• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20102011"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA

PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN

AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Nama : Erics NIM : 091134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA

PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN

AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Nama : Erics NIM : 091134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(3)
(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(5)

PERSEMBAHAN

WxÇztÇ áxàâÄâá {tà| ~tÜçt |Ç| ~âÑxÜáxÅut{~tÇ

âÇàâ~

gâ{tÇ lxáâá ^Ü|áàâá

9

Tçt{tÇwt _ÉwÉã|}~ c|àxÜ _t~|Çtâ wtÇ

\uâÇwt WtÜÄ|Çt ^? ~xwât ÉÜtÇz àât ~âA

XÄ|á|âá? XáàxÜ? eÉç wtÇ lxÇ|? ~xxÅÑtà

átâwtÜt~âA

TÄÅtÅtàxÜ ? áxÜàt àxÅtÇ@àxÅtÇ áxÑxÜ}âtÇztÇ

áxÅâtÇçt

(6)

MOTTO

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,

maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

( Matius 6 : 33 )

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu

seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

( Kolose 3 :23 )

Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,

maka terlakasanalah segala rencanamu

(Amsal 16 : 3 )

Orang yang meremehkan ajaran Tuhan, Mencelakakan dirinya;

Orang yang taat kepada hukum Allah, Akan mendapat upahnya.

( Amsal 13 :13 )

Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya,

semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN

( Mazmur 139 : 4 )

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Juli 2011 Penulis

Erics

                                         

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Erics

Nomor Induk Mahasiswa : 091134187

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2010/2011”.

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 26 Juli 2011 Yang menyatakan

Erics

     

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(9)

ABSTRAK

“PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD

KANISIUS KINTELAN I SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2010/2011”.

Erics

Universitas Sanata Dharma 2011

Penelitian ini telah dilaksanakan di SD Kanisius Kintelan I dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian adalah 31 orang siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Siklus penelitian yang digunakan hanya satu kali dimana dalam satu siklus terdapat dua kali pertemuan, dengan target indikator keberhasilan 75 % siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sistem penilaian menggunakan instrument penilaian tes tertulis yang terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda.

Hasil dari penelitian ini pada pengamatan awal sebelum metode simulasi digunakan, rata-rata nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah 61,38 berada di bawah standar angka kriteria ketuntasan minimal 63. Setelah menggunakan metode simulasi pada siklus pertama diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 72,55 nilai ini sudah berada di atas standar angka kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V

SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011.

(10)

ABSTRACT

IMPROVING LEARNING ACHIEVEMENT USING THE SIMULATION METHOD ON THE SOCIAL SUBJECT FOR THE STUDENTS OF

SD KANISIUS KINTELAN I GRADE FIVE IN THE SECOND SEMESTER OF ACADEMIC YEAR OF 2010/2011

Erics

Sanata Dharma University 2011

This research was conducted in SD Kanisius Kintelan I from March to April 2011. The objective of the research was to analyze whether learning using the simulation methods could improve students’ learning achievement in social subject.

The research was classroom action research. The subjects of the research were 31 students of SD Kanisius Kintelan I grade five in the second semester of academic year of 2010/2011. There was only one cycle research. The cycle consists of two meetings with the indicator target of achievement of 75 % students reach minimal completion criteria. Scoring system used was a teat consisting of 30 multiple-choice questions.

The result of this research showed that from the first observation before the simulation method was conducted, the average of students’ learning score on social subject was 61. 38. It was below the score of the standard minimal completion criteria (KKM) of 63. After using the simulation method in the first cycle, it was found that the students’ learning score on social subject increased to 72. 55 and it was above the average of the minimal completion criteria (KKM). Based on the data, it could be concluded that the simulation method was able to improve the learning achievement of the students of SD Kanisius Kintelan I grade five in the second semester of academic year of 2010/2011.

Key words: learning achievement and learning using simulation method

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyertai dan memberkati serta menuntun setiap langkah dalam perjalanan hidup dengan limpahan cinta kasih-Nya yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode simulasi pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran 2010/2011” dari awal hingga berakhir boleh penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Puji Purnomo, M. Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukkan dan saran serta memotivasi dalam penyusunan skripsi.

3. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan semangat dan dukungan serta dengan sabar dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi dari awal sampai akhir.

4. Tim penguji ujian sarjana program studi pendidikan guru sekolah dasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti ujian sarjana dan mempertanggungjawabkan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen program studi pendidikan guru sekolah dasar yang telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesulitan yang penulis hadapi.

6. Staf perpustakaan USD yang telah memberi layanan kepada penulis dalam mendapatkan buku referensi.

7. Staf sekretariat PGSD yang selalu membantu penulis dengan tiada lelahnya. 8. Ibu Marciana Sarwi, S. Pd. Selaku kepala sekolah SD Kanisius Kintelan I

(12)

9. Bu Very, Selaku guru kelas V yang memberikan banyak masukan bagi penulis saat melakukan penelitian tindakan kelas.

10. Para guru SD Kanisius Kintelan I yang selalu memberi dorongan bagi penulis.

11. Siswa-siswi kelas V SD Kanisius Kintelan I yang telah bekerjasama dengan baik.

12. Ayahanda Lodowijk Piter Lakinau dan Ibunda Darlina K, kedua orang tuaku yang terkasih serta ke empat saudaraku yang tercinta Elisius, Ester, Roy dan Yeni. Merekalah yang menjadi motivator dan inspirasi bagi penulis dalam mengerjakan skripsi.

