PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA
PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN
AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Nama : Erics NIM : 091134187
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA
PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN
AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Nama : Erics NIM : 091134187
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
WxÇztÇ áxàâÄâá {tà| ~tÜçt |Ç| ~âÑxÜáxÅut{~tÇ
âÇàâ~
gâ{tÇ lxáâá ^Ü|áàâá
9
Tçt{tÇwt _ÉwÉã|}~ c|àxÜ _t~|Çtâ wtÇ
\uâÇwt WtÜÄ|Çt ^? ~xwât ÉÜtÇz àât ~âA
XÄ|á|âá? XáàxÜ? eÉç wtÇ lxÇ|? ~xxÅÑtà
átâwtÜt~âA
TÄÅtÅtàxÜ ? áxÜàt àxÅtÇ@àxÅtÇ áxÑxÜ}âtÇztÇ
áxÅâtÇçt
MOTTO
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
( Matius 6 : 33 )
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
( Kolose 3 :23 )
Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,
maka terlakasanalah segala rencanamu
(Amsal 16 : 3 )
Orang yang meremehkan ajaran Tuhan, Mencelakakan dirinya;
Orang yang taat kepada hukum Allah, Akan mendapat upahnya.
( Amsal 13 :13 )
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya,
semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN
( Mazmur 139 : 4 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2011 Penulis
Erics
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Erics
Nomor Induk Mahasiswa : 091134187
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2010/2011”.
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 26 Juli 2011 Yang menyatakan
Erics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD
KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2010/2011”.
Erics
Universitas Sanata Dharma 2011
Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan I dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah 31 orang siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Siklus penelitian yang digunakan hanya satu kali dimana dalam satu siklus terdapat dua kali pertemuan, dengan target indikator keberhasilan 75 % siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sistem penilaian menggunakan instrument penilaian tes tertulis yang terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda.
Hasil dari penelitian ini pada pengamatan awal sebelum metode simulasi digunakan, rata-rata nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah 61,38 berada di bawah standar angka kriteria ketuntasan minimal 63. Setelah menggunakan metode simulasi pada siklus pertama diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 72,55 nilai ini sudah berada di atas standar angka kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V
SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011.
ABSTRACT
IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENT USING THE SIMULATION METHOD ON THE SOCIAL SUBJECT FOR THE STUDENTS OF
SD KANISIUS KINTELAN I GRADE FIVE IN THE SECOND SEMESTER OF ACADEMIC YEAR OF 2010/2011
Erics
Sanata Dharma University 2011
This research was conducted in SD Kanisius Kintelan I from March to April 2011. The objective of the research was to analyze whether learning using the simulation methods could improve students’ learning achievement in social subject.
The research was classroom action research. The subjects of the research were 31 students of SD Kanisius Kintelan I grade five in the second semester of academic year of 2010/2011. There was only one cycle research. The cycle consists of two meetings with the indicator target of achievement of 75 % students reach minimal completion criteria. Scoring system used was a teat consisting of 30 multiple-choice questions.
The result of this research showed that from the first observation before the simulation method was conducted, the average of students’ learning score on social subject was 61. 38. It was below the score of the standard minimal completion criteria (KKM) of 63. After using the simulation method in the first cycle, it was found that the students’ learning score on social subject increased to 72. 55 and it was above the average of the minimal completion criteria (KKM). Based on the data, it could be concluded that the simulation method was able to improve the learning achievement of the students of SD Kanisius Kintelan I grade five in the second semester of academic year of 2010/2011.
Key words: learning achievement and learning using simulation method
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyertai dan memberkati serta menuntun setiap langkah dalam perjalanan hidup dengan limpahan cinta kasih-Nya yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode simulasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011” dari awal hingga berakhir boleh penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukkan dan saran serta memotivasi dalam penyusunan skripsi.
3. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat dan dukungan serta dengan sabar dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir.
4. Tim penguji ujian sarjana program studi pendidikan guru sekolah dasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti ujian sarjana dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen program studi pendidikan guru sekolah dasar yang telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang penulis hadapi.
6. Staf perpustakaan USD yang telah memberi layanan kepada penulis dalam mendapatkan buku referensi.
7. Staf sekretariat PGSD yang selalu membantu penulis dengan tiada lelahnya. 8. Ibu Marciana Sarwi, S. Pd. Selaku kepala sekolah SD Kanisius Kintelan I
9. Bu Very, Selaku guru kelas V yang memberikan banyak masukan bagi penulis saat melakukan penelitian tindakan kelas.
10. Para guru SD Kanisius Kintelan I yang selalu memberi dorongan bagi penulis.
11. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Kintelan I yang telah bekerjasama dengan baik.
12. Ayahanda Lodowijk Piter Lakinau dan Ibunda Darlina K, kedua orang tuaku yang terkasih serta ke empat saudaraku yang tercinta Elisius, Ester, Roy dan Yeni. Merekalah yang menjadi motivator dan inspirasi bagi penulis dalam mengerjakan skripsi.
13. Kakak Andreas Umbu Roga, S. Pd., M. Kes., yang selalu membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
14. Teman-teman sejawat di PGSD yang selalu memberikan masukkan dan menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
15. Teman kos ku, aloy terimakasih sudah membantu menterjemahkan abstrak ke dalam bahasa inggris.
16. Teman-teman kos ku semuanya terimakasih untuk saran dan masukkannya. 17. Teman-teman Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Kabupaten Melawi
Yogyakarta. Dalam suka maupun duka yang selalu bersama-sama untuk meraih cita-cita demi masa depan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta bermanfaat bagi penulis demi perbaikkan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 26 Juli 2011
Penulis
Erics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR …..……….xvii
DAFTAR LAMPIRAN……….xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan ... 5
E. Manfaat ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Prestasi Belajar IPS ... 7
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 7
2. Pengertian Belajar ... 7
3. Pengertian Pembelajaran IPS ... 11
B. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Pembelajaran IPS ... 12
1. Pengertian CBSA ... 12
2. Strategi dan Metode Mengajar ... 13
C.Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS .... 15
1. Metode Simulasi ... 16
a. Pengertian Simulasi ... 17
b. Manfaat Simulasi ... 21
c. Tujuan Simulasi ... 21
d. Prinsip-Prinsip Simulasi ... 22
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi ... 23
2. Bentuk-Bentuk Simulasi ... 24
3. Langkah-Langkah Simulasi ... 26
a. Persiapan Simulasi ... 26
b. Pelaksanaan Simulasi ... 26
c. Penutup ... 27
4. Keuntungan Simulasi ... 28
5. Rambu-Rambu Penggunaan dan Pelaksanaan Metode Simulasi ... 29
6. Peranan Guru Dalam Simulasi ... 31
D.Kerangka Berpikir ... 32
E.Hipotesis Tindakan ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 34
A.Jenis penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 34
B.Setting Penelitian ... 35
1. Tempat Penelitian ... 35
2. Subyek Penelitian ... 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Obyek Penelitian ... 35
4. Waktu Penelitian ... 35
5. Rencana Banyaknya Siklus ... 36
6. Kriteria Keberhasilan ... 36
C.Indikator Keberhasilan ... 37
D.Prosedur Penelitian ... 37
1. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 38
2. Pelaksanaan Tindakan ... 39
F. Pengumpulan Data ... 46
1. Variabel ... 46
2. Indikator ... 47
3. Data ... 47
4. Pengumpulan Data ... 47
5. Instrumen ... 47
G.Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A.Hasil Penelitian ... 49
1. Siklus I ... 49
a. Perencanaan ... 49
b. Pelaksanaan Penelitian ... 50
c. Hasil Penelitian Siklus I ... 51
d. Refleksi ... 53
2. Siklus II ... 54
B.Pembahasan ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A.Kesimpulan ... 58
B.Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN ... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ... 36
Tabel 3. 2 Kriteria Keberhasilan ... 37
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 44
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 45
Tabel 3. 5 Analisis Data ... 48
Tabel 4. 1 Nilai Ulangan IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta Pada Siklus1 ... 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Jenis Penelitian DIKTI ... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Silabus ... 62
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64
Soal Siklus I ... 67
Foto Kegiatan Penelitian ... 71
Surat Izin Penelitian ... 75
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila interaksi antara Guru dan Siswa berjalan dengan baik. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar interaksi dapat dimaksimalkan, syarat tersebut diantaranya adalah penguasaan materi ajar dan penguasaan kelas oleh guru serta memotivasi siswa dalam belajar. Selain guru, siswa juga diharuskan berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar terjalin interaksi yang baik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai motivator, pemberi inspirasi, pembimbing, yang mengarahkan serta yang mengevaluasi. Yang pada gilirannya, siswa akan termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, pengalaman yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mencoba sendiri, mencari dan menemukan jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan teman-teman sekelas, atau membuat sesuatu, akan jauh lebih menantang dalam pengerahan energi dan perhatian siswa. Artinya, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam membangun pengetahuan dan bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan pengetahuan dalam bentuk “siap” kepada siswa yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerimanya secara pasif, karena hal tersebut akan menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap maupun yang tidak dapat
ditangkap oleh alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
siswa ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak
dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme
(Slavin, 2000). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon (Slavin, 2000). Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
3
nilai dan sikap (afektif). Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat terus ditingkatkan untuk mata pelajaran tertentu lebih khusus pada mata pelajaran IPS. Dalam kurikulum pendidikan dasar, salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dari keseluruhan Ilmu Sosial. Ilmu Sosial adalah dasar daripada Studi Sosial (R.E.Gross, 1973). Mata pelajaran IPS sangat penting karena mengkaji tentang berbagai macam bentuk hubungan sosial yang terjadi pada manusia dan lingkungan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran IPS harus memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Adapun KKM pada setiap sekolah berbeda, hal ini dikarenakan sekolah harus menyesuaikan dengan kemampuan umum siswa serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan nilai ulangan dari data yang diperoleh oleh penulis, dari 31 orang siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran IPS sebesar 41,93% atau 13 orang siswa yang tidak lulus, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 58,06% atau 18 orang siswa yang lulus, hal ini disebabkan karena kurangnya penguasaan materi pada mata pelajaran IPS. Adapun KKM yang telah ditetapkan oleh SD Kanisius Kintelan I untuk mata pelajaran IPS adalah 63. Oleh karena itu penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran dan metode yang menarik bagi siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pelajaran IPS. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi. Metode
simulasi merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan sekelompok orang
secara bersama-sama menciptakan lingkungan yang seadanya. Strategi ini
dimasukkan ke dalam kategori interpersonal karena interaksi antarmanusia yang
terjadi dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru.
Melalui percakapan dan bentuk-bentuk interaksi lain, siswa mendapatkan
pandangan dari sudut pandang orang-orang yang langsung mengalami topik yang
dipelajari. Metode pembelajaran ini pada prinsipnya merupakan kegiatan belajar
dimana siswa belajar dalam kelompok untuk melatih kecerdasan kinestetis,
linguistik, dan spasial sesuai dengan langkah-langkah yang diterapkan. Oleh karena itu target KKM yang ingin dicapai oleh penulis dari 31 orang siswa yang mengikuti tes dengan target indikator keberhasilan 75%.
B.Batasan Masalah
5
C.Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang penulisannya maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
KD (2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan) Kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran
2010/2011”.
D.Tujuan
Tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode simulasi dari mata pelajaran IPS dalam hal belajar, siswa menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan
2. Untuk mengetahui efektifitas metode simulasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
E.Manfaat
Manfaat penelitian:
1. Secara teoritis hasil penelitian tersebut menambah wawasan tentang salah satu metode pembelajaran, yang dapat meningkatkan prestasi belajar serta melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Secara praktis :
a) Bagi peneliti sendiri, merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan metode simulasi pada saat proses kegiatan pembelajaran IPS, sehingga dapat menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.
b) Bagi guru-guru merupakan salah satu contoh metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok yang sama, mata pelajaran yang sama dan di kelas yang lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Prestasi Belajar IPS
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan salah satu umpan balik dari proses belajar yang
telah dilakukan siswa. Prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan hasil belajar
siswa, hasil belajar tersebut dapat berupa keterampilan mengerjakan sesuatu,
kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas (Gagne dalam
Baharudin, 2002).
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Salah – satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
(Hamalik Oemar, 2001) Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses
yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari
belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan
pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan dalam mencerdaskan siswa.
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan
tidak terbatas pada dinding kelas. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar,
siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai
akhir hayat. Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah di kemukakan di
atas sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang di rumuskan
UNESCO (1996), yaitu :
a. Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil
belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Oleh sebab
itu, dalam konteks learning to know juga bermakna learning to think atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam
dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.
b. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,
tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi
yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Dengan demikian,
9
c. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian
yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga
terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang memiliki tanggung
jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan
kelemahannya.
d. Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat di perlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana
manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa
hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks
ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan
menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan ; “learning is process by
wich an activity originates or changed through training procedurs ( wether in the laboratory or in the naural environment ) as distinguished from
changes by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar, menurut
Benjamin. S .Bloom dalam Sujana (2004), dikatakan berhasil apabila terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Domain afektif meliputi menerima, menjawab, menilai, mengorganisasikan dan memberi sifat atau karakter. Domain
psikomotor meliputi gerakan reflek, gerakan dasar dan sederhana, kemampuan menghayati, kemampuan fisik/jasmaniah, gerakan yang sudah terampil dan
komunikasi ekspresif menurut Sujana (2004) cit Brahim (2007). Menurut Sujana (1998), belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Hal
senada diungkapkan pula oleh Skinner dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat orang
belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka
responnya menurun Mudjiono ( 2002).
Dengan demikian, belajar merupakan perubahan perilaku individu atau
seseorang yang disebabkan oleh latihan yang berkesinambungan. Berdasarkan
kutipan tersebut pengertian belajar adalah adanya suatu perubahan dalam diri
individu atau seseorang baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan serta
nilai yang diperoleh melalui interaksi, pengalaman, dan latihan secara kontiniu
dan terus menerus dengan lingkungan sekitar menuju kearah yang lebih baik.
Pada umumnya, defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku, perubahan
yang didasari dan timbul akibat praktek serta pengalaman yang dilakukan
11
3. Pengertian Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan
alam, fisik maupun lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari
berbagai ilmu-ilmu sosial, termasuk di dalamnya sosiologi, sejarah, ekonomi,
antropologi, politik, psikologi (Max Helly). Ilmu pengetahuan adalah istilah
baru sejak diberlakukannya kurikulum 1975. Pada tahun-tahun sebelumnya
beberapa komponen materi seperti Sejarah, Kewarganegaraan, Ekonomi, dan
Geografi telah diajarkan namun masing-masing menjadi mata pelajaran yang
mandiri terlepas satu dengan yang lainnya.
IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya dalam
proses interaksi sosial baik dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Jadi bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Suradisastra,
1991). Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan
memperoleh pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa IPS merupakan program pendidikan yang mempelajari dan menelaah
serta menganalisa gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Tujuan Pembelajaran IPS
Menurut Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS memiliki
tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global.
B.Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Pembelajaran IPS
1. Pengertian CBSA
Profesor T. Raka Joni dalam bukunya, Cara Belajar Siswa Aktif :
Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian, menjelaskan bahwa hakikat CBSA
“menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk maksud ini dalam banyak
hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan
fisik”. Jadi, CBSA bukanlah bermaksud agar siswa melakukan berbagai
aktivitas belajar dengan kegiatan-kegiatan asal saja, melainkan yang
diutamakan adalah kegiatan-kegiatan belajar yang melibatkan mental secara
13
Pada dasarnya tidak ada belajar tanpa keaktifan siswa dengan kata lain Cara
Belajar Siswa Aktif adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien.
Proses belajar dengan CBSA adalah cara belajar yang akan menggantikan
belajar secara “duduk-dengar-catat-hafal (DDCH) yang pada umumnya dipakai
di setiap jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa selama ini telah terjadi keaktifan
karena belajar bukan baru dialami dan terjadi sekarang pada manusia. Kadar
(tinggi-rendahnya) CBSA dapat diketahui dari indikator-indikatornya
yaitu gejala-gejala yang menampak, baik pada tingkah laku siswa dan pengajar
maupun di dalam bentuk alat, organisasi kegiatan, serta iklim kerja ketika
kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
2. Strategi dan Metode Mengajar
Penggunaan berbagai strategi belajar-mengajar dan metode-metode
mengajar secara bervariasi, sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional baik Efek
Instruksional maupun Efek Pengiring yang akan dicapai. Strategi ekspositori
(guru sebagai pemberi atau penyaji informasi, biasanya dengan ceramah) tidak
selamanya jelek, bergantung pada bagaimana guru dan terutama siswa dapat
melibatkan mental dengan sepenuhnya. Namun, kalau selamanya strategi dan
metode itu yang digunakan, hal ini menjadi kurang baik, sebab kurang
memberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian, disiplin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tanggung jawab, kebiasaan dan keterampilan mencari dan mengolah informasi
sendiri.
Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses belajar aktif tersebut,
yaitu:
a. Situasi kelas merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas dan
terkendali
b. Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan
rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa
sumber tertulis dan sumber manusia
d. Kegiatan belajar siswa bervariasi
e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan
manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan
dengan bawahan
f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tetapi
sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan siswa
g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa,
tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa
h. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau
pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun pada siswa
15
i. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas dari benar atau salah,
dan tidak diperkenankan membunuh karakter, mengurangi atau menekan
pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa
agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas
C.Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi
pembelajaran sangat tergantung cara guru menggunakan metode pembelajaran,
karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran. Raka Joni (1992) mengungkapkan
bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut :
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar
3.Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa
5. Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan
kemajuan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Metode Simulasi
Simulasi telah lama digunakan dalam dunia pendidikan. Simulasi digunakan
untuk pendidikan militer dalam latihan perang bagi personel militer. Simulator
penerbangan misalnya dikembangkan untuk melatih pilot militer maupun pilot
komersial. Simulator ruang angkasa digunakan untuk melatih astronot,
demikian pula simulator otomobil dipakai untuk melatih para supir.
Pemanfaatan simulasi untuk pembelajaran dikelas, menurut Tornyay dan
Thompson (1982), juga bukan hal yang baru. Game atau permainan sebagai salah satu jenis simulasi, digunakan dalam pembelajaran menulis pada awal
tahun 1775 (Knight,1949). James (1908) telah mendorong guru untuk membuat
belajar lebih berorientasi pada aktivitas. Akhir-akhir ini, para pendidik
berargumentasi bahwa variasi pengalaman dan aktivitas dalam belajar bagian
yang penting dari keseluruhan situasi belajar (Carlson, 1969).
Simulasi menjadi penting seiring dengan perubahan pandangan terhadap
pendidikan, dari proses pengalihan isi pengetahuan kearah proses
pengaplikasian teori ke dalam realita pengalaman kehidupan. Lebih lanjut,
pengenalan teknik simulasi lebih merupakan kegiatan untuk membantu siswa
dalam mengembangkan keterampilan, menemukan dan memecahkan masalah.
Sehingga pada gilirannya melalui simulasi, dapat meningkatkan efektivitas
keterampilan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk masa
yang akan datang. Teknik simulasi dapat memberikan pengalaman langsung
17
penggunaan simulasi dalam pendidikan sekitar tahun 1959 ( Rossi dan Briddle,
1966). Pada tahun 1964, sekolah tinggi Bisnis telah menetapkan simulasi
manajemen sebagai bagian dari kurikulum yang standar (Dale dan Klassen,
1964). Teknik simulasi digunakan dalam pendidikan medis sejak pertengahan
tahun 1960-an (Barrows,1968; Hoban, 1978). Pendidik di lingkungan sekolah
perawat juga telah menggunakan teknik simulasi selama bertahun-tahun,
meskipun istilah tersebut baru digunakan pada beberapa tahun terakhir
(Tornyay dan Thompson, 1982). Misalnya dalam latihan keterampilan dasar
setting laboratorium, latihan memahami perasaan pasien, latihan hubungan
interpersonal dan latihan keterampilan mengintervensi keadaan darurat.
a. Pengertian Simulasi
Beberapa buku yang menguraikan simulasi, kurang konsisten dalam
menggunakan istilah simulasi. Istilah simulasi sering dipertukarkan dengan
istilah game atau permainan. Robinson (1966) menyatakan bahwa simulasi sering berganti nama menjadi game. Coleman (1970) mendefinisikan simulasi dan game secara berbeda. Tornyay dan Thompson (1982), menyebutkan beberapa penulis berikut ini memberikan petunjuk dalam
mengembangkan definisi yang dapat membantu untuk mengklarifikasi dan
membedakan istilah simulasi dan game (Clarlson, 1969; Tansey dan Unwin, 1969; Raser, 1969; Abt, 1971; Curtis dan Rothert, 1972; Cruickshank, 1977;
Rockler, 1978; McKe-achie, 1978; Thiagarajan dan Stolovich, 1978;
Cooper, 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Simulation : A realistic representation (model) of structure or dynamics of a real thing or process with which the participant, as an active part of the experience, interacts with person or thing in the environment, applies previously learned knowledge to make respones (decicions and action to deal with a problem or situation, and receives feedback about responses without the direct real-life consequences. Game : An activity governed by precise rules that involves varying degrees of chance or risk and one or more players who compete ( with self, the game, one another, or a computer) through the use of knowledge, skill, strength, or luck in an attempt to reach a specified goal (gain an intrinsic or extrinsic reward). Simulation Game : An activity that incorporates the characteristic of both a simulationand a game ; a game that also models some real life situation or proces.
Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura. Simulasi berasal
dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Menurut kamus Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 1975), simulation
artinya pekerjaan tiruan atau meniru, sedangkan simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah
peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah
seperti peristiwa yang sebenarnya. Permainan drama adalah permainan
simulasi dimana peristiwa yang diperankan oleh pemegang peran
menggambarkan peristiwa yang seolah-olah peristiwa sebenarnya. Dalam
19
calon pilot terlebih dahulu dilatih dengan menggunakan pesawat tiruan yang
disebut simulator. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi
dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni
memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan
untuk upacara yang sebenarnya supaya tidak gagal dalam pelaksanaan
nantinya. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan
penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat
bermanfaat. Metode simulasi bertujuan untuk :
1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
3) Melatih memecahkan masalah
4) Meningkatkan keaktifan siswa
5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa
6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa
8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Simulasi adalah alat yang ampuh untuk mengajar, namun metode
pengajaran ini perlu dilakukan dengan benar untuk memaksimalkan
efektifitasnya. Metode simulasi pengajaran memberikan pengaruh dengan
baik karena siswa jauh lebih mendalami subyek yang lebih konvensional
daripada melalui pendekatan untuk mengajar. Hal ini terjadi karena motivasi
dan pemahaman siswa dihubungkan sedemikian rupa sehingga kegiatan
mental ini menjadi lebih cepat, serta memperluas keseluruhan proses belajar.
Dalam simulasi, para siswa membuat sambungan otak mereka yang jarang
didapat, melalui teknik pengajaran konvensional. Akibatnya, pembelajaran
memiliki dampak yang lebih besar, ditambah dengan pengetahuan dan
keterampilan baru serta efeknya dapat dipertahankan lebih lama lagi.
Hebatnya, waktu yang dihabiskan untuk simulasi sebuah konten tidak
mengurangi jumlah jam belajar. Sebaliknya, siswa belajar menggunakan
metode konvensional membutuhkan lebih banyak waktu dalam suatu
pengajaran, sementara membuat keuntungan tambahan melalui pengalaman
simulasi. Efektivitas penggunaan pendekatan simulasi akan tergantung pada
desain dasar dari simulasi serta pelaksanaan dan evaluasi teknik yang
digunakan. Dalam kelas tradisional, motivasi adalah sebuah variabel yang
sering menghasilkan berbagai tingkat keberhasilan siswa. Umumnya, siswa
mengimpor tingkat motivasi mereka ke dalam kelas dari kehidupan mereka
sebelumnya dan pengalaman akademis. Pemahaman materi khusus adalah
21
mengimpornya ke dalam bentuk intelektual alami mereka, hadiah atau
kekayaan relatif pengalaman dari hidup mereka sendiri.
b. Manfaat Simulasi
Beberapa penulis menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah
sebagai berikut ini. Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian
siswa anak terhadap topik, dan belajar anak, serta meningkatkan keterlibatan
langsung dan partisipasi aktif siswa dalam belajar. Meningkatkan
kemampuan siswa dalam belajar kognitif, meliputi informasi faktual,
konsep, prinsip dan keterampilan membuat keputusan. Belajar siswa menjadi
lebih bermakna. Meningkatkan afektif atau sikap dan persepsi anak terhadap
isu yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan
pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi
umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain
lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan
guru-siswa hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi
gagasan, peran guru minimal sedang otonomi anak meningkat,
meningkatkan tukar pendapat dari pandangan anak yang berbeda-beda.
c. Tujuan Simulasi
Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional
maupun bagi kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh pemahaman tentang
suatu konsep atau prinsip. Untuk latihan memecahkan masalah.
Mengembangkan sikap dan pemahaman terhadap orang lain. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
meningkatkan partisipasi belajar yang optimal. Untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa , karena simulasi sangat menarik dan menyenangkan
anak. Melatih anak untuk bekerjasama dalam kelompok secara efektif.
Menimbulkan dan memupuk kreativitas siswa. Melatih anak untuk
memahami dan menghargai peran temannya.
d. Prinsip-Prinsip Simulasi
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru manakala menggunakan
simulasi untuk pembelajaran.
1) Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa
2) Tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama
atau dapat juga berbeda
3) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.
Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,
dibicarakan oleh siswa dan guru
4) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis
5) Hendaknya yang diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. Petunjuk
simulasi hendaknya dibuat secara jelas dan mudah dipahami anak
terutama bagi pemegang peran
6) Simulasi adalah latihan keterampilan motorik maupun sosial yang dapat
memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam menghadapi keadaan
23
7) Pelaksanaan simulasi perlu menggambarkan situasi yang lengkap, proses
yang rinci dan urut yang sesuai dengan situasi yang sesungguhnya
e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
1) Kelebihan metode simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai
metode mengajar, diantaranya :
a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
dengan topik yang disimulasikan.
c) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
2) Kelemahan metode simulasi
a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat
hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
2. Bentuk-Bentuk Simulasi
Menurut Gilstrap dengan melihat sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk :
(1)Role Playing (2)Sosiodrama (3)Simulation Game atau Permainan. Sedangkan menurut Hayan dalam bukunya “Ways of Teaching”, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk dalam kelompok Role Playing. Bentuk-bentuk Role Playing lainnya adalah Sosiodrama, Permainan, dan Dramatisasi. Secara rinci, bentuk-bentuk simulasi tersebut adalah berikut ini.
a. Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,
permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah
kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
sebagainya. Sosiodrama di gunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan
kemampuan siswa untuk memecahkannya.
b. Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama
25
yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi
terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
c. Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang. Topik yang akan diangkat untuk role playing misalnya peristiwa sekitar proklamasi pada tahun 1945.
d. Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya
dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
e. Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi
peraturan yang ditentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Langkah-Langkah Simulasi
Wilkins (1982) menyebutkan langkah-langkah simulasi sebagai berikut.
a. Persiapan simulasi
1) Guru menjelaskan ciri dan tujuan simulasi
2) Guru menetapkan topik atau masalah yang hendak dicapai dalam
simulasi.
3) Guru memberikan gambaran masalah tentang situasi yang akan di
simulasikan.
4) Guru memberikan pengantar simulasi, menjelaskan peran-peran, memilih
pemegang peran, menjelaskan prosedur dan membagikan bahan.
5) Guru menetapkan pemain yang terlibat dalam simulasi serta menentukan
waktu yang akan digunakan.
6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya
pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
b. Pelaksanaan simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan.
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
27
c. Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
2) Merumuskan kesimpulan.
Joyce dan Weil (1992) menyebutkan, pelaksanaan simulasi memiliki empat
fase, yakni :
a. Fase Orientasi, berisi penjelasan guru tentang topik dan memberikan
gambaran tentang simulasi.
b. Fase Latihan, guru menjelaskan skenario atau jalan ceritanya, aturan main,
pemegang peran, prosedur keputusan yang harus diambil, dan tujuan,
membagi peran, dan memberikan kesempatan anak untuk berkoordinasi dan
berlatih sesuai dengan peran masing-masing.
c. Fase Pelaksanaan Simulasi, Siswa pemegang peran melaksanakan simulasi
sesuai dengan jalan cerita yang sudah ditentukan. Selama simulasi
berlangsung, guru berperan sebagai wasit atau pelatih. Secara periodik guru
dapat menghentikan permainan siswa dan memberikan koreksi atau balikan,
mengevaluasi penampilan pemegang peran dan mengklarifikasi kekeliruan
dalam memainkan peran.
d. Fase Debriefing, berisi guru mengkonsentrasikan perhatian anak pada:
1) Persepsi dan reaksi anak terhadap peristiwa simulasi
2) Menganalisa proses simulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3) Membandingkan simulasi dengan realitas yang sebenarnya
4) Menghubungkan aktivitas simulasi dengan bahan belajar
5) Simulasi lanjutan
4. Keuntungan Simulasi
Hoban dan Casberque (dalam Tornyay dan Thompson, 1982) menyebutkan
pengguanaan simulasi dalam pembelajaran, dapat memudahkan :
a. Belajar dan retensi hasil belajar
b. Transfer hasil belajar
c. Pemahaman siswa
d. Pembentukan sikap dan
e. Motivasi belajar
Wilkins (1990) menyebutkan keuntungan-keuntungan simulasi antara lain
adalah sebagai berikut ini :
a. Simulasi dapat melibatkan anak untuk melakukan sesuatu, sehingga
meningkatkan partisipasi anak secara aktif
b. Simulasi dapat mendekatkan belajar anak dengan kenyataan-kenyataan
sosial yang ada dimasyarakat yang sebenarnya
c. Simulasi dapat mengembangkan isu-isu yang dapat memberi petunjuk dalam
mencapai keberhasilan diskusi
d. Simulasi melibatkan anak untuk berbuat sesuatu dalam belajarnya
29
f. Simulasi dapat mendorong motivasi anak dalam belajarnya terutama anak
yang tidak memiliki motivasi dalam belajar secara tradisional
Ornstein (1990) menyebutkan empat keuntungan penggunaan metode
simulasi adalah :
a. Simulasi merupakan alat motivasi belajar yang sangat baik
b. Keberhasilan simulasi menuntut penggunaan beberapa keterampilan dan
teknik dan praktek, hubungan antara belajar dan hiburan
c. Simulasi penuh cara untuk membuat topik dari kehidupan
d. Keberhasilan simulasi sangat menyenangkan (rewarding) bagi guru.
Mereka dapat duduk dibelakang menikmati permainan siswa yang penuh
dengan keaktifan belajar. Pendek kata, simulasi memberi kesempatan kepada
siswa untuk mendekatkan diri dengan pengalaman kehidupan yang nyata.
Simulasi merupakan metode yang baik untuk pembelajaran moral, etika,
klarifikasi nilai, dan pendidikan sikap.
5. Rambu-Rambu Penggunaan dan Pelaksanaan Metode Simulasi
Ornstein, (1990) memberikan rambu-rambu dalam penggunaan dan
pelaksanaan simulasi. Rambu-rambu yang dimaksud antara lain sebagai berikut
ini. Setiap penggunaan dan pelaksanaan simulasi harus didasarkan atas tujuan
pembelajaran. Tujuan penggunaan simulasi adalah memungkinkan siswa untuk
memahami ciri-ciri masalah dan bagaimana memecahkan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Simulasi digunakan untuk pembelajaran berpikir dan sarana sosialisasi bagi
siswa untuk kelas rendah. Simulasi harus dipandang sebagai kegiatan untuk
mendapatkan pengalaman belajar. Penggunaan simulasi harus berhubungan
dengan isi mata pembelajaran (keterampilan, pemahaman konsep dan nilai),
dan isi matampembelajaran tersebut harus berkaitan dengan kenyataan hidup
yang sebenarnya. Hanya, variabel, hal, atau masalah yang signifikan yang
disimulasikan. Dalam simulasi, peran yang dimainkan oleh siswa harus jelas.
Jika hal-hal yang telah terjadi di masyarakat disimulasikan, maka variabel atau
latar belakang yang ada dalam situasi kehidupan masyarakat tersebut perlu
diperkenalkan terlebih dahulu.
Pada saat sejumlah siswa pemain bersimulasi, dan yang lain sebagai
pengamat, maka yang lain bertugas untuk mengkaji simulasi. Pemeranan
simulasi harus singkat dan jelas. Guru harus mampu menjawab pertanyaan
siswa, sebelum simulasi dimulai. Peran mudah dipahami dan mudah
diperankan.
Pada akhir simulasi, diskusi adalah penting bagi siswa untuk klarifikasi
keterampilan, konsep, dan nilai yang telah dipelajari. Akhir simulasi, diskusi
tentang studi kasus, gambaran tentang pengalaman siswa, terapan tentang apa
yang diamati dalam kehidupan nyata di masyarakat, saran-saran untuk belajar
31
6. Peranan Guru Dalam Simulasi
Peranan guru dalam simulasi sangat penting mengingat tugas guru adalah
membangkitkan kesadaran anak tentang konsep dan prinsip yang disimulasikan.
Di samping itu, guru dalam pelaksanaan simulasi mempunyai fungsi
manajerial. Joyce dan Weil (1992) mengidentifikasi empat peranan guru dalam
model pembelajaran melalui simulasi, yakni :
a. Explaining
Siswa mampu melakukan peran-peran dalam simulasi, apabila memiliki
pemahaman yang cukup mengenai peran. Demikian pula jalan cerita harus
dipahami betul oleh pelaku atau pemegang peran. Pemahaman pelaku
terhadap peran yang dimainkan maupun jalannya cerita tidak terlepas dari
pentingnya peranan guru. Sebelum simulasi dimulai, guru perlu memberikan
gambaran tentang jalannya cerita. Selain itu, gambaran tokoh-tokoh cerita
beserta karakterisasinya. Gambaran yang disampaikan guru tersebut
dimaksudkan untuk memancing daya imajinasi anak, khususnya bagi
pemegang peran agar mampu menghayati peran masing-masing.
b. Refereeing
Simulasi digunakan untuk menyediakan pengalaman belajar yang baik.
Guru perlu mengontrol partisipasi siswa dalam bersimulasi agar mampu
memberikan pengalaman belajar yang baik tersebut. Sebelum simulasi
dilaksanakan, guru perlu menugaskan siswa memilih tim pemegang peran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang sesuai dengan kemampuan anak untuk memegang peran-peran tersebut.
Guru perlu menghindari tugas yang sulit bagi anak dalam pemeranan.
c. Coaching
Guru bertindak sebagai pelatih saat diperlukan, memberikan nasehat agar
anak mampu bersimulasi secara betul. Sebagai pelatih, guru akan
mendukung dan menasehati tetapi tidak menggurui.
d. Discussing
Selama simulasi berlangsung, guru bertindak sebagai pemberi penjelasan,
wasit dan pelatih. Sesudah simulasi berakhir, guru perlu membuka diskusi
berkaitan dengan signifikansi simulasi dengan kenyataan yang sebenarnya
dimasyarakat atau dilapangan. Guru perlu menanyakan kepada siswa
utamanya pemain tentang kesulitan dan pemahaman anak dalam bersimulasi,
hubungan simulasi dengan mata pelajaran yang sedang diikuti.
D.Kerangka Berpikir
Perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan saat ini sangat
memungkinkan bagi siswa untuk mencari informasi berbagai sumber ilmu
pengetahuan dengan mudah tanpa harus membuka buku yang begitu banyak dan
membosankan bagi siswa. Selama ini masih banyak guru yang mengajar dengan
cara mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta dan teori yang diberikan
guru. Seolah-olah sumber ilmu pengetahuan hanya dari guru dan menganggap
33
metode ceramah sehingga proses belajar menjadi monoton dan siswa cenderung
pasif hanya sebagai penerima saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam
kegiatan belajar mengajar yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa. Untuk dapat meningkatkan minat serta partisipasi dan hasil belajar siswa,
guru harus dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memilih metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
Metode simulasi dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran
dengan mengimplementasikan suatu strategi untuk mengkonstruksi pengetahuan
siswa, siswa didorong untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa dan guru membimbing siswa untuk menemukan
pengetahuannya. Siswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
bekerjasama dengan teman lainnya. Dengan hal ini maka akan dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dengan lebih baik.
E.Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar
pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun
ajaran 2010/2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian Menurut Kemmis Dan Mc Taggart
Jenis penelitian yang dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya
berupa perangkat-perangkat dan untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari
empat komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus
(Kusumah dan Dwitagama, 2008).
Pelaksanaan dan Tindakan Observasi
35
B.Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang berlokasi di jalan Ireda No.18
Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang
berjumlah 31 orang.
3. Obyek Penelitian
Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode simulasi pada mata
pelajaran IPS tentang menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.
4. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2010/2011 yakni Bulan
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Table 3. 1 Waktu Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Proposal √
2 Pengumpulan Data √
3 Pengolahan Data √
4 Analisis Data √
5 Penyusunan Laporan √
6 Ujian Skripsi
7 Pembuatan Artikel
5. Rencana Banyaknya Siklus
Siklus yang dilakukan untuk penelitian harus sesuai dengan target yang akan
dicapai jika pada siklus I telah tercapai target indikator keberhasilan maka
penelitian dihentikan, tetapi apabila target indikator keberhasilan belum
tercapai maka penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dan seterusnya.
6. Kriteria Keberhasilan :
Berdasarkan nilai ulangan dari data yang diperoleh oleh penulis, dari 31 orang
siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011
masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
37
tidak lulus, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 58,06%
atau 18 orang siswa yang lulus, hal ini disebabkan karena kurangnya
penguasaan materi pada mata pelajaran IPS. Adapun KKM yang telah
ditetapkan oleh SD Kanisius Kintelan I adalah 63. Sedangkan target KKM yang
ingin dicapai oleh penulis dari 31 orang siswa yang mengikuti tes dengan target
indikator keberhasilan 75%.
C.Indikator Keberhasilan
Tabel 3. 2 Kriteria Keberhasilan
Indikator Kondisi Awal Siklus I
Prestasi siswa yang
mencapai nilai ulangan
rata-rata
58, 06% 93, 10%
D.Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini terdiri dari dua siklus.
Hal ini telah memenuhi persyaratan PTK sesuai dengan pendapat Suyitno (2005)
yang menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu ada siklus kegiatan
sekurang-kurangnya dua siklus, dimana pada setiap siklus kegiatan pembelajaran
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan atau observasi, dan refleksi.
Perencanaan pada kegiatan pembelajaran siklus pertama didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
identifikasi masalah yang ditemukan, apakah masalah tersebut terjadi karena
kondisi pembelajaran siswa atau guru. Perencanaan tindakan untuk siklus kedua
didasarkan pada hasil refleksi hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran
siklus pertama.
Berikut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan setiap siklus.
1. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas
Pada tahap perencanaan ini melakukan rencana penelitian sebagai berikut :
a. Permohonan izin penelitian kepada kepada kepala sekolah SD Kanisius
Kintelan I Yogyakarta
b. Menyusun instrumen pembelajaran
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Menyusun instrumen penilaian
1) Menyusun lembar ulangan/soal
2) Menyusun kisi-kisi soal
3) Menyusun skor setiap soal
d. Menyusun media pembelajaran
39
2. Pelaksanaan Tindakan
Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan
a. Siklus I
1) Rencana Tindakan
Menyusun instrument pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Instrument penilaian berupa
kisi-kisi soal, lembar ulangan/soal dan menggunakan media audio
visual. Rencana pelaksanaan tindakan pada siklus pertama sebagai
berikut:
Pertemuan Pertama (2 x 35 menit)
a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan memeriksa persiapan siswa
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
c) Guru menjelaskan materi pembelajaran, yang materinya tentang
menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan
kemerdekaan
d) Guru memutarkan video dokumenter untuk memberikan gambaran
bagi siswa sebelum melaksanakan kegiatan simulasi
e) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
f) Dalam kelompok, Siswa berdiskusi untuk memilih salah satu
peristiwa dan membuat ide cerita yang akan ditampilkan pada
pertemuan berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
g) Setiap kelompok melaporkan hasil dari diskusi tentang pemilihan
cerita yang akan ditampilkan
h) Guru memberikan pengarahan agar siswa mempersiapkan segala
keperluan untuk pertemuan berikutnya.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
3) Observasi
Peneliti melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
bantuan guru kelas yang bertindak sebagai observer.
4) Refleksi 1
Data yang diperoleh pada pertemuan pertama dikumpul dan dianalisis
kemudian diadakan refleksi terhadap hasil belajar apakah ada peningkatan
setelah adanya tindakan.
b. Siklus I
1) Pertemuan Kedua ( 2 x 35menit )
a) Guru Menyampaikan menyampaikan tujuan materi pembelajaran yang
ingin dicapai
b) Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang menghargai jasa dan
peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.
c) Guru meminta siswa mencatat hal-hal penting tentang menghargai jasa
41
d) Setiap kelompok siswa mensimulasikan kejadian menurut cerita yang
telah dipilih tentang menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan.
e) Guru memberikan soal evaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan sesuai rencana
pembelajaran.
3) Observasi
Pengumpulan data berdasarkan hasil dari tes tertulis. Tes tertulis ini di
dalamnya terdapat 30 soal pilihan
4) Refleksi 2
Data yang diperoleh dari siklus 1 dikumpulkan untuk kemudian
dianalisis dan diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang diperoleh
sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah
adanya tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Siklus II
Siklus kedua tidak dilaksanakan karena target indikator keberhasilan pada
siklus pertama sudah tercapai.
1) Rencana Tindakan
Menganalisis materi pembelajaran, menyusun silabus, RPP, LKS,
Instrumen, dan kunci jawaban
Pertemuan Pertama (2 x 35 menit)
Mengorganisasikan kelas
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Guru menjelaskan materi pembelajaran yang ingin dicapai
c) Siswa membuat rangkuman materi pembelajaran tentang menghargai
jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.
Berdasarkan cerita yang telah di simulasikan kelompok di kelas.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan rencana
pembelajaran
3) Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan selama proses
pembelajaran
4) Refleksi 1
Mengidentifikasi gejala-gejala yang dialami selama pelaksanaan siklus