• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

(MTs. N) NGANTRU

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Oleh:

DEWI FARIDA ANDRIYANI NIM. 3211063044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) TULUNGAGUNG

(2)

i

(MTs. N) NGANTRU

TULUNGAGUNG

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

Program Sarjana Strata Satu Ilmu Pendidikan Islam

Oleh:

DEWI FARIDA ANDRIYANI NIM. 3211063044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) TULUNGAGUNG

(3)

ii

Skripsi dengan judul “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di Madrasah

Tsanawiyah Negeri Ngantru Tulungagung” yang ditulis oleh Dewi Farida Andriyani

ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Tulungagung, 23 Juli 2010

Pembimbing,

(4)

iii

Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngantru Tulungagung” yang ditulis oleh Dewi Farida

Andriyani ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi STAIN

Tulungagung pada hari Sabtu, tanggal 7 Agustus 2010, dan dapat diterima sebagai

salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu dalam Ilmu

Pendidikan Islam.

Dewan Penguji Skripsi

Ketua,

Drs. H. Masduki, M.Ag NIP. 1962 0708 1998 031 001

Sekretaris,

Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag NIP. 19611110 199001 1 001

Penguji Utama

Drs. H. Munardji, M.Ag NIP. 195412181986021001

Tulungagung, 7 Agustus 2010

Mengesahkan, STAIN Tulungagung

Ketua,

(5)

iv





Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang

telah diusahakannya”. (Qs.An-Najm: 39).

(6)

v

 Ayah dan ibuku yang telah membesarkan dan mendidik.

 Kakak yang selalu mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Sahabat-sahabatku yang setia menemaniku dikala senang dan sedih.

 Teman-teman PAI-B, teman-teman KKN, teman-teman PPL yang

telah memberikan inspirasi dalam pembuatan skripsi ini.

(7)

vi

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Swt, atas semua

limpahan rahmad-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar di MTs.N Ngantru

Tulungagung” ini dengan baik.

Sholawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada Rasulullah Saw,

yang telah membawa cahaya terang untuk kita semua dan yang selalu kita nantikan

syafa’atnya di yaumul kiyamah nanti.

Skripsi ini penulis ajukan untuk memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam jurusan Tarbiyah Program

Studi Pendidikan Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bapak DR. Maftukhin, M.Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Tulungagung yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah rela

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengarahan kepada

penulis sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

3. Segenap bapak ibu dosen yang telah membimbing, dan mendidik penulis selama

belajar di STAIN Tulungagung.

4. Bapak kepala MTs.N Ngantru Tulungagung beserta guru dan staf pegawai yang

telah memberi izin dan bantuan penulis selama mengadakan penelitian di wilayah

yang menjadi wewenangnya.

5. Ayah dan ibu yang dengan sabar mengasuh penulis sehingga dapat menyelesaikan

(8)

vii

memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.

Dengan harapan semoga amalnya diterima Allah Swt, dan diberi balasan yang

berlipat ganda. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, sebab itu saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat

penulis harapkan.

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca

umumnya.

Tulungagung, 23 Juli 2010 Penulis

(9)

viii

Sampul . ... ... i

Persetujuan ... ii

Pengesahan ... iii

Motto ... ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Abstrak .... ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 5

G. Penegasan Istilah ... 7

H. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Keadaan Psikis Siswa MTs ... 10

B. Keaktifan Siswa ... 12

C. Keaktifan Siswa yang Diteliti ... 17

1. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Intrakurikuler ... 17

2. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Ekstrakurikuler ... 24

D. Cara Mengaktifkan Siswa dalam Kegiatan Belajar ... 33

E. Prestasi Belajar ... 38

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 38

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 42

a. Faktor Internal ... 43

b. Faktor Eksternal ... 47

3. Jenis-Jenis Prestasi Belajar ... 50

(10)

ix

K. Paradigma Penelitian... 57

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pola Penelitian ... 64

B. Populasi, Sampling dan Sampel ... 66

C. Sumber Data, Variabel, Data dan Pengukurannya ... 70

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 74

E. Teknik Analisis Data ... 78

F. Prosedur Penelitian ... 82

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Keadaan MTs.N Ngantru Tulungagung ... 86

1. Sejarah Madrasah ... 86

2. Lokasi Madrasah ... 87

3. Struktur Organisasi ... 90

4. Keadaan Guru ... 91

5. Keadaan Siswa ... 94

6. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 96

B. Penyajian Data ... 100

C. Analisis Data ... 102

D. Diskusi Hasil Penelitian ... 112

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 117

B. Saran-Saran ... 118

(11)

x

2.1 Norma-Norma Pengukuran Prestasi Belajar dan Interpretasinya ... 52

2.2 Paradigma Penelitian... 58

3.1 Kriteria Pengukuran Nilai Rapor ... 74

4.1 Keadaan Guru MTs.N Ngantru Tulungagung... 92

4.2 Keadaan Siswa MTs.N Ngantru Tulungagung ... 95

4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MTs.N Ngantru Tulungagung... 98

4.4 Data Hasil Angket Mengenai Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar ... ... 101

4.5 Data tentang Korelasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Intrakurikuler dengan Prestasi Belajar... 103

4.6 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X1 dan Y... 104

4.7 Data tentang Korelasi Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Ekstrakurikuler dengan Prestasi Belajar ... 106

4.8 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X2 dan Y ... 107

4.9 Data tentang Korelasi Keaktifan Siswa dengan Prestasi Belajar... 109

4.10 Perhitungan Chi-Kuadrat antara Data X dan Y ... 110

(12)

xi

Bagan Hal.

(13)

xii

1 Angket ... 121

2 Pedoman Observasi ... 131

3 Pedoman Interview ... 132

4 Pedoman Dokumentasi ... 141

5 Struktur Organisasi MTs.N Ngantru Tulungagung ... 142

6 Jumlah Siswa MTs.N Ngantru Tulungagung ... 143

7 Jumlah Guru MTs.N Ngantru Tulungagung ... 144

8 Nilai Rata-Rata Siswa ... 146

9 Luas Tanah MTs. N Ngantru Tulungagung ... 148

10 Sarana dan Prasarana MTs.N Ngantru Tulungagung ... 149

11 Harga Kritik “r” Product Moment ... 150

12 Pernyataan Keaslian Tulisan ... 151

13 Riwayat Hidup ... 152 14 Surat Ketua Stain, Perihal Bimbingan Skripsi……… 15 Kartu Bimbingan Skripsi………. 16 Surat Ijin Akan Mengadakan Penelitian……….. 17 Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian……….. 18 Catatan Ujian Skripsi………...