13. Kakak Andreas Umbu Roga, S. Pd., M. Kes., yang selalu membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

14. Teman-teman sejawat di PGSD yang selalu memberikan masukkan dan menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

15. Teman kos ku, aloy terimakasih sudah membantu menterjemahkan abstrak ke dalam bahasa inggris.

16. Teman-teman kos ku semuanya terimakasih untuk saran dan masukkannya. 17. Teman-teman Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Kabupaten Melawi

Yogyakarta. Dalam suka maupun duka yang selalu bersama-sama untuk meraih cita-cita demi masa depan.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun serta bermanfaat bagi penulis demi perbaikkan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Juli 2011

Penulis

Erics

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR …..……….xvii

DAFTAR LAMPIRAN……….xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan ... 5

E. Manfaat ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Prestasi Belajar IPS ... 7

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 7

2. Pengertian Belajar ... 7

3. Pengertian Pembelajaran IPS ... 11

(14)

B. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Pembelajaran IPS ... 12

1. Pengertian CBSA ... 12

2. Strategi dan Metode Mengajar ... 13

C.Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS .... 15

1. Metode Simulasi ... 16

a. Pengertian Simulasi ... 17

b. Manfaat Simulasi ... 21

c. Tujuan Simulasi ... 21

d. Prinsip-Prinsip Simulasi ... 22

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi ... 23

2. Bentuk-Bentuk Simulasi ... 24

3. Langkah-Langkah Simulasi ... 26

a. Persiapan Simulasi ... 26

b. Pelaksanaan Simulasi ... 26

c. Penutup ... 27

4. Keuntungan Simulasi ... 28

5. Rambu-Rambu Penggunaan dan Pelaksanaan Metode Simulasi ... 29

6. Peranan Guru Dalam Simulasi ... 31

D.Kerangka Berpikir ... 32

E.Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A.Jenis penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 34

B.Setting Penelitian ... 35

1. Tempat Penelitian ... 35

2. Subyek Penelitian ... 35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(15)

3. Obyek Penelitian ... 35

4. Waktu Penelitian ... 35

5. Rencana Banyaknya Siklus ... 36

6. Kriteria Keberhasilan ... 36

C.Indikator Keberhasilan ... 37

D.Prosedur Penelitian ... 37

1. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 38

2. Pelaksanaan Tindakan ... 39

(16)

F. Pengumpulan Data ... 46

1. Variabel ... 46

2. Indikator ... 47

3. Data ... 47

4. Pengumpulan Data ... 47

5. Instrumen ... 47

G.Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A.Hasil Penelitian ... 49

1. Siklus I ... 49

a. Perencanaan ... 49

b. Pelaksanaan Penelitian ... 50

c. Hasil Penelitian Siklus I ... 51

d. Refleksi ... 53

2. Siklus II ... 54

B.Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A.Kesimpulan ... 58

B.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ... 36

Tabel 3. 2 Kriteria Keberhasilan ... 37

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Soal Siklus I ... 44

Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Soal Siklus II ... 45

Tabel 3. 5 Analisis Data ... 48

Tabel 4. 1 Nilai Ulangan IPS Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta Pada Siklus1 ... 52

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Jenis Penelitian DIKTI ... 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus ... 62

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

Soal Siklus I ... 67

Foto Kegiatan Penelitian ... 71

Surat Izin Penelitian ... 75

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila interaksi antara Guru dan Siswa berjalan dengan baik. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar interaksi dapat dimaksimalkan, syarat tersebut diantaranya adalah penguasaan materi ajar dan penguasaan kelas oleh guru serta memotivasi siswa dalam belajar. Selain guru, siswa juga diharuskan berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar terjalin interaksi yang baik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Meningkatkan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari peran guru sebagai motivator, pemberi inspirasi, pembimbing, yang mengarahkan serta yang mengevaluasi. Yang pada gilirannya, siswa akan termotivasi untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, pengalaman yang memberi kesempatan kepada para siswa untuk mencoba sendiri, mencari dan menemukan jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan teman-teman sekelas, atau membuat sesuatu, akan jauh lebih menantang dalam pengerahan energi dan perhatian siswa. Artinya, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta berkontribusi dalam membangun pengetahuan dan bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan pengetahuan dalam bentuk “siap” kepada siswa yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

menerimanya secara pasif, karena hal tersebut akan menyebabkan prestasi belajar siswa menjadi kurang maksimal.

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan

respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti

pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap maupun yang tidak dapat

ditangkap oleh alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan

siswa ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau

gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat

berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak

dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak

dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme

(Slavin, 2000). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan

respon (Slavin, 2000). Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input

yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja

yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan

(22)

 

nilai dan sikap (afektif). Dengan demikian prestasi belajar siswa dapat terus ditingkatkan untuk mata pelajaran tertentu lebih khusus pada mata pelajaran IPS. Dalam kurikulum pendidikan dasar, salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dari keseluruhan Ilmu Sosial. Ilmu Sosial adalah dasar daripada Studi Sosial (R.E.Gross, 1973). Mata pelajaran IPS sangat penting karena mengkaji tentang berbagai macam bentuk hubungan sosial yang terjadi pada manusia dan lingkungan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran IPS harus memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Adapun KKM pada setiap sekolah berbeda, hal ini dikarenakan sekolah harus menyesuaikan dengan kemampuan umum siswa serta sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan nilai ulangan dari data yang diperoleh oleh penulis, dari 31 orang siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran IPS sebesar 41,93% atau 13 orang siswa yang tidak lulus, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 58,06% atau 18 orang siswa yang lulus, hal ini disebabkan karena kurangnya penguasaan materi pada mata pelajaran IPS. Adapun KKM yang telah ditetapkan oleh SD Kanisius Kintelan I untuk mata pelajaran IPS adalah 63. Oleh karena itu penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran dan metode yang menarik bagi siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(23)

pelajaran IPS. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi. Metode

simulasi merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan sekelompok orang

secara bersama-sama menciptakan lingkungan yang seadanya. Strategi ini

dimasukkan ke dalam kategori interpersonal karena interaksi antarmanusia yang

terjadi dapat membantu siswa mengembangkan tingkat pemahaman yang baru.

Melalui percakapan dan bentuk-bentuk interaksi lain, siswa mendapatkan

pandangan dari sudut pandang orang-orang yang langsung mengalami topik yang

dipelajari. Metode pembelajaran ini pada prinsipnya merupakan kegiatan belajar

dimana siswa belajar dalam kelompok untuk melatih kecerdasan kinestetis,

linguistik, dan spasial sesuai dengan langkah-langkah yang diterapkan. Oleh karena itu target KKM yang ingin dicapai oleh penulis dari 31 orang siswa yang mengikuti tes dengan target indikator keberhasilan 75%.

B.Batasan Masalah

(24)

 

C.Perumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang penulisannya maka, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS

KD (2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan) Kelas V SD Kanisius Kintelan I semester 2 tahun ajaran

2010/2011”.

