• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prestasi Belajar

Dalam dokumen Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi (Halaman 52-65)

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, yakni ‘prestasi’ dan ‘belajar’. Dimana antara kata ‘prestasi’ dan ‘belajar’ memiliki arti yang berbeda.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb)”.51 Dan pengertian prestasi tersebut merupakan suatu hasil yang dicapai oleh seseorang dari usaha yang telah dilakukan.

Sedangkan pengertian belajar menurut Muhibbin Syah adalah “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.52 Menurut Purwanto, belajar merupakan “proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”.53 Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, belajar adalah “pengalaman.pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungan”.54 Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah “suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung

51

Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 895.

52

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal.68.

53

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 38-39.

54

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 155.

melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimilikinya sebelumnya”.55 Menurut Winkel, belajar adalah ”aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap”.56 Menurut Muhammad Zaini, belajar adalah “segala kegiatan, aktivitas atau upaya yang dilakukan oleh siswa sebagai respons terhadap kegiatan mengajar guru”.57 Menurut S. Nasution, belajar diartikan sebagai “ perubahan dalam kelakuan seseorang sebagai akibat pengaruh usaha pendidikan”.58 Menurut Sardiman A.M, belajar adalah “sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik”.59

Bertolak dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia bukan hanya sekedar mencerdaskan manusia saja. Namun, menjadi manusia yang berkepribadian luhur itu hakikat sebuah belajar. Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnyaitu melibatkan unsur cipta atau membuat sesuatu, rasa / perasaan, karsa / keinginan, kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar di sini

55

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 106.

56

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar…, hal. 39.

57

Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep Implentasi Evaluasi dan Inovasi. (Surabaya: Elkaf, 2006), hal. 3.

58

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 91.

59

merupakan suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan tersebut adalah terjadinya suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud adalah menyangkut semua unsur yang ada pada diri individu. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar, setelah dia memperoleh hasil, yakni yang berupa terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut.

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorangyang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan suatu kecakapan, kebiasaan, sikap dan pengertian suatu pengetahuan dalam usaha merubah diri menjadi semakin baik dan mampu.

Berkaitan dengan kegiatan belajar siswa di madrasah / sekolah, siswa mengharapkan dapat mencapai prestasi belajar. Prestasi belajar tersebut dapat dicapai hanya dengan belajar. Karena belajar itu merupakan suatu proses. Selain itu tugas belajar adalah kewajiban setiap siswa / pelajar. Dengan kegiatan belajar siswa dapat menuntut ilmu di sekolah/madrasah. Sesuai dengan firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an, maka manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan diberi kemuliaan dengan ditinggikan derajatnya beberapa tingkat. Sebagaimana firman-Nya:



















Artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.60

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah sebagai berikut:

1.) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya.

2.) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi akan menyaebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3.) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4.) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetapkan atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5.) Perubahan dalam bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yangakan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6.) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

60

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’anul Karim (AL-Qur’an dan Terjemahannya), terj. Hasbi Ashshiddiqi, (Jakarta: Pelita II, 1979), hal. 910-911.

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.61

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dari kegiatan atau usaha yang dilakukan yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang lazim dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai dalam periode tertentu.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam belajar siswa memiliki harapan agar dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Namun, berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu faktor internal ( faktor yang berasal dari dalam diri orang / siswa yang belajar ) dan faktor eksternal ( faktor yang berasal dari luar diri orang / siswa yang belajar).

61

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 79-80.

a. Faktor internal a. 1. Kesehatan

“Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar”.62 “Karena kondisi fisiologis ini sangat berpengaruh terhadap konsentrasi, kegiatan dan hasil belajar”.63 Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. “Selain itu, siswa juga dianjurkan untuk memiliki pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan”.64 Hal ini penting sebab kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

“Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik”.65 Misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat mengganggu atau mengurangi semangat belajar. “Karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental”.66

62

Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 55.

63

Hamalik, Dasar-Dasar…, hal. 111.

64

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, hal. 145.

65

Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 55.

66

a. 2. Intelegensi dan bakat

Intelegensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. “Anak-anak memiliki tingkat kecerdasan yang relatif tinggi tentu lebih mudah menangkap dan mencerna pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah daripada anak-anak yang memiliki kecerdasan yang lebih rendah”.67 “Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa”.68“Bakat, juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar”.69 Misalnya belajar main piano, apabila dia memiliki bakat musik, akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.

Selanjutnya, bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang intelegensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar (intelegensi tinggi) biasanya orang yang sukses dalam kariernya.

67

Singgih D. Gunarsa dan Yulia D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Jakarta: BPK Gunung Mulya, 1989), hal. 140.

68

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, hal. 147.

69

a. 3. Minat dan motivasi

Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat, maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar.

Secara sederhana, minat berarti “kecendurungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.70 “Minat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari”.71 “Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai / memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu”.72 Minat belajar akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal yang akan dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kaitan hal-hal yang akan dipelajarinya tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadinya. Selain itu, timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.

Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah “ daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan”.73

70

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, hal. 151.

71

Dalyono, Psikologi Pendidikan…, hal. 56.

72

Hamalik, Dasar-Dasar…, hal. 111.

73

Adapun menurut Gleitman dan Reber dalam Muhibbin Syah, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Selanjutnya, menurut Muhibbin Syah motivasi dibedakan menjadi du macam, yaitu: 1.) motivasi intrinsik; 2.) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.74

“Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat”.75 Sebaliknya belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan denngan pelajaran. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

a. 4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,

74

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, hal. 151-152.

75

psikologis dan ilmu kesehatan, akan memperoleh yang kurang memuaskan.

Teknik-teknik belajar yang perlu diperhatikan, yaitu: bagaimana caranya membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan / kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.76

b. Faktor eksternal b. 1. Keluarga

Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak. Di samping itu, “faktor keadaan rumah juga turut mempengaruhi keberhasilan belajar”.77

Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) misalnya, akan mendorong siswa untuk

76

Ibid., hal. 58.

77

berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi.78

Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

b. 2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut menentukan keberhasilan belajar. Bila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib (disiplin), maka murid-muridnya kurang mematuhi perintah para guru dan akibatnya mereka tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah maupun di rumah. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar menjadi rendah.

b. 3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya, baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran. Hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar kurang.79

78

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar…, hal. 154.

79

b. 4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.80

Sementara itu Winkel, merinci faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

1.) Faktor pada pihak siswa, terdiri dari:

a. Faktor-faktor psikis intelektual, yang meliputi motivasi belajar, sikap perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosio kultural atau ekonomis. b. Faktor fisik yang meliputi keadaan fisik.

2.) Faktor dari luar siswa yang terdiri dari:

a. Faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher afectiveness, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa.

b. Faktor-faktor sosial di sekolah yang meliputi sistem sosial, dan interaksi guru dan siswa.

c. Faktor situasional, yang meliputi keadaan politik ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.

d. Bakat. e. Minat. f. Emosi. g. Kepribadian.

h. Gangguan kejiwaan atau gangguan kepribadian lainnya.81

Sehubungan dengan hal yang tersebut di atas, agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal, maka siswa perlu meningkatkan kemampuan, minat dan motivasi yang terdapat pada dirinya. Demikian juga

80

Ibid., hal. 60.

81

halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor tersebut dapat mendorong dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat memberikan dukungan siswa di dalam belajar. Diantara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang lebih penting yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik siswa, setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga. Minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Karena dengan adanya minat siswa terhadap suatu mata pelajaran, maka pelajaran akan lebih mudah dipelajari dan disimpan sehingga menambah motivasi belajar siswa.

3. Jenis-Jenis Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.82

82

Adapun jenis-jenis prestasi belajar menurut Benjamin S. Bloom adalah sebagai berikut:

a. Ranah kognitif (cipta)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam rangkaian ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat 6 jenjang proses berpikir, yaitu:

1. Pengetahuan / hafalan / ingatan. 2. Pemahaman (comprehension).

3. Penerapan atau aplikasi (application). 4. Analisis (analysis).

5. Sintesis (synthesis).

6. Penilaian / penghargaan / evaluasi (evaluation). b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif tersebut terdiri dari 5 jenjang, yaitu:

1. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)

2. Responding (menanggapi)

3. Valuing (menilai = menghargai)

4. Organization (= mengatur atau mengorganisasikan).

5. Characterization by value or value complex (= karakterisasi dengan

suatu nilai atau komplek nilai). c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

belajar tertentu.83

Dalam dokumen Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi (Halaman 52-65)

Dokumen terkait