(14)

xiii

Siswa dengan Prestasi Belajar di MTs.N Ngantru Tulungagung”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Tulungagung, Pembimbing: Drs. H. Ali Rohmad, M.Ag., NIP.19611110 199001 1 001.

Kata Kunci: Keaktifan Siswa (dalam Kegiatan Intrakurikuler, dalam Kegiatan Ekstrakurikuler), Prestasi Belajar.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? . 2. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? . 3. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs Negeri Ngantru Tulungagung ? .

Pola penelitian: Penelitian pendidikan, penelitian verifikatif, penelitian deskriptif dan penelitian korelasional. Populasi: Siswa kelas VII dan VIII di MTs Negeri Ngantru Tulungagung semester genap tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 314 siswa. Sampling: Stratified Proportional Random Sampling. Sampel: 48 siswa. Variabel bebas: Keaktifan siswa (dengan sub variabel: Keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dan Keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler), Variabel terikat: Prestasi belajar. Sumber data: responden, dokumentasi. Metode pengumpulan data: angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data: data teoritis menggunakan metode deduktif dan komparatif, dan data empiris menggunakan metode induktif dengan bantuan statistik melalui rumus chi-kuadrat, koefisien kontingensi dan phi.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pendidikan formal, khususnya di madrasah/sekolah keaktifan siswa

sangat diperlukan. Dengan keaktifan siswa di madrasah/sekolah, maka siswa

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat memberikan makna

dalam kehidupannya kelak. Pengertian keaktifan menurut Anton M. Mulyono

adalah “kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik.”1

Berangkat dari kedudukan siswa sebagai seseorang yang dididik, siswa dalam

kegiatannya di madrasah/sekolah memiliki harapan untuk mencapai prestasi

belajar yang diinginkan. Prestasi belajar adalah “hasil dari pengukuran serta

penilaian usaha belajar.2” Dengan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa

dapat diketahui bahwa siswa tersebut termasuk kelompok siswa yang pandai,

sedang atau kurang. Prestasi belajar tersebut lazim dinyatakan dalam bentuk

angka, huruf maupun simbol dan pada tiap-tiap periode tertentu.

Keaktifan siswa dapat berkorelasi dengan prestasi belajarnya. Keaktifan

siswa di madrasah/sekolah tersebut meliputi keaktifan siswa dalam kegiatan

1

Dyan Kurniawati, “Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas XA MA AL ASROR Dalam Belajar Sejarah Melalui Penerapan Penelitian Sejarah Secara Sederhana”, http://digilib.unnes.ac.id/, diakses 31 Maret 2010.

2

Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),hal. 43.

(16)

intrakurikuler dan keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, bahkan

keaktifan siswa dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dengan keaktifan siswa dalam

kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, maka siswa akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik.3 Karena dengan mengikuti kegiatan

intrakurikuler dan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya memiliki kemampuan dasar

dan sukses secara kognitif-pandai dalam menguasai mata pelajaran saja, tetapi

siswa juga dapat mengembangkan potensi, minat dan bakatnya secara optimal

serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk

diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Selain itu, dengan keikutsertaan siswa

dalam kegiatan ekstrakurikuler melibatkan pengembangan generasi muda sebagai

penerus bangsa. Secara akademis, hal ini amat menarik untuk diteliti lebih lanjut,

terutama mengingat bahwa siswa merupakan pihak yang dipersiapkan menjadi

generasi penerus memperjuangkan cita-cita kehidupan berbangsa, bernegara dan

beragama di masa mendatang.

3

(17)

Paparan di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

yang hasilnya dituangkan dalam skripsi ini dengan judul “Korelasi Keaktifan

Siswa dengan Prestasi Belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngantru

Kabupaten Tulungagung.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada tema skripsi sebagai permasalahan umum, maka penulis

dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Keaktifan siswa

a. Intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler

b. Intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

c. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi kepemudaan.

d. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi keolah-ragaan.

e. Intensitas keaktifan siswa dalam organisasi sosial keagamaan.

2. Prestasi belajar.

3. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan

prestasi belajar.

4. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan

prestasi belajar.

5. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi kepemudaan dengan

(18)

6. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi keolah-ragaan dengan

prestasi belajar.

7. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam organisasi sosial keagamaan

dengan prestasi belajar.

8. Korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar.

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan yang diidentifikasi tersebut, maka yang diteliti lebih lanjut

penulis batasi sebagai berikut:

1. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler dengan

prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

2. Korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan

prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

3. Korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs. Negeri

Ngantru Tulungagung.

D. Rumusan Masalah

Berpijak dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler

(19)

2. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler

dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung ? .

3. Adakah korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi belajar di MTs.

Negeri Ngantru Tulungagung ? .

E. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam skripsi

ini adalah:

1. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan

intrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru

Tulungagung.

2. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler dengan prestasi belajar di MTs. Negeri Ngantru

Tulungagung.

3. Untuk mengetahui korelasi intensitas keaktifan siswa dengan prestasi

belajar di MTs. Negeri Ngantru Tulungagung.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan

hazanah intelektual mengenai korelasi keaktifan siswa dengan prestasi

(20)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat berguna:

a. Bagi kepala madrasah/sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

menetapkan kebijakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam

kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sehingga dengan adanya

keaktifan siswa tersebut tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam

peningkatan proses belajar mengajar sehingga dapat menumbuhkan

keaktifan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai prestasi yang lebih

baik.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam meningkatkan keaktifan diri masing-masing agar

dapat meraih prestasi belajar yang lebih baik untuk untuk bekal

menyongsong kehidupan yang akan datang.

d. Bagi orang tua siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

memberi wawasan/bimbingan pada anak (yang kini menjadi siswa) dalam

(21)

e. Bagi supervisor/penilik madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam peningkatan kinerja supervisor yang berkaitan

dengan peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler di madrasah.

f. Bagi Kasi Mapenda kementerian agama RI kabupaten

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam perencanaan, perbaikan, pengembangan,

penyempurnaan, serta pengambilan kebijakan yang diarahkan pada

efektifitas pencapaian tujuan pendidikan di madrasah.

g. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

penunjang dalam pengembangan design/rancangan penelitian yang

berkaitan dengan topik tersebut.