D.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode simulasi dari mata pelajaran IPS dalam hal belajar, siswa menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

2. Untuk mengetahui efektifitas metode simulasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

E.Manfaat

Manfaat penelitian:

1. Secara teoritis hasil penelitian tersebut menambah wawasan tentang salah satu metode pembelajaran, yang dapat meningkatkan prestasi belajar serta melibatkan siswa dalam proses pembelajaran IPS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

2. Secara praktis :

a) Bagi peneliti sendiri, merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan metode simulasi pada saat proses kegiatan pembelajaran IPS, sehingga dapat menerapkannya untuk materi pokok lain yang sesuai.

b) Bagi guru-guru merupakan salah satu contoh metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk materi pokok yang sama, mata pelajaran yang sama dan di kelas yang lain.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Prestasi Belajar IPS

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu umpan balik dari proses belajar yang

telah dilakukan siswa. Prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan hasil belajar

siswa, hasil belajar tersebut dapat berupa keterampilan mengerjakan sesuatu,

kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas (Gagne dalam

Baharudin, 2002).

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang

dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.

Salah – satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan

tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

(Hamalik Oemar, 2001) Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses

yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari

belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan

pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan dalam mencerdaskan siswa.

Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan

tidak terbatas pada dinding kelas. Melalui kemampuan bagaimana cara belajar,

siswa akan dapat belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai

akhir hayat. Prinsip belajar sepanjang hayat seperti yang telah di kemukakan di

atas sejalan dengan empat pilar pendidikan universal seperti yang di rumuskan

UNESCO (1996), yaitu :

a. Learning to know atau learning to learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau hasil

belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar. Oleh sebab

itu, dalam konteks learning to know juga bermakna learning to think atau belajar berpikir, sebab setiap individu akan terus belajar manakala dalam

dirinya tumbuh kemampuan dan kemauan untuk berpikir.

b. Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar itu bukan hanya sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,

tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan kompetensi

yang sangat diperlukan dalam era persaingan global. Dengan demikian,

(28)

 

c. Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia yang “menjadi dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk

mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian

yang memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Dalam pengertian ini juga

terkandung makna kesadaran diri sebagai makhluk yang memiliki tanggung

jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan

kelemahannya.

d. Learning to live together adalah belajar untuk bekerja sama. Hal ini sangat di perlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global dimana

manusia baik secara individual maupun secara kelompok tak mungkin bisa

hidup sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya. Dalam konteks

ini termasuk juga pembentukan masyarakat demokratis yang memahami dan

menyadari akan adanya setiap perbedaan pandangan antara individu.

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan ; “learning is process by

wich an activity originates or changed through training procedurs ( wether in the laboratory or in the naural environment ) as distinguished from

changes by factors not attributable to training.” Bagi Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di

dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar, menurut

Benjamin. S .Bloom dalam Sujana (2004), dikatakan berhasil apabila terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Domain afektif meliputi menerima, menjawab, menilai, mengorganisasikan dan memberi sifat atau karakter. Domain

psikomotor meliputi gerakan reflek, gerakan dasar dan sederhana, kemampuan menghayati, kemampuan fisik/jasmaniah, gerakan yang sudah terampil dan

komunikasi ekspresif menurut Sujana (2004) cit Brahim (2007). Menurut Sujana (1998), belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam

suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Hal

senada diungkapkan pula oleh Skinner dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku pada saat orang

belajar, maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka

responnya menurun Mudjiono ( 2002).

Dengan demikian, belajar merupakan perubahan perilaku individu atau

seseorang yang disebabkan oleh latihan yang berkesinambungan. Berdasarkan

kutipan tersebut pengertian belajar adalah adanya suatu perubahan dalam diri

individu atau seseorang baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan serta

nilai yang diperoleh melalui interaksi, pengalaman, dan latihan secara kontiniu

dan terus menerus dengan lingkungan sekitar menuju kearah yang lebih baik.

Pada umumnya, defenisi belajar adalah perubahan tingkah laku, perubahan

yang didasari dan timbul akibat praktek serta pengalaman yang dilakukan

(30)

11 

 

3. Pengertian Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu

keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan

alam, fisik maupun lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari

berbagai ilmu-ilmu sosial, termasuk di dalamnya sosiologi, sejarah, ekonomi,

antropologi, politik, psikologi (Max Helly). Ilmu pengetahuan adalah istilah

baru sejak diberlakukannya kurikulum 1975. Pada tahun-tahun sebelumnya

beberapa komponen materi seperti Sejarah, Kewarganegaraan, Ekonomi, dan

Geografi telah diajarkan namun masing-masing menjadi mata pelajaran yang

mandiri terlepas satu dengan yang lainnya.

IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya dalam

proses interaksi sosial baik dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Jadi bahan belajar dalam IPS adalah keseluruhan tentang manusia (Suradisastra,

1991). Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan

memperoleh pemahaman yang luas dan mendalam pada bidang ilmu yang

berkaitan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa IPS merupakan program pendidikan yang mempelajari dan menelaah

serta menganalisa gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

4. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut Mulyasa (2006) mengemukakan bahwa pembelajaran IPS memiliki

tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi

dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global.

B.Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Pembelajaran IPS

1. Pengertian CBSA

Profesor T. Raka Joni dalam bukunya, Cara Belajar Siswa Aktif :

Implikasinya terhadap Sistem Penyampaian, menjelaskan bahwa hakikat CBSA

“menunjuk kepada keaktifan mental, meskipun untuk maksud ini dalam banyak

hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan

fisik”. Jadi, CBSA bukanlah bermaksud agar siswa melakukan berbagai

aktivitas belajar dengan kegiatan-kegiatan asal saja, melainkan yang

diutamakan adalah kegiatan-kegiatan belajar yang melibatkan mental secara

(32)

13 

 

Pada dasarnya tidak ada belajar tanpa keaktifan siswa dengan kata lain Cara

Belajar Siswa Aktif adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan

secara efektif dan efisien.

