentuk dasar adulo (telur) terjadi penambahan penambahan konsonan nasal velar /ŋ/ di depan bentuk dasar yang berfonem awal vokal tersebut sehingga bentuknya menjadi

4.3.1.2 Prefiks {me-}

Dalam dokumen Afiksasi Dalam Bahasa Nias (Halaman 41-49)

Dokumen terkait