PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN IPA
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD KANISIUS KLEPU SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sisilia Trimurningsih NIM : 091134162
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN
METODE EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN IPA
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V
SD KANISIUS KLEPU SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Sisilia Trimurningsih NIM : 091134162
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Saya percaya bahwa sehelai rumput tidak lebih kecil artinya
dari riwayat sekumpulan bintang-bintang.
Tetapi manusia memiliki arti dan potensi yang luar biasa besar, jauh
melebihi apa yang dapat dia bayangkan.
Karya tulis ini saya persembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu memberkati aku
Ayah dan Ibuku tersayang
Kakakku dan keponakanku
Teman-teman S1 PGSD yang selalu memberikan motivasi
vii ABSTRAK
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN IPA
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD KANISIUS KLEPU SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2010/2011
Sisilia Trimurningsih Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada materi sifat-sifat cahaya di Sekolah Dasar Kanisius Klepu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas V Sekolah Dasar Klepu yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 siswa putra dan 13 siswa putri. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda dan isian singkat. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji data adalah teknik perbandingan, dimana peneliti membandingkan peningkatan persentase jumlah siswa yang memenuhi KKM dan nilai rata-rata dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari hasil evaluasi akhir yang telah memenuhi nilai KKM pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang memenuhi KKM mencapai 67 % dengan nilai rata-rata 66. Hal ini lebih besar daripada kondisi awal Yang memenuhi KKM sebesar 41 % dengan nilai rata-rata 61. Pada siklus II, siswa yang memenuhi KKM sebesar 77 % dengan nilai rata-rata 72.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, nilai rata-rata dan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM dapat meningkat.
viii ABSTRACT
PERFORMANCE IMPROVEMENT STUDY USING EXPERIMENTAL METHODS SUBJECTS SCINCE NATURE OF
MATTER – NATURE OF LIGHT IN ELEMENTARY SCHOOL STUDENT IN GRADES V CANISIUS KLEPU SEMESTER
ACADEMIC YEAR 2010/2011
Sisilia Trimurningsih Sanata Dharma University
2011
This study aims to find out that learning by using the experimental method on the material properties of the light at Canisius Klepu Elementary School can improve student achievement.
This research is a class act, with the subject research of the fifth graders in Elementary School amounting to 30 students who consists of 17 boys and 13 female student. The instrument used in this study was multiple choice questions and short field. Data analysis technique used to assess the comparison data is a comparative tecnique, in which researcher compare percentage rice from number of students who meet the KKM in cycle I and cycle II by using a determined formula.
The result show that the cycle I, student who meet the KKM reach 67 % with an average value of 66. It is larger than the initial condition that meet KKM by 41 % with the average value 61. In the cycle II, students who meet the KKM by 77 % with an average value of 72.
From the analysis, it can be concluded that after the students do the learning activities by using the experimental method, the average value and student number percentage that meet KKM can increase.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat yang
telah diberikan pada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program S1
PGSD USD.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu hingga Skripsi ini dapat
selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed. Ph.D., selaku Dekan Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Kaprodi PGSD USD dan dosen
pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., selaku Wakaprodi dan dosen
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. A. Yance Eko Sutopo, S.Pd., selaku Kepala SD Kanisius Klepu yang telah
mengijinkan saya untuk melakukan penelitian.
5. Wali kelas V SD Kanisius Klepu yang telah mengijinkan dan
membimbing saya dalam melaksanakan penelitian.
6. Siswa-siswa kelas V yang telah membantu selama penelitian
7. Ayah dan ibu di rumah yang telah memberi dukungan secara penuh dalam
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Pemecahan Masalah ... 4
E. Batasan pengertian ... 4
xii
G. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Prestasi Belajar ... 7
1.Pengertian Prestasi Belajar ... 7
2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . 8 B. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ... 16
1.IPA ditinjau dari Aspek Produk ... 17
2.IPA ditinjau dari Aspek Proses ... 18
3.IPA ditinjau dari Aspek Sikap ... 18
C. Sifat-sifat cahaya ... 19
1. Cahaya merambat lurus ... 19
2. Cahaya menembus benda bening ... 20
3. Cahaya dapat dipantulkan ... 21
4. Cahaya dapat dibiaskan ... 22
5. Cahaya dapat diuraikan ... 23
D. Metode Eksperimen ... 23
1.Pengertian Metode Eksperimen ... 23
2.Langkah-langkah Metode Eksperimen ... 24
3.Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen ... 25
E. Pembelajaran Sains dengan Menggunakan Metode Eksperimen ... 27
F. Kerangka Berpikir ... 28
xiii
BAB III. METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 32
C. Prosedur Penelitian ... 33
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 42
E. Analisis Data ... 49
1. Kriteria Keberhasilan ... 49
2. Analisis Data ... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
1.Siklus I ... 51
2.Siklus II ... 55
B. Pembahasan ... 58
BAB V. PENUTUP ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jadwal Penelitian ... 33
Tabel 2 Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan Data dan Instrumen ... 42
Tabel 3 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 43
Tabel 4 Penskoran Soal Siklus I ... 44
Tabel 5 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 45
Tabel 6 Penskoran Soal Siklus II ... 46
Tabel 7 Peubah, Indikator, Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II ... 49
Tabel 8 Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 52
Tabel 9 Data Hasil Evaluasi Siklus II ... 55
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Cahaya merambat lurus ... 20
Gambar 2 Bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus benda ... 20
Gambar 3 Pemantulan baur dan pemantulan teratur ... 21
Gambar 4 Cahaya dapat dibiaskan ... 22
Gambar 5 Cakram warna ... 23
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ... 69
Lampiran 2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 71
Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 74
Lampiran 4 RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 77
Lampiran 5 RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 80
Lampiran 6 LKS Sklus I Pertemuan 1 ... 83
Lampiran 7 LKS Sklus I Pertemuan 2 ... 86
Lampiran 8 LKS Sklus II Pertemuan 1 ... 90
Lampiran 9 LKS Sklus II Pertemuan 2 ... 92
Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus I ... 94
Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus II ... 97
Lampiran 12 Kunci Jawaban Siklus I ... 100
Lampiran 13 Kunci Jawaban Siklus II ... 101
Lampiran 14 Data Nilai Kondisi Awal ... 102
Lampiran 15 Foto Kegiatan Belajar Siklus I ... 103
Lampiran 16 Foto Kegiatan Belajar Siklus II ... 104
Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 105
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi,
karena di dalam pendidikan itu terdapat berbagai macam komponen yang
menunjang terbentuknya suatu kepribadian manusia. Pendidikan menjadi hal
yang mendasar bagi manusia untuk mengembangkan diri, sehingga kualitas
dan kuantitas hidupnya dapat semakin meningkat.
Dalam suatu pembelajaran setidaknya perlu adanya kelas yang hidup
atau kelas yang aktif. Suatu kelas dikatakan aktif apabila kelas itu penuh rasa
ingin tahu, sehingga menimbulkan siswa untuk bertanya pada guru dan
suasana kelas menjadi hidup dengan keaktifan siswa tersebut. Saat ini masih
banyak kita jumpai pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang cenderung
menggunakan metode ceramah. Dimana penggunaan metode ceramah ini
hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah secara terus-menerus tidak efektif. Hal ini dapat
mengakibatkan siswa merasa bosan, mengantuk, bermain sendiri, dll. Melihat
kenyataan seperti ini membuat kita sebagai calon guru merasa prihatin.
IPA. Peneliti berharap penggunaan metode eksperimen ini dapat membantu
siswa dalam memahami pelajaran IPA, khususnya materi sifat-sifat cahaya.
Metode ini mengajak siswa untuk terjun langsung dalam kegiatan
pembelajaran dan diharapkan pemahamannya menjadi lebih jelas
dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengar saja.
Pada kenyataannya pelajaran IPA merupakan pelajaran yang
menyenangkan karena berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Pada
materi sifat-sifat cahaya tentunya sangat berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Contoh-contoh penerapan materi sifat-sifat cahaya dapat kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: ketika berenang kaki kita terlihat lebih
pendek merupakan sifat cahaya yang dapat dibiaskan, boneka yang diletakkan
dalam lemari kaca dapat kita lihat adalah sifat cahaya yang dapat menembus
benda bening, dll. Pembelajaran IPA yang seharusnya menjadi menyenangkan
akan terasa membosankan bagi siswa karena guru dalam pembelajarannya
hanya terpaku pada buku paket dan jarang menggunakan alat peraga, sehingga
pembelajaran menjadi pasif. Tipe pembelajaran seperti ini dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan data yang didapat dari
kelas V SD Kanisius Klepu Tahun Pelajaran 2009/2010, nilai rata-rata siswa
untuk materi sifat-sifat cahaya adalah 61. Kemudian untuk persentase jumlah
siswa yang mencapai KKM adalah 41 % dari siswa sebanyak 29. KKM di SD
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba untuk menerapkan salah
satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar IPA yaitu
metode eksperimen. Peneliti mencoba menggunakan metode eksperimen
untuk membuktikan apakah penggunaan metode eksperimen dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA atau tidak.
B. Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini tidak mungkin masalah tersebut dapat
teratasi dalam waktu yang singkat dengan semua kemungkinan ada penyebab
dan masalah yang akan dihadapi. Maka penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Prestasi belajar IPA siswa kelas V semester genap SD Kanisius Klepu.
2. Standar Kompetensi :
6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
Kompetensi Dasar :
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
3. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Peneliti
menggunakan metode ini untuk meningkatkan pemahaman siswa, karena
dengan melakukan kegiatan eksperimen diharapkan siswa akan belajar
4. Penelitian ini ditujukan pada siswa kelas V SD Kanisius Klepu semester
genap Tahun Pelajaran 2010/2011
C. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA dalam materi sifat-sifat cahaya pada siswa
kelas V SD Kanisius Klepu semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011?
D. Pemecahan Masalah
Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tentang sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan metode eksperimen.
E. Batasan Pengertian
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir tentang suatu
istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini maka perlu pembatasan
seperti:
1. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari kegiatan balajar yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk angka.
2. Metode eksperimen adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dimana
siswa dalam pembelajarannya melakukan kegiatan untuk membuktikan
3. Sifat-sifat cahaya merupakan suatu bentuk yang dihasilkan oleh cahaya
terhadap perlakuan yang meliputi:
a. Cahaya merambat lurus
b. Cahaya menembus benda bening
c. Cahaya dapat dipantulkan
d. Cahaya dapat dibiaskan
e. Cahaya mengalami penguraian warna
F. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prestasi belajar yang nampak pada nilai rata-rata siswa
kelas V di SD Kanisius Klepu semester genap Tahun Pelajaran 2010/2011
setelah menggunakan metode eksperimen.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar yang nampak pada persentase jumlah
siswa yang mencapai KKM kelas V di SD Kanisius Klepu semester genap
Tahun Pelajaran 2010/2011 setelah menggunakan metode eksperimen.
G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Merupakan pengalaman berharga untuk menerapkan metode eksperimen
sehingga dapat diterapkan pada materi pokok yang lain untuk dapat
2. Bagi rekan-rekan guru
Merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dikembangkan
untuk materi pokok lain dan di kelas yang berbeda.
3. Bagi sekolah
Laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar
mengajar IPA di Sekolah Dasar.
4. Bagi Prodi PGSD
Laporan penelitian ini dapat menambah referensi bacaan yang
dimanfaatkan untuk teman-teman dan sebagai contoh penelitian tindakan
kelas.
5. Bagi pembaca
Laporan penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
a. Menurut Winkel (1996:226)
Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang
dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
b. Menurut Arif Gunarso (1993:77)
Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
c. Menurut Saifudin Anwar (2005:8)
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar dilihat dari tujuannya
yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Testing pada
hakekatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun
secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek
dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.
ulangan harian, tes formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian
masuk perguruan tinggi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar dengan
diukur melalui suatu tes.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu
itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern
yaitu: kecerdasan/inteligensi, bakat, minat, dan motivasi.
1) Kecerdasan/inteligensi
Menurut Hamdani (2010:139) kecerdasan adalah kemampuan
belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh
tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan
yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga
anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang
itu, faktor inteligensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan
dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1999:1) kecerdasan merupakan salah satu
aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi
seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan
normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai
prestasi yang tinggi.
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa inteligensi adalah
semakin tinggi kemampuan inteligensi seseorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya,
semakin rendah kemampuan inteligensi seseorang siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa inteligensi
yang baik merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang
anak dalam usaha belajar. Inteligensi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Tingkat inteligensi yang baik semakin bagus
perkembangan anak tersebut dan sebaliknya.
2) Bakat
Menurut Hamdani (2010:141) bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
Menurut Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal
ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti
kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi
atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan bahwa bakat
diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa terbentuknya
keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar pada bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang
baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan
3) Minat
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut Sardiman (1992:76) minat adalah suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara
situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa minat
yang besar berpengaruh terhadap belajar atau kegiatan. Pelajaran
yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan
karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat
seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya
sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila
maka akan terus berusaha untuk melakukan, sehingga apa yang
diinginkan dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
4) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal
tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk
melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak
didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan bahwa motivasi adalah
segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Sardiman (1992:77) mengatakan bahwa motivasi adalah
menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin
melakukannya.
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber
dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri
untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi
ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar
kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus
berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan
perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan
dalam diri siswa akan timbul inisiatif untuk menekuni pelajaran.
Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat
melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar
secara aktif.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa
pengalaman-pengalaman keadaan keluarga, keadaan sekolah dan
keadaan masyarakat.
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Selanjutnya Slameto
(1995:58) mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa
aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang
menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah
(1994:46) mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan
pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,
sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak
ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan
hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya
menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga.
2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk
belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi: cara
penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan “guru dituntut
untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan dan
memeiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab
itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang
disajikan dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
3) Keadaan masyarakat
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses
pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat besar
pengarunya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam
kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Kartono (1995:5)
berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan
kesukaran belajar anak, terutama anak - anak yang sebayanya.
Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin
belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak
mereka. Sebaliknya jika anak-anak di sekitarnya merupakan
kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran maka anak pun dapat
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk
kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa tinggal di suatu
di lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar
hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan
turut belajar sebagaimana temannya.
B. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan dengan
menggunakan IPA sebagai alatnya untuk mencapai tujuan pendidikan IPA
khususnya. Sebelum melangkah lebih jauh lagi, hendaknya kita mengetahui
pengertian dari IPA. Berikut ini merupakan beberapa pengertian IPA:
Menurut Fisher (1975) dalam Moh. Amin (1987:4) menyatakan IPA
adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi.
Menurut Carin (1985) dalam Moh. Amin (1987:4) IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang di dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA ditunjukkan tidak hanya oleh kumpulan fakta saja
Menurut Depdikbud (1995:17) IPA adalah hasil kegiatan manusia
berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis, tidak statis, baik
dalam prinsip maupun dalam praktik. Berdasarkan uraian di atas kita tahu
bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan berupa gagasan, konsep,
prinsip dan gagasan yang tersusun secara sistematis dan diperoleh melalui
pengalaman, pengamatan fakta yang ada.
Dari uraian di atas IPA dapat lebih diperjelas lagi sebagai berikut:
1. IPA ditinjau dari Aspek Produk
Istilah produk (hasil) yang diterapkan pada prinsip-prinsip,
hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA menyatakan bahwa fakta-fakta atau
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum atau teori-teori itu buatan
manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan
berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Fakta adalah sesuatu yang
telah terjadi yang dapat berupa keadaan, sifat atau peristiwa.
Konsep adalah suatu ide yang merupakan generalisasi dari berbagai
peristiwa dan pengalaman khusus yang dinyatakan dengan istilah atau
simbol tertentu yang dapat diterima sesuai budaya setempat.
Prinsip dan hukum adalah hubungan sebab akibat antara dua konsep
atau lebih yang merupakan generalisasi dari beberapa kejadian khusus.
Yang membedakan hukum dan prinsip adalah hukum memiliki ciri khas,
antara lain ditentukan secara khusus, bermanfaat untuk pengembangan
ilmu selanjutnya dan untuk memecahkan berbagai masalah IPA serta
diberi nama khusus sebagai apresiasi pada penemuannya yang pertama
kali mensosialisasikan atau orang yang berjasa dalam bidangnya.
Teori adalah suatu generalisasi prinsip-prinsip ilmiah yang
berkaitan dan yang menjelaskan gejala-gejala ilmiah. Teori
menghubungkan, menerangkan dan meramalkan berbagai macam hasil
eksperimen dan observasi melalui cara-cara yang paling sederhana
sampai cara yang paling kompleks.
2. IPA ditinjau dari Aspek Proses
Aspek proses yaitu cara memperoleh pengetahuan. Metode ini
dikenal sebagai metode keilmuan atau metode ilmiah. Jadi proses IPA
adalah eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya,
perumusan hipotesis, merancang percobaan, melaksanakan pengukuran,
menganalisis data dan menarik kesimpulan. (Kartika Budi, 1998:161)
3. IPA ditinjau dari Aspek Sikap
Aspek sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang
atau mengembangkan pengetahuan baru, diantaranya tanggung jawab,
rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, dan terbuka terhadap pendapat
orang lain. (Sarkim, 1998:134). Ciri-ciri sikap ilmiah: obyektif terhadap
fakta, tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, berhati terbuka,
tidak mencampuradukkan antara pendapat dengan fakta, teliti dalam
mengamati dan sifat ingin menyelidiki.
C. Sifat-sifat Cahaya
Cahaya berasal dari sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah
matahari, bintang, api, lampu, dll. Sifat-sifat cahaya meliputi: cahaya
merambat lurus, cahaya menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan,
cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat diuraikan. Sifat-sifat cahaya tersebut
akan dijelaskan lebih luas di bawah ini.
1. Cahaya merambat lurus
Saat berjalan di kegelapan, kita memerlukan senter. Ketika senter
dinyalakan, arah rambatan cahaya yang keluar dari senter tersebut
Gambar 1. Cahaya merambat lurus
2. Cahaya menembus benda bening
Kaca jendela rumah merupakan kaca bening. Cahaya matahari
dapat masuk ke dalam rumah karena kaca merupakan benda bening.
Apabila kaca tersebut ditutup oleh triplek maka cahaya tidak dapat masuk
ke dalam rumah. Hal ini membuktikan bahwa cahaya menembus benda
bening. Apabila cahaya tidak dapat menembus benda maka akan
membentuk bayangan.
Gambar 2 . Bayangan terbentuk karena cahaya tidak dapat menembus
3. Cahaya dapat dipantulkan
Senter yang dinyalakan dan diarahkan ke cermin akan memantulkan
cahaya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur
(pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi
apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada
pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan
pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata,
licin, dan mengkilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini adalah
cermin. Sinar pantul yang dihasilkan oleh cermin memiliki arah yang
teratur. Berdasarkan bentuk permukaannya, ada cermin datar, cermin
cembung dan cermin cekung.
Gambar 3. Pemantulan baur dan pemantulan teratur
Keterangan :
1. Sinar datang
2. Permukaan cermin atau benda
4. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya yang merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan
cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut
pembiasan.
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang
lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, misalnya:
cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat
dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal, misalnya: cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya: dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman
sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air, pensil tersebut akan tampak
patah.
5. Cahaya dapat diuraikan
Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi).
Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya
berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih, namun
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna.
Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk
warna-warna pelangi.
Gambar 5. Cakram warna
D. Metode Eksperimen
1. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran yang
memberi peluang kepada guru dan siswa untuk melakukan percobaan
terhadap sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu.
Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal; mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu
disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.( Ruestiyah, 1998:80)
Dari pengertian di atas dapat diidentifikasi tentang metode eksperimen
sebagai berikut:
a. Adanya kegiatan percobaan baik dengan bimbingan guru maupun
tanpa bimbingan guru.
b. Siswa aktif, manakala ada petunjuk yang jelas tentang
langkah-langkah apa yang harus ditempuh.
c. Guru dapat menilai kegiatan proses dan hasil dengan obyektif.
d. Siswa dapat berkreasi sesuai dengan kreativitasnya, sekaligus dapat
menarik kesimpulan sendiri dari hasil percobaan.
2. Langkah-langkah Metode Eksperimen
Adapun langkah-langkah dari metode eksperimen adalah sebagai berikut:
a. Langkah pertama
Guru menerangkan dan menjelaskan tujuan dari diadakannya
eksperimen, misalnya : untuk mengetahui proses apa yang terjadi, cara
b. Langkah kedua
Guru atau siswa menyediakan alat-alat yang digunakan. Dalam
langkah ini guru menerangkan fungsi dan cara pemakaian alat-alat
tersebut.
c. Langkah ketiga
Guru menjelaskan langkah-langkah dalam mempertunjukkan atau
mencobakan sesuatu
d. Langkah keempat
Pelaksanaan dari eksperimen dan mendemonstrasikannya.
e. Langkah kelima
Mencatat dan menyimpulkan hasil
f. Langkah keenam
Dalam langkah ini diadakan penilaian atau membicarakan
kebaikan-kebaikan dari apa yang telah dikerjakan atau membicarakan
kekurangan dan cara menanggulanginya.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Muhammad Ali (1979:123), mengemukakan bahwa metode eksperimen
Kelebihan Metode Eksperimen:
a. Siswa secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data
yang diperlukan melalui percobaan.
b. Siswa memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis
secara empiris melalui eksperimen.
c. Siswa berkesempatan melaksanakan prosedur ilmiah, dalam rangka
menguji kebenaran hipotesis.
Kelemahan Metode eksperimen:
a. Memerlukan sarana dan prasarana yang cukup banyak.
b. Jika guru dan siswa kurang paham akan materi percobaan,
dimungkinkan percobaan akan menyita waktu terlalu lama bahkan
percobaan kemungkinan gagal.
c. Kegagalan eksperimen akan mengakibatkan perolehan belajar yang
salah atau menyimpang.
Untuk menekan kegagalan, sebaiknya guru menempuh prosedur
a. Tahap persiapan
Tahap ini berupa: penetapan tujuan yang sesuai, penyediaan
fasilitas, uji eksperimen sendiri dan menyusun skenario
pembelajaran serta perangkat pembelajaran yang menunjang.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini guru dan siswa mendiskusikan mengenai prosedur
penelitian, alat dan bahan, serta membimbing siswa selama siswa
melakukan percobaan. Bimbingan tersebut dilaksanakan selama
proses pembelajaran sehingga siswa dapat menarik kesimpulan.
c. Tahap lanjut
Tahap ini berupa diskusi tentang hambatan-hambatan eksperimen,
penyimpangan peralatan, hingga evaluasi akhir kegiatan
percobaan
E. Pembelajaran Sains dengan Menggunakan Metode Eksperimen
Pembelajaran Sains dengan metode eksperimen berarti siswa diberi
kesempatan untuk menemukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Menurut
Slameto (1995:156) pembelajaran yang demikian ini bercirikan:
1. Bertanya, tidak semata-mata mendengarkan dan menghafal.
2. Bertindak, tidak semata-mata melihat dan menghafal.
4. Menemukan masalah, tidak semata-mata mempelajari fakta
5. Menganalisis, tidak semata-mata mengamati.
6. Membuat sintesis, tidak semata-mata membuktikan.
7. Berpikir, tidak semata-mata membayangkan.
8. Memproduksi/menghasilkan, tidak semata-mata menggunakan.
9. Menyusun, tidak semata-mata mengumpulkan.
10.Menerapkan, tidak semata-mata mengingat.
11.Mengujikan, tidak semata-mata membenarkan.
12.Memberikan kritik konstruktif, tidak semata-mata menerima.
13.Merancang, tidak semata-mata melaksanakan.
14.Melakukan penilaian dan menghubungkan, tidak semata-mata
mengulangi.
Format pembelajaran Sains yang didesain dengan metode eksperimen,
memungkinkan siswa berekspresi kreatif, karena siswa akan terlibat langsung
dalam menentukan hipotesis yang akan diuji lewat praktikum (percobaan).
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah secara
terus-menerus tidaklah efektif, karena pemahaman siswa tentang materi yang
menawarkan metode eksperimen pada kegiatan pembelajaran IPA. Metode
eksperimen ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep IPA itu. Peneliti
berharap pembelajaran menggunakan metode eksperimen, pemahaman siswa
tentang IPA menjadi jelas dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, penelitian ini
dilakukan dengan harapan bahwa pembelajaran menggunakan metode
eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V semester genap Tahun Pelajaran
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian PTK ini menggunakan model Kemmis dan MC. Taggart
yang biasanya terdiri dari rencana, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Alur pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat dilihat pada bagan di
bawah ini.
Siklus I Siklus II
Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa dalam alur
pelaksanaan tindakan terdapat: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan tindakan
Rencana tindakan dalam penelitian tindakan kelas disusun
berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan
yang diajukan. Langkah-langkah atau tindakan yang akan dilakukan
perlu direncanakan secara rinci sehingga benar-benar dapat dijadikan
pegangan dalam melaksanakan tindakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Jenis tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
hendaknya didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar
hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program
adalah optimal.
3. Observasi
Kegiatan observasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data.
Data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang
terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan.
Refleksi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam
melaksanakan penelitian tindakan kelas.
B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Klepu yang beralamat di
Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 30 siswa,
yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah prestasi belajar IPA materi Sifat-sifat Cahaya.
4. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan sekitar bulan Maret sampai April 2011.
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2011
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Pengumpulan data, kondisi awal dan observasi √
2. Penyusunan proposal √
3. Ijin pengambilan data √
4. Pengambilan data √
5. Analisis data √
6. Penyusunan laporan √ √
7. Ujian skripsi √
8. Revisi laporan skripsi √
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua siklus, dimana
masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan (5 x 35 menit) dan di akhir siklus
siswa mengerjakan soal evaluasi. Proses penelitian ini meliputi empat
tahap yaitu rencana tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1. Persiapan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti dalam tahap ini adalah
mengidentifikasi masalah, mengkaji kompetensi dasar dan materi
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun alat dan bahan yang
diperlukan dan menyiapkan instrument penelitian.
a. Identifikasi Masalah
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi
masalah tentang prestasi belajar siswa khususnya pada materi :
Sifat-sifat cahaya. Tahapan ini adalah pada pembelajaran IPA
siswa kelas V Semester genap SD Kanisius Klepu Tahun
Pelajaran 2009/2010. Hal ini untuk mengetahui permasalahan
pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok tersebut.
Dari hasil studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa
prestasi siswa pada materi pokok tersebut masih rendah. Hal ini
terbukti dari hasil ulangan siswa pada kondisi awal. Dari 29 siswa,
hanya 12 siswa yang mencapai KKM dan 17 siswa tidak
mencapai KKM atau sekitar 41 %, padahal KKM mata pelajaran
IPA adalah 65.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti
merencanakan sebuah pembelajaran dengan metode eksperimen
pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Klepu
b. Mengkaji Kompetensi Dasar dan materi pokok pembelajaran
Kompetensi Dasar yang mengalami permasalahan adalah
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
c. Mempersiapkan silabus
Silabus disusun dengan mengambil satu Kompetensi Dasar dari
sebelas Kompetensi Dasar yang ada dalam kurikulum kelas V
Semester Genap yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
d. Menyusun RPP
Langkah berikutnya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang dibuat tiap siklus.
e. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pelaksanaan metode belajar eksperimen.
f. Menyiapkan instrumen penelitian
Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menyiapkan
instrumen penelitian. Lampiran tentang instrumen penelitian dapat
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
a. Siklus I
1) Rencana Tindakan
Pembelajaran siklus I ini terdiri dari lima jam pelajaran.
Pertemuan pertama terdiri dari 2 jp dan pertemuan kedua
terdiri dari 3 jp, dimana 2 jp untuk penyampai materi dan 1 jp
untuk mengerjakan soal evaluasi. Pertemuan pertama
digunakan untuk menyampaikan materi tentang sifat-sifat
cahaya. Pada pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
menunjukkan melalui percobaan bahwa cahaya merambat
lurus, sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening,
berwarna, dan gelap). Dari kegiatan percobaan ini, siswa
diharapkan mampu menyebutkan kegunaan cahaya matahari
dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan kedua ini
menyampaikan materi tentang sifat bayangan yang mengenai
cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung dengan
melakukan percobaan. Dengan adanya percobaan ini, siswa
diharapkan mampu menyebutkan kegunaan cermin datar,
cermin cembung, dan cermin cekung yang dapat digunakan
dengan evaluasi. Adapun rencana tindakan siklus I akan
dijabarkan sebagai berikut :
a) Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
c) Membagikan LKS dan menjelaskan petunjuk
pengerjaan
d) Di dalam kelompok siswa melaksanakan percobaan dan
menulis hasilnya di LKS yang sudah disediakan.
e) Perwakilan kelompok untuk membacakan hasil
percobaan.
f) Kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan
atas presentasi yang dilakukan.
g) Merevisi hasil kerja kelompok dan menyimpulkannya.
h) Melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.
i) Siswa mengerjakan lembar tes secara tertulis
2) Pelaksanaan Tindakan
3) Observasi
Selama proses pelaksanaan tindakan I, dilakukan pengamatan
atau observasi.
Pada proses pengamatan, guru melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran secara keseluruhan.
b) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
mengerjakan tugas.
c) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
melakukan eksperimen.
d) Melakukan pengamatan terhadap kesulitan siswa dalam
melakukan eksperimen
e) Melakukan pengamatan terhadap kegiatan demonstrasi
f) Melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil
temuan.
g) Melakukan pengumpulan data dan menghitung
persentase keberhasilan belajar.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan evaluasi terhadap
Hasil kajian dan refleksi digunakan untuk menerapkan tindakan
apa yang perlu diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
b. Siklus II
1) Rencana Tindakan
Pembelajaran siklus II ini terdiri dari lima jam pelajaran.
Pertemuan pertama terdiri dari 2 jp dan pertemuan kedua
terdiri dari 3 jp, dimana 2 jp untuk penyampaian materi dan 1
jp untuk mengerjakan soal evaluasi. Pertemuan pertama
digunakan untuk menyampaikan materi tentang cahaya dapat
dibiaskan. Pada pembelajaran ini siswa diharapkan mampu
menunjukkan melalui percobaan bahwa cahaya dapat
dibiaskan dengan. Dari kegiatan percobaan ini, siswa
diharapkan mampu menyebutkan contoh pembiasan cahaya
dalam kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan kedua ini
menyampaikan materi tentang sifat cahaya dapat diuraikan
dengan melakukan percobaan. Dengan adanya percobaan ini,
siswa diharapkan mampu menyebutkan contoh penguraian
dilanjutkan dengan evaluasi. Adapun rencana tindakan siklus I
akan dijabarkan sebagai berikut :
a) Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 3 siswa
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
c) Membagikan LKS dan menjelaskan petunjuk pengerjaan
d) Di dalam kelompok siswa melaksanakan percobaan dan
menulis hasilnya di LKS yang sudah disediakan
e) Perwakilan kelompok untuk membacakan hasil percobaan
f) Kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan
atas presentasi yang dilakukan.
g) Merevisi hasil kerja kelompok dan menyimpulkannya.
h) Melaksanakan tes untuk mengukur keberhasilan siswa.
i) Siswa mengerjakan lembar tes secara tertulis
2) Pelaksanaan Tindakan
Melakukan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan
3) Observasi
Selama proses pelaksanaan tindakan I, dilakukan pengamatan
Pada proses pengamatan, guru melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran secara keseluruhan.
b) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
mengerjakan tugas.
c) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam
melakukan eksperimen.
d) Melakukan pengamatan terhadap kesulitan siswa dalam
melakukan eksperimen
e) Melakukan pengamatan terhadap kegiatan demonstrasi
f) Melakukan penilaian hasil dan membuat laporan hasil
temuan.
g) Melakukan pengumpulan data dan menghitung
persentase keberhasilan belajar.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan siklus II dilihat dari kegiatan guru maupun siswa.
Hasil evaluasi digunakan untuk mengetahui apakah siklus perlu
dilanjutkan atau dinyatakan berhasil. Bila belum berhasil
berikutnya. Namun bila prestasi belajar siswa telah memenuhi
indikator keberhasilan, tindakan tidak perlu dilaksanakan lagi
dan dinyatakan bahwa penelitian telah berhasil.
D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan tes tertulis
yang dilakukan setiap akhir siklus. Teknik pengumpulan data dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Peubah, Indikator, Data, Pengumpulan data, dan Instrumen
Peubah Indikator Data
Pengumpulan
dalam materi sifat-sifat
cahaya.
2. Persentase jumlah
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Siklus I
No Indikator
Jenis penilaian
Tes
Bentuk Soal Aspek dan nomor soal
Pilihan
Pengetahuan Pemahaman Penerapan
cahaya
matahari bagi tumbuhan dalam proses fotosintesis 4 Siswa dapat
menjelaskan sifat bayangan yang mengenai cermin datar
√ √ A4, B9
5 Siswa dapat menjelaskan sifat bayangan yang mengenai cermin
cembung.
√ B3, B8 A2
6 Siswa dapat menjelaskan sifat bayangan yang mengenai cermin cekung.
Tabel 4. Penskoran Soal Siklus I
No Jenis soal Jumlah Soal Skor Maksimal
Tiap Soal Jumlah Skor
1 Pilihan Ganda 10 1 10
2 Isian singkat 10 1 10
Jumlah Skor maksimal 20
Penyekoran soal evaluasi pilihan ganda
Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab
Skor 1 jika jawaban benar
Penyekoran soal evaluasi isian singkat
Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab
Skor 1 jika jawaban benar
Penilaian Siklus I
Misal: siswa A memperoleh skor 10
Tabel 5. Kisi-kisi Soal Siklus II
No Indikator
Jenis penilaian
Tes
Bentuk Soal Aspek dan nomor soal Pilihan
ganda (A)
Isian (B)
Pengetahuan Pemahaman Penerapan
Tabel 6. Penskoran Soal Siklus II
No Jenis soal Jumlah Soal Skor Maksimal Tiap soal
Jumlah Skor
1 Pilihan Ganda 10 1 10
2 Isian singkat 10 1 10
Jumlah Skor maksimal 20
Penyekoran soal evaluasi pilihan ganda
Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab
Skor 1 jika jawaban benar
Penyekoran soal evaluasi isian singkat
Skor 0 jika jawaban salah atau tidak menjawab
Skor 1 jika jawaban benar
Penilaian Siklus II
Misal: siswa A memperoleh skor 10
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam pemberian tes pada siswa
berupa tes tertulis. Tes tertulis ini terdiri dari 20 butir soal, dimana 10
butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal jawaban singkat.
Mutu suatu tes, dapat diukur pada taraf validitas atau
kesahihannya. Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu tes
adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Adapun macam-macam validitas suatu tes antara
lain: validitas isi, validitas konstruksi atau konsep, dan validitas
kriteria.
Penyusunan instrumen pada penelitian ini menggunakan
validitas isi, yaitu pengujian validitas dilakukan atas isinya untuk
memastikan apakah butir tes hasil belajar mengukur secara tepat
keadaan yang ingin diukur. Kevaliditasan ini dapat dilihat dan dapat
dibuktikan melalui kisi-kisi soal yang dibuat. Pengujian validitas isi
dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement),
dimana bahan atau isi instrumen ini sudah dikonsultasikan kepada
orang yang lebih ahli dalam hal ini adalah dosen pembimbing dan
E. Analisis Data
1. Kriteria Keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil, apabila persentase jumlah siswa yang
memiliki nilai di atas KKM pada kondisi akhir adalah 70 % dari
seluruh jumlah siswa kelas V.
Tabel 7. Peubah, Indikator, Kondisi awal, Siklus I, Siklus II
Peubah Indikator Kondisi
Awal Siklus I
Siklus II
Prestasi belajar siswa
1. Nilai rata-rata siswa dalam
materi sifat- sifat cahaya 61 65
a. Rumus Menentukan Banyaknya Siswa yang Memenuhi KKM.
Cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan banyaknya siswa yang
sudah memenuhi KKM dalam persen dari setiap siklus, dengan rumus:
100
b. Rumus Menentukan Peningkatan Siswa yang Memenuhi KKM.
Cara yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan siswa
yang memenuhi KKM dalam persen, dengan rumus:
Ket:
n : Besarnya peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam
persen
N1 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus 1
51 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar
IPA Dalam Materi Sifat-Sifat Cahaya Menggunakan Metode Eksperimen Pada
Siswa Kelas V SD Kanisius Klepu Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011” dilaksanakan selama 2 minggu, dimulai pada tanggal 31 Maret
2011 sampai 12 April. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang dilaksanakan
dalam empat tahapan, yaitu rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
pengamatan, dan refleksi. Berikut penjelasan hasil penelitian dari setiap siklus:
1. Siklus I
a. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian kelas siklus pertama dilaksanakan pada hari
Kamis tanggal 31 Maret 2011 dan pada hari Kamis 7 April 2011 di
kelas V dengan jumlah 30 siswa. Pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan metode eksperimen dan berpedoman dengan rencana
siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran.
b. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, hasil yang didapat dari penelitian siklus
pertama adalah nilai ulangan siswa sebagai berikut :
Tabel 8. Nilai Hasil Evaluasi Siklus I
No Urut Siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
25 65 √
26 55 √
27 65 √
28 70 √
29 55 √
30 70 √
Jumlah 1975 20 10
Rata-rata nilai 66
Persentase 67 % 33 %
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang
telah ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
berlangsungnya pembelajaran. Adapun tugas guru pengamat adalah
untuk mengamati berlangsungnya pembelajaran dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan penutup yang menghasilkan data apakah guru telah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana (RPP).
Pada siklus I ini siswa bekerja dalam kelompok. Selama kegiatan
itu berlangsung ada siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompoknya
karena tidak satu kelompok dengan teman akrabnya sehingga
mengganggu kelompok lain. Sebagian besar siswa antusias mengikuti
pembelajaran ini, karena siswa dilibatkan dalam pembelajaran. Hal ini
terbukti dengan adanya siswa mendengarkan penjelasan dari guru,
bertanya ketika belum jelas dan dapat menjawab pertanyaan yang
d. Refleksi
Dari hasil ulangan siswa pada tabel 8 diperoleh nilai rata-rata
ulangan kelas sebesar 66,00. Hal ini meningkat bila dibandingkan
dengan kondisi awal yaitu 61,00. Nilai rata-rata ulangan harian kelas
belum memenuhi indikator keberhasilan siklus kedua yaitu 70, maka
penelitian ini dilanjutkan pada siklus kedua.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran
berlangsung, berikut hasil refleksi yang diperoleh:
1) Adanya siswa yang tidak mau bekerja dalam kelompok dan
mengganggu temannya, guru menegurnya dan mengarahkannya
untuk bekerja dalam kelompok
2) Pada pertemuan pertama siswa merasa kesulitan dalam melakukan
percobaan cahaya merambat lurus. Siswa dalam membuat lubang
pada karton kurang sejajar sehingga cahaya tidak bisa terlihat.
Guru membantunya dalam membuat lubang sehingga percobaan
2. Siklus II
a. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian kelas siklus kedua dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 12 April 2011 dan pada hari Sabtu 16 April 2011 di
kelas V dengan jumlah 30 siswa. Pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan metode eksperimen dan berpedoman dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Dan pada akhir siklus II
siswa mengerjakan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa setelah menerima pembelajaran.
b. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, hasil yang didapat dari penelitian siklus
kedua adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Data Hasil Evaluasi Siklus II
No Urut siswa Nilai Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
1 60 √
2 65 √
3 80 √
4 60 √
5 70 √
6 75 √
7 65 √
8 55 √
10 85 √
Rata-rata nilai 72 Persentase jumlah
siswa yang mencapai KKM
77% 23%
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan bantuan satu orang guru yang telah
ditunjuk. Pelaksanaan pengamatan dilakukan bersamaan dengan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada siklus kedua
ini siswa lebih aktif dalam berdiskusi dan lebih bersemangat dalam
proses pembelajaran. Pada siklus ini terdapat kendala yaitu siswa
kesulitan melubangi tutup botol tetapi semua itu masih bisa diatasi
dengan baik. Pada akhir siklus kedua dilaksanakan ulangan harian
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima
pembelajaran.
Pada siklus II ini siswa tampak lebih semangat mengikuti
pembelajaran dibandingkan dengan siklus I. Hal ini nampak pada
kegiatan siswa yang lebih aktif dalam kegiatan percobaan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan tepat waktu. Secara
keseluruhan pembelajaran berjalan lancar dan aktivitas yang dilakukan
siswa mengarah pada pembelajaran tersebut.
d. Refleksi
Dari hasil ulangan siswa pada tabel 9 di atas diperoleh nilai rat-rata
kelas mencapai 72,00 meningkat dari nilai rata-rata pada siklus
pertama yaitu 66,00. Karena nilai ulangan kelas telah memenuhi
indikator keberhasilan siklus kedua yaitu 75 maka penelitian sudah
Pada pembelajaran siklus II siswa aktif melakukan kegiatan
eksperimen dalam kelompok dan mengerjakan lembar kerja. Dalam
kegiatan pembelajaran semua siswa terlibat dalam kegiatan
eksperimen. Dalam siklus I ada siswa yang tidak mau mengikuti
pembelajaran tersebut (asyik bermain dengan temannya), tetapi dalam
siklus II ini siswa justru asyik dengan kegiatan membuat alat peraga.
Keadaan ini diperkirakan karena pembagian tugas yang merata dan
siswa ingin membuktikan bahwa alat peraga yang mereka buat dapat
menjawab pertanyaan yang ada dalam lembar kerja.
Dalam pembuatan alat peraga untuk membuktikan bahwa
cahaya putih terdiri dari banyak warna ada kelompok yang mengalami
kesulitan. Siswa dalam mewarnai kertas kurang rapat, sehingga
cakram ketika diputar warnanya tidak putih. Adanya guru kelas V
yang ikut membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat
membantu dalam kegiatan pembelajaran ini.
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis mencoba mengkaji, mengkritisi apa yang sudah
dilakukan dan hasil yang telah dicapai. Untuk memperjelas hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka akan diperlihatkan ringkasan hasil penelitian
21 60 √ 75 √
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat mengetahui bahwa dari kondisi awal,
siklus I, dan siklus II terjadi kenaikan, baik dari segi nilai rata-rata maupun
persentasenya yang telah mencapai target dari yang diinginkan peneliti. Pada
siklus I pencapaian nilai rata-rata 66 dari target yang diharapkan 65,
sedangkan pencapaian persentase 67 % dari target yang diharapkan 60 %.
Pada siklus ini kenaikan persentase sebesar 5 %. Untuk siklus II pencapaian
nilai rata-rata 72 dari target yang diharapkan 70, sedangkan pencapaian
persentase 77 % dari target yang diharapkan 70 %. Pada siklus ini kenaikan
persentase sebesar 7 %. Jadi, dapat dikatakan bahwa dari kondisi awal, siklus
I, dan siklus II terjadi kenaikan baik dari segi nilai rata-rata maupun
Berdasarkan analisis data pada tabel 10 di atas terdapat kenaikan rata-rata
nilai ulangan sampai dengan akhir siklus II. Data awal sebelum adanya
tindakan nilai rata-rata hasil ulangan siswa adalah 61,00 yang diambil dari
analisis nilai selama satu tahun pada kompetensi dasar yang sama dan pada
akhir siklus II nilai rata-rata hasil ulangan siswa adalah 72,00. Dengan adanya
peningkatan rata-rata nilai ulangan siswa yang telah mencapai indikator yang
telah ditentukan pada penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
peningkatan prestasi belajar siswa susah tercapai. Oleh karena itu penelitian
dihentikan sampai siklus II dan tidak dilanjutkan.
Pada siklus I penelitian telah dilaksanakan menggunakan metode
eksperimen dengan materi cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda
bening, sifat bayangan cermin datar, cembung dan cekung. Pada siklus I kelas
dibagi dalam kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Pada pelaksanaan siklus I ini, satu siswa mendapat nilai 85, lima siswa
mendapat nilai 80, satu siswa mendapat nilai 75, tujuh siswa mendapat nilai
70, enam siswa mendapat nilai 65, dua siswa mendapat nilai 60, lima siswa
mendapat nilai 55, dua siswa mendapat nilai 50, dan satu siswa mendapat
nilai 40. Jadi siswa yang memperoleh nilai ulangan di atas kriteria ketuntasan
minimal pada akhir siklus I sebanyak 20 siswa atau mencapai 67 % dari 30
siswa. Sebanyak 10 siswa masih memperoleh nilai ulangan di bawah kriteria