Proses belajar dengan CBSA adalah cara belajar yang akan menggantikan

belajar secara “duduk-dengar-catat-hafal (DDCH) yang pada umumnya dipakai

di setiap jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa selama ini telah terjadi keaktifan

karena belajar bukan baru dialami dan terjadi sekarang pada manusia. Kadar

(tinggi-rendahnya) CBSA dapat diketahui dari indikator-indikatornya

yaitu gejala-gejala yang menampak, baik pada tingkah laku siswa dan pengajar

maupun di dalam bentuk alat, organisasi kegiatan, serta iklim kerja ketika

kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

2. Strategi dan Metode Mengajar

Penggunaan berbagai strategi belajar-mengajar dan metode-metode

mengajar secara bervariasi, sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional baik Efek

Instruksional maupun Efek Pengiring yang akan dicapai. Strategi ekspositori

(guru sebagai pemberi atau penyaji informasi, biasanya dengan ceramah) tidak

selamanya jelek, bergantung pada bagaimana guru dan terutama siswa dapat

melibatkan mental dengan sepenuhnya. Namun, kalau selamanya strategi dan

metode itu yang digunakan, hal ini menjadi kurang baik, sebab kurang

memberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas, kemandirian, disiplin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

tanggung jawab, kebiasaan dan keterampilan mencari dan mengolah informasi

sendiri.

Ada beberapa ciri yang harus tampak dalam proses belajar aktif tersebut,

yaitu:

a. Situasi kelas merangsang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas dan

terkendali

b. Guru tidak mendominasi pembicaraan, tetapi lebih banyak memberikan

rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah

c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa, bisa

sumber tertulis dan sumber manusia

d. Kegiatan belajar siswa bervariasi

e. Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan

manusiawi bagaikan hubungan bapak-anak, bukan hubungan pimpinan

dengan bawahan

f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang mati, tetapi

sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan kebutuhan siswa

g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai siswa,

tetapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan siswa

h. Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau

pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada guru maupun pada siswa

(34)

15 

 

i. Guru senantiasa menghargai pendapat siswa, terlepas dari benar atau salah,

dan tidak diperkenankan membunuh karakter, mengurangi atau menekan

pendapat siswa di depan siswa lainnya. Guru bahkan harus mendorong siswa

agar selalu mengajukan pendapatnya secara bebas

C.Metode Simulasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi

pembelajaran sangat tergantung cara guru menggunakan metode pembelajaran,

karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan

melalui penggunaan metode pembelajaran. Raka Joni (1992) mengungkapkan

bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut :

1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa

2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar

3.Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis

4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa

5. Penilaian dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan

kemajuan siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

1. Metode Simulasi

Simulasi telah lama digunakan dalam dunia pendidikan. Simulasi digunakan

untuk pendidikan militer dalam latihan perang bagi personel militer. Simulator

penerbangan misalnya dikembangkan untuk melatih pilot militer maupun pilot

komersial. Simulator ruang angkasa digunakan untuk melatih astronot,

demikian pula simulator otomobil dipakai untuk melatih para supir.

Pemanfaatan simulasi untuk pembelajaran dikelas, menurut Tornyay dan

Thompson (1982), juga bukan hal yang baru. Game atau permainan sebagai salah satu jenis simulasi, digunakan dalam pembelajaran menulis pada awal

tahun 1775 (Knight,1949). James (1908) telah mendorong guru untuk membuat

belajar lebih berorientasi pada aktivitas. Akhir-akhir ini, para pendidik

berargumentasi bahwa variasi pengalaman dan aktivitas dalam belajar bagian

yang penting dari keseluruhan situasi belajar (Carlson, 1969).

Simulasi menjadi penting seiring dengan perubahan pandangan terhadap

pendidikan, dari proses pengalihan isi pengetahuan kearah proses

pengaplikasian teori ke dalam realita pengalaman kehidupan. Lebih lanjut,

pengenalan teknik simulasi lebih merupakan kegiatan untuk membantu siswa

dalam mengembangkan keterampilan, menemukan dan memecahkan masalah.

Sehingga pada gilirannya melalui simulasi, dapat meningkatkan efektivitas

keterampilan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah untuk masa

yang akan datang. Teknik simulasi dapat memberikan pengalaman langsung

(36)

17 

 

penggunaan simulasi dalam pendidikan sekitar tahun 1959 ( Rossi dan Briddle,

1966). Pada tahun 1964, sekolah tinggi Bisnis telah menetapkan simulasi

manajemen sebagai bagian dari kurikulum yang standar (Dale dan Klassen,

1964). Teknik simulasi digunakan dalam pendidikan medis sejak pertengahan

tahun 1960-an (Barrows,1968; Hoban, 1978). Pendidik di lingkungan sekolah

perawat juga telah menggunakan teknik simulasi selama bertahun-tahun,

meskipun istilah tersebut baru digunakan pada beberapa tahun terakhir

(Tornyay dan Thompson, 1982). Misalnya dalam latihan keterampilan dasar

setting laboratorium, latihan memahami perasaan pasien, latihan hubungan

interpersonal dan latihan keterampilan mengintervensi keadaan darurat.

a. Pengertian Simulasi

Beberapa buku yang menguraikan simulasi, kurang konsisten dalam

menggunakan istilah simulasi. Istilah simulasi sering dipertukarkan dengan

istilah game atau permainan. Robinson (1966) menyatakan bahwa simulasi sering berganti nama menjadi game. Coleman (1970) mendefinisikan simulasi dan game secara berbeda. Tornyay dan Thompson (1982), menyebutkan beberapa penulis berikut ini memberikan petunjuk dalam

mengembangkan definisi yang dapat membantu untuk mengklarifikasi dan

membedakan istilah simulasi dan game (Clarlson, 1969; Tansey dan Unwin, 1969; Raser, 1969; Abt, 1971; Curtis dan Rothert, 1972; Cruickshank, 1977;

Rockler, 1978; McKe-achie, 1978; Thiagarajan dan Stolovich, 1978;

Cooper, 1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

Simulation : A realistic representation (model) of structure or dynamics of a real thing or process with which the participant, as an active part of the experience, interacts with person or thing in the environment, applies previously learned knowledge to make respones (decicions and action to deal with a problem or situation, and receives feedback about responses without the direct real-life consequences. Game : An activity governed by precise rules that involves varying degrees of chance or risk and one or more players who compete ( with self, the game, one another, or a computer) through the use of knowledge, skill, strength, or luck in an attempt to reach a specified goal (gain an intrinsic or extrinsic reward). Simulation Game : An activity that incorporates the characteristic of both a simulationand a game ; a game that also models some real life situation or proces.

Simulasi adalah tiruan perbuatan yang hanya pura-pura. Simulasi berasal

dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Menurut kamus Inggris-Indonesia (Echols dan Shadily, 1975), simulation

artinya pekerjaan tiruan atau meniru, sedangkan simulate artinya menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah. Dengan demikian simulasi adalah

peniruan atau perbuatan yang bersifat menirukan suatu peristiwa seolah-olah

seperti peristiwa yang sebenarnya. Permainan drama adalah permainan

simulasi dimana peristiwa yang diperankan oleh pemegang peran

menggambarkan peristiwa yang seolah-olah peristiwa sebenarnya. Dalam

(38)

19 

 

calon pilot terlebih dahulu dilatih dengan menggunakan pesawat tiruan yang

disebut simulator. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara

penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk

memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi

dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua

proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang

sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni

memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan

untuk upacara yang sebenarnya supaya tidak gagal dalam pelaksanaan

nantinya. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan

penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat

bermanfaat. Metode simulasi bertujuan untuk :

1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi

kehidupan sehari-hari

2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip

3) Melatih memecahkan masalah

4) Meningkatkan keaktifan siswa

5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa

6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok

7) Menumbuhkan daya kreatif siswa

8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

Simulasi adalah alat yang ampuh untuk mengajar, namun metode

pengajaran ini perlu dilakukan dengan benar untuk memaksimalkan

efektifitasnya. Metode simulasi pengajaran memberikan pengaruh dengan

baik karena siswa jauh lebih mendalami subyek yang lebih konvensional

daripada melalui pendekatan untuk mengajar. Hal ini terjadi karena motivasi

dan pemahaman siswa dihubungkan sedemikian rupa sehingga kegiatan

mental ini menjadi lebih cepat, serta memperluas keseluruhan proses belajar.

Dalam simulasi, para siswa membuat sambungan otak mereka yang jarang

didapat, melalui teknik pengajaran konvensional. Akibatnya, pembelajaran

memiliki dampak yang lebih besar, ditambah dengan pengetahuan dan

keterampilan baru serta efeknya dapat dipertahankan lebih lama lagi.

Hebatnya, waktu yang dihabiskan untuk simulasi sebuah konten tidak

mengurangi jumlah jam belajar. Sebaliknya, siswa belajar menggunakan

metode konvensional membutuhkan lebih banyak waktu dalam suatu

pengajaran, sementara membuat keuntungan tambahan melalui pengalaman

simulasi. Efektivitas penggunaan pendekatan simulasi akan tergantung pada

desain dasar dari simulasi serta pelaksanaan dan evaluasi teknik yang

digunakan. Dalam kelas tradisional, motivasi adalah sebuah variabel yang

sering menghasilkan berbagai tingkat keberhasilan siswa. Umumnya, siswa

mengimpor tingkat motivasi mereka ke dalam kelas dari kehidupan mereka

sebelumnya dan pengalaman akademis. Pemahaman materi khusus adalah

(40)

21 

 

mengimpornya ke dalam bentuk intelektual alami mereka, hadiah atau

kekayaan relatif pengalaman dari hidup mereka sendiri.

b. Manfaat Simulasi

Beberapa penulis menyebutkan manfaat simulasi, diantaranya adalah

sebagai berikut ini. Simulasi dapat meningkatkan motivasi dan perhatian

siswa anak terhadap topik, dan belajar anak, serta meningkatkan keterlibatan

langsung dan partisipasi aktif siswa dalam belajar. Meningkatkan

kemampuan siswa dalam belajar kognitif, meliputi informasi faktual,

konsep, prinsip dan keterampilan membuat keputusan. Belajar siswa menjadi

lebih bermakna. Meningkatkan afektif atau sikap dan persepsi anak terhadap

isu yang berkembang di masyarakat. Meningkatkan sikap empatik dan

pemahaman adanya perbedaan antara dirinya dengan orang lain. Afeksi

umum anak meningkat, kesadaran diri dan pandangan terhadap orang lain

lebih efektif. Struktur kelas dan pola interaksi kelas berkembang, hubungan

guru-siswa hangat, mendorong kebebasan anak dalam mengeksplorasi

gagasan, peran guru minimal sedang otonomi anak meningkat,

meningkatkan tukar pendapat dari pandangan anak yang berbeda-beda.

c. Tujuan Simulasi

Untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional

maupun bagi kehidupan sehari-hari. Untuk memperoleh pemahaman tentang

suatu konsep atau prinsip. Untuk latihan memecahkan masalah.

Mengembangkan sikap dan pemahaman terhadap orang lain. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

meningkatkan partisipasi belajar yang optimal. Untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa , karena simulasi sangat menarik dan menyenangkan

anak. Melatih anak untuk bekerjasama dalam kelompok secara efektif.

Menimbulkan dan memupuk kreativitas siswa. Melatih anak untuk

memahami dan menghargai peran temannya.

d. Prinsip-Prinsip Simulasi

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru manakala menggunakan

simulasi untuk pembelajaran.

1) Simulasi dilakukan oleh sekelompok siswa

2) Tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama

atau dapat juga berbeda

3) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing-masing.

Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas,

dibicarakan oleh siswa dan guru

4) Dalam simulasi seyogyanya dapat dicapai tiga domain psikis

5) Hendaknya yang diusahakan terintegrasinya beberapa ilmu. Petunjuk

simulasi hendaknya dibuat secara jelas dan mudah dipahami anak

terutama bagi pemegang peran

6) Simulasi adalah latihan keterampilan motorik maupun sosial yang dapat

memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam menghadapi keadaan

(42)

23 

 

7) Pelaksanaan simulasi perlu menggambarkan situasi yang lengkap, proses

yang rinci dan urut yang sesuai dengan situasi yang sesungguhnya

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi

1) Kelebihan metode simulasi

Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai

metode mengajar, diantaranya :

a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi

situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui

simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai

dengan topik yang disimulasikan.

c) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

d) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan

dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

e) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

2) Kelemahan metode simulasi

a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan

sesuai dengan kenyataan di lapangan.

b) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat

hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi

siswa dalam melakukan simulasi.

2. Bentuk-Bentuk Simulasi

Menurut Gilstrap dengan melihat sifat tiruannya, simulasi itu dapat berbentuk :

(1)Role Playing (2)Sosiodrama (3)Simulation Game atau Permainan. Sedangkan menurut Hayan dalam bukunya “Ways of Teaching”, simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk dalam kelompok Role Playing. Bentuk-bentuk Role Playing lainnya adalah Sosiodrama, Permainan, dan Dramatisasi. Secara rinci, bentuk-bentuk simulasi tersebut adalah berikut ini.

a. Sosiodrama

Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial,

permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah

kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain

sebagainya. Sosiodrama di gunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan

kemampuan siswa untuk memecahkannya.

b. Psikodrama

Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama

(44)

25 

 

yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi

terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.

c. Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah,

mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin

muncul pada masa mendatang. Topik yang akan diangkat untuk role playing misalnya peristiwa sekitar proklamasi pada tahun 1945.

d. Peer Teaching

Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya

dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.

e. Simulasi Game

Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi

peraturan yang ditentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(45)

3. Langkah-Langkah Simulasi

Wilkins (1982) menyebutkan langkah-langkah simulasi sebagai berikut.

a. Persiapan simulasi

1) Guru menjelaskan ciri dan tujuan simulasi

2) Guru menetapkan topik atau masalah yang hendak dicapai dalam

simulasi.

3) Guru memberikan gambaran masalah tentang situasi yang akan di

simulasikan.

4) Guru memberikan pengantar simulasi, menjelaskan peran-peran, memilih

pemegang peran, menjelaskan prosedur dan membagikan bahan.

5) Guru menetapkan pemain yang terlibat dalam simulasi serta menentukan

waktu yang akan digunakan.

6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya

pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

b. Pelaksanaan simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat

kesulitan.

4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan

untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang

(46)

27 

 

c. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita

yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan

kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

2) Merumuskan kesimpulan.

Joyce dan Weil (1992) menyebutkan, pelaksanaan simulasi memiliki empat

fase, yakni :

a. Fase Orientasi, berisi penjelasan guru tentang topik dan memberikan

gambaran tentang simulasi.

b. Fase Latihan, guru menjelaskan skenario atau jalan ceritanya, aturan main,

pemegang peran, prosedur keputusan yang harus diambil, dan tujuan,

membagi peran, dan memberikan kesempatan anak untuk berkoordinasi dan

berlatih sesuai dengan peran masing-masing.

c. Fase Pelaksanaan Simulasi, Siswa pemegang peran melaksanakan simulasi

sesuai dengan jalan cerita yang sudah ditentukan. Selama simulasi

berlangsung, guru berperan sebagai wasit atau pelatih. Secara periodik guru

dapat menghentikan permainan siswa dan memberikan koreksi atau balikan,

mengevaluasi penampilan pemegang peran dan mengklarifikasi kekeliruan

dalam memainkan peran.

d. Fase Debriefing, berisi guru mengkonsentrasikan perhatian anak pada:

1) Persepsi dan reaksi anak terhadap peristiwa simulasi

2) Menganalisa proses simulasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(47)

3) Membandingkan simulasi dengan realitas yang sebenarnya

4) Menghubungkan aktivitas simulasi dengan bahan belajar

5) Simulasi lanjutan

4. Keuntungan Simulasi

Hoban dan Casberque (dalam Tornyay dan Thompson, 1982) menyebutkan

pengguanaan simulasi dalam pembelajaran, dapat memudahkan :

a. Belajar dan retensi hasil belajar

b. Transfer hasil belajar

c. Pemahaman siswa

d. Pembentukan sikap dan

e. Motivasi belajar

Wilkins (1990) menyebutkan keuntungan-keuntungan simulasi antara lain

adalah sebagai berikut ini :

a. Simulasi dapat melibatkan anak untuk melakukan sesuatu, sehingga

meningkatkan partisipasi anak secara aktif

b. Simulasi dapat mendekatkan belajar anak dengan kenyataan-kenyataan

sosial yang ada dimasyarakat yang sebenarnya

c. Simulasi dapat mengembangkan isu-isu yang dapat memberi petunjuk dalam

mencapai keberhasilan diskusi

d. Simulasi melibatkan anak untuk berbuat sesuatu dalam belajarnya

(48)

29 

 

f. Simulasi dapat mendorong motivasi anak dalam belajarnya terutama anak

yang tidak memiliki motivasi dalam belajar secara tradisional

Ornstein (1990) menyebutkan empat keuntungan penggunaan metode

simulasi adalah :

a. Simulasi merupakan alat motivasi belajar yang sangat baik

b. Keberhasilan simulasi menuntut penggunaan beberapa keterampilan dan

teknik dan praktek, hubungan antara belajar dan hiburan

c. Simulasi penuh cara untuk membuat topik dari kehidupan

d. Keberhasilan simulasi sangat menyenangkan (rewarding) bagi guru.

Mereka dapat duduk dibelakang menikmati permainan siswa yang penuh

dengan keaktifan belajar. Pendek kata, simulasi memberi kesempatan kepada

siswa untuk mendekatkan diri dengan pengalaman kehidupan yang nyata.

Simulasi merupakan metode yang baik untuk pembelajaran moral, etika,

klarifikasi nilai, dan pendidikan sikap.

5. Rambu-Rambu Penggunaan dan Pelaksanaan Metode Simulasi

Ornstein, (1990) memberikan rambu-rambu dalam penggunaan dan

pelaksanaan simulasi. Rambu-rambu yang dimaksud antara lain sebagai berikut

ini. Setiap penggunaan dan pelaksanaan simulasi harus didasarkan atas tujuan

pembelajaran. Tujuan penggunaan simulasi adalah memungkinkan siswa untuk

memahami ciri-ciri masalah dan bagaimana memecahkan masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(49)

Simulasi digunakan untuk pembelajaran berpikir dan sarana sosialisasi bagi

siswa untuk kelas rendah. Simulasi harus dipandang sebagai kegiatan untuk

mendapatkan pengalaman belajar. Penggunaan simulasi harus berhubungan

dengan isi mata pembelajaran (keterampilan, pemahaman konsep dan nilai),

dan isi matampembelajaran tersebut harus berkaitan dengan kenyataan hidup

yang sebenarnya. Hanya, variabel, hal, atau masalah yang signifikan yang

disimulasikan. Dalam simulasi, peran yang dimainkan oleh siswa harus jelas.

Jika hal-hal yang telah terjadi di masyarakat disimulasikan, maka variabel atau

latar belakang yang ada dalam situasi kehidupan masyarakat tersebut perlu

diperkenalkan terlebih dahulu.

Pada saat sejumlah siswa pemain bersimulasi, dan yang lain sebagai

pengamat, maka yang lain bertugas untuk mengkaji simulasi. Pemeranan

simulasi harus singkat dan jelas. Guru harus mampu menjawab pertanyaan

siswa, sebelum simulasi dimulai. Peran mudah dipahami dan mudah

diperankan.

Pada akhir simulasi, diskusi adalah penting bagi siswa untuk klarifikasi

keterampilan, konsep, dan nilai yang telah dipelajari. Akhir simulasi, diskusi

tentang studi kasus, gambaran tentang pengalaman siswa, terapan tentang apa

yang diamati dalam kehidupan nyata di masyarakat, saran-saran untuk belajar

(50)

31 

 

6. Peranan Guru Dalam Simulasi

Peranan guru dalam simulasi sangat penting mengingat tugas guru adalah

membangkitkan kesadaran anak tentang konsep dan prinsip yang disimulasikan.

Di samping itu, guru dalam pelaksanaan simulasi mempunyai fungsi

manajerial. Joyce dan Weil (1992) mengidentifikasi empat peranan guru dalam

model pembelajaran melalui simulasi, yakni :

a. Explaining

Siswa mampu melakukan peran-peran dalam simulasi, apabila memiliki

pemahaman yang cukup mengenai peran. Demikian pula jalan cerita harus

dipahami betul oleh pelaku atau pemegang peran. Pemahaman pelaku

terhadap peran yang dimainkan maupun jalannya cerita tidak terlepas dari

pentingnya peranan guru. Sebelum simulasi dimulai, guru perlu memberikan

gambaran tentang jalannya cerita. Selain itu, gambaran tokoh-tokoh cerita

beserta karakterisasinya. Gambaran yang disampaikan guru tersebut

dimaksudkan untuk memancing daya imajinasi anak, khususnya bagi

pemegang peran agar mampu menghayati peran masing-masing.

b. Refereeing

Simulasi digunakan untuk menyediakan pengalaman belajar yang baik.

Guru perlu mengontrol partisipasi siswa dalam bersimulasi agar mampu

memberikan pengalaman belajar yang baik tersebut. Sebelum simulasi

dilaksanakan, guru perlu menugaskan siswa memilih tim pemegang peran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(51)

yang sesuai dengan kemampuan anak untuk memegang peran-peran tersebut.

Guru perlu menghindari tugas yang sulit bagi anak dalam pemeranan.

c. Coaching

Guru bertindak sebagai pelatih saat diperlukan, memberikan nasehat agar

anak mampu bersimulasi secara betul. Sebagai pelatih, guru akan

mendukung dan menasehati tetapi tidak menggurui.

d. Discussing

Selama simulasi berlangsung, guru bertindak sebagai pemberi penjelasan,

wasit dan pelatih. Sesudah simulasi berakhir, guru perlu membuka diskusi

berkaitan dengan signifikansi simulasi dengan kenyataan yang sebenarnya

dimasyarakat atau dilapangan. Guru perlu menanyakan kepada siswa

utamanya pemain tentang kesulitan dan pemahaman anak dalam bersimulasi,

hubungan simulasi dengan mata pelajaran yang sedang diikuti.

D.Kerangka Berpikir

Perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan saat ini sangat

memungkinkan bagi siswa untuk mencari informasi berbagai sumber ilmu

pengetahuan dengan mudah tanpa harus membuka buku yang begitu banyak dan

membosankan bagi siswa. Selama ini masih banyak guru yang mengajar dengan

cara mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta dan teori yang diberikan

guru. Seolah-olah sumber ilmu pengetahuan hanya dari guru dan menganggap

(52)

33 

 

metode ceramah sehingga proses belajar menjadi monoton dan siswa cenderung

pasif hanya sebagai penerima saja. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam

kegiatan belajar mengajar yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar

siswa. Untuk dapat meningkatkan minat serta partisipasi dan hasil belajar siswa,

guru harus dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik dan

menyenangkan bagi siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan

memilih metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginan.

Metode simulasi dalam pembelajaran merupakan metode pembelajaran

dengan mengimplementasikan suatu strategi untuk mengkonstruksi pengetahuan

siswa, siswa didorong untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan

terhadap suatu peristiwa dan guru membimbing siswa untuk menemukan

pengetahuannya. Siswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

bekerjasama dengan teman lainnya. Dengan hal ini maka akan dapat memberikan

kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuannya dengan lebih baik.

E.Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan metode simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar

pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun

ajaran 2010/2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian Menurut Kemmis Dan Mc Taggart

Jenis penelitian yang dikemukakan Kemmis dan Mc Taggart pada hakekatnya

berupa perangkat-perangkat dan untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari

empat komponen, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus

(Kusumah dan Dwitagama, 2008).

Pelaksanaan dan Tindakan Observasi

(54)

35 

 

B.Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta yang berlokasi di jalan Ireda No.18

Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang

berjumlah 31 orang.

3. Obyek Penelitian

Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan metode simulasi pada mata

pelajaran IPS tentang menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I

Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

4. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2010/2011 yakni Bulan

Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(55)

Table 3. 1 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Proposal √

2 Pengumpulan Data √

3 Pengolahan Data √

4 Analisis Data √

5 Penyusunan Laporan √

6 Ujian Skripsi

7 Pembuatan Artikel

5. Rencana Banyaknya Siklus

Siklus yang dilakukan untuk penelitian harus sesuai dengan target yang akan

dicapai jika pada siklus I telah tercapai target indikator keberhasilan maka

penelitian dihentikan, tetapi apabila target indikator keberhasilan belum

tercapai maka penelitian dilanjutkan pada siklus 2 dan seterusnya.

6. Kriteria Keberhasilan :

Berdasarkan nilai ulangan dari data yang diperoleh oleh penulis, dari 31 orang

siswa kelas V SD Kanisius Kintelan I Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011

masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan

(56)

37 

 

tidak lulus, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 58,06%

atau 18 orang siswa yang lulus, hal ini disebabkan karena kurangnya

penguasaan materi pada mata pelajaran IPS. Adapun KKM yang telah

ditetapkan oleh SD Kanisius Kintelan I adalah 63. Sedangkan target KKM yang

ingin dicapai oleh penulis dari 31 orang siswa yang mengikuti tes dengan target

indikator keberhasilan 75%.

C.Indikator Keberhasilan

Tabel 3. 2 Kriteria Keberhasilan

Indikator Kondisi Awal Siklus I

Prestasi siswa yang

mencapai nilai ulangan

rata-rata

58, 06% 93, 10%

D.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini terdiri dari dua siklus.

Hal ini telah memenuhi persyaratan PTK sesuai dengan pendapat Suyitno (2005)

yang menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu ada siklus kegiatan

sekurang-kurangnya dua siklus, dimana pada setiap siklus kegiatan pembelajaran

dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan atau observasi, dan refleksi.

Perencanaan pada kegiatan pembelajaran siklus pertama didasarkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(57)

identifikasi masalah yang ditemukan, apakah masalah tersebut terjadi karena

kondisi pembelajaran siswa atau guru. Perencanaan tindakan untuk siklus kedua

didasarkan pada hasil refleksi hasil belajar siswa pada kegiatan pembelajaran

siklus pertama.

Berikut langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan setiap siklus.

1. Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pada tahap perencanaan ini melakukan rencana penelitian sebagai berikut :

a. Permohonan izin penelitian kepada kepada kepala sekolah SD Kanisius

Kintelan I Yogyakarta

b. Menyusun instrumen pembelajaran

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

c. Menyusun instrumen penilaian

1) Menyusun lembar ulangan/soal

2) Menyusun kisi-kisi soal

3) Menyusun skor setiap soal

d. Menyusun media pembelajaran

(58)

39 

 

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan

a. Siklus I

1) Rencana Tindakan

Menyusun instrument pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Instrument penilaian berupa

kisi-kisi soal, lembar ulangan/soal dan menggunakan media audio

visual. Rencana pelaksanaan tindakan pada siklus pertama sebagai

berikut:

Pertemuan Pertama (2 x 35 menit)

a) Kegiatan pembelajaran diawali dengan memeriksa persiapan siswa

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

c) Guru menjelaskan materi pembelajaran, yang materinya tentang

menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan

d) Guru memutarkan video dokumenter untuk memberikan gambaran

bagi siswa sebelum melaksanakan kegiatan simulasi

e) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok

f) Dalam kelompok, Siswa berdiskusi untuk memilih salah satu

peristiwa dan membuat ide cerita yang akan ditampilkan pada

pertemuan berikutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(59)

g) Setiap kelompok melaporkan hasil dari diskusi tentang pemilihan

cerita yang akan ditampilkan

h) Guru memberikan pengarahan agar siswa mempersiapkan segala

keperluan untuk pertemuan berikutnya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai dengan rencana tindakan

3) Observasi

Peneliti melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data mengenai

aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan

bantuan guru kelas yang bertindak sebagai observer.

4) Refleksi 1

Data yang diperoleh pada pertemuan pertama dikumpul dan dianalisis

kemudian diadakan refleksi terhadap hasil belajar apakah ada peningkatan

setelah adanya tindakan.

b. Siklus I

1) Pertemuan Kedua ( 2 x 35menit )

a) Guru Menyampaikan menyampaikan tujuan materi pembelajaran yang

ingin dicapai

b) Guru menyampaikan materi pembelajaran tentang menghargai jasa dan

peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

c) Guru meminta siswa mencatat hal-hal penting tentang menghargai jasa

(60)

41 

 

d) Setiap kelompok siswa mensimulasikan kejadian menurut cerita yang

telah dipilih tentang menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

e) Guru memberikan soal evaluasi

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan sesuai rencana

pembelajaran.

3) Observasi

Pengumpulan data berdasarkan hasil dari tes tertulis. Tes tertulis ini di

dalamnya terdapat 30 soal pilihan

4) Refleksi 2

Data yang diperoleh dari siklus 1 dikumpulkan untuk kemudian

dianalisis dan diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang diperoleh

sehingga dapat diketahui apakah terjadi peningkatan hasil belajar setelah

adanya tindakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(61)

c. Siklus II

Siklus kedua tidak dilaksanakan karena target indikator keberhasilan pada

siklus pertama sudah tercapai.

1) Rencana Tindakan

Menganalisis materi pembelajaran, menyusun silabus, RPP, LKS,

Instrumen, dan kunci jawaban

Pertemuan Pertama (2 x 35 menit)

Mengorganisasikan kelas

a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Guru menjelaskan materi pembelajaran yang ingin dicapai

c) Siswa membuat rangkuman materi pembelajaran tentang menghargai

jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

Berdasarkan cerita yang telah di simulasikan kelompok di kelas.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan rencana

pembelajaran

3) Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan selama proses

pembelajaran

4) Refleksi 1

Mengidentifikasi gejala-gejala yang dialami selama pelaksanaan siklus

Gambar

Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ..............................................................................
Gambar 3. 1  Jenis Penelitian DIKTI ................................................................
Table 3. 1 Waktu Penelitian
Tabel 3. 2  Kriteria Keberhasilan
+5

Referensi

Dokumen terkait

mda dasl@kat sungai Jambua. Bcrdasrkm kel,*insn ,vde didut olch m5slamlal didaedh ini maka tEdhi ,u,ya@n Dada ul)un kemaiiai adatah. $suri ahu ridak bcncnbnge

relir K€rojuu Mudr d@ lnu

Tujuan dibuat aplikasi ini agar mempermudah para karyawan dalam pengelolahan data dan adanya pemetaan kepemilikan tanah secara digitalisasi yang tersimpan di media penyimpanan

Hasil validasi produk multimedia video pembelajaran pembuatan bouste houder oleh ahli materi pembuatan bouste houder diperoleh nilai dengan persentase kelayakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi ruptur perineum pada persalinan normal dan untuk mengetahui hubungan antara ruptur perineum dengan paritas,

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas sistem pencahayaan pada dengan studi kasus Hotel Novotel Yogyakarta pada ruang pertemuan dan lobi dengan tiga metode,

Pengaruh Keterampilan Mengajar guru Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akuntsi Kelas VII Ips.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pentransferan energi dari stator ke rotor dari satu motor induksi adalah besaran induksi elektromagnetik, karenanya motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan