BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar a. Menurut Winkel (1996:226)
Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. b. Menurut Arif Gunarso (1993:77)
Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
c. Menurut Saifudin Anwar (2005:8)
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada hakekatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal, tes prestasi belajar dapat berbentuk
ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian masuk perguruan tinggi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar dengan diukur melalui suatu tes.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu: kecerdasan/inteligensi, bakat, minat, dan motivasi.
1) Kecerdasan/inteligensi
Menurut Hamdani (2010:139) kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya. Oleh karena
itu, faktor inteligensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1999:1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa inteligensi adalah semakin tinggi kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa inteligensi yang baik merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar. Inteligensi sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Tingkat inteligensi yang baik semakin bagus perkembangan anak tersebut dan sebaliknya.
2) Bakat
Menurut Hamdani (2010:141) bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pasa masa yang akan datang.
Menurut Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan bahwa bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa terbentuknya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3) Minat
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Sardiman (1992:76) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa minat yang besar berpengaruh terhadap belajar atau kegiatan. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal
maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
4) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan bahwa motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukannya.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan
kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan dalam diri siswa akan timbul inisiatif untuk menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman keadaan keluarga, keadaan sekolah dan keadaan masyarakat.
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Selanjutnya Slameto (1995:58) mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi: cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan memeiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
3) Keadaan masyarakat
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat besar pengarunya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Kartono (1995:5) berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak - anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya jika anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran maka anak pun dapat terpengaruh.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa tinggal di suatu di lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
B. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan dengan menggunakan IPA sebagai alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan IPA khususnya. Sebelum melangkah lebih jauh lagi, hendaknya kita mengetahui pengertian dari IPA. Berikut ini merupakan beberapa pengertian IPA:
Menurut Fisher (1975) dalam Moh. Amin (1987:4) menyatakan IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi.
Menurut Carin (1985) dalam Moh. Amin (1987:4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA ditunjukkan tidak hanya oleh kumpulan fakta saja (produk ilmiah) tetapi juga timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Menurut Depdikbud (1995:17) IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis, tidak statis, baik dalam prinsip maupun dalam praktik. Berdasarkan uraian di atas kita tahu bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan berupa gagasan, konsep, prinsip dan gagasan yang tersusun secara sistematis dan diperoleh melalui pengalaman, pengamatan fakta yang ada.
Dari uraian di atas IPA dapat lebih diperjelas lagi sebagai berikut: 1. IPA ditinjau dari Aspek Produk
Istilah produk (hasil) yang diterapkan pada prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA menyatakan bahwa fakta-fakta atau konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum atau teori-teori itu buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa.
Konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai peristiwa dan pengalaman khusus yang dinyatakan dengan istilah atau simbol tertentu yang dapat diterima sesuai budaya setempat.
Prinsip dan hukum adalah hubungan sebab akibat antara dua konsep atau lebih yang merupakan generalisasi dari beberapa kejadian khusus. Yang membedakan hukum dan prinsip adalah hukum memiliki ciri khas, antara lain ditentukan secara khusus, bermanfaat untuk pengembangan ilmu selanjutnya dan untuk memecahkan berbagai masalah IPA serta diberi nama khusus sebagai apresiasi pada penemuannya yang pertama kali mensosialisasikan atau orang yang berjasa dalam bidangnya.
Teori adalah suatu generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang berkaitan dan yang menjelaskan gejala-gejala ilmiah. Teori menghubungkan, menerangkan dan meramalkan berbagai macam hasil eksperimen dan observasi melalui cara-cara yang paling sederhana sampai cara yang paling kompleks.
2. IPA ditinjau dari Aspek Proses
Aspek proses yaitu cara memperoleh pengetahuan. Metode ini dikenal sebagai metode keilmuan atau metode ilmiah. Jadi proses IPA adalah eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya, perumusan hipotesis, merancang percobaan, melaksanakan pengukuran, menganalisis data dan menarik kesimpulan. (Kartika Budi, 1998:161) 3. IPA ditinjau dari Aspek Sikap
Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari
atau mengembangkan pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. (Sarkim, 1998:134). Ciri-ciri sikap ilmiah: obyektif terhadap fakta, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, berhati terbuka, tidak mencampuradukkan antara pendapat dengan fakta, teliti dalam mengamati dan sifat ingin menyelidiki.