• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Belajar

2.1.1.4 Prestasi Belajar

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian di Indonesiakan menjadi “prestasi” yang artinya “hasil usaha” (Arifin, 2009:12). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) prestasi berarti suatu hasil yang dicapai. Menurut KBBI (2008:1101) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan (Arifin, 2009:12). Prestasi belajar yaitu hasil suatu usaha yang dicapai pada perubahan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-sikap yang dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai dari guru.

Ada ahli yang mendefinisikan perubahan kemampuan penguasaan siswa sebagai hasil belajar. Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang setelah dia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009:22). Purwanto (2009:46) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil perubahan yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar adalah hasil perubahan kemampuan dari pengalaman belajar yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kesimpulan dari beberapa ahli di atas

memberikan gambaran kesamaan pengertian antara prestasi dengan hasil belajar, yaitu keduanya merupakan hasil perubahan kemampuan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pencapaian prestasi belajar dapat dilihat dari pencapaian indikator yang sudah ditentukan. Indikator merupakan suatu yang menjadi petunjuk (KBBI, 2008:532). Indikator prestasi merupakan suatu yang menjadi penunjuk adanya prestasi tertentu (Syah, 2008:216). Jadi, indikator prestasi belajar merupakan sesuatu yang menjadi petunjuk adanya perubahan hasil usaha dalam ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi yang dikemukakan oleh Surya (1982) dan Barlow (1985) disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi (Syah, 2008:217) Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi Ranah Cipta (Kognitif)

1. Pengamatan 1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 2. Ingatan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 3. Pemahaman 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 4. Aplikasi/Penerapan 1. Dapat memberikan contoh

2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi 5. Analisa (Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti 1. Dapat menguraikan 2. Dapat mengklasifikasikan/memilah-milah 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 6. Sintesis (Membuat paduan baru dan utuh)

1. Dapat menghubungkan materi-materi sehingga menjadi kesatuan baru 2. Dapat menyimpulkan 3. Dapat mengeneralisasikan

1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas

Ranah Rasa (Afektif)

1. Penerimaan 1. Menunjukkan sikap menerima

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 2. Sambutan 1. Kesediaan berpartisipasi atau

terlibat

1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi 2. Kesediaan memanfaatkan 3. Observasi 3. Apresiasi (sikap

menghargai)

1. Menganggap penting dan bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis

3. Mengagumi

1. Tes skala penilaian sikap

2. Pemberian tugas 3. Observasi 4. Internalisasi

(Pendalaman)

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

1. Tas skala sikap 2. Pemberian tugas

ekspresif (yang menyatakan sikap) dan tugas proyektif (yang menyatakan perkiraan atau ramalan) 5. Karakteristik (penghayatan) 1. Melembagakan atau meniadakan

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari

1. Pemberian tugas ekspresif dan proyektif

2. Observasi Ranah Karsa (Psikomotorik)

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya

1. Observasi 2. Tes tindakan 2. Kecakapan ekspresi

verbal dan non verbal

1. Kefasihan

melafalkan/mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimik

dan gerakan jasmani

1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan

Pencapaian prestasi belajar dapat diungkap dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar merupakan tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal siswa dalam menguasai materi-materi yang sudah dipelajari. Tes prestasi belajar secara luas mencakup tiga kawasan tujuan pendidikan yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas (Aswar, 2005:8-9).

Pada penelitian ini prestasi belajar hanya akan diukur pada aspek kognitif siswa dalam belajar IPS. Pengukuran prestasi belajar hanya pada aspek kognitif atau pengetahuan karena peneliti ingin mengetahui penguasaan materi IPS oleh siswa atas penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I. Jadi yang dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil suatu usaha yang

dicapai pada perubahan kemampuan kognitif siswa kelas V Sekolah Dasar yang diukur menggunakan tes objektif.

Ada beberapa prinsip-prinsip pengukuran prestasi belajar perlu diketahui sebelum menyusun instrumen tes prestasi belajar. Menurut Grondlund (dalam Aswar, 2005:18-22) prinsip-prinsip prestasi belajar yaitu (1)tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang dibatasi sesuai tujuan pembelajaran, (2)harus mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh tujuan pembelajaran, (3)tes prestasi berisi tentang item dengan tipe yang sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, (4)tes prestasi disusun sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasil, (5)reliabilitas tes prestasi diusahakan setinggi mungkin, (6)tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar siswa.

Penyusunan tes prestasi belajar dibatasi oleh tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan (Azwar, 2005:19). Pada penyusunan tujuan pembelajaran harus mengacu pada indikator yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran. Jadi, dalam mengukur prestasi belajar harus ada acuan dan tidak boleh sembarangan.

Tes untuk mengetahui keberhasilan suatu pembelajaran tidak mungkin memuat semua materi yang dipelajari mengingat keterbatasan waktu, kemampuan penulis soal, biaya yang dikeluarkan. Hal ini menyebabkan penyajian tes hanya merupakan sebagian kecil dari permasalahan yang sudah dipelajari. Oleh karena itu soal tes harus representatif yang dicakup secara proporsional (Azwar, 2005:19).

Tipe-tipe tes prestasi yang disajikan dalam soal harus disesuaikan dengan tujuan yang akan diukur. Hal ini dapat dicontohkan misalnya jika akan mengukur

kompetensi dalam pemecahan masalah maka soal dapat dibuat esai atau pilihan ganda. Tipe benar salah atau jawaban pendek dapat dipilih apabila tujuannya pengungkapan fakta (Azwar, 2005:19).

Tes prestasi dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya. Hal ini dapat dicontohkan seperti tes sumatif bisa mencakup dari keseluruhan materi yang sudah dipelajari, misalnya tes semester harus mencakup semua materi yang sudah dipelajari selama satu semester. Tes formatif harus mencakup materi pelajaran yang sudah dipelajari dalam beberapa pertemuan (Azwar, 2005:20).

Reliabilitas tes menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan interpretasi hasil ukur tes yang dilakukan. Tes yang tidak memberikan hasil yang konsisten akan memberikan penafsiran yang keliru pada aspek yang akan diungkap, oleh karenanya reliabilitas tes sebisa mungkin diusahakan setinggi mungkin (Azwar, 2005:21).

Tes prestasi memberikan gambaran tentang sejauh mana materi dipahami oleh siswa. Tujuan utama dari tes sumatif maupun formatif dapat digunakan sebagai motivator siswa dalam belajar. Siswa dapat melihat dari hasil tes sumatif ataupun formatif dalam mempertahankan atau meningkatkan belajarnya (Azwar, 2005:21).

Di samping hal-hal di atas, menurut peneliti ada satu yang perlu ditambahkan untuk prinsip pengukuran prestasi belajar yaitu tes prestasi harus diuji validitasnya. Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen tes prestasi untuk mengukur apa yang harus diukur. Adanya uji validitas maka suatu instrumen penelitian dapat mengungkap data dengan tepat.

Dokumen terkait