G. Penegasan Istilah

Agar sejak awal para pembaca mendapatkan pemahaman mengenai apa yang

akan diteliti oleh penulis, maka perlu diberikan penegaan istilah terkait dengan

tema skripsi, sebagai berikut:

1. Secara konseptual, yang dimaksud dengan korelasi keaktifan siswa dengan

prestasi belajar adalah tingkat hubungan kuantitatif antara intensitas kegiatan

(22)

2. Secara operasional, yang dimaksud dengan korelasi keaktifan siswa dengan

prestasi belajar adalah tingkat hubungan kuantitatif antara intensitas kegiatan

siswa di bidang intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang diukur melalui angket

berskala ordinal dengan intensitas hasil belajar yang diukur melalui buku

rapor.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan skripsi

ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Berikut ini

dikemukakan pokok-pokok masalah dalam skripsi ini. Adapun sistematikanya

sebagai berikut:

BAB Pertama yaitu pendahuluan, pembahasan pada sub ini merupakan

gambaran dari keseluruhan isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah dalam judul, serta sistematika

pembahasan.

BAB Kedua yaitu berisikan tentang tinjauan teoritis yaitu uraian tentang hasil

kajian telaah kepustakaan tentang keaktifan siswa dalam kegiatan intrakurikuler,

ekstrakurikuler dan prestasi belajar siswa, asumsi, hipotesis penelitian, uji

(23)

BAB Ketiga adalah memuat cara-cara memperoleh data sekaligus metode

pengolahan data, sehingga memenuhi tuntutan skripsi ini, terdiri dari: pola

penelitian, populasi, sampling dan sampel, variabel dan pengukurannya, data dan

sumber data, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur

penelitian.

BAB Keempat suatu pembahasan hasil penelitian yang meliputi deskripsi

keadaan latar, penyajian data, analisis data dan diskusi hasil penelitian.

BAB Kelima adalah merupakan bab penutup yang didalamnya dikemukakan

kesimpulan sebagai suatu jawaban dari masalah yang telah diteliti dan dianalisa.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diperoleh suatu gambaran yang

sebenarnya dari masalah penelitian, sehingga dapat memberi saran-saran.

(24)

A. Kondisi Psikis Siswa Madrasah Tsanawiyah

Siswa Madrasah Tsanawiyah termasuk pada tingkatan masa remaja. Masa

remaja adalah “fase perkembangan yang pasti dilalui oleh setiap manusia

dewasa”.1 Menurut Zakiyah Daradjat dalam buku kapita selekta pendidikan

menjelaskan bahwa:

Masa remaja itu terbagi menjadi dua periode, yaitu pertama masa remaja pertama, kira-kira umur 13 sampai dengan umur 16 tahun di mana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat; dan kedua masa remaja akhir, kira-kira umur 17 tahun sampai 21 tahun. Masa remaja juga dimasukkan ke dalam masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri. Oleh karena itu, maka remaja belum mampu menguasai secara penuh fungsi fisik dan psikisnya.2

Dengan adanya hal tersebut remaja perlu mendapatkan perhatian dan

bimbingan yang serius.

Menurut pandangan Affandi Agus terdapat keadaan umum psikis pada masa

remaja adalah sebagai berikut:

1. Perasaan ingin tahu

Remaja ingin banyak mengetahui segala keadaan yang belum dikenal, seperti keadaan dirinya, keadaan orang lain, keadaan lingkungan. Dalam rangka mencari identitas diri dan memuaskan rasa ingin tahunya, terkadang remaja melakukan aktivitas yang menurut orang dewasa kurang masuk akal, seperti mendaki gunung di musim

1

Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 446.

2

Ibid., hal. 447-448.

(25)

hujan yang penuh bahaya, mengadakan perjalanan jauh dengan bersepeda, dan lain-lain.

2. Ingin coba-coba

Rasa ingin tahu mendorong remaja memiliki kecenderungan untuk ingin coba-coba. Sesuatu yang dijumpai, dilihat, atau didengar akan dicoba dipraktekkan, seperti setelah menyaksikan adegan petualangan dan kebut-kebutan dalam film. Keinginan coba-coba ini ada yang berbahaya, bilamana yang dicoba adalah barang-barang terlarang seperti minuman keras, ganja, morfin atau perbuatan terlarang seperti perjudian, pencurian, perampokan, pembunuhan, pergaulan bebas dengan lain jenis kelamin.

3. Bersifat kritis

Secara umum remaja mampu berfikir kritis. Remaja mencari kebenaran yang hakiki dengan mencocokkan antara teori dan empiri antara ucapan dan perbuatan. Remaja menilai orang lain semisal pendidik dengan kacamata kritis, sudahkah pendidik berbuat sesuai dengan teori, apakah yang dilakukan pendidik merupakan satunya ucapan dan perbuatan. Terkadang pendidik dibikin terdiam seribu bahasa oleh kritikan remaja, bahkan ada yang naik pitam dengan anggapan bahwa kritikan remaja itu telah menjatuhkan nama baiknya, dengan melupakan bahwa pendidik selama ini telah berusaha mendidik remaja untuk menjadi pandai, untuk mampu berfikir secara sehat dan kritis, untuk mengetahui mana yang benar dan salah. Seharusnya, pendidik bangga dengan keberhasilan usahanya.

4. Keadaan emosi yang labil

Dalam masa remaja, keadaan pisik dan psikis mengalami perkembangan menuju dewasa. Perkembangan ini dimotori oleh keaktifan hormon seks pada masing-masing jenis kelamin yang berpengaruh terhadap keadaan emosi remaja. Kalau pada masa kanak-kanak, seorang anak tampak cukup manis dan patuh; maka pada masa remaja, seorang remaja menunjukkan sifat-sifat yang mudah tersinggung, mudah marah-marah, mudah gelisah, mudah sedih. Bila pendidik kurang memahami kondisi ini, mungkin saja akan menilai remaja sebagai pihak yang serba menjengkelkan.

5. Isi fikiran yang idealistik dan fantastik

(26)

merongrong hak asasinya, menjatuhkan nama baiknya, dan menodai kelompoknya akan dilawan dengan gigih.

Fikiran yang idealistik ini bisa menyebabkan remaja melakukan kegiatan unjuk rasa untuk menjatuhkan pemimpin yang dinilai telah berbuat tidak adil lagi membayakan kepentingan perjuangan cita-cita bangsa seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.

6. Ingin hidup bebas

Remaja mengidam-idamkan bisa menjalani kehidupan bebas baik dalam berfikir maupun bertindak. Kebebasan memiliki nilai tersendiri bagi remaja, dan dianggap menjunjung harga dirinya. Remaja ingin bebas dari pengaruh dan campur tangan siapa saja seperti orang tua dan pendidik. Meski di satu sisi terdapat perasaan bergantung pada orang tuanya, karena remaja belum mampumencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dirinya. Kenyataan ini bisa menimbulkan konflik batin yang meresahkan dan mengganggu ketentraman, lebih-lebih bila remaja menghadapi pendidik atau orang tua yang dianggap olehnya kurang mengerti dan menghargai perasaannya.

7. Spontanitas dan solidaritas

Remaja lazim mempumyai perasaan solidaritas yang tinggi, suka berkelompok dengan teman-teman sebaya. Karena cintanya pada kelompok, seolah-olah kelompok itu adalah dirinya sendiri. Kelompok menjadi identitas diri remja. Kebahagiaan dan kegembiraan kelompok merupakan kebahagian diri remja. Penderitaan kelompok merupakan penderitaan diri remaja. Pencemaran nama baik kelompok berarti pencemaran nama baik diri remaja. Remaja akan membela mati-matian bilamana teman sekelompoknya diganggu.3

Jadi, dapat dikatakan bahwa keadaan psikis siswa Madrasah

Tsanawiyah sama juga halnya dengan keadaan psikis pada masa remaja.

B. Keaktifan Siswa

Dunia pendidikan pada saat ini semakin kompleks dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang ada, terutama dalam bidang teknologi informasi.

Terlihat hampir seluruh materi pelajaran telah dapat diakses melalui teknologi

3

(27)

informasi. Hal ini harus diimbangi dengan sikap yang arif dan bijaksana dalam

menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Untuk menyikapi

hal itu para pelajar dituntut lebih aktif dalam belajar. Hal tersebut dilakukan

supaya para siswa tidak tertinggal baik dari segi pengetahuan dan informasi.

Berangkat dari keaktifan siswa tersebut, maka di sini akan dijelaskan tentang

keaktifan siswa di madrasah/sekolah yang meliputi keaktifan siswa dalam

kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Namun, sebelumnya perlu diketahui

terlebih dahulu yang dimaksud dengan keaktifan adalah “suatu kegiatan atau

aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi

baik fisik maupun non fisik”.4 Selain itu, keaktifan yang dimaksud dalam hal ini

adalah adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan di bidang intrakurikuler dan

ekstrakurikuler.

Adapun dalam buku yang berjudul Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum

PBM, membagi pengertian keaktifan menjadi dua, yaitu:

1. Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila murid sibuk bekerja, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi model, berkebun dan lain-lain.

2. Keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila murid sedang mengamati dengan teliti, mengingat memecahkan persoalan dan mengambil kesimpulan.5

4

Dyan Kurniawati, “Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas XA MA AL ASROR Dalam Belajar Sejarah Secara Sederhana”, http://digilib.unnes.ac.id/-, diakses 31 Maret 2010.

5

(28)

Dalam belajar masih banyak ditemui siswa yang tidak aktif. Ketika guru

menyampaikan pelajaran, siswa hanya bersikap pasif. Menurut Rlzqi, ada

beberapa yang mungkin menyebabkan siswa tersebut tidak aktif antara lain:

1. “Siswa tersebut memang tidak tahu mengenai pelajaran yang pada saat itu

(tidak belajar).

2. Hilangnya kepercayaan diri siswa untuk mengeluarkan pendapat, mereka

beranggapan percuma memberikan pendapat, toh tidak akan didengar dan

diterima”.6

Hal di atas merupakan sesuatu yang harus dirubah. Karena, jika dibiarkan

terus-menerus akan berdampak pada generasi penerus bangsa yang selanjutnya.

Maka dari itu, perlu adanya metode mengajar yang harus dirubah. Dalam buku

pengantar didaktik metodik kurikulum PBM disebutkan bahwa: “Dimana siswa

harus dilatih dalam hal bekerja sendiri, oleh sebab itu jangan guru saja yang aktif

di dalam kelas tetapi berilah kesempatan kepada siswa-siswa agar turut

mengambil bagian yang aktif di dalam pengajaran yang diberikan, jadi harus

berjalan paralel”.7Dengan demikian guru dalam kegiatan belajar mengajar harus

berusaha membangkitkan motivasi, sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar.

Adapun faktor-faktor psikologis dalam belajar yang mendorong seseorang

untuk belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

6

Rlzqi, “Keaktifan Siswa”, dalam http://rlzqi.wordpress.com-, diakses 13 April 2010.

7

(29)

2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju;

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi;

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran; 6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir belajar.8

N. Frandsen dikutip oleh Sumadi Suryabrata juga mengemukakan

motif-motif untuk belajar itu adalah:

1. Adanya kebutuhan fisik;

2. Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekhawatiran;

3. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain;

4. Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat; 5. Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri.9

Dari pemaparan di atas dapat ditegaskan bahwa keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar dapat tercipta jika terdapat faktor-faktor psikologis pada diri

siswa yang mendorong siswa tersebut untuk belajar. Selain itu juga, perlu adanya

motivasi dari guru dalam memberikan pelajaran, sehingga dengan motivasi

tersebut dapat membangkitkan antusias siswa dalam mencerna pelajaran serta

siswa terdorong untuk aktif dalam kegiatan belajar. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah guru harus mengubah metode mengajarnya dari guru sebagai

pengajar yang mendominasi kegiatan di kelas dan siswa menerima pelajaran

dengan mendengarkan saja menjadi guru bertindak sebagai inspirator dan

8

Skripsi Add Comments, “ Hubungan Gaya Belajar Auditorial (Auditorial Learning Style) dengan Prestasi Belajar Peserta Didik”, http://pangandaraninfo.com-, diakses tanggal 8 April 2010.

9

(30)

motivator dalam kegiatan belajar serta siswa yang aktif dalam kegiatan belajar

tersebut. Aktif yang dimaksud adalah adanya keberanian siswa untuk

mengeluarkan pendapat, menganalisis, berbuat dan lain sebagainya.

Di samping siswa dituntut aktif dalam kegiatan intrakurikuler, siswa juga

dituntut aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler. Karena dengan keaktifan siswa

dalam ekstrakurikuler, siswa dapat memperoleh banyak pengalaman hidup.

Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan minat, bakat serta potensi yang ada

pada dirinya secara optimal, sehingga dapat bermanfaat di kehidupan yang akan

datang.

Hal ini juga berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan siswa MTs yang

sudah memenuhi masa remaja. Tugas-tugas perkembangan ini merupakan

petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami sesuatu hal

yang diharapkan oleh lingkungan masyarakat dalam usia tertentu, khususnya

pada masa remaja. Hal tersebut penting untuk mengetahui sesuatu yang harus

dipelajari dalam masa kehidupan tertentu untuk mempersiapkan perealisasian

tugas-tugas pada masa berikutnya. Agar sesuai dengan tuntutan lingkungan

masyarakat yang lebih luas.

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja, dalam pandangan Andi

Mappiare, adalah sebagai berikut:

1. Menerima keadaan pisik dan menerima peran sebagai pria atau wanita.

2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang sesama dan lain jenis kelamin. 3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang dewasa, seperti orang

tua, pendidik, dan lain-lain.

(31)

5. Memilih dan mempersiapkan diri kearah pekerjaan tertentu.

6. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara.

7. Menginginkan berperilaku yang diperbolehkan masyarakat. 8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang didapat dari ilmu pengetahuan yang memadai.10

C. Keaktifan Siswa yang Diteliti

1. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap

siswa dalam suatu lembaga pendidikan. Kegiatan intrakurikuler ini juga sama

artinya dengan kegiatan kurikuler. Keaktifan siswa dalam kegiatan

intrakurikuler yang dimaksud adalah kegiatan/aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar di kelas/laboratorium, siswa tersebut berpartisipasi secara

aktif baik fisik maupun non fisik.

“Keaktifan siswa di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga

dari segi kejiwaan”.11 Jika hanya fisik siswa/anak yang aktif, tetapi pikiran

dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran

tidak dapat tercapai. Ini sama halnya siswa tidak belajar, karena siswa tidak

merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal, belajar pada hakikatnya

adalah perubahan yang terjadi di dalam diri individu setelah berakhirnya

melakukan kegiatan belajar, walaupun tidak semua perubahan termasuk

10

Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 474.

11

(32)

dalam kategori belajar. Menurut Sardiman A.M, bahwa: “di dalam belajar

diperlukan aktifitas. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat

untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau

asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar”.12

“Prinsip-prinsip aktivitas belajar dalam hal ini akan dilihat dari sudut

pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa”.13 Untuk melihat

prinsip aktivitas belajar dari sudut pandang ilmu jiwa ini secara garis besar

dibagi menjadi dua pandangan, yaitu:

a. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Lama

Menurut pandangan ini dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan belajar siswa. Siswa terlalu pasif, sedang guru aktif dan segala inisiatif berasal dari guru. Gurulah yang menentukan bahan dan metode, sedang siswa menerima begitu saja. Aktivitas siswa hanya terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Para siswa hanya bekerja karena atas perintah guru, menurut cara yang ditentukan guru, dan juga berpikir menurut cara yang ditentukan oleh guru. Dalam hal ini yang banyak beraktivitas adalah guru dan guru menentukan segala sesuatu yang dikehendaki.14

b. Menurut Pandangan Ilmu Jiwa Modern

Menurut aliran ilmu jiwa yang tergolong modern akan menerjemahkan jiwa manusia sebagai sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Maka dari itu, secara alami siswa juga bisa menjadi aktif, karena adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang

12

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 93-94.

13

Ibid., hal. 97.

14

(33)

beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. Guru bertugas menyediakan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latarbelakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif.15

Dalam hal kegiatan belajar, Rousseau memberikan penjelasan bahwa: segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, proses tidak mungkin terjadi.16

Dengan memperhatikan pendapat ahli di atas, jelas bahwa dalam kegiatan

belajar siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam kegiatan

belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, kegiatan

belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Adapun jenis-jenis aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai

berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

15

Ibid., hal. 99.

16

(34)

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.17

Dalam hal ini, dapat dikemukakan beberapa aktivitas belajar siswa adalah

sebagai berikut:

a. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas dalam proses belajar

mengajar. “Berusahalah mendengarkan, karena mendengarkan adalah

kerja keras, untuk berpartisipasi secara aktif”.18“Ketika sedang menerima

penjelasan dari guru tentang materi tertentu dari suatu bidang studi, maka

pendengaran dan perhatian siswa harus betul-betul dipusatkan kepada

penjelasan guru”.19 Pentingnya mendengarkan penjelasan guru, karena

apa yang guru jelaskan terkadang tidak ada di dalam buku paket. Atau

sudah ada di dalam buku paket, tetapi keterangannya belum jelas. Dengan

mendengarkan secara aktif penjelasan tentang bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru, “siswa akan memperoleh manfaat bagi

perkembangan pribadi siswa tersebut”.20

b. Membaca

17

Ibid., hal. 101.

18

T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. (Yogyakarta: Amara Books, 2005), hal. 169.

19

Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 98-99.

20

(35)

Membaca merupakan salah satu aktivitas belajar. Karena kegiatan

membaca adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh siswa

selama menuntut ilmu di sekolah/madrasah. Dengan sebelumnya

membaca bahan pelajaran yang akan dibahas dalam proses belajar

mengajar, siswa akan lebih mudah memehami dan mengerti materi

pelajaran. Maka dari itu, perlu aktif dalam membaca baik itu buku bahan

pelajaran maupun buku-buku lain yang dapat menambah wawasan

pengetahuannya. Sebab dengan aktif membaca sangat membantu siswa

dalam kegiatan belajar. Menurut Burhanuddin Salam kegunaan membaca

adalah sebagai berikut:

b.1. ”Menambah pengetahuan.

b.2. Menunjang kemampuan berpikir kritis.

b.3. Dapat menyenangkan hati (bersifat rekreatif)”.21

c. Menulis/Mencatat

Dalam aktivitas belajar siswa terutama pada saat kegiatan belajar

mengajar, menulis/mencatat merupakan kegiatan yang penting. Karena

dengan adanya siswa yang aktif mencatat/menulis apa yang telah

dijelaskan oleh guru mengenai pelajaran dapat membantu siswa dalam

memahami pelajaran tersebut. Penjelasan yang guru sampaikan itu tidak

harus ditulis semua. Siswa dapat mencatat/menulis hal-hal yang dianggap

21

(36)

penting saja. Mencatat/menulis semua penjelasan dari guru merupakan

cara mencatat yang salah. Sedangkan “cara mencatat yang baik mencatat

hal-hal yang dianggap penting diantara yang tidak penting”.22 Selain itu,

dengan siswa menulis/mencatat dapat diketahui tingkat pemahaman siswa

di dalam suatu materi pelajaran.

d. Mengerjakan Tugas

Mengerjakan tugas merupakan salah satu aktivitas belajar siswa.

“Selama menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, siswa/pelajar,

tidak akan pernah melepaskan diri dari keharusan mengerjakan

tugas-tugas studi”.23 Setiap guru pasti memberikan tugas untuk diselesaikan,

baik secara berkelompok ataupun secara individu. Semua penugasan yang

guru berikan itu pelajar/siswa kerjakan tepat waktu dan mengabaikannya

boleh jadi siswa tersebut akan mendapatkan sanksi dari guru. Tentu saja

sanksinya bersifat mendidik. Selain itu, “dengan siswa mengerjakan tugas

dapat merangsang siswa untuk aktif belajar, baik secara individual

maupun secara kelompok”.24

e. Membuat Ringkasan dan Ikhtisar

“Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari semua kegiatan

belajar siswa adalah membuat ringkasan atau ikhtisar”.25 Kegiatan

22

Djamarah, Rahasia Sukses…, hal. 101.

23

Ibid., hal. 90.

24

Djamarah dan Zain, Strategi…, hal. 85.

25

(37)

membuat ringkasan atau ikhtisar ini biasanya dilakukan oleh siswa setelah

siswa tersebut selesai membaca suatu buku, suatu bab, atau suatu materi

pelajaran tertentu. Disamping itu, “banyak siswa yang merasa terbantu

dalam belajarnya, karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang

dibuatnya”.26 Dengan membuat ikhtisar atau ringkasan dapat membantu

siswa dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku yang

berhubungan dengan pelajaran di madrasah/sekolah.

f. Bertanya Mengenai Hal-Hal yang Belum Jelas

Kegiatan bertanya juga merupakan salah satu aktivitas belajar. Pada

siswa, biasanya apa yang telah dijelaskan oleh guru sudah pasti semuanya

tidak dapat dimengerti. Oleh karena itu, dengan siswa aktif bertanya

mengenai hal-hal yang belum jelas, maka siswa dapat menguasai bahan

pelajaran dengan baik. Selain itu, perlu diketahui bahwa kegiatan

bertanya memiliki kegunaan untuk:

f.1. menggali informasi;

f.2. mengecek pemahaman siswa;

f.3. memecahkan persoalan yang dihadapi; f.4. membangkitkan respon kepada siswa;

f.5. mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa;

f.6. mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa;

f.7. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh guru;

f.8. membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa;dan f.9. menyegarkan kembali pengetahuan siswa.27

26

Djamarah, Rahasia Sukses…, hal. 81.

27

(38)

Moh.Uzer Usman membagi aktivitas belajar siswa ke dalan beberapa hal,

antara lain:

a. Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi.

b. Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi.

c. Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

d. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atleti, menari, melukis. e. Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat

makalah, membuat surat.28

Dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas menunjukkan bahwa

aktivitas siswa di madrasah/sekolah adalah bervariasi. Jika berbagai macam

aktivitas tersebut dapat diciptakan, tentu madrasah/sekolah tersebut akan

lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas

belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai

pusat dan informasi kebudayaan.

2. Keaktifan Siswa dalam Kegiatan di Bidang Ekstrakurikuler

Keaktifan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler ini yang dimaksudkan

adalah adanya partisipasi aktif/keikutsertaan siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler. “Keikutsertaan/partisipasi siswa dalam kegiatan

ekstrakurikuler ini sangat penting sekali”.29 Karena berawal dari keikutsertaan

siswa dalam berorganisasi inilah akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa

28

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 22.

29

(39)

depan bangsa. Pemimpin masa depan bangsa Indonesia tersebut adalah

siswa-siswa yang sekarang sedang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di

madrasah/sekolah.

Dalam berorganisasi dibutuhkan keseriusan, keaktifan dan keuletan siswa.

Dengan ini akan melahirkan siswa yang mandiri, kreatif dan handal serta

memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang

ada. Karena dalam berorganisasi siswa tidak terlepas dari berbagai macam

rintangan, halangan, atau persoalan yang muncul baik yang datang dari dalam

organisasi maupun dari luar organisasi.

Menurut Suharsimi Arikunto, kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan

tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan

pilihan”.30 Sedangkan definisi kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan adalah: “kegiatan yang dilakukan di luar jam

pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih

memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang

telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum”.31 Menurut

B.Suryosubroto, kegiatan ekstrakurikuler adalah “kegiatan tambahan di luar

struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran biasa agar memperkaya

dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa”.32

30

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 271.

31

Ibid., hal. 271.

32

(40)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan

pelayanan konseling membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan

kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

Dalam kaitannya dengan keaktifan siswa pada kegiatan ekstrakurikuler

yang telah dijelaskan sebelumnya, maka siswa diharapkan berpartisipasi

secara aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Partisipasi siswa yang

dimaksud adalah keikutsertaan atau keterlibatan siswa dalam

kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah/madrasah.

Partisipasi siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler sangat penting bagi

pengembangan program ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh

madrasah/sekolah. Menurut B. Suryosubroto, partisipasi siswa dalam suatu

organisasi dipengaruhi oleh:

a. “Adanya daya tarik dari objek yang bersangkutan.

b. Karena diperintahkan untuk berpartisipasi.

c. Adanya manfaat bagi dirinya”.33

Dengan demikian kegiatan ekstrakurikuler sebagai organisasi siswa di

madrasah/sekolah agar dapat melibatkan semua siswa di madrasah/sekolah,

harus menyelenggarakan jenis kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa

33

(41)

dan memiliki kemanfaatan bagi dirinya sebagai sarana pendewasaan diri dan

penyaluran bakat-bakat siswa.

Di madrasah/sekolah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sangat

bervariasi. Hal tersebut juga ditentukan oleh kemampuan guru, siswa dan

kemampuan sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstrkurikuler

antara satu madrasah/sekolah dan madrasah/sekolah yang lain saling berbeda.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler yang diberikan kepada siswa secara 2

perorangan atau kelompok ditetapkan oleh sekolah berdasarkan oleh minat siswa, tersedianya fasilitas yang diperlukan serta adanya guru atau petugas untuk itu, bilamana kegiatan tersebut memerlukannya.

b. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk diberikan kepada siswa hendaknya diperhatikan keselamatannya dan kemampuan siswa serta kondisi sosial budaya setempat.34

Sedangkan tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menurut

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, efektif, dan psikomor.

b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.

c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.35

Disamping itu, juga dijelaskan mengenai fungsi ekstrakurikuler adalah

sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

34

Ibid., hal. 276-277.

35

(42)

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab social peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan

menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karir peserta didik.36

Sedangkan visi dan misi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai

berikut:

a. Visi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

b. Misi dari kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai berikut:

b.1. Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. b.2. Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan

peserta didik mengespresikan diri secara bebas memulai kegiatan mandiri dan atau kelompok.37

Dengan berpedoman pada tujuan dan maksud kegiatan ekstrakurikuler di

madrasah/sekolah dapat ditetapkan prinsip-prinsip program ekstrakurikuler.

Menurut Oteng Sutisna prinsip program ekstrakurikuler adalah:

a. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta dalam usaha meningkatkan program.

b. Kerjasama dalam tim adalah fundamental.

c. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan. d. Prosesnya adalah lebih penting daripada hasil.

e. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi kebutuhan dan minat semua siswa.

f. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.

36

Techonly, “Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler”, http://techonly13.wordpress.com/-, diakses 4 Juli 2010.

37

(43)

g. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada nilai-nilai pendidikan di sekolah dan efisiensi pelaksanaannya.

h. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid.

i. Kegiatan ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral dari keseluruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekedar tambahan atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.38

Berkaitan dengan prinsip-prinsip program ekstrakurikuler di atas, maka

dalam membina dan mengembangkan program ekstrakurikuler harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan bagi siswa. b. Sejauh mana mungkin tidak terlalu membebani siswa.

c. Memanfaatkan potensi alam lingkungan.

d. Memanfaatkan kegiatan-kegiatan industri dan dunia usaha.39

Selanjutnya, perlu dijelaskan mengenai jenis kegiatan ektrakurikuler yang

lazim diprogramkan di madrasah/sekolah antara lain:

a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa

(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA).

b. Karya ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan

penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan / lomba keberkatan / prestasi, meliputi pengembangan bakat

olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran / bazar, dengan substansi antara

lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.40

Kemudian secara umum jenis kegiatan ekstrakurikuler antara lain:

a. Lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja (LKIPR).

38

Suryosubroto, Proses Belajar…, hal. 275-276.

39

Ibid., hal. 276.

40

(44)

b. Pramuka. c. PMR / UKS d. Koperasi sekolah. e. Olahraga prestasi.

f. Kesenian tradisional / modern. g. Cinta alam dan lingkungan hidup. h. Peringatan hari-hari besar.

i. Jurnalistik. j. PKS.41

Kegiatan ekstrakurikuler meliputi semua kegiatan di madrasah/sekolah

yang tidak diatur dalam kurikilum. Sebagian dari kegiatan ekstrakurikuler

dikoordinir dan dilaksanakan oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Organisasi Siswa Intra Sekolah ialah satu-satunya organisasi siswa yang

memiliki sifat intra sekolah/madrasah. Organisasi Siswa Intra Sekolah ada di

setiap sekolah /madrasah dan mengkoordinir serta melaksanakan sebagian

dari kegiatan ekstrakurikuler untuk sekolah/madrasahnya masing-masing.

Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk OSIS yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah-sekolah lain dan tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Mengacu pada TAP MPR Nomor: IV/MPR/1978 dan Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor: 0323/4/1978 tentang Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda, pembinaan dan pengembangan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional dengan memberi bekal ketrampilan, kepemimpinan, kesegaran jasmani, daya kreasi, patriotisme, idealisme, kepribadian dan budi pekerti luhur.42

Fungsi dari Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai wadah untuk:

a. Pembinaan pemuda dan budaya.

b. Pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional.

c. Pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi intra sekolah.

41

Suryosubroto, Proses Belajar…, hal. 274-275. PKS = Patroli Keamanan Sekolah.

42

(45)

d. Pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggung jawabkan. e. Pembinaan aktivitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan yang

bersifat edukatif, dan

f. Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan potensi siswa.43

Sedangkan kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah mencakup kegiatan:

a. Mempertinggi moral dan etik dengan:

a.1 Menyelenggarakan upacara agama pada hari besar agama dengan sembahyang bersama atau kebaktian bersama di sekolah,

a.2 Melengkapi pelajaran agama di sekolah dengan kegiatan antar siswa sendiri.

a.3 Ceramah keagamaan;

a.4 Mengadakan ceramah tentang falsafah Pancasila dan pembudayaannya dalam kehidupan sekolah sehari-hari.

b. Memperdalam kesadaran rasa kebangsaan dengan:

b.1 Memperingati hari pahlawan dan atau nasional secara khidmat dengan upacara di lapangan, kunjungan ke makam pahlawan, memperdalam pengertian hari yang akan diperingati itu dengan ceramah, sayembara dan sebagainya.

b.2 Melengkapi kelas dengan : Simbol Bhineka Tunggal Ika; Bendera Merah Putih;

Tulisan Pancasila;

Potret resmi Presiden dan Wakil Presiden;

dan kelengkapan lain yang mendorong rasa kebangsaan.

c. Mendorong adanya daya kreatif dengan pembentukan kelompok regu belajar dengan:

c.1 Membentuk kelompok atau regu kelas yang disusun menurut tempat tinggal sehingga memungkinkan para siswa belajar bersama di rumahnya, dan

c.2 Menyelesaikan pekerjaan rumah secara berkelompok atau beregu. d. Mengadakan latihan kepramukaan.

e. Mengobarkan semangat serta tekad belajar dan bekerja giat, untuk menjadi:

e.1 Siswa teladan, ialah siswa yang mempunyai nilai rapor terbaik untuk tiap catur wulan atau semester; dan

e.2 Kelompok atau regu teladan, ialah kelompok atau regu yang mempunyai kerjasama yang kompak dengan hasil nilai rata-rata

43

(46)

terbaik dan yang dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan pada mereka.

f. Memajukan kesenian dengan:

f.1 Membina dan mengembangkan seni tari, seni rupa, seni musik, seni suara.

f.2 Mengembangkan seni tradisional;

f.3 Mengadakan pameran, pementasan pergelaran dalam rangka peningkatan apresiasi seni.

f.4 Membantu melengkapi alat kesenian dan memperbanyak latihan. g. Memajukan olah raga dengan:

g.1 Membina dan mengembangkan olah raga; g.2 Mengembangkan olah raga senam dan

g.3 Membantu melengkapi alat olah raga dan mempergiat latihan.

h. Berkemah untuk memperdalam rasa cinta tanah air, untuk kesehatan badan menikmati kebebasan, serta mempertebal cita-cita rasa yang diselenggarakan dengan pimpinan dan pengawasan yang baik.

i. Mengusahakan ceramah tentang organisasi dan management secara praktis antara lain:

i.1 Teori organisasi dan pengendaliannya; i.2 Cara membuat perencanaan;

i.3 Cara mempin rapat;

i.4 Cara memimpin kerja secara konkret dan teratur serta tertib. j. Menyelenggarakan acara-acara akhir tahun ajaran.

k. Mengikuti latihan bari berbaris.

l. Membentuk regu-regu istimewa Palang Merah Remaja dengan kerja sama dengan Palang Merah Indonesia.

m. Mengabdi kepada masyarakat secara nyata dengan: m.1 ikut dalam gerakan kebersihan di tempat umum.

m.2 membantu kegiatan yang diselenggarakan masyarakat sekitarnya m.3 ikut dalam gerakan sosial untuk korban bencana alam, yatim piatu

dan sebagainya.

n. Memelihara keamanan dan kelestarian lingkungan sekolah dengan cara: n.1 Memberikan tugas kepada kelompok atau regu kelas secara bergilir

setiap harinya mengatur dan membersihkan kelas.

n.2 Mengadakan gerakan membersihkan dan memperindah gedung sekolah.

n.3 Melakukan kegiatan prakarya, dan

n.4 Turut memelihara dan menjaga keamanan sekolah. o. Membuat majalah siswa oleh siswa, dari siswa untuk siswa.

(47)

q. Menggalakkan kegairahan membaca dan ikut mmbantu tertib penyelenggaraan perpustakaan sekolah tentang karya wisata tersebut. r. Mengumpulkan data membiayai kegiatan kesejahteraan siswa dengan

mengadakan bazar pemutaran film dan sebagainya. s. Partisipasi secara aktif dalam Usaha Kesehatan Sekolah. t. Kegiatan lain yang bermanfaat bagi siswa dan hari depannya. u. Menggalakkan dan membina kegiatan menabung.

v. Mengadakan koperasi sekolah.44

D. Cara Mengaktifkan Siswa dalam Kegiatan Belajar

Untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru dituntut

menerapkan metode pengajaran yang dapat menimbulkan antusiasme siswa.

Sehingga dengan timbulnya antusiasme siswa terhadap kegiatan belajar dapat

mendorong siswa aktif dalam belajar.

Menurut Basyaruddin Usman, ciri-ciri pengajaran dengan model

pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

1. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses belajar mengajar dan evaluasi.

2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, atau pembentukan sikap.

3. Adanya keikut-sertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk kelangsungan proses belajar-mengajar.

4. Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar atau instruktur yang mendominasi kegiatan kelas. 5. Biasanya menggunakan bermacam-macam metode atau teknik secara

bervariasi, disamping penggunaan alat dan media secara terencana dan terintegrasi dalam pengajaran.45

44

Ibid., hal. 60-63.

45

(48)

Dengan memperhatikan penjelasan di atas, maka keaktifan siswa dalam

kegiatan belajar tersebut berkaitan dengan model pembelajaran Cara Belajar

Siswa Aktif (CBSA). Mengingat bahwa dengan mengaktifkan belajar siswa

dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan

melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal, maka guru

harus berusaha mengaktifkan belajar siswa.

Dengan cara memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.46

Tidak hanya itu saja, perlu diketahui juga bahwa proses belajar yang

bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa.

Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan guru antara lain:

a. Melalui Karyawisata

Guru membawa para siswa ke luar ruang kelas untuk belajar. Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah, bisa juga mengunjungi obyek wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Dengan begitu pengetahuan dan pemahaman para siswa bertambah berkat pengalamannya selama melakukan karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan konsepsi yang telah disampaikan di kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata, sehingga karyawisata itu benar-benar mengaktifkan para siswa.

b. Melalui Seminar

Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata perlu dilanjutkan dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa menjadi berkembang. Dengan dan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para

46

(49)

anak didik akan terungkaplah dan aktif memecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik secara individual.47

Upaya guru melalui karyawisata dan seminar tersebut dapat membawa siswa

untuk belajar aktif dengan melibatkan aktivitas para siswa.

Sehubungan dengan hal ini, maka proses belajar mengajar yang baik adalah

dimana guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa

antusias terhadap persoalan yang ada sehingga siswa mampu mencoba

memecahkan persoalannya. Guru juga perlu mengaktifkan siswa untuk berpikir,

yaitu dengan cara siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya

mengetahui saja.

Adapun menurut Uzer Usman cara lain untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai

berikut:

a. Cara memperbaiki keterlibatan kelas

1. Abdikanlah waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan belajar-mengajar.

2. Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dengan menuntut respons yang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi, serta penguatan (reinforcement). 3. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya

dilakukan secara cepat dan luwes.

4. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dngan tujuan mengajar yang akan dicapai.

5. Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat murid. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan dan prosedur pengajaran.

b. Cara meningkatkan keterlibatan siswa

47

(50)

1. Kenalilah dan bantulah anak-anak yang kurang terlibat. Selidiki apa yang menyebabkannya dan usah apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut.

2. Siapkanlah siswa secara tepat. Persyaratan awal apa yang diperlukan anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru.

3. Sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berperan secara aktif dalam kegiatan belajar.48

Selain apa yang telah dipaparkan di atas, guru juga harus menciptakan

lingkungan belajar yang mendorong semua siswa aktif melakukan kegiatan

belajar. Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses belajar tersebut,

yakni:

1. Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali.

2. Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah.

3. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media yang diperlukan, alat bantu pengajaran termasuk guru itu sendiri sebagai sumber belajar.

4. Kegiatan belajar siswa bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya bersama-sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar yang dilakukan secara kelompok dalam bentuk diskusi dan ada pula kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa secara mandiri. Penetapan kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan terencana.

5. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusia bagaikan bapak anak, bukan hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri sebagai pembimbing semua siswa yang memerlukan bantuan manakala mereka menghadapi persoalan belajar.

6. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.

7. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa.

8. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya dalam pemecahan masalah belajar.

48

(51)

9. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau mengurangi/menekan pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru harus mendorong siswa agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas.49

Disamping guru yang berusaha mencari agar siswa aktif dalam belajar, maka

Gambar

Tabel 2.1Norma-Norma Pengukuran Prestasi Belajar dan Interpretasinya
Tabel 2.2 Paradigma
Tabel 3.1Kriteria Pegukuran Nilai Rapor
Tabel 4.IKeadaan Guru MTs.N Ngantru
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dalam hal terjadinya lonjakan jumlah barang impor yang menyebabkan produsen dalam negeri dari barang sejenis atau barang yang secara langsung bersaing dengan yang

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “ Perbedaan Penggunaan Model Discovery Learning dan Model Problem Solving Terhadap Hasil

Membangun politik identitas melalui latar belakang keturunan/keluarga dilakukan oleh para calon kelapa desa didasarkan kepada 3 (tiga) alasan, yaitu: Pertama, ketokohan

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sun, dkk (2010) yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris tidak dapat memoderasi pengaruh manajemen laba

Untuk perancangan sistem jaringan instalasi listrik pada suatu bangunan terlebih dahulu dilakukan penaksiran atas beban listrik keseluruhan yang akan

The first is to observe and analyze the characterizations of Josie in Jenefer Shute’s Life-Size and Bridget in Helen Fielding’s novel Bridget Jones’s Diary ,

Lebih tingginya tingkat akumulasi Hg di bagian akar, dibandingkan dengan bagian lain dari tanaman, dapat menjadi suatu tanda bukti bahwa mikroba dari kompos