• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESENTASI HASIL SIDANG KELOMPOK

Dalam dokumen LAPORAN MPR VII 17x25 1 (Halaman 43-48)

BAB III HASIL PERTEMUAN MPR

III.3 PRESENTASI HASIL SIDANG KELOMPOK

Sesuai dengan arahan dari pelaksanaan MPR plus BATAN Tahun 2015, dan untuk memenuhi sasaran yang akan dicapai, maka anggota MPR+ dibagi dalam empat kelompok , yang meliputi :

(1)Antisipasi UU ASN melalui PERKA BATAN, mempersiapkan SDM BATAN yang kompetensi dan bersertifikat; serta menyeleksi SDM yang masuk ke BATAN. (Prof. Drs. Eri Hiswara, M.Sc.)

(2)Membahas Program Unggulan di BATAN, meliputi perencanaan, pengawalan, monitoring dan evaluasi. (Prof. Dr. Muhayatun, MT)

(3)Menganalisa Kompetensi dan ABK yang ada di BATAN agar tercapai Program BATAN Unggul di tingkat Regional. (Dr. Ir. M. Dhandang Purwadi, MT.)

(4)Mempersiapkan SOP bagi pembentukan Tim Adhoc (Prof. Drs. Darsono M.Sc.) Tabel 2. Pembagian Kelompok

Prof.Dr. Ridwan (Ketua harian MPR) Prof. Dr. Rer. Nat . Evvy Kartini (Sekertaris Umum)

No Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 2 Kelompok 4

ASN Program BATAN Komptensi Tim Adhoc BATAN 1 Prof. Drs. Eri

Hiswara, M.Sc. Prof. Dr. Muhayatun, MT Dr. Ir. M. Dhandhang Purwadi, MT.

Prof. Drs. Darsono, M.Sc.

2 Prof. Dr. Ir. Efrizon

Umar, MT. Dr. Zubaidah Alatas Prof. Dr. Ishak, M.Sc., M.ID, APU. Prof. Drs. Sunarhadiyoso, M.Sc. 3 Drs. Nurman

Rajaguguk Prof. Dr. Rer. Nat. Usman Sudjadi Prof. Drs. Sahat Simbolon, M.Sc Prof. Dr. Ir. Sigit 4 Estopet MD

Sormin, SH

Prof. Drs. Surian Pinem, M.Si.

Prof. Dr. Rer. Nat. Tri Mardji Atmono

Prof. Ir. Zainus Salimin, M.Si 5 Chaerudin, SE Prof. Ir. Dwi

Biyantoro, MS. Prof. Dr. Ishak, M.Sc., M.ID, APU. Drs. Wiranto Budi Santoso, M.Sc. 6 Prof. Ir. Yohannes

Sardjono Prof. Dr. Ridwan Prof.Dr. Zubaidah Irawati Prof. Drs. Samin 7 Ir. Falikul Fikri Prof. Drs. Erwansyah

Lubis, M.Si. Prof. Dr. Ir. Agus Taftazani Prof. Drs. Sunarhadiyoso, M.Sc.

III.1.1 Presentasi Kelompok “Aparatur Sipil Negara”

1. Bahwa untuk mewujudkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai bagian dari reformasi birokrasi telah ditetapkan jabatan:

a. pimpinan tinggi, terdiri atas pimpinan tinggi pratama, madya dan utama

b. fungsional, terdiri atas keahlian (pertama, muda, madya dan utama) dan keterampilan (pemula, terampil, mahir dan penyelia)

c. administrasi, terdiri atas pelaksana, pengawas dan administrator 2. Asumsi dasar pelaksanaan UU ASN perlu reformasi mendasar:

a. jalur karir profesional yang mendorong perwujudan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan; dan

b. pelaksana penyediaaan layanan publik yang berkualitas prima, dengan efisiensi dan secara konsisten

3. Proses transformasi pencapaian dalam karir pimpinan tinggi, fungsional dan adminsitrasi tidak lagi didasarkan pada:

a. loyalitas pada atasan, melainkan pada pencapaian visi dan misi

b. pola karir “urut kacang”/senioritas, tapi pola karir terbuka, lintas Kementerian/Lembaga/Daerah

c. kualitas pelayanan tidak terukur, tapi dengan standar pelayanan minimum (SPM)

d. kinerja sesuai dengan penyerapan anggaran, tapi kinerja yang transparan, akuntabel dan profesional (TAP)

4. Untuk mewujudkan ASN berkelas dunia sebagaimana tujuan RB, perlu dimiliki

a. profesionalisme, dengan mewujudkan dan memaksimalkan kompetensi yang dimilikinya sehingga bermanfaat tepat guna bagi bidang yang dikerjakannya;

b. berintegritas, memiliki komitmen kuat dalam menjalankan tugas sebagai pelayan publik c. memiliki wawasan global (bukan berarti harus selalu tanggap dengan kabar terkini dari

seluruh dunia) melainkan tanggap terhadap permasalahan dan fenomena yang berkembang di masyarakat

5. Pejabat fungsional merupakan jabatan dasar yang selanjutnya dapat berkompetisi untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi utama. Karena itu semua pegawai didorong untuk masuk fungsional yang ada, atau mengusulkan fungsional yang baru ke Kementerian PAN/RB.

6. Untuk berkompetisi dalam karir ASN, dilakukan melalui pelaksanaan pengembangan karir berdasarkan:

a. kualifikasi

b. kompetensi (teknis, manajerial, sosial kultural), c. penilaian kinerja;

d. kebutuhan instansi pemerintah

e. dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas 7. ASN wajib mendapat perlindungan berupa:

a. jaminan kesehatan b. jaminan kecelakaan kerja c. bantuan hukum

8. Untuk mengakomodasi semua hal di atas, BATAN perlu:

a. mengantisipasi pemberlakuan PP tentang manajemen ASN sebagai turunan pelaksanaan UU ASN , khususnya untuk mengantisipasi nomenklatur pegawai sesuai dengan jabatan yang ada di ASN

b. menyiapkan perangkat peraturan perundang-undangan yang memadai

III.1.2 Presentasi Kelompok “Peningkatan Kualitas Capaian Program Batan”

Latar Belakang

Pelaksanaan program pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir perlu diatur dengan sistem tata laksana yang baku, sehingga penyelenggaraan kegiatan litbangyasa iptek nuklir dapat berlangsung secara efisien, efektif dan terukur dengan berkeselamatan dan keamanan yang handal serta mampu menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat untuk mendukung pelaksanaan mbangunan nasional.

Keberhasilan yang dicapai oleh institusi litbang seperti Batan adalah dicirikan dari capaian ‘output’ kinerja baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sesuai dari ‘life cycle’ kegiatan teknologi nuklir yang panjang, maka pencapaian keberhasilan akan sangat bergantung dari sejak penyusunan konseptual kegiatan, R&D dan pelaksanaan hingga pelaporan. Ukuran-ukuran pencapaian program haruslah disusun secara sistematis sesuai pedoman mutu terpadu tingkat Batan.

Evaluasi terhadap capaian program Batan baik secara kualitatif maupun kuantitatif sejauh ini belum dilaksanakan secara sistematis yang mendorong peningkatan mutu, melainkan lebih bersifat administrasi. Oleh sebab itu suatu prosedur operasional yang baku baik dari sejak penyusun konsep kegiatan, pelaksanaan dan pelaporannya haruslah disusun mengikuti prosedur mutu. Selain itu di dalam implementasinya, prosedur operasional tersebut haruslah dilaksanakan kepada personil yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Untuk meningkat kualitas capaian program BATAN diperlukan berbagai strategi yang dimulai dari konseptual, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Permasalahan dan Rekomendasi

1. Manlitbang BATAN Keputusan Kepala BATAN No. 093/KA/IV/2009 tentang “Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Diseminasi, Dan Penguatan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Nuklir” belum tersosialisassi dan terimplementasikan dengan baik serta perlu dievaluasi secara berkala. Staf ahli seharusnya dilibatkan secara optimal dalam rangka peningkatan kualitas capaian program BATAN. 2. Perlu penyusunan SOP yang menjabarkan Manlitbang tersebut diatas oleh personil yang

berkompeten

3. Prosedur Penyiapan Usulan Penelitian yang telah tercantum dalam Manlitbang BATAN perlu diimplementasikan dengan melibatkan tim ahli.

4. Prosedur pendukung terhadap pemantauan pelaksanaan Uskeg dari konseptual, pelaksanaan dan pelaporan perlu dibuat sebagai pedoman kerja peer group.

5. Pembentukan Tim peer group harus berdasarkan kompetensi yang sesuai dalam menjalankan tugas pengawalan pelaksanaan litbang dari konsep, pelaksanaan dan pelaporan.

6. SOP pelaksanaan tugas pengawalan dalam pemantauan keberhasilan output belum tersedia dan perlu disusun sesuai dengan tuntutan stakeholder BATAN (Bapenas )

7. SOP untuk mengevaluasi hasil litbangyasa yang melibatkan eselon I dalam rangka mewujudkan outcome BATAN perlu disusun.

Kesimpulan

Tersedianya SOP sebagai penterjemahan praktis dari Manlitbang BATAN akan menjadi pedoman dalam upaya peningkatan kualitas program BATAN menuju visi BATAN unggul di tingkat regional.

III.1.3 Presentasi Kelompok “Kompetensi”

Latar Belakang

• Kebutuhan bidang, tingkatan, dan kuantitas kompetensi diarahkan untuk menyelesaikan sasaran/target/goal program kerja

• Kebutuhan dan bidang kompetensi harus mempertimbangkan program kerja

• ABK untuk masing-masing bidang kompetensi dilakukan dengan mempertimbangkan program kerja:

– Prioritas Nasional – Prioritas BATAN – Prioritas

Siklus Perencanaan Kompetensi

Laporan Pertemuan MPR VII 2015 - 41 PROGRAM

RDE, IRADIATOR, LTJ…

KEBUTUHAN BIDANG KOMPETENSI

ANALISIS BEBAN KERJA

SAMA KETERSEDIAAN KOMPTENSI

YES

NO

Gambar 5. Siklus Perencanaan Kompetensi

Gambar 6. Level and Field of Competency

Berdasarkan Gambar 6, dapat dilihat bahwa Bidang Kompetensi terdiri dari 3 bidang yaitu Manajemen, Administrasi, dan Fungsional. Sedangkan Tingkat Kompetensi terdiri dari Pertama, Muda, Madya, dan Utama. Ada 3 hal yang penting untuk meningkatkan tingkat kompetensi seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman dan prestasi. Untuk meningkatkan kemampuan seseorang dapat melalui kemampuan kognitif, motorik dan attitude.

III.1.4 Presentasi Kelompok “Pembentukan Tim Adhoc BATAN”

REKOMENDASI

Perlu dibuat Dokumen Prosedur baku pemilihan anggota Tim adhoc yang memuat: 1. Uraikan tugas dan wewenang Tim

2. Persyaratan kompetensi minimal(persyaratan): 3. Untuk membuat Prosedur mengacu SOP Jamu

4. Telah ditetapkan diawal tahun kegiatan untuk massa kerja 1 tahun

Tabel 3. Persyaratan Minimal Tim Adhoc BATAN

Persyaratan Minimal

KPTF TPF Peer Group Tim Monev

Substansi TP3 Minimal Fungsional Madya/IV-a Minimal Fungsional Madya/IV-b Minimal Fungsional Madya/IV-b atau PTP Minimal Fungsional Madya/IV-b atau PTP Persyarataan sesuai LIPI Keterwakilan yang proposional Keterwakilan yang proposional Berpengalaman menjadi pemegang penanggung jawab USKEG Berpengalaman menjadi pemegang penanggung jawab USKEG Berpengalaman menjadi anggota TPF(TP2I) Kompetensi sesuai tufoksi Satker Kompetensi sesuai tufoksi BATAN Memahami, visi, misi, Renstra BATAN dan mempunyai kompetensi di Bidang Nuklir Memahami, visi, misi, Resntra BATAN dan mempunyai kompetensi di Bidang Nuklir Dipilih/diusulkan oleh Jafung terkait Direkomendasi oleh Kepala Pusat Direkomendasi oleh Kepala Pusat Direkomendasi oleh Kepala Pusat Mempunyai komitmen terhadap jafung fungsional Berpengalaman menjadi anggota KPTF minimal 3 tahun Pernah menjadi anggota peer group Mempunyai komitmen terhadap jafung fungsional TPF=Tim penilai Fungsional

Dalam dokumen LAPORAN MPR VII 17x25 1 (Halaman 43-48)

Dokumen